Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang

banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

harus dilindungi agar tetap dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta

makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus

dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi

sekarang maupun generasi yang akan datang. Aspek penghematan dan pelestarian

sumber daya air harus ditanamkan pada segenap pengguna air. Saat ini, masalah

utama yang dihadapi sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak

mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk

keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik, dan

kegiatan lain yang berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain

menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan,

kerusakan dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada sumber

daya air. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya

air secara seksama. (Achmad, 2004)

Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air

bersih harus dapat memenuhi kebetuhan masyarakat, karena penyediaan air

bersih yamg terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Volume

rata – rata kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150 – 200 liter

Universitas Sumatera Utara


atau 35 – 40 galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada

keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat.

Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber

yang bersih dan aman. Batasan – batasan sumber air yang bersih dan aman

tersebut, antara lain :

a. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit.

b. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun.

c. Tidak berasa dan tidak berbau.

d. Dapat diprgunakan untuk mencukupi kebutuhan domestic dan rumah tangga.

e. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO dan Departemen

Kesehatan RI. (Chandra, 2006)

Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

penularan penyakit, terutama penyakit perut. Supaya air masuk kedalam tubuh

manusia baik berupa minuman ataupun makanan tidak menyebabkan / membawa

bibit penyakit, maka pengolahan air baik berasal dari sumber, jaringan transmisi

atau distribusi sangat perlu dilakukan.

Peningkatan kualitas air minum dengan jalan mengadakan pengelolaan

terhadap air yang akan digunakan sebagai air minum dengan mutlak diperlukan,

terutama apabila air tersebut berasal dari air permukaan. Pengelolaan yang

dimaksud bisa dimulai dari yang sangat sederhana sampai yang mahir / lengkap,

Universitas Sumatera Utara


sesuai dengan tingkat kekotoran dari sumber asal air tersebut. Semakin kotor

semakin berat pengolahan yang dibutuhkan, dan semakin banyak ragam zat

pencemar akan semakin banyak pula teknik – teknik yang diperlukan untuk

mengolah air tersebu, agar bisa dimanfaatkan sebagai air minu. Oleh karena itu

dalam praktek sehari –hari maka pengolahan air adalah menjadi pertimbangan

yang utama untuk menentukan apakah sumber tersebut bisa dipakai sebagai

sumber persediaan atau tidak.

Peningkatan kuantitas air adalah syarat kedua setelah kualitas, karena

semakin maju tingkat hidup seseorang, maka akan semakin tinggi pula tingkat

kebutuhan air dengan masyarakat tersebut. Untuk keperluan minum maka

dibutuhkan air rata – rata sebanyak 5 liter/hari, sedangkan secara keseluruhan

kebutuhan akan air suatu rumah tangga untuk masyarakat Indonesia diperkirakan

sebebesar 60 liter / hari. (Sutrisno,

2004 )

2.2. Sumber – sumber Air

Sumber air merupakan salah satu komponen utama yang ada pada suatu

sistem penyediaan air bersih, karena tanpa sumber air maka suatu sistem

penyediaan sumber air bersih tidak akan berfungsi.

Universitas Sumatera Utara


2.2.1. Air laut

Mempunyai sifat asin karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl

dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini, maka air laut tidak memenuhi syarat

untuk air minum.

2.2.2. Air atmosfer, Air meteriologik

Dalam keadaan murni, sangat bersih, karena dengan adanya pengotoran

udara yang disebabkan oleh kotoran – kotoran industri/debu dan lain sebagainya.

Maka untuk menjadikan air ujan sebagai sumber air minum hendaknya pada

waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena

masih mengandung banyak kotoran.

Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa – pipa

penyalur maupun bak – bak reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat

terjadinya korosi (karatan). Juga air hujan ini mempunyai sifat lunak, sehinggga

akan boros terhadap pemakaian sabun.

2.2.3. Air permukaan

Air hujan adalah air permukaan yang mengalir di permukaan bumi. Pada

umumnya air permukaan akan dapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya

oleh lumpur, batang – batang kayu, daun – daun, kotoran industri kota dan

sebagainya.

Jenis pengotorannya adalah merupakan kotoran fisik, kimia, dan

bakteriologi. Setelah mengalami suatu pengotoran, pada suatu saat air permukaan

Universitas Sumatera Utara


itu akan mengalami suatu proses pembersihan sendiri yang dapat dijelaskan

sebagai berikut :

Udara yang mengandung oksigen atau gas O2 akan membantu mengalami

proses pembusukan yang terjadi pada air permukaan yang tela mengalami

pengotoran, karena selama dalam perjalanan, O2 akan meresap kedalam air

permukaan.

Air permukaan ada 2 macam, yakni :

2.2.3.1. Air sungai

Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu

pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya

mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. Debit yang tersedia untuk

memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi.

2.2.3.2. Air rawa/danau

Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat – zat

organis yang membusuk, misalnya asam umus yang larut dalam air yang

menyebabkan warna kuning coklat.

Dengan adanya pembusukan kadar zat organis tinggi, maka umumnya kadar

Fe dan Mn akan tinggi pula dan dalam keadaan kelarutan O2 kurang sekali

(anaerob), maka unsure – unsure Fe dan Mn ini akan larut. Pada permukaan air

akan tumbuh alga (lumut) karena adanya sinar matahari dan O2.

Jadi untuk pengambilan air, sebaiknya pada kedalaman tertentu ditengah –

tengah agar endapan – endapan Fe dan Mn tidak terbawa, demikian pula dengan

lumut yang ada pada permukaan rawa / telaga. (Sutrisno, 2004)

Universitas Sumatera Utara


2.2.4. Air tanah

Air tanah merupakan sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi

dan menyerap ke dalam lapisan tanah dan menjadi air tanah. Sebelum mencapai

lapisan tempat air tanah, air hujan akan menembus beberapa lapisan tanah dan

menyebabkan terjadinya kesadahan pada air (hardness of water). Kesadahan pada

air ini menyebabkan air mengandung zat – zat mineral dalam konsentrasi.

(Chandra, 2006)

Air tanah terbagi atas :

2.2.4.1. Air tanah dangkal

Terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur

akan bertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan

jernih tapi lebih banyak megandung zat kimia (garam – garam yang terlarut)

karena molekul lapisan tanah yang mempunyai unsur – unsur kimia tertentu untuk

masing – masing lapisan tanah. Lapisan tanah ini berfungsi sebagai saringan.

Disamping penyaringan, pengotoran masih terus berlangsung, terutama pada

permukaan air yang dekat dengan permukaan tanah. Setelah menemui lapisan

rapat air, air akan terkumpul yang merupakan air tana dangkal dimana air tanah

ini dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur – sumur dangkal.

Air tanah dangkal ini terdapat pada kedalaman 15,00 m. sebagai sumber air

minum, air tanah dangkal ini ditinjau dari segi kualitas agak baik. Kuantitas

kurang cukup dan tergantung pada musim.

Universitas Sumatera Utara


2.2.4.2. Air tanah dalam

Terdapat setelah lapis rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam

tak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor dan

memasukkan pipa kedalamnya sehingga dalam suatu kedalaman (biasanya antara

100 – 300 m) akan didapatkan suatu lapisan air. Jika tekanan air tanah ini besar,

maka air dapat menyembur keluar dan dalam keadaan ini, sumur ini disebut sumur

artesis. Jika air tak dapat keluar dengan sendirinya, maka digunakan pompa untuk

membantu pengeluaran air tanah dalam ini. Kualitas dari air tanah dalam pada

umumnya lebih baik dari air dangkal, karena penyaringannya lebih sempurna dan

bebas dari bakteri.

2.2.4.3. Mata air

Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya kepermukaan

tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tak terpengaruh oleh musim

dan kualitas / kuantitasnya sama dengan keadaan air dalam.

Berdasarkan keluarnya (munculnya air kepermukaan tanah) , mata air

terbagi atas :

• Rembesan, dimana air keluar dari lereng – lerang

• Umbul, dimana air keluar kepermukaan pada suatu dataran. (Sutrisno, 2004)

2.3. Pencemaran Air


Walaupun air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, tetapi

air akan dapat dengan mudah terkontaminasi oleh aktivitas manusia. Air banyak

digunakan oleh manusia untuk tujuan yang bermacam – macam sehingga dengan

mudah dapat tercemar. (Darmono, 2001)

Universitas Sumatera Utara


Pencemaran air didefenisikan sebagai perubahan langsung atau tidak

langsung terhadap keadaan air dari keadaan yang normal menjadi keadaan air

yang berbahaya atau berpotensi menyebabkan penyakit atau gangguan bagi

kehidupan makhluk hidup. Perubahan langsung dan tidak langsung ini dapat

berupa perubahan fisik, kimia, termal, biologi, atau radioaktif. Kualitas air

merupakan salah satu faktor dalam menentukan kesejahteraan manusia. Harus

diingat bahwa air alamiah yang terdapat pada permukaan bumi sangat sulit

ditemukan dalam keadaan murni, semuanya sudah mengandung senyawa kimia

seperti mineral yang terlarut didalamnya pada konsentrasi bervariasi, namun

demikian air tersebut tidak langsung disebut sebagai tercemar. (Situmorang,

2007)

Salah satu penyebab pencemaran air adalah bahan buangan anorganik

berupa limbah yang tidak dapat membusuk dan sulit terdegradasi oleh

mikroorganisme. Apabila bahan buangan anorganik ini masuk ke air lingkungan

maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam di dalam air. Bahan buangan

anorganik biasanya berasal dari industri yang melibatkan penggunaan unsur –

unsur logam seperti Timbal (Pb), Arsen (As), Kadmium (Cd), Air raksa (Hg),

Krom (Cr), Nikel (Ni), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Kobalt (Co), dan lain –

lain.

Indikator atau tanda bahwa air lingkingan telah tercemar adalah adanya

perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui :

1. Adanya perubahan suhu air.


2. Adanya perubahan pH atau konsentrasi ion Hidrogen.
3. Adanya perubahan warna, bau, dan rasa air.

Universitas Sumatera Utara


4. Timbulnya endapan, kolodial, bahan terlarut.
5. Adanya mikroorganisme.
6. Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan. (Arya,
2004)
2.4. Standar Kualitas Air Minum

Standar kualitas air minum dapat dikelompokkan menjadi dua bagian,


antara lain :
1. Standar kualitas fisik air minum
2. Standar kualitas khemis (kimia) air minum

1. Standar kualitas fisik air minum

Dalam standar persyaratan fisik air minum tampak adanya lima unsur

persyaratan, meliputi : suhu, warna, bau, rasa dan kekeruhan.

a. Suhu

Temperatur dari air akan mempengaruhi penerimaan (acceptance) masyarakat

akan air tersebut dan dapat pula mempengaruhi reaksi kimia dalam

pengolahan, terutama apabila temperature tersebut sangat tinggi. Temperature

yang diinginkan adaalah 50 °F - 60 °F atau 10 °C – 15 °C, tetapi iklim

setempat, kedalaman pipa – pipa saluran air, dan jenis dari sumber – sumber air

akan mempengaruhi temperature ini. Disamping itu, temperatur pada air

mempengaruhi secara langsung toksisitas banyak bahan kimia pencemar,

pertumbuhan mikroorganisme dan virus.

Penyimpangan terhadap standar suhu ini, yakni apabila suhu air minum lebih

tinggi dari suhu udara, jelas akan mengakibatkan tidak tercapainya maksud –

maksud tersebut di atas, yakni akan menurunkan penerimaan masyarakat,

Universitas Sumatera Utara


meningkatkan toksisitas dan kelarutan bahan – bahan pollutant, dan dapat

menimbulkan suhu bagi kehidupan mikroorganisme dan virus tertentu.

b. Warna

Banyak air permukaan khususnya yang berasal dari daerah rawa – rawa,

seringkali berwarna sehingga tidak dapat diterima oleh masyarakat, baik untuk

keperluan rumah tangga maupun untuk keperluan industri, tanpa dilakukannya

pengolahan untuk menghilangkan warna tersebut.

Bahan – bahan yang menimbulkan warna tersebut dihasilkan dari kontak antara

air dengan reruntuhan organis seperti daun, duri pohon jarum dan kayu, yang

semuanya dalam berbagai tingkat – tingkat pembusukan (de composition).

Intensitas warna dalam air ini diukur dengan satuan unit warna standar, yang

dihasilkan oleh 1 mg/1 platina (sebagai K2PtCl6). Standart yang ditetapkan oleh

U.S. Public Health Service untuk intensitas warna dalam air minum adalah 20

unit dengan skala Pt – Co. Standar ini lebih rendah daripada standar yang

ditetapkan oleh standar Internasional dari WHO maupun standar nasional

Indonesia yang besarnya 5 – 50 unit.

c dan d. Bau dan Rasa

Bau dan rasa biasanya terjadi bersama – sama dan biasanya disebabkan olh

adanya bahan – bahan organik yang membusuk, tipe – tipe tertentu organisme

mikroskofik, serta persenyawaan – persenyawaan kimia seperti phenol. Bahan

– bahan yang menyebabkan bau dan rasa ini berasal dari berbagai sumber.

Intensitas bau dan rasa dapat meningkat, bila terhadap air dilakukan chlorinasi.

Standar persyaratan kualitas air minum yang menyangkut bau dan rasa ini baik

Universitas Sumatera Utara


yang ditetapkan oleh WHO maupun U.S. Public Health Service yang

menyatatakan bahwa dalam air minum tidak boleh terdapat baud an rasa yang

tidak diinginkan. Efek kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh adanya bau dan

rasa dalam air ini adalah :

• Serupa dengan unsur warna, dengan air minum yang berasa dan berwarna

ini, masyarakat akan mencari sumber – sumber air lain yang kemungkinan

besar bahkan tidak “safe”.

• Ketidaksempurnaan usaha menghilangkan bau dan rasa pada cara

pengolahan yang dilakukan dapat menimbulkan kekhawatiran bahwa air

yang terolah secara tidak sempurna itu masih mengandung bahan – bahan

kimia yang bersifat toksik.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa efek yang dapat ditimbulkan adalah

merupakan efek yang terjadi secara tidak langsung.

e. Kekeruhan

Air dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu bnyak partikel

bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna/rupa yang berlumpur dan

kotor. Kekeruhan tidak menjadi sifat dari air yang membahayakan, tetapi ia

menjadi tidak disenangi karena rupanya. Standar yang ditetapkan oleh U.S.

Public Health Service mengenai kekeruhan ini adalah batas maksimal 10 ppm

dengan skala silikat, tetapi dalam praktek angka standar ini umumnya tidak

memuaskan. Kebanyakan bangunan pengolahan air yang modern menghasilkan

air dengan kekeruhan 1 ppm atau kurang.

Universitas Sumatera Utara


2. Standar kualitas khemis air minum

Dari daftar standar kualitas air minum dapat dilihat adanya unsur – unsur

yang tercantum dalam standar kualitas khemis daripada air minum. Dalam

Peraturan Mentri Kesehatan R.I. No.01/Birhukmas/I/1975 tercantum sebanyak 26

macam unsur standar. Beberapa diantara unsur tersebut tidak dikehendaki

kehadirannya pada air minum, oleh karena merupakan zat kimia yang bersifat

racun, dapat merusak perpipaan, ataupun karena sebagai penyebab bau/rasa yang

mengganggu estetika. Bahan – bahan tersebut adalah : nitrit, sulfida, ammonia dan

CO2 agresif. Beberapa unsur meskipun dapat bersifat racun masih dapat ditolerir

kehadirannya dalam air minum asalkan tidak melebihi konsentrasi yang

ditetapkan. Unsur atau bahan – bahan tersebut adalah : phenolik, arsen, selenium,

chromium martabat 6, cyanida, cadmium, timbal, dan air raksa. (Sutrisno, 2004)

Selain itu, kualitas air juga ditentukan secara biologis, khususnya secara

mikrobiologis, ditentukan oleh banyak parameter, yaitu parameter mikroba

pencemar, patogen, dan penghasil toksin. Untuk air minum misalnya, bakteri Coli

harus kurang dari satu atau tidak ada sama sekali, kalau kualitas air tersebut

termasuk yang betul – betul memenuhi syarat. (Suriawiria, 2005)

Pada pemeriksaan air minum dengan memakai prosedur Membrane Filter

Technique, maka 90 % dari contoh air yang diperiksa selama 1 bulan, harus bebas

dari E. Coli. Selanjutnya dari yang mengandung E Coli, jumlah kuman ini tidak

boleh lebih dari 3 untuk setiap 50 cc air, tidak boleh lebih dari 4 untuk setiap 100

cc air, tidak boleh lebih dari 7 untuk setiap 200 cc air, serta tidak boleh lebih dari

13 untuk setiap 500 cc air. (Azwar, 1996)

Universitas Sumatera Utara


Selanjutnya, standar persyaratan kualitas air minum menurut Peraturan

Mentri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/MENKES/PER/IV/2010 dapat

dilihat pada lampiran.

2.5. Analisis Kualitas Air

Analisis penentuan kualitas air sangat penting bagi pengguna air dan

sebagai informasi tentang keberadaan senyawa kimia yang terkandung di dalam

air. Untuk mengetahui kualitas air dengan tepat maka analisis dapat dilakukan

melalui analisis kimia yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pancemaran air.

Analisis kimia dilakukan untuk mengetahui kadar zat kimia atau jenis zat kimia

yang terkandung di dalam air. Analisis ini secara umum bertujuan untuk

mengetahui kehadiran senyawa kimia secara spesifik yang menyebabkan bahaya

di dalam air. Teknik analisis yang cepat dan dengan biaya murah yang banyak

digunakan adalah secara insitu. Teknik insitu adalah menganalisis air dengan

menggunakan pereaksi untuk memberikan gambaran kehadiran senyawa kimia

pencemar di dalam air. (Situmorang, 2007)

2.6. Proses Pengolahan Air


Yang dimaksud dengan pengolahan adalah usaha – usaha teknis yang
dilakukan untuk mengubah sifat – sifat suatu zat. Hal ini penting artinya bagi air
minum, karena dengan adanya pengolahan ini, maka akan didapatkan suatu air
minum yang memenuhi standar air minum yang telah ditentukan.
Dalam proses pengolahan air ini pada lazimnya dikenal dengan dua cara,
yakni :
• Pengolahan lengkap atau Complete Treatment Process, yaitu air akan
mengalami pengolahan lengkap, baik physics, kimiawi dan bakteriologik. Pada
pengolahan cara ini biasanya dilakukan terhadap air sungai yang kotor/keruh.

Universitas Sumatera Utara


• Pengolahan sebagian atau Partial Treatment Process, misalnya diadakan
pengolahan kimiawidan/atau pengolahan bakteriologi saja.

Pengolahan ini pada lazimnya dilakukan untuk :


a. mata air bersih.
b. air dari sumur yang dangkal atau dalam.
Dalam proses pengolahan air tersebut harus dibantu dengan unit – unit
pengolahan air minum. Adapun unit – unit pengolahan air minum terdiri dari
bangunan penangkap air, bangunan pengendap pertama, pembubuh koagulant,
bangunan pengaduk cepat, bangunan pembentuk flok, bangunan pengendap
kedua, bangunan penyaring, reservoir, pemompaan. (Sutrisno, 2004)

2.7. Unit – unit Pengolahan Air PDAM Tirtanadi

Adapun unit – unit pengolahan air minum di PDAM Tirtanadi terdiri dari:

1. Intake

Sumber air baku adalah air permukaan Sungai Belawan yang masuk melalui

saluran yang bercabang dua dilengkapi dengan bar screen (saringan kasar) dan

fine screen (saringan halus) yang berfungsi untuk mencegah masuknya kotoran

– kotoran yang terbawa arus sungai. Masing – masing saluran dilengkapi

dengan pintu (sluice gate) pengatur ketinggian air dan penggerak electromotor.

Pemeriksaan maupun pembersihan saringan dilakukan secara periodic untuk

menjaga kestabilan air masuk.

2. Bak pengendap I (bak prasedimentasi)

Bangunan ini berada setelah bangunan intake yang terdiri dari 2 unit (2 set).

Setiap unitnya berdimensi 18 x 18 x tinggi ± 3 m, dilengkapi dengan 2 buah

Universitas Sumatera Utara


inlet gate, 2 buah screen, dan 2 buah outlet sludge pump yang berfungsi

sebagai sarana penyalur lumpur, pasir dan lain – lain yang bersifat sedimen

yang akan dibuang ke lagoon. Pada bangunan ini terdapat satu buangan pompa

transfer (RWP).

Bangunan RWP (pompa air baku) berfungsi untuk memompakan air dari Bak

pengendap I ke Bak pengendap II dan terdiri dari 3 unit pompa transfer,

kapasitas setiap pompa 110 l/det dengan rata – rata head 15 meter memakai

motor AC nominal daya 13 x 14,35 KW.

3. Bak pengendap II

Bangunan ini terdiri dari :

a. Bak koagulasi

Bangunan ini berfungsi untuk menurunkan parameter turbidity, senyawa –

senyawa organik tersuspensi dan logam berat dengan penambahan

koagulant PAC serta pengaturan pH proses dengan penambahan bahan

kapur sesuai dengan kondisi operasi. Bangunan ini dilengkapi dengan

pengaduk mekanik (rapid mix) sedangkan penambahan bahan kimia

kedalam bak koagulasi dilakukan oleh pompa dosing. Untuk perawatan bak,

maka secara periodik dilakukan pengurasan dan buangan dialirkan ke

lagoon.

b. Bak flokulasi

Bangunan ini berfungsi untu memperbesar flok yang terjadi pada saat proses

koagulasi sehingga lebih mudah diendapkan pada bak pengendap

(sedimentasi). Untuk mempercepat flokulasi ditambahkan pengaduk putaran

Universitas Sumatera Utara


lambat (slow mix). Bahan kimia yang ditambahkan adalah flokulan. Dosis

flokulan yang ditambahkan didasarkan pada kualitas air baku yang masuk

yang dilakukan pompa dosing. Untuk perawatan bak, maka secara periodic

dilakukan pengurasan dan buangan dialirkan ke lagoon.

c. Bak sedimentasi

Bangunan ini berfungsi untuk tempat padatan atau flok yang terbentuk dari

proses flokulasi.

4. Saringan pasir cepat

Fungsi dari saringan pasir cepat adalah untuk menangkap flok yang tidak dapat

dipisahkan pada bak pengendap (bak sedimentasi). Flok yang masuk ke bak

saringan pasir cepat akan tertahan pada permukaan pasir sehingga semakin

lama kecepatan penyaringan akan semakin lambat, jika kondisi ini terjadi,

maka filter harus di back wash. Air untuk back wash diambil dari bak reservoir

dengan menggunakan pompa bck wash sedangkan air buangan back wash

dialirkan ke lagoon. Selanjutnya air yang sudah tersaring mengalir secara

gravitasi ke bak khlorinasi dan netralisasi.

Filter terdiri dari 7 unit dengan dimensi filter sebagai berikut :

Lebar (L) = 3 m Panjang (P) = 5 m Tinggi (T) = 3 m

Tebal media filter = 80 cm, dengan susunan lapisan sebagai berikut :

• Pasir kwarsa, gradasi 0,45 mm – 0 70 mm dengan ketebalan 40 cm.

• Kerikil halus, gradasi 0,80 mm – 1,50 mm dengan ketebalan 10 cm.

• Kerikil kasar, gradasi 40,00 mm – 70,00 mm dengan ketebalan 30 cm.

Spesifikasi pasir untuk saringan pasir cepat adalah :

Universitas Sumatera Utara


• Effective Size (ES) = 0,500 – 0,700 mm

• Uniformity coefficient = 1,40 – 1.700 mm

• Specific Gravity ≥ 2500 kg/m3

5. Bak netralisasi dan Chlorinasi

Bak netralisasi dan chlorinasi berfungsi sebagai tempat pengaturan pH agar air

hasil pengolahan mempunyai pH netral dan juga sebagai tempat penambahan

chlor untuk menjaga agar kandungan chlorin dalam air yang akan

didistribusikan selalu ada untuk menghindari adanya bakteri patogen dalam air.

Untuk membantu agar pencampuran sempurna maka dilakukan mixing dengan

menggunakan buffle. Selanjutnya air hasil olahan secara gravitasi mengalir ke

reservoir dan siap untuk didistribusikan.

6. Reservoir

Reservoir ini adalah berupa bangunan beton berdimensi panjang 23 m, lebar 23

m, tinggi 4 m dan berfungsi untuk menempung air bersih/air olahan setelah

melewati saringan pasir cepat (filter) dengn kapasitas ± 1500 m3. Air bersih

yang mengalir dari saringan pasir cepat (filter) ke reservoir dibubuhi kapur

hingga pH netral dan pembubuhan chlorin untuk desinfeksi bakteri.

7. Pompa transmisi

Pompa transmisi (pompa distribusi air bersih) berfungsi untuk

mendistribusikan air bersih dan reservoir utama yang akan didistribusikan

kepada konsumen. Pompa transmisi terdiri dari 3 unit pompa dengan kapasitas

masing – masing 110 l/det, total head 75 m.

8. Sludge lagoon

Universitas Sumatera Utara


Daur ulang adalah cara paling tepat dan aman dalam mengatasi dan

meningkatkan kualitas lingkungan. Prinsip ini telah mendorong perusahaan

untuk membangun sarana pengolahan air limbah berupa sludge lagoon. Lagoon

ini berfungsi sebagai media penampungan air buangan bekas pencucian sistem

pengolah dan kemudian air tersebut disalurkan kembali ke bak pengendap I

untuk diproses kembali.

2.8. Logam Berat

Logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria – kriteria yang

sama dengan logam – logam yang lain. Perbedaan terletak dari pengaruh yang

dihasilkam bila logam berat ini masuk atau diberikan kedalam tubuh organisme

hidup.

Istilah logam berat sebetulnya sudah dipergunakan secara luas,terutama

dalam perpustakaan ilmiah, sebagai unsur yang menggambarkan bentuk dari

logam tertentu. Karakterisik dari kelompok logam berat adalah sebagai berikut :

• Memiliki spesifikasi grafitasi yang sangat besar (lebih dari 4).

• Mempunyai nomor atom 22 – 23 dan 40 – 50 serta unsur laktanida dan

aktinida.

• Mempunyai respon biokimia yang khas (spesifik) pada organisme hidup .

Berbeda dengan logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek –

efek khusus pada makhluk hidup. Dapat dikatakan bahwa semua logam berat

dapat menjadi bahan racun yang akan meracuni tubuh makhluk hidup. Sebagai

contoh logam berat air raksa (Hg), kadmium (Cd), timbal (Pb), dan krom (Cr).

Universitas Sumatera Utara


Namun demikian, meskipun semua logam berat dapat mengakibatkan keracunan

pada makhluk hidup, sebagian dari logam – logam berat tersebut dibutuhkan oleh

makhluk hidup. Kebutuhan tersebut dalam jumlah yang sangat kecil/sedikit.

Tetapi apabila kebutuhan yang sangat kecil tersebut tidak terpenuhi dapat

berakibat fatal terhadap kelangsungan makhluk hidup. Karena tingkat kebutuhan

yang sangat dipentingkan maka logam – logam tersebut juga dinamakan sebagai

logam – logam esensial tubuh. Bila logam – logam esensial yang masuk kedalam

tubuh dalam jumlah yang berlebihan, maka akan berubah fungsi menjadi racun.

(Palar. H, 2008)

Penggunaan logam sebagai bahan baku berbagai jenis industri untuk

memenuhi kebutuhan manusia akan mempengaruhi kesehatan manusia melalui 2

jalur, yaitu :

1. Kegiatan industri akan menambah polutan logam dalam lingkungan udara, air,

tanah, dan makanan.

2. Perusahaan biokimia logam sebagai bahan baku berbagai jenis industri bisa

mempengaruhi kesehatan manusia.

Pesatnya pembangunan dan penggunaan berbagai bahan baku logam bisa

berdampak negatif, yaitu munculnya kasus pencemaran yang melebihi batas

sehingga mengakibatkan kerugian dan meresahkan masyarakat yang tinggal

disekitar daerah perindustrian maupun masyarakat pengguna produk industry

tersebut. Hal ini terjadi karena sangat besarnya resiko terpapar logam berat

maupun logam transisi yang bersifat toksik dalam dosis atau konsentrasi tertentu.

Universitas Sumatera Utara


Di Indonesia, pencemaran logam berat cenderung meningkat sejalan dengan

meningkatnya proses indusrialisasi. Pencemaran logam berat dalam lingkungan

bisa menimbulkan bahaya bagi kesehatan, baik pada manusia, hewan, tanaman,

maupun lingkungan. Terdapat 80 jenis logm berat dari 109 unsur kimia di muka

bumi ini. Logam berat dibagi kedalam dua jenis, yaitu :

1. Logam berat esensial, yakni logam dalam jumlah tertentu yang sangat

dibutuhkan oleh organisme. Dalam jumlah yang berlabihan logam tersebut

bisa menimbulkan efek toksik. Contohnya adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn, dan

lain sebagainya.

2. Logam berat tidak esensial, yakni logam yang keberadaannya dalam tubuh

masih belum diketahui manfaatnya, bahkan bersifat toksik, seperti Hg, Cd,

Pb, Cr, dan lain – lain.

Logam berat dapat menimbulkan efek gangguan terhadap kesehatan

manusia, tergantung pada bagian mana dari logam berat tersebut yang terikat

dalam tubuh serta besarnya dosis paparan. Efek toksik dari logam berat mampu

menghalangi kerja enzim sehingga mengganggu metabolisme tubuh,

menyebabkan alergi, bersifat mutagen, atau karsinogen bagi manusia maupun

hewan.

Pencemaran logam baik dari industri, kegiatan domestik, maupun sumber

alami dari batuan akhirnya sampai ke sungai/laut dan selanjutnya mencemari

manusia melalui ikan, air minum ataupun air sumber irigasi lahan pertanian

sehingga tanaman sebagai sumber pangan manusia tercemar logam. (Widowati,

2008)

Universitas Sumatera Utara


2.9. Timbal (Pb)

2.9.1. Sifat fisik dan kimia Timbal (Pb)

Timbal atau dalam keseharian lebih dikenal dengan nama timah hitam,

dalam bahasa ilmiahnya dinamakan plumbum, dan logam ini disimbolkan dengan

Pb. Logam ini termasuk kedalam kelompok logam golongan IV-A pada Tabel

Periodik unsur kimia. Mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau berat

atom (BA) 2007,2. (Palar. H, 2008)

Timbal (Pb) pada awalnya adalah logam berat yang secara alami terdapat

didalam kerak bumi. Namun, timbale juga bisa berasal dari kegiatan manuasia,

bahkan mampu mencapai jumlah 300 kali lebih banyak dibandingkan Pb alami.

Pb memiliki titik lebur rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat kimia yang

aktif, sehingga bisa digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul perkaratan

(korosi). Apabila dicampur dengan logam lain akan terbentuk logam campuran

yang lebih bagus daripada logam murninya.

Pb adalah logam lunak berwarna abu – abu kebiruan mengkilat serta mudah

dimurnikan dari pertambangan. Timbal (Pb) meleleh pada suhu 328 ºC (662 °F) ;

titik didih 1740 °C (3164 °F) ; dan memiliki gravitasi 11,34 dengan berat atom

207,20.

(Widowati,

2008)

Logam timbal atau Pb memiliki sifat – sifat yang khusus seperti berikut :

1. Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan menggunakan

pisau atau dengan tangan dan dapat dibentuk dengan mudah.

Universitas Sumatera Utara


2. Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat, sehingga

logam timbal sering digunakan sebagai bahan coating.

3. Mempunyai titik lebur rendah, hanya 327,5 °C atau 328 °C.

4. Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logam – logam

biasa, kecuali emas dan merkuri.

5. Merupakan penghantar listrik yang tidak baik.

2.9.2. Penyebaran dan Penggunaan Timbal (Pb)

Penyebaran logam timbal di bumi sangat sedikit. Jumlah timbal yang

terdapat di seluruh lapisan bumi hanyalah 0,0002% dari jumlah seluruh kerak

bumi. Jumlah ini sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah kandungan

logam berat lainnya yang ada di bumi. Di alam sendiri, terdapat 4 macam isotop

timbal yaitu :

1. Timbal-204 atau Pb204, diperkirakanberjumlah sebesar 1,48% dari seluruh

isotop timbal.

2. Timbal-206 atau Pb206, ditemukan dalam jumlah sebesar 23,60% dari seluruh

isotop timbal yang terdapat di alam.

3. Timbal-207 atau Pb207, sebanyak 22,60% dari semua isotop timbal yang

terdapat di alam.

4. Timbal-208 atau Pb208, ditemukan sebanyak 52,32% dari seluruh isotop timbal

yang terdapat di alam.

Isotop – isotop timbal tersebut merupakan hasil akhir dari peluruhan unsur –

unsur radioaktif alam. Timbal-206 merupakan hasil akhir peluruhan daru unsur

Universitas Sumatera Utara


radioaktif uranium (U). Timbal-207, berasal dari peluruhan unsur radioaktif

actium (Ac), dan timbal-208 adalah hasil akhir dari peluruhan unsur radioaktif

thorium (Th).

Melalui proses – proses geologi, timbal berkonsentrasi dalam deposit seperti

bijih logam. Persenyawaan bijih logam timbal ditemukan dalam bentuk galena

(PbS), anglesit (PbSO4) dan dalam bentuk minim (Pb3O4). Boleh dikatakan bahwa

timbal tidak pernah ditemukan dalam bentuk logam murninya.

Bijih – bijih logam timbal yang diperoleh dari hasil penambangan hanya

mengandung sekitar 3% sampai 10% timbal. Hasil ini akan dipekatkan lagi

sampai 40%, sehingga didapatkan logam timbal murni. Produksi penambangan

logam timbal dunia sampai tahun 1974 telah mencapai hasil 3.844.687 ton logam

timbal murni. Semua itu berasal dari penambangan logam timbal di AS, Uni

Soviet, Australia, Kanada, Peru, Meksiko, Yugoslavia, Korea, China, dan

Maroko.

Timbal dan persenyawaannya banyak digunakan dalam berbagai bidang.

Dalam industri baterai, timbal digunakan sebagai grid yang merupakan alloy

(suatu persenyawaan ) dengan logam bismuth (Pb-Bi) dengan perbandingan 93:7.

(Palar,

2008)

Unsur Pb banyak digunakan dalam bidang industri modern sebagai bahan

pembuatan pipa air yang tahan terhadap korosi. Pigmen Pb digunakan sebagai

pembuatan cat, baterai, dan campuran bahan bakar bensin TEL (Tetra Ethyl

Lead). Selain itu logam timbal juga digunakan dalam industry kabel, penyepuhan,

Universitas Sumatera Utara


pestisida, sebagai zat antiletup pada bensin, zat penyusun patri atau solder,

sebagai formulasi penyambung pipa sehingga memungkinkan terjadinya kontak

antara air rumah tangga dengan Pb. (Widowati. W, 2008)

2.9.3. Pb di Dalam Air

Pb (timah hitam/timbal) dan persenyawaannya dapat berada di dalam badan

perairan secara alamiah dan sebagai dampak dari aktivitas manusia. Secara

alamiah, Pb dapat masuk ke badan perairan melalui pengkristalan Pb di udara

dengan bantuan air hujan. Di samping itu, proses korosifikasi dari batuan mineral

akibat hempasan gelombang dan angin, juga merupakan salah satu jalur sumber

Pb yang akan masuk kedalam badan perairan.

Pb yang masuk kedalam badan perairan sebagai dampak dari aktivitas

kehidupan manusia ada bermacam bentuk. Diantaranya adalah air buangan

(limbah) dari industri yang berkaitan dengan Pb, air buangan dari pertambangan

bijih timah hitam dan buangan sisa industri baterai. Buangan – buangan tersebut

akan jatuh pada jalur – jalur perairan seperti anak – anak sungai untuk kemudian

akan dibawa terus menuju lautan. Umumnya jalur buangan dari bahan sisa

perindustrian yang mengguanakan Pb akan merusak tata lingkungan perairan yang

dimasukinya (menjadikan sungai dan alirannya tercemar).

Badan perairan yang telah kemasukan senyawa atau ion – ion Pb, sehingga

jumlah Pb yang ada di dalam badan perairan melebihi konsentrasi yang

semestinya, dapat mengakibatkan kematian bagi biota perairan tersebut.

Universitas Sumatera Utara


Dalam air minum juga dapat ditemukan senyawa Pb bila air tersebut

disimpan atau dialirkan melalui pipa yang merupakan alloy dari logam Pb.

Banyak perusahaan air minum (PDAM) yang masih menggunakan pipa

mengandung Pb sehingga sangat besar kemungkinan tercemarnya air minum oleh

Pb. Kadar Pb dalam tanah berkisar 5 – 25 ppm, dalam air tanah 1 – 60 ppm, dan

lebih rendah lagi pda permukaan air. Air minum bisa tercemari oleh Pb karena

penggunaan pipa berlapis Pb, peralatan keramik, dan solder. (Palar, 2008)

2.9.4. Keracunan Timbal (Pb)

Keracunan yang ditimbulkan oleh persenyawaan logam Pb dapat terjadi

karena masuknya persenyawaan logam tersebut ke dalam tubuh. Proses masuknya

logam tersebut ke dalam tubuh dapat melalui beberapa jalur, yaitu melalui

makanan dan minuman, udara dan perembesan atau penetrasi pada selaput atau

lapisan kulit.

Bentuk – bentuk kimia dari senyawa – senyawa Pb, merupakan faktor

penting yang mempengaruhi tingkah laku Pb dalam tubuh manusia. Senyawa –

senyawa Pb organik relative lebih mudah untuk diserap tubuh melalui selaput

lender atau melalui lapisan kulit, bila dibandingkan dengan senyawa – senyawa

Pb an-organik. Namun hal itu bukan berarti semua senyawa Pb dapat diserap oleh

tubuh, melainkan hanya sekitar 5 – 10% dari jumlah Pb yang masuk melalui

makanan dan atau sebesar 30% dari jumlah Pb yang terhirup yang akan diserap

oleh tubuh. Dari jumlah yang terserap itu, hanya 15% yang akan mengendap pada

Universitas Sumatera Utara


jaringan tubuh, dan sisanya akan turut terbuang bersama bahan sisa metabolisme

seperti urin dan feces.

Senyawa Pb yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman

akan diikutkan dalam proses metabolisme tubuh. Namun demikian, jumlah Pb

yang masuk bersama makanan dan/atau minuman ini masih mungkin ditolerir

oleh lambung disebabkan oleh asam lambung (HCl) mempunyai kemampuan

untuk menyerap logam Pb. Tetapi walaupun asam lambung mempunyai

kemampuan untuk menyerap keberadaan logam Pb ini, pada kenyataanya Pb lebih

banyak dikeluarkan oleh tinja.

Meskipun jumlah Pb yang diserap oleh tubuh hanya sedikit, logam ini

ternyata menjadi sangt berbahaya. Hal itu disebabkan senyawa – senyawa Pb

dapat memberikan efek racun terhadap banyak fungsi organ yang terdapat

didalam tubuh.

(Palar. H, 2008)

Timbal (Pb) bersifat akumulatif. Mekanisme toksisitas Pb berdasarkan

organ yang dipengaruhinya adalah :

1. Sistem haemopoeietik : dimana Pb menghambat sistem pembentukan

hemoglobin (Hb) sehingga menyebabkan anemia.

2. Sistem syaraf : dimana Pb dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala

epilepsi, halusinasi, kerusakan otak besar dan delirium.

3. Sistem urunaria : dimana Pb bisa menyebabkan lesi tublus proksinalis, loop of

Henle, serta menyebabkan aminosiduria.

4. Sistem gastro-intestinal : dimana Pb menyebabkan kolik dan konstipasi.

Universitas Sumatera Utara


5. Sistem kardiovaskuler : dimana Pb bisa menyebabkan penghambatan

permeabilitas pembuluh darah.

6. Sistem reproduksi berpengaruh terutama terhadap gametotoksisitas/janin belum

lahir menjadi peka terhadap Pb, ibu hamil yang terkontaminasi Pb bisa

mengalami keguguran, tidak berkembangnya sel otak embrio, kematian janin

waktu lahir, serta hipospermia dan teratospermia pada pria.

7. Sistem endokrin : dimana Pb mengakibatkan gangguan fungsi tiroid dan fungsi

adrenal.

8. Bersifat karsinogenik dalam dosis tinggi.

Toksisitas timbal (Pb) bersifat kronis dan akut.

Pada efek toksik logam timbal (Pb), toksisitas kronis sering dijumpai pada

pekerja tambang dan pabrik pemurnian logam, pabrik mobil (proses pengecatan),

pembuatan baterai, percetakan, pelapisan logam, dan pengecatan.

Paparan Pb secara kronis bisa mengakibatkan kelelahan, kelesuan, gangguan

iritabilitas, gangguan gastrointestinal, kehilangan libido, infertilitas pada laki –

laki, gangguan menstruasi serta aborsi spontan pada wanit, depresi, sakit kepala,

sulit berkonsentrasi, daya ingat terganggu, dan sulit tidur.

Toksisitas akut bisa terjadi jika Pb masuk kedalam tubuh seseorang melalui

makanan atau menghirup gas Pb dalam waktu yang relatif pandek dengan

kadar/dosis yang relatif tinggi. Gejala dan tanda – tanda klinis akibat paparan Pb

secara akut bisa menimbulkan beberapa gejala, antara lain :

a. Gangguan gastrointestinal, seperti kram perut, kolik, dan biasanya diawali

dengan sembelit, mual, muntah – muntah dan sakit perut yang hebat.

Universitas Sumatera Utara


b. Gangguan neurologi berupa ensefalopati seperti sakit kepala, bingung/pikiran

kacau, sering pingsan dan koma.

c. Gangguan fungsi ginjal, oliguria, dan gagal ginjal yang akut bisa berkembang

dengan cepat.

Penanggulangan Toksisitas.

Berbagai upaya untuk mencegah dan menghindari efek toksik Pb antara

lain:

1. Melakukan tes medis (Pb dalam darah), terutama bagi pekerja yang berisiko

terpapar Pb.

2 Menghindari menggunakan peralatan – peralatan dapur atau tempat makanan

atau minuman yang mengandung Pb.

3. Pemantauan kadar Pb di udara dan kadar Pb dalam makanan atau minuman

secara berkesinambungan.

4. Menyediakan fasilitas yang aman yang terpisah dari lokasi pencemaran Pb.

5. Tempat makanan/minuman tertutup sehingga tidak kontak dengan debu atau

asap Pb.

6. Mengurangi emisi gas buang yang mengandung Pb, baik dari kendaraan

bermotor maupun dari industri.

7. Bagi para pekerja yang kontak dengan Pb sebaiknya menggunakan peralatan

standar keamanan dan keselamatan kerja. (Widowati, 2008)

2.10. Spektrofotometri

Spektrofotometri adalah pengukuran absorpsi energi cahaya oleh suatu

molekul pada suatu panjang gelombang tertentu untuk analisa kualitatif dan

Universitas Sumatera Utara


kuantitatif. Metode ini didasarkan pada interaksi antara radiasi elektromagnetik

dengan suatu materi berupa molekul. Jenis interaksi yang dapat terjadi antara lain

absorbsi atau fotoforensi, rotasi dan fibrasi. Selain itu spektrofotometri juga

dimaksudkan sebagai suatu metode pengukuran jauhnya pengabsorpsian energi

cahaya oleh suatu sistem kimia itu sebagai fungsi dari panjang gelombang radiasi.

(Rohman, 2007)

Dalam analisis spektrofotometri digunakan suatu sumber radiasi yang

menjorok kedalam daerah ultraviolet spektrum itu. Dari spektrum ini dipilih

panjang – panjang gelombang tertentu. Instrument yang digunakan adalah

spektrofotometer, dan seperti tersirat dalam nama ini instrument ini sebenarnya

terdiri dari dua instrument dalam satu kotak sebuah spectrometer dan sebuah

fotometer. Keuntungan utama metode spektrofotometri adalah bahwa metode ini

memberikan cara yang sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat

kecil. (Bassett, dkk., 1994)

Alat yang digunakan dalam metode spektrofotometri ini adalah

spektrofotometer. Sesuai dengan namanya, spektrofotometer adalah alat yang

terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer manghasilkan sinar dari

spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur

intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diadsorbsi. Jadi, spektrofotometer

digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut

ditransmisikan , direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang

gelombang.

Universitas Sumatera Utara


Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang

kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blangko dan

suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blangko ataupun

pembanding.

1. Sumber : Sumber yang biasa digunakan pada spektroskopi absorbsi adalah

lampu wolfram. Kebaikan lampu wolfram adalah energi radiasi yang

dibebaskan tidak bervariasi pada berbagai panjang gelombang.

2. Monokromator : digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang

monokromatis. Alatnya dapat berupa prisma atau grating.

3. Sel absorbsi : pada pengukuran di daerah tampak kuvet kaca atau kuvet kaca

corex dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV menggunakan

sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini.

4. Detektor : peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap

cahaya pada berbagai panjang gelombang. (Khopkar, 2007)

Pada spektrofotometri cahaya tampak (UV-Vis) panjang gelombang yang

dipakai adalah 400 – 750 nm. Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi

elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga

spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif

dibandingkan kualitatif. Dalam aspek kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan

pada cuplikan (larutan sampel) dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur

besarnya. Radiasi yang diserap oleh cuplikan ditentukan dengan membandingkan

intensitas sinar yang diteruskan dengan intensitas sinar yang diserap jika tidak ada

spesies penyerap lainnya. Intensitas atau kekuatan radiasi cahaya sebanding

Universitas Sumatera Utara


dengan jumlah foton yang melalui satu satuan luas penampang perdetik. Serapan

dapat terjadi jika foton/radiasi yan mengenai cuplikan memiliki energi yang sama

dengan energi yang dibutuhkan untuk menyebabkan terjadinya perubahan tenaga.

Kekuatan radiasi juga mengalami penurunan dengan adanya penghamburan dan

pemantulan cahaya, akan tetapi penurunan karena hal ini sangat kecil

dibandingkan dengan proses penyerapan.

(Rohman, 2007)

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai