Anda di halaman 1dari 36

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH : PERPAJAKAN

DOSEN PENGAMPU : RUDI HANDOYO, SE, M.Si

OLEH :

SHINDY KHOLISAFANI (14010316060020)

PROGRAM STUDI DIII KEUANGAN DAERAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2019
A. Pajak Penghasilan

PPH PASAL 21

1. Mirran adalah wajib pajak orang pribadi, penghasilannya 8.700.000 per


bulan dengan tunjangan jabatan 3.300.00 dan membayar iuran asuransi
250.000, Mirran sudah berkeluarga dikaruniai 2 orang anak. Hitung PPh
pasal 21 atas penghasilan Mirran.

JAWAB :

Gaji pokok 8.700.000


Tunj. Jabatan 3.300.000
Peng. Bruto 12.000.000

Pengurangan
Biaya jabatan 500.000
Iuran asuransi 250.000
750.000
Peng. Neto 11.250.000
Peng. Neto dlm 1 tahun 135.000.000

PTKP
WP 54.000.000
Istri 4.500.000
2 anak 9.000.000
PKP 67.500.000

2. Ilham adalah WP orang pribadi penghasilannya bersumber dari 15 unit


ATK yang ada di Semarang, laba usaha pada tahun 2017 sebesar 8 M.
Ilham sudah berkeluarga dikaruniai 2 orang anak. Hitung PPh pasal 21
atas penghasilan Ilham tahun 2017.

JAWAB :

Pengasilan
WP 8.000.000.000
PTKP
WP 54.000.000
Istri 4.500.000
2 Anak 9.000.000
67.500.000
PKP 7.932.500.000
PPh terutang
J:
5% x 50.000.000 2.500.000
15% x 200.000.000 30.000.000
25% x 250.000.000 62.500.000
30% x 7.432.500.000 2.229.750.000
2.324.750.000
PPh pasal 21 yang harus dipotong
2.324.750.000 /12 = 193.729.167

3. Budi adalah WP orang pribadi, penghasilanyya didapat dari berdagang


sepeda motor bekas, laba tahun 2017 sebesar 5 M. Budi telah berkeluarga
dikaruniai 3 orang anak. Mereka menikah dengan status tidak pisah harta.
Hitung PPh pasal 21 atas penghasilan Budi tahun 2017.

JAWAB :

Pengasilan
WP 5.000.000.000
PTKP
WP 54.000.000
Istri 4.500.000
3 Anak 13.500.000
72.000.000
PKP 4.928.000.000
PPh terutang
:
5% x 50.000.000 2.500.000
15% x 200.000.000 30.000.000
25% x 250.000.000 62.500.000
30% x 4.928.000.000 1.478.400.000
1.573.400.000
PPh pasal 21 yang harus dipotong
1.423.400.000 /12 = 131.116.667

4. PT. Global adalah agen tunggal untuk bola basket di Indonesia.


Penjualan pada tahun 2017 sebesar 300 M, sehingga labanya 85 M.
Hitung PPh pasal 21 atas penghasilan PT. Global tahun 2017.

JAWAB :

Pengasilan PT. Global 85.000.000.000


PKP 85.000.000.000
PPh terutang:
25% x 85,000,000,000 = 21.250.000.000
PPh Pasal 21 yang harus dipotong
21.250.000.000 /12 = 1.770.833.333

5. PT. Abdi Jaya adalah wajib pajak badan, peredaran brutona lebih dari 50
M per tahun. Pada tahun 2015 perusahaan rugi 20 M, pada tahun 2016
perusahaan laba 5 M, pada tahun 2017 perusahaan laba 60M. Hitung PPh
pasal 21 untuk tahun 2017.

JAWAB :

Rugi (2015) 20.000.000.000


Laba (2016) 5.000.000.000
Sisa rugi
(2015) 15.000.000.000
Laba (2017) 60.000.000.000
Laba neto
(2017) 45.000.000.000
PPh terutang:
25% x 45,000,000,000 = 11.250.000.000

PPh Pasal 21 yang harus dipotong


11,250,000,000/12 = 937.500.000

6. PT. Anakku adalah pedagang makanan untuk anak-anak, laba pada tahun
2017 sebesar 10M. biaya operasional selama setahun sebear 8 M. Hitung
PPh pasal 21 atas penghasilan PT. Anakku tahun 2017.

JAWAB :

Laba tahun
2017 10.000.000.000
Biy.
Operasional 8.000.000.000
PKP 2.000.000.000

PPh
terutang:
25% x 2,000,000,000 = 500.000.000

PPh Pasal 21 yang harus dipotong


500,000,000/12 = 41.666.667
7. PT. Setyogi berdagang aksesoris mobil, laba pada tahun 2017 adalah 40
M, biaya operasional satu tahun sebesar 25 M. Hitung PPh pasal 21 atas
penghasilan PT. Setyogi tahun 2017.

JAWAB :

Laba tahun
2017 40.000.000.000
Biy.
Operasional 25.000.000.000
PKP 15.000.000.000

PPh
terutang:
25% x 15,000,000,000 = 3.750.000.000

PPh Pasal 21 yang harus dipotong


3,750,000,000/12 = 312.500.000

8. Ardi adalah pegawai tenaga lepas untuk desain grafis di PT. Cahaya
Kurnia dengan penghasilan sebesar Rp 5.000.000,-. Hitunglah PPh Pasal
21nya.

JAWAB :

Besarnya PPh Pasal 21 yang terutang adalah sebesar:


5% x 50% x 5,000,000 = 125,000
J
AKarena Aditya tidak memiliki NPWP maka besarnya PPh pasal 21 yang
Wterutang:
A120% x 5% x 5,000,000 = 150,000

9. Sita Rianti adalah karyawati pada perusahaan PT. Onix Komunika


dengan status menikah dan mempunyai tiga anak. Suami Sita merupakan
pegawai negeri sipil di Kementrian Komunikasi & Informatika. Sita
menerima gaji Rp 6.000.000,- per bulan.PT. Onix Komunika mengikuti
program pensiun dan BPJS Kesehatan. Perusahaan membayarkan iuran
pensiun dari BPJS sebesar 1% dari perhitungan gaji, yakni sebesar Rp
30.000,- per bulan. Di samping itu perusahaan membayarkan iuran
Jaminan Hari Tua (JHT) karyawannya setiap bulan sebesar 3,70% dari
gaji, sedangkan Sita membayar iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan
sebesar 2,00% dari gaji. Premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan
Jaminan Kematian (JK) dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah
masing-masing sebesar 1,00% dan 0,30% dari gaji.Pada bulan Juli 2016
di samping menerima pembayaran gaji, Sita juga menerima uang lembur
(overtime) sebesar Rp 2.000.000,-.
JAWAB :

Gaji Pokok 6.000.000


Tunjangan 2.000.000
JKK 0.24% 14.400
Jk 0.3% 18.000
Peng. Bruto 8.032.400

Pengurangan:
5% x 8,032,440
Biaya jabatan = 401.622
Iuran JHT 2% x gaji = 120.000
Jaminan
pensiun 1% x gaji = 60.000
581.622
Penghasilan netto sebulan 7.450.778

Penghasilan netto setahun 89.409.360


PTKP 54.000.000
54.000.000
PKP setahun 35.409.360
PPh terutang
50% x 50.000.000 1.770.450

PPh Pasal 21 bulan Juli 147.538

10. Birin adalah wajib pajak orang pribadi, penghasilannya 9.500.000 per
bulan dengan tunjangan jabatan 3.300.00 dan membayar iuran asuransi
300.000, Birrin sudah berkeluarga dikaruniai 3 orang anak. Hitung PPh
pasal 21 atas penghasilan Birrin.

JAWAB :
Gaji pokok 9.500.000
Tunj. Jabatan 3.300.000
Peng. Bruto 12.800.000

Pengurangan
Biaya jabatan 500.000
Iuran asuransi 300.000
800.000
Peng. Neto 12.000.000
Peng. Neto dlm 1 tahun 144.000.000

PTKP
WP 54.000.000
Istri 4.500.000
3 anak 13.500.000
PKP 72.000.000

PPh terutang
5% x 50,000,000 = 2,500,000
15% x 22,000,000 =
3,300,000
5.800.000
PPh pasal 21 yang hrs dipotong
5,800,000/12 483.333
5% x 50,000,000 = 2,500,000
15% x 22,000,000 =
3,300,000
5.800.000
PPh pasal 21 yang hrs dipotong
5,800,000/12 483.333
PPH PASAL 22

1. Seorang importir pada awal tahun 2013 memasukkan barang ke wilayah


pabean Indonesia dengan Cost sebesar US$80.000. Biaya angkut dari
luar negeri ke pelabuhan tujuan sebesar US$5.000 dan premi asuransi
perjalanan yang dibayar dari luar negeri ke pelabuhan tujuan sebesar
US$1.000. Bea Masuk yang dibebankan sebesar Rp34.200.000 dan
pungutan pabean lain yang rsemi sebesar Rp16.000.000, kurs yang
berlaku saat terjadinya import adalah US$1= Rp10.000. Hitunglah Pajak
penghasilan Pasal 22 Bea Cukai, dalam kondisi baik importir memiliki
API/APIS/APIT dan jika importir belum memiliki API/APIS/APIT ?

JAWAB :

Harga import US$ 80,000 x Rp 10.000 = Rp 800.000.000


Biaya Angkut US$ 5,000 x Rp 10.000 = Rp 50.000.000
Biaya Asuransi US$ 1,000 x Rp 10.000 = Rp 10.000.000
Bea Masuk = Rp 34.200.000
Pungutan pabean dan lain-lain = 16.000.000 + nilai impor = 910.200.000
PPh Pasal 22
Bea cukai bila importir memiliki API/APIS/APIT :
2,5 % x Rp910.200.000 = Rp22.755.000
Bea cukai bila importir tidak memiliki API/APIS/APIT :
7,5 % x Rp910.200.000 = Rp68.265.000

2. PT DTC berkedudukan di Jakarta, menjadi pemasok alat-alat tulis kantor


bagi Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan. Pada tanggal 1 Oktober
2015, PT DTC melakukan penyerahan barang kena pajak dengan nilai
kontrak sebesar Rp11.000.000 (nilai sudah termasuk PPN). Maka,
berapakah PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Dinas Pendidikan Kota
Tangerang Selatan?

JAWAB :

Nilai kantor termasuk PPN = 11.000.000


DPP (100/110) x Rp11.000.000 = 10.000.000
PPN dipungut (10% dari DPP) = 1.000.000
PPh Pasal 22 yang dipungut (1,5% x Rp10.000.000)= 150.000
Jadi, besarnya PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan
sebesar Rp150.000. PPh Pasal 22 = 1,5% x harga pembelian tidak termasuk PPN.
Atas pembelian barang yang dananya berasal dari belanja negara atau belanja daerah yang
dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 adalah:
1. Pembayaran atas penyerahan barang (bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah)
yang meliputi jumlah kurang dari Rp1.000.000,00.
2. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak,listrik,gas,air
minum/PDAM,
dan benda-benda pos.
3. Pembayaran/ pencairan dana Jaring Pengaman Sosial (JPS) oleh kantor
Perbendaharaan
dan Kas Negara.

3. PT Pertamina selaku produsen bahan bakar minyak, gas, dan pelumas


menyerahkan bahan bakar minyak senilai Rp300.000.000 (tidak termasuk
PPN) kepada non-SPBU. Maka, berapakah PPh Pasal 22 yang dipungut?

JAWAB :

Ph Pasal 22 yang dipungut atas penyerahan bahan bakar minyak adalah:


0,3% x Rp 300.000.000 = Rp900.000

4. Perhitungan PPh Pasal 22 atas Penjualan Hasil Produksi Industri Tertentu


a. Pada bulan Agustus, PT Semen Sentosa menjual hasil produknya kepada
PT Indah Bahagia senilai Rp825.000.000. harga tersebut sudah termasuk
PPN sebesar 10%.
b. Pada bulan April, PT Gerhana yang bergerak dalam industri kertas
menjual hasil produksinya senilai Rp550.000.000 kepada PT Halilintar.
Harga tersebut sudah termasuk PPN sebesar 10%.
c. Pada bulan Juli, PT Baja Perkasa menjual hasil produknya kepada PT
Adi Karya senilai Rp1.100.000.000. Harga tersebut sudah termasuk PPN
sebesar 10%.
JAWAB :
PPh Pasal 22 yang dipungut
a. DPP PPN = (100/110) x Rp825.000.000 = 750.000.000
0,25% x Rp750.000.000 = Rp1.875.000

b. DPP PPN = (100/110) x Rp550.000.000 = 500.000.000


0,25% x Rp500.000.000 = 1.250.000

c. DPP PPN : (100/110) x Rp1.100.000.000 = 1.000.000.000


0,25% x Rp1.000.000.000 = 2.500.000

5. Perusahaan Lelang negara tetah melelang barang sitaan senilai Rp


500.000.000,-. Berapa PPh pasal 22 yang harus dipungut?
JAWAB :

PPh pasal 22 = 7.5% x Rp 500.000.000,- = Rp 37.500.000,-

6. Pemda Semarang melakukan kontrak perbaikan jalan dengan PT.


Adikarya senilai Rp 600.000.000,-. Hitung berapa PPh pasal 22 yang
harus dipungut oleh Pemda Semarang?
JAWAB :

PPh pasal 22 = 1.5% x Rp 600.000.000,- = Rp 9.000.000,-


PPH PASAL 23
1. PT Aman sebuah perusahaan bermedia tenaga kerja mendapat kontrak dari PT
Abadi untuk menyediakan tenaga pemasaran sebanyak 20 orang dengan mendapat
imbalan jasa Rp 30.000.000,00 tenaga pemasaran selanjutnya menjadi pegawai PT
Abadi. Berapa PPh pasal 23 yang dipotong PT Abadi kepada PT Aman?
JAWAB:

PPh pasal 23 yang dipotong PT Abadi kepada PT Aman:


Rp 30.000.000,00 x 2% = Rp 600.000

2. Pada tanggal 10 May 2010, PT. Sukses membagikan dividen masing-masing Rp


10,000,000 kepada 20 pemegang sahamnya. Atas dividen yang dibagikan, PT.
Sukses wajib memungut PPh Pasal 23 sebesar….
JAWAB:

PPh pasal 23 yang harus dipotong PT. Sukses adalah :


=>15% x Rp 10.000.000,- = Rp 150.000,-
=>20 x Rp 150.000,- = Rp 3.000.000,-
Saat terutang : akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31 Mei
2010
Saat Penyetoran : paling lambat 10 Juni 2010
Saat Pelaporan : paling lambat 20 Juni 2010

3. Doan Pasaribu mendapat hadiah sebuah mobil senilai Rp 200.000.000,- atas undian
tabungan yang diselenggarakan Bank Kecap ABC pada tanggal 20 Januari 2010
PPh pasal 23 yang harus dipotong Bank Kecap ABC adalah….
JAWAB:

PPh pasal 23 yang harus dipotong Bank Kecap ABC adalah


15% x 200.000.000 = 30.000.000
Saat terutang : akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31 Mei
2010
Saat Penyetoran : paling lambat 10 Juni 2010
Saat Pelaporan : paling lambat 20 Juni 2010

4. PT Sehati Jaya adalah perusahan yang bergerak di bidang penerbitan buku dan
percetakan. Perusahaan ini melakukan sejumlah pembayaran yang terkait dengan
PPh Pasal 23 kepada beberapa pihak dengan rincian:
1. Pembayaran royalti 3 orang penulis : Rizky Nastiti Amelia NPWP
01.555.999.3.898.000, Anto Lesmana NPWP 01.555.676.3.976.000, dan
Ridwan Kurniawan NPWP 01.555.656.3.876.000. Royalti yang diberikan
masing- masing mendapatkan 10.000.000,-
2. Pembayaran bunga pinjaman kepada BJB dengan NPWP 03.111.222.2.543.000
untuk bulan Oktober sebesar 2.000.000,-

JAWAB:
1. Untuk pembayaran royalti
10. Rizky 15% x Rp.10.000.000,- = Rp.1.500.000,-
11. Anto 15% x Rp.10.000.000,- = Rp.1.500.000,-
12. Ridwan 15% x Rp.10.000.000,- = Rp.1.500.000,-
Setelah melakukan pemotongan PPh Pasal 23 maka penulis akan mendapatkan hasil bukti
pemotongan

2. Untuk pembayaran atas Bungan pinjaman pada BJB, tidak dikenakan PPh Pasal 23. Sebab
termasuk penghasilan yang dibayarkan atau terutang kepada bank dan merupakan pengecualian
terhadap PPh Pasal 23.

PPH PASAL 24

Perhitungan Kredit Pajak Luar Negeri (PPh Pasal 24)

1. PT Sinar Gemilang di Semarang memperoleh penghasilan neto dalam


tahun 2014 sebagai berikut:
Penghasilan dalam negeri Rp400.000.000
Penghasilan dari Vietnam (tarif pajak 20%) Rp200.000.000

Hitunglah PPh Pasal 24 atau kredit pajak luar negeri dari PT Sinar Gemilang
tahun 2014?

Jawaban:

Penghitungan PPh Pasal 24 adalah sebagai berikut:

Menghitung total penghasilan


1.
kena pajak:
Penghasilan dalam negeri Rp400.000.000

Penghasilan dari Vietnam Rp200.000.000

Jumlah Penghasilan Neto Rp600.000.000


Menghitung total PPh
2.
terutang:
Pajak terhutang 25% x Rp
Rp150.000.000
600.000.000 =
Menghitung PPh maksimum
3.
yang dapat dikreditkan:
(penghasilan Luar Negeri :
total penghasilan) x total PPh
terutang
(Rp200.000.000 :
Rp600.000.000) x
Rp50.000.000
Rp150.000.000 = Rp49.999.999
(dibulatkan)
Menghitung PPh yang terutan
4.
atau dipotong di Luar Negeri:
20% x Rp200.000.000 = Rp40.000.000
Dari perhitungan di atas, kredit pajak luar negeri yang diperbolehkan adalah
sebesar Rp40.000.000 atau sebesar PPh yang terutang atau dibayar di Luar
Negeri. Jumlah ini diperoleh dengan membandingkan penghitungan PPh
maksimum yang boleh dikreditkan dengan PPh yang terutang atau dibayar di
Luar Negeri, kemudian pilih jumlah yang terendah.

2. PT Selaras Abadi pada tahun 2013 memperoleh penghasilan neto sebagai


berikut:
Di Thailand memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar
Rp300.000.000 (tarif pajak yang berlaku 40%). Di Jerman menderita
kerugian sebesar Rp500.000.000 (tarif pajak yang berlaku 25%). Di
dalam negeri memperoleh laba usah sebesar Rp500.000.000

Hitunglah PPh Pasal 24 atau kredit pajak luar negeri dari PT Sinar Gemilang
tahun 2014?

Jawaban:

Penghitungan PPh pasal 24 adalah sebagai berikut:

Menghitung total penghasilan


1.
kena pajak:
Penghasilan dalam negeri Rp300.000.000
Penghasilan dari luar negeri Rp500.000.000
Jumlah Penghasilan Neto Rp800.000.000
2. Menghitung total PPh terutang:
Pajak terhutang 25% x
Rp200.000.000
Rp800.000.000 =
Menghitung PPh maksimum
3.
yang dapat dikreditkan:
(penghasilan Luar Negeri : total
penghasilan) x total PPh
terutang
(Rp300.000.000 : Rp800.000.000)
Rp75.000.000
x Rp200.000.000 =
Menghitung PPh yang terutan
4.
atau dipotong di Luar Negeri:
40% x Rp300.000.000 = Rp120.000.000

Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa PPh pasal 24 yang dapat
dikreditkan adalah Rp75.000.000.

3. PT Selera Rakyat berkedudukan di Indonesia memperoleh penghasilan


neto dalam tahun 2015 sebagai berikut:
Di Belanda memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar
Rp600.000.000 (tarif pajak yang berlaku 30%). Di dalam negeri
menderita kerugian sebesar Rp200.000.000

Hitunglah PPh Pasal 24 atau kredit pajak luar negeri dari PT Sinar Gemilang
tahun 2014?

Jawaban

Penghitungan PPh pasal 24 adalah sebagai berikut:

Menghitung total penghasilan


1.
kena pajak:
Penghasilan dari Belanda Rp600.000.000
Penghasilan dari dalam negeri (Rp200.000.000)
Jumlah Penghasilan Neto Rp400.000.000
2. Menghitung total PPh terutang:
Pajak terhutang 25% x Rp
Rp100.000.000
400.000.000 =
Menghitung PPh maksimum
3.
yang dapat dikreditkan:
(penghasilan Luar Negeri : total
penghasilan) x total PPh
terutang
(Rp600.000.000 :
Rp400.000.000) x Rp100.000.000 Rp150.000.000
=
Menghitung PPh yang terutan
4.
atau dipotong di Luar Negeri:
30% x Rp600.000.000 = Rp180.000.000

Kredit pajak yang diperoleh (PPh pasal 24) adalah Rp150.000.000. Jumlah ini
diperoleh dengan membandingkan penghitungan PPh maksimum yang boleh
dikreditkan dengan PPh yang terutang atau dibayar di Luar Negeri, kemudian
pilih jumlah yang terendah.
4. PT X berkedudukan di Jakarta memperoleh penghasilan neto dalam tahun
2001 adalah sbb :
- Penghasilan neto dari dalam negeri sebesar Rp 8.000.000.000,00.
Di Singapura memperoleh penghasilan (laba neto) Rp
- 2.000.000.000,00, dimana PPh yang dibayar di Singapura sebesar
Rp 800.000.000,00
Di Vietnam memperoleh penghasilan (laba neto) sebesar Rp
- 6.000.000.000,00, dimana PPh yang dibyar sebesar
Rp 1.500.000.000,00
Di Malaysia menderita kerugian (rugi neto) sebesar Rp
-
5.000.000.000,00.
Perhitungan Kredit PPh Luar Negeri-nya adalah sbb :
Penghasilan
neto dalam Rp 8.000.000.000,00
negeri
Penghasilan
neto dari Rp 2.000.000.000,00
Singapura
Penghasilan
neto dari Rp 6.000.000.000,00
Vietnam
________________
Jumlah
Penghasilan Rp 16.000.000.000,00
Neto
________________
Rugi neto yang berasal dari Malaysia tidak boleh digabung (tidak diakui).
Perhitunga PPh Terutang :
10% x Rp
Rp 5.000.000,00
50.000.000,00
15% x Rp
Rp 7.500.000,00
50.000.000,00
30% x Rp
Rp 4.770.000.000,00
15.900.000.000,00
_______________
Rp 4.782.500.000,00
Batas Maksimum Kredit Pajak Luar Negeri :
Singapura = (2 Milyar / 16 Milyar) x Rp 4.782.500.000,00 = Rp
-
597.812.500,00
PPh yang dapat dikreditkan hanya Rp 597.812.500,00 meskipun secara nyata
membayar PPh di Singapura sebesar Rp 800.000.000,00. Sisanya tidak boleh
dikompensasi ke tahun berikutnya, direstitusi, maupun dibebankan sebagai
biaya.
Vietnam = (6 Milyar / 16 Milyar) x Rp 4.782.500.000,00 =Rp
-
1.793.437.500,00.
PPh yang dapat dikreditkan sebesar Rp 1.500.000.000,00 (sebesar yang
nyata-nyata dibayar/terutang di Vietnam).
2. Contoh 2 :
PT Y berkedudukan di Surabaya memperoleh penghasilan neto dalam tahun
2001 sbb :
Penghasila
n neto
R
- (rugi) di (600.000.000,00)
p
dalam
negeri
Penghasila
n neto dari R
- 3.000.000.000,00
usaha di p
Philipina

- ______________
_
R
- Jumlah 2.400.000.000,00
p
PPh yang
terutang di R
- 1.200.000.000,00
Philipina p.
sebesar
Perhitungan Kredit Pajak Luar Negeri :
Jumlah Penghasilan Neto (Penghasilan Kena Pajak)Rp 2.400.000.000,00
PPh Terutang :
10% x Rp = 5.000.000,00
50.000.000,00 Rp
15% x Rp = 7.500.000,00
50.000.000,00 Rp
30% x Rp = 690.000.000,00
2.300.000.000,00 Rp
____________
Rp 702.500.000,00
Batas Maksimum Kredit Pajak Luar Negeri :
Karena jumlah Penghasilan Kena Pajaknya lebih kecil dari pada Penghasilan
Neto dari Luar Negeri (di Dalam Negeri mengalami kerugian), maka
maksimum Kredit Pajak Luar Negeri adalah sama dengan jumlah PPh yang
terutang, yaitu Rp 702.500.000,00. PPh yang telah dibayar di Philipina adalah
sebesar Rp 1.200.000.000,00, sehingga terdapat sisa sebesar Rp
497.500.000,00, yang tidak dapat dikompensasi ke tahun berikutnya,
direstitusi, maupun diakui sebagai biaya.
PPH PASAL 25
1. Pak Andra adalah pimpinan dan sekaligus pemilik PT BACKBONE.
PT BACKBONE adalah wajib pajak yang menyelenggarakan
pembukuan dan terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Kalibata
sejak 1 Januari 2005. Peredaran bruto dalam bulan Januari 2005
tercatat sebesar Rp. 77.800.000,00 dan penghasilan bersih setelah
dikurangi beberapa pengurang penghasilan dalam pembukuannya
diperoleh sebesar Rp. 12.500.000,00. Berapakah angsuran PPh pasal
25 setiap bulannya ?
JAWAB :
Penghasilan Neto = Rp. 12.500.000

Penghasilan Neto 1 thn = Rp. 150.000.000

PPh pasal 25 terutang :

10% x 50 juta = Rp. 5.000.000

15%x 50 juta = Rp. 7.500.000

30%x50 juta = Rp. 15.000.000 = Rp. 27.500.000


PPh pasal 25 per bulan = 27.500.000/12 = Rp. 2.291.666,67

2. Setelah melalui perhitungan ternyata utang pajak penghasilan PT


DYNANIC yang tercantum dalam Surat Pemberitahuan (SPT) untuk tahun
2005 sebesar Rp. 56.500.000,00. Sedangkan kredit PPh pasal 21, 22, 23 dan
24 tahun 2005 berjumlah Rp. 17.500.000,00. Maka angsuran PPh pasal 25
PT DYNAMIC untuk setiap bulannya pada tahun 2006 adalah sebesar?

JAWAB :

Pajak penghasilan Terutang (SPT tahun 2005) = Rp. 56.500.000,00

Kredit PPh pasal 21, 22, 23 dan 24 tahun 2005 = Rp. 17.500.000,00
Rp.39.000.000,00
PPh pasal 25 per bulan 39jt/12 = Rp. 3.250.000

3. Penghasilan PT. Maju Sejahtera tahun 2008 adalah sebesar Rp


350.000.000,00. Sisa kerugian tahun 2007 yang masih dapat
dikompensasikan sebesar Rp 400.000.000,00. Sisa kerugian yang belum
dikompensasikan sebesar Rp 50.000.000,00. Pada tahun 2008 PPh yang
dipotong atau dipungut pihak lain adalah sebesar Rp18.000.000,00, dan
tidak ada pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri. Hitunglah
PPhpasal 25 untuk tahun 2009 dan besar angsuran pajak bulanan PT. Maju
Sejahtera!

JAWAB :

Perhitungan pph pasal 25 tahun 2008 :

Penghasilan yang dipakai sEbagai dasar perhitungan angsuran pph


pasal 25 adalah

sebesar Rp 350.000.000,00 – Rp 50.000.000,00 = Rp300.000.000,00

Pph terutang = 28% x Rp300.000.000,00 = Rp 84.000.000,00

Pph yg dipungut atau dipoton Rp18.000.000,00 – Rp 48.000.000,00

= Rp 66.000.000,00

Besarnya angsuran pajak bulanan PT Maju sejahtera tahun 2008

= 1/12 x Rp66.000.000,00 = Rp5.500.000,00

4. Doni Sugianto berstatus menikah dan memiliki 2 orang anak. Doni


baru saja terdaftar sebagai wajib pajak orang pribadi sejak 1 Agustus
2016. Dalam penyelenggaraan usahanya Doni menggunakan metode
pembukuan dengan penghasilan bruto pada bulan Agustus 2016
sebesar Rp250.000.000 dan biaya yang diperkenankan untuk
mengurangi penghasilan bruto sebesar Rp50.000.000. Hitung besarnya
PPh Pasal 25 Agustus 2016?
Jawab:

Besarnya PPh Pasal 25 masa Agustus 2016:


Penghasilan bruto Agustus 2016 120.000.000
Biaya pengurang yang diperkenankan (90.000.000)
Penghasilan neto Agustus 2016 30.000.000
Penghasilan neto yang disetahunkan 360.000.000
PTKP (K/2) (67.500.000)
Penghasilan Kena Pajak 292.500.000
PPh terutang:
5% x 50.000.000 2.500.000
15% x 200.000.000 30.000.000
25% x 42.500.000 10.625.000
Total PPh terutang setahun 43.125.000
Angsuran PPh Pasal 25 Agustus 2016
3.593.750
43.125.000/12

Jadi, besarnya angsuran pajak yang harus dibayar oleh Doni Sugianto pada masa
Agustus 2016 adalah sebesar Rp3.593.700.
PPH PASAL 26
1. Seorang atlet dari Brunei Darussalam yang ikut mengambil bagian dalam
perlombaan lari maraton SEA Games Indonesia. Dia memenangkan
perlombaan tersebut dan mendapatkan uang sebesar 68,000 BND. Kurs
yang berlaku adalah Rp.7.394 per 1 BND. Berapa PPh pasal 26 untuk
atlet tersebut ?

JAWAB :

Pendapatan bruto 68,000 x 7,394 = Rp. 502.792.000,-

Penerapan tarif : 20 % x 502.792.000 = Rp. 100.558.400,-

PPh pasal 26 atas pendapatan atlet tersebut adalah sebesar Rp.


100.558.400

2. PT Abadi Berkarya memiliki perwakilan di luar negeri dan


mengasuransikan bangunan bertingkat ke PT XYZ yang
merupakan perusahaan asuransi di luar negeri dengan membayar
jumlah premi pada tahun 2015 sebesar Rp 2 milliar. Hitunglah PPh
Pasal 26 dari PT Abadi Berkarya tahun 2015?

Jawab :

Perhitungan PPh pasal 26 adalah sebagai berikut:

Perkiraan penghasilan neto

50% x Rp 2.000.000.000 = Rp 1.000.000.000

PPh Pasal 26

20% x Rp 1.000.000.000 = Rp 200.000.000

Perkiraan penghasilan neto

10% x Rp 1.000.000.000 = Rp 100.000.000

PPh Pasal 26 PT Abadi Berkarya


20% x Rp 100.000.000 = Rp 20.000.000

3. Aland Addison adalah seorang warga negara Inggris yang memiliki


25% saham atas PT Jayaraya Indonesia. Tahun ini Aland menjual
seluruh sahamnya senilai Rp 8 Milyar kepada Chikos seorang
warga negara Argentina. Asumsikan tidak ada P3B antara
Indnonesia dan Argentina serta Inggris sehubungan dengan
transaksi tersebut. Hitunglah PPh pasal 26 dari transaksi tersebut?
Jawab:
PPh Pasal 26

20% x 25% x Rp 8.000.000.000 = Rp 400.000.000(bersifat final)

4. Seorang atlet dari China yang ikut mengambil bagian dari


perlombaan lari marathon di Indonesia berhasil meraih juara dan
memperoleh hadiah uang tunai sebesar Rp 100.000.000. Atas
penghasilan dari hadiah tersebut dikenakan PPh Pasal 26.
Hitunglah PPh Pasal 26?
Jawab:
PPh pasal 26
20% x Rp 100.000.000 = Rp 20.000.000
Maka , atas penghasilan yang diterima oleh atlet dari china tersebut
akan dipotong PPh Pasal 26 sebesar Rp 20.000.000
PPH PASAL 29

1. Koperasi Unit Desa Anti Korupsi, setelah menghitung PPh terutang


tahun pajak 2010diketahui PPh terutang setahun sebesar Rp
12.000.000. Karena pada tahun 2011, koperasi mendapat laba yang
lebih banyak, maka setelah dihitung kembali pajak terhutang
pada 2011adalah Rp 15.000.000.

- Angsuran PPh Pasal 25 selama tahun 2011 (12 bulan) sebesar :


Rp 1.000.000 x 12 = Rp 12.000.000,- (asumsi pembayaran tahun
berjalan)
- PPh Pasal 29 tahun 2011 yang harus dilunasi oleh KUD Anti Korupsi
adalah sebesar : PPh yang terutang – angsuran PPh Pasal 25
Rp15.000.000 – Rp 12.000.000 = Rp 3.000.000,00

2. Pak Anton adalah pengusaha kafe (UMKM) di Garut yang tergolong


sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu dan
menggunakan pencatatan dalam perhitungan besarnya PPh.
 Jumlah peredaran usaha (omset) selama setahun adalah
Rp.400.000.000,-
 PPh Pasal 25 (WP OPPT) yang sudah dilunasi (0,75% x
Rp.400.000.000 = Rp.3.000.000,-)
 Setelah dihitung kembali pajak yang seharusnya dibayar Pak Anton
yang terutang selama setahun adalah Rp.3.500.000,-
 PPh Pasal 29 yang dilunasi oleh Pak Anton adalah : Rp.3.500.000 –
Rp.3.000.000 = Rp.500.000,-

3. Koperasi Mahasiswa IPI setelah menghitung PPh terutang tahun


pajak 2016 diketahui PPh terutang setahun sebesar Rp.12.000.000.
karena pada tahun 2015 koperasi mendapat laba yang lebih banyak,
maka setelah dihitung kembali pajak terhutang pada 2016 adalah
Rp.15.000.000
 PPh Pasal 25 selama tahun 2016 sebesar : Rp.1.000.000,- x 12 =
Rp.12.000.000,- asumsi pembayaran tahun berjalan
 PPh Pasal 29 tahun 2016 yang dilunasi oleh KUD Anti Korupsi
adalah sebesar : PPh yang terutang–angsuran PPh Pasal 25 sehingga
perhitungannya Angsuran menjadi:
Rp.15.000.000–Rp.12.000.000 = Rp.3.000.000

4. Dalam laporan akuntansi pada tahun 2016. PT IKA OCHI telah


menghasilkan laba sebelum pajak sebesar Rp.4.000.000.000,-. Laba
tersebut diperoleh dari omset usaha sebesar Rp.100.000.000.000,-.
Setelah melakukan rekonsiliasi fiscal, didapatkan laba kena pajak
sebesar Rp.3.000.000.000,- dan PPh terutangnya Rp.750.000.000,-
(25% x Rp.3.000.000.000).
Selama tahun 2015, data kredit pajak dan pajak yang harus dibayar
PT IKA OCHI dapat dijabarkan sebagi berikut:
 PPh Pasal 22 Impor sebesar Rp.15.000.000,-
 PPh Pasal 22 Bendahara sebesar Rp.10.000.000,-
 PPh 23 sebesar Rp.18.000.000,-
 PPh 24 sebesar Rp.12.000.000,-
 PPh 25 sebesar Rp.180.000.000,-
Kredit pajak di atas dijadikan acuan PT IKA OCHA dalam mengisi
SPT tahunan PPh badan Usaha. SPT tersebut kemudian disampaikan
pada 30 April 2016 serta kekurangan dari pajaknya dibayar pada 25
April 2016.
Dapat Anda simpulkan dari ilustrasi di atas bahwa PPh Pasal 29
adalah sisa pembayaran pajak yang masih wajib dibayarkan. Bagi
Wajib Pajak yang mempunyai usaha seharusnya setiap bulan secara
rutin membayar dan juga melaporkan PPh Pasal 25, karena dari PPh
Pasal 25 itulah pada akhir tahun disebut kredit pajak. Dan
kekurangannya disebut dengan PPh Pasal 29.
PPn & PPnBM

1. REDCARPET adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang tekstil.


Berikut ini adalah data - data penjualan PTREDCARPET: menjual 80 buah
kemeja pada Toko GREENDAYdengan harga masing-masing Rp100.000,
pemakaian sendiri 20 buah kemeja, dimana DPP adalah harga jual tanpa
menghitung laba kotor yaitu Rp80.000 per buah. Maka atas transakai yang
terjadi diatas, PPN yang terutang sebesar:

§ Atas penjualan 80 buah kemeja: 10% x (80 x Rp 100.000)= Rp800.000


§ Untuk pemakaian sendiri : 10% x (20 x Rp 80.000 ) =Rp 160.000 +
Jumlah PPN terutang Rp 960.000

2. Perusahaan ’SAKURA’ adalah perusahaan yang memproduksi kulkas. Barang


tersebut dikategorikan sebagai barang mewah dan dikenakan PPnBM dengan
tarif sebesar 20%. Dalam bulan Desember 2010 perusahaan ’SAKURA’ menjual
15 buah kulkas pada Toko ’HINATA’ dengan harga jual @ Rp4.500.000. Maka
PPN dan PPnBM yang terutang oleh perusahaan SAKURA sebesar:

§ PPN yang terutang : 10% x (15 x R = Rp 6.750.000


§ PPnBM yang terutang : 20% x (15x Rp. 4.500.000) = Rp 13.500.000 +
Jumlah PPN dan PPnBM yang terutang Rp 20.250.000

Jika Toko “HINATA” menjual kembali kulkas tersebut di atas sebanyak 15 buah
dengan harga @ Rp5.000.000 maka PPN yang terutang oleh Toko ’HINATA’ adalah
sebesar:

§ PPN yang terutang : 10% x (15 x Rp 5.000.000)= Rp 7.500.000

Catatan:

Dalam hal ini Toko HINATA tidak boleh memungut PPnBM karena PPnBM hanya
dikenakan satu kali, yaitu pada saat barang tersebut dijual oleh produsen / pabrikan.

3. PKP A bulan Januari 2017 menjual tunai barang kena pajak denganharga jual
Rp 10.000.000,-. Hitung : -PPNterutang

-Jumlah yang harus dibayar pembeli


Jawab:
PPN terutang 10% X Rp 10.000.000,- = Rp 1.000.000,- + Harga Beli = Rp 10.000.000,-
PPN 10% X Rp 10.000.000,- = Rp 1.000.000,-
+ Jumlah yang harus dibayar = Rp 11.000.000,-

4. Bpk.Dhani adalah seorang pengusaha yang memilih menjadi


PKP(PMPKP) pada suatu masa melakukan kegiatan sebagai berikut :
- Membeli BKP Rp 800.000.000,-
- Menjual BKP ke PKP Rp 600.000.000,-
- Menjual BKP ke bukan PKP Rp 210.000.000,-
- Menjual BKP ke Luar Negeri/Ekspor Rp 900.000.000,
- Persediaan barang awal dan akhir di anggap tidak ada.
Hitung:
a. Pajak Masukan b. Pajak Keluaran c. Pajak masukan yang dapat di kre
ditkan
d. PPN lebih bayar/kurang bayar
Jawab :
1. Pajak Masukan = 10% X Rp 800.000.000 = Rp 80.000.000,-
2. Pajak Keluaran = 10% X Rp 600.000.000 = Rp 60.000.000,- Pajak
Keluaran atas penjualan di Luar Negeri = 0% X Rp 900.000.000 = Rp 0 -
= Rp 60.000.000,-
3. PPN Masukan ( yang dapat dikreditkan )
Rp 1.710.000.000– Rp 210.000.000
Rp 80.000.000,-
Rp 1.710.000.000,-
=Rp 70.175.438,59
4. PPN Keluaran Rp 60.000.000,-

5.PT. Cahaya membeli BKP Barang Mewah Langsung dari pabrik seharga Rp
500.000.000 tarif barang Mewah 20% kemudian barang tersebut dijual lagi seharga Rp
750.000.000 di dalam negeri.

hitunglah :
- PPN dan PPN BM
- Jumlah yang dibayar PT Cahaya
- Jumlah Yang dibayar pembeli

Jawab :
-PPN 10% X Rp 500.000.000 Rp 50.000.000
PPN BM 20% X Rp 500.000.000 Rp 100.000.000
----------------+
-PPN dan PPN BM yang harus dibayar Rp 150.000.000
-PPN 10% X Rp 750.000.000
Jumlah yang dibayar pembeli Rp 75.000.000

6. Bpk Sarno seorang importir mengimpor BKP Barang Mewah dengan tarif 30%
seharga Rp 300.000.000,-

Hitung :

-PPN dan PPN Bm


-Jumlah yang harus dibayar
Jawab :
Jumlah Pembayaran Rp 300.000.000,-
PPN 10% X Rp300.000.000 Rp 30.000.000,-
PPN BM 30% X Rp 300.000.000 Rp 90.000.000,-
----------------+
Jumlah yang harus dibayar Rp 420.000.000,-

7. PT Andika adalah Pengusaha kena pajak yang bergerak dibidang perdagangan kertas.
PT andika menjual 10rim kertas dengan harga 30.000. hitunglah PPN dan buatlah
jurnalnya!
Jawab:

10 rim x Rp. 30.000 = Rp. 300.000

PPN: 10% x Rp. 300.000 = Rp. 30.000

Rp
Jurnal: kas 330.000
Rp
penjualan 300.000
Rp
PPN keluaran 30.000

8.Sebutkan dokumen dokumen penting dalam mekanisme PPN dan PPnBM!


Jawab:

- Faktur pajak
- Nota retur
- Surat setoran pajak
- Surat pemberitahuan masa PPN dan PPnBM
- Surat pemberitahuan masa bagi pemungut PPN

9.Objek pajak (pasal 4) PPN dikenakan atas apa saja?


Jawab:

- Penyerahan BPK di dalam daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha


- Impor Barang Kena Pajak
- Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha
- Pemanfaatan BPKP tidak berwujud dari luar daerah Pabean di dalam daerah
Pabean

10.Apa saja jenis barang yang tidak dikenakan PPN ?


Jawab:

- Barang hasil pertambangan


- Barang kebutuhan pokok
- Makanan dan minuman yang disajikan hotel, restoran, rumah makan, warung
dan sejenisnya
- Uang, emas batangan, dan surat berharga

11.Kelompok jasa tidak kena pajak terdiri dari apa saja?


Jawab:

- Jasa dibidang pelayanan kesehatan


- Jasa pelayanan sosial
- Jasa pengiriman surat dengan perangko
- Jasa keuangan
- Jasa asuransi
- Jasa keagamaan

12.Meliputi apa saja jasa perbankan yang terutang oleh PPN?


Jawab:

- Memindahkan uang untuk kepentingan bukan nasabah


- Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya
- Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga
- Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga

12.Apa saja karakteristik PPnBM?


Jawab:

- Merupakan pungutan tambahan disamping PPN


- PPnBM hanya dikenakan satu kali yaitu pada saat impor
- PPnBM tidak dapat dikreditkan dengan PPN atau PPnBM

13.Apa tujuan dari dikenakan PPnBM disamping PPN?


Jawab:

- Untuk memperoleh keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yg


berpenghasilan rendah dgn yang berpenghasilan tinggi
- Untuk mengendalikan pola konsumsi BKP yang tergolong mewah
- Melindungi produsen kecil
- Mengamankan penerimaan negara

14.Kriteria BKP yang tergolong mewah meliputi apa saja?


Jawab:

- Barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok


- Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu
- Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan
tinggi

15.Bagaimana ketentuan tarif pajak PPN?


Jawab:

- Tarif PPN adalah 10%


- Tarif PPN sebesar 0% diterapkan atas ekspor barang
- Tarif tersebut bisa diubah paling rendah 5% dan paling tinggi 15%

16.Apa saja jenis kegiatan usaha?


Jawab:

- Menghasilkan barang
- Mengimpor barang
- Mengekspor barang
- Melakukan usaha perdagangan dan Melakukan usaha jasa
BEA MATERAI
1. Tuan Aden sebagai seorang pengusaha dalam bulan maret 2017 memiliki transaksi
bisnis sebagai berikut:

1.membayar gaji karyawan dengan masing-masing karyawan memperoleh

Rp 1.000.000,00

2.Membayar utang kepada supplier atas pembelian 100 buah balok kayu dengan
masing-masing balok seharga Rp 150.000.000,00

3.Membayar pajak senilai Rp 750.000,00

4.Transfer intern bank untuk membayar kuliah anaknya di Semarang Rp 1.000.000,00

5.Membuat akta PPAT atas pengalihan tanah milik Pak Aden di Cirebon.

Bagaimana perlakuan bea materai atas dokumen-dokumen diatas?

Jawab :

1.Dokumen gaji yang merupakan bukti pembayaran gaji kepada karyawan bukan
merupakan dokumen yang terutang bea materai

2.Dokumen pembayaran utang kepada supplier atas pembelian 100 buah balok kayu
bea materai sebesar Rp 6000,00.

3.Dokumen pembayaran pajak tidak terutang bea materai

4.Dokumen transfer intern bank tidak kena bea materai. Akte PPAT yang dibuat oleh
pejabat PPAT beserta rangkapnya merupakan dokumen yang terutang bea materai
masing-masing sebesar Rp 6000.

2.PT Angin Ribut memiliki dokumen rata-rata 100 buah perhari yang harus bermaterai.
Perusahaan ini biasanya menggunakan mesin teraan untuk mempermudah pelunasan
Bea Materai. Apabila perusahaan ini lupa memateraikan 100 dokumen yang merupakan
tagihan untuk kliennya yang nilai tagihan untuk masing-masing dokumen sebesar Rp
1.000.000,00 dan dokumen tersebut telah dipergunakan, berapa bea materai yang harus
dibayar PT Angin Ribut berikut sanksinya?

Jawab :

Dokumen yang belum di materaikan = 100 dokumen

Bea Materai terutang untuk 1 dokumen = Rp 6000,00

Bea Materai terutang = Rp 600.000,00


Sanksi 200% = Rp 1.200.000,00

Bea Materai yang masih harus dibayar = Rp 1.800.000,00

3.Sebutkan surat atau dokumen yang terkena bea materai sesuai peraturan pemerintah
no.24 th 2000

Berikut transaksi yang dikenakan atau terutang bea materai dan beberapa nilai bea
materai yang dikenakan.

A.Apakah terutang bea materai untuk pembayaran bunga deposito sebesar 6 juta dengan
dokumen kwitansi?

B. Apakah dikenakan bea materai perpanjangan deposito 100 dengan surat atau
dokumen konfirmasi perpanjangan deposito?

C. Apakah dikenakan bea cukai untuk pemberian kredit barang seharga Rp 40 juta
dengan dokumen surat keterangan pemberian kredit?

D. Apakah terutang saat Pembayaran suatu barang senilai Rp setengah juta dengan
kwitansi?

E. Apakah pembelian barang sesuai kontrak perjanjian apakah terutang bea materai.

Jawab :

A.Tidak terutang bea materai

B. Terutang bea materai 6000

C. Terutang bea materai 6000

D. Terutang bea materai 3000

E. Terutang bea materai

4. Tanggal 25 Januari 2014, Mr.Ricard dari Austrialadan Bapak Budi dari Indonesia
melakukan perjanjian bisnis perdagangan komputer dan bea materai di lunasi si
Australia. Suatau hari ada perselisihan diantara mereka dan pada tanggal 15 November
2014 Mr.Ricard mengajukan gugatan di pengadilan Jakarta karena ingkar janji atas
perjanjian tersebut.

1. Kapan terutang atas dokumen tersebut?

2. Bagaimana cara pelunasan bea materai tersebut?

3. Siapakah yang harus bayar pelunasan bea materai


4. Berapa besarnya nilai bea materai yang terutang?

Jawab :

1.Tanggal 15 November saat menggugat di Indonesia pengadilan Jakarta

2.Dengan menempel materai tempel atau ssp

3. Tuan Richard

4. Bayar Bea materai 200% plus denda bayar 12.000 dan materai 6000 jadi 18.000
E. SOAL GABUNGAN

1.Penghasilan PT Sinar Rembulan tahun 2014 adalah Rp250.000.000. Perusahaan


memiliki sisa kerugian tahun 2013 yang masih dapat dikompensasikan yaitu sebesar
Rp350.0000.000, sedangkan sisa kerugian yang belum dikompensasikan pada tahun
2013 sebesar Rp100.000.000.

Pada tahun 2014 PPh yang dipotong atau dipungut pihak lain yaitu sebesar
Rp9.000.000, dan tidak ada pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri. Berapa
angsuran PPh Pasal 25 yang harus dibayar oleh PT Sinar Rembulan?

Jawab:

Penghasilan yang dipakai sebagai dasar perhitungan angsuran PPh Pasal 25 adalah
sebesar Rp250.000.000 – Rp100.000.000 = Rp150.000.000.

PPh terutang:

25% x Rp150.000.000 37.500.000


PPh dipotong atau dipungut (9.000.000)
Dasar Perhitungan PPh Pasal 25 tahun 2015 28.500.000
Besarnya PPh Pasal 25 PT Sinar Rembulan tahun 2015 = Rp28.500.000/12 =
Rp2.375.000

2. Mengimpor barang elektronik dari amerika seharga US$ 100.000; Asuransi US$
1.000; ongkos angkut ke Makassar US$ 2.000. bea masuk sebesar 10% dari CIF dan bea
masuk tambahan sebesar 4% dari CIF (belum memiliki API dan barang elektronik
tersebut termasuk barang mewah dengan tarif 30%; diasumsikan kurs pajak terhadap
US$ adalah Rp. 7.200

Membeli sebuah mobil box pengangkut barang seharga Rp. 220.000.000 dan sebuah
mobil sedan untuk direktur sebesar Rp. 330.000.000 (harga kedua kendaraan tersebut
sudah termasuk PPN)

Diminta :

Hitung PPN dan PPnBM atas transaksi di atas

Berapakah PPN yang harus disetor ?

Pembahasan :

Penjualan langsung ke konsumen sebanyak Rp. 1.400.000.000


PPN = 10% x 1.400.000.000

= Rp. 140.000.000 (PPN keluaran)

Penyerahan barang elektronik kepada Pemkot Makassar sebesar Rp. 440.000.000


(sudah termasuk PPN)

DPP = 100/110 x 440.000.000

= Rp. 400.000.000

PPN = 10% x 400.000.000

= Rp. 40.000.000 (PPN Keluaran)

Menyumbangkan ke panti asuhan 1 buah TV seharga Rp. 4.000.000 termasuk


keuntungan sebesar Rp. 400.000

DPP = 4.000.000 – 400.000

= Rp. 3.600.000

PPN = 10% x 3.600.000

= Rp. 360.000 (PPN keluaran)

Membangun gudang elektronik seluas 500 meter persegi di kawasan pergudangan


sendiri Rp. 350.000.000

DPP = 20% x 350.000.000

= Rp. 70.000.000
PPN = 10% x 70.000.000

= Rp. 7.000.000 (PPN keluaran)

Transaksi tambahan selama bulan Juli :

1. Cost = US$ 100.000 x Rp. 7.200 = Rp. 720.000.000

Insurance = US$ 1.000 x Rp. 7.200 = Rp. 7. 200.000

Freight = US$ 2.000 x Rp. 7.200 = Rp 14.400.000

TOTAL CIF (cost + insurance + freight) = Rp. 741.600.000

Bea masuk (10% dari CIF) = Rp. 74.160.000

Bea masuk tambahan (4% dari CIF) = Rp. 29.664.000

Nilai Impor (CIF+bea masuk+bea tambahan) = Rp. 845.424.000

PPN = 10% x Nilai impor

= 10% x 845.424.000

= Rp. 84. 542 400 (PPN masukan)

PPnBM = 30% x Nilai impor

= 30% x 845.424.000

= Rp. 253.627.200

2. Pembelian mobil box

DPP = 100/110 x 220.000.000

= Rp. 200.000.000
PPN = 10% x 200.000.000

= Rp. 20.000.000 (PPN masukan)

Pembelian mobil sedan untuk direktur

DPP = 100/110 x 330.000.000

= Rp. 300.000.000

PPN = 10% x 300.000.000

= Rp. 30.000.000

Catatan : karena perhitungan PPN ini adalah untuk Perusahaan maka, pembelian mobil
sedan untuk direktur tidak boleh dibebankan/dihitung dalam penghitungan nilai PPN
yang harus disetor nantinya.

Berapakah PPN yang harus disetor ?

PPN keluaran = 140.000.000 + 40.000.000 + 360.000 + 7.000.000

= Rp. 187.360.000

PPN masukan = 84. 542 400 + 20.000.000

= Rp. 104.542.400

Jika PPN keluaran > PPN masukan maka disebut PPN kurang bayar. Namun, jika PPN
keluaran < PPN masukan maka disebut PPN lebih bayar.

Dalam kasus ini, PPN keluaran > PPN masukan maka :

PPN kurang bayar = 187.360.000 - 104.542.400

= Rp. 82.817.600
Jadi, PPN yang harus disetor oleh PT. Munirah adalah Rp. 82.817.600

Anda mungkin juga menyukai