BAB I
PENDAHULUAN
Retroorbita merupakan rongga di belakang bola mata. Pada bagian retroorbita tersebut
terdiri bagian-bagian atau struktur-struktur mata yaitu musculus levator palpebra superior,
musculus rectus superior, vagina bulbi, spatium episclerale, arteri ophthalmica, vagina
externa nervi optic, nervus opticus, musculus rectus inferior, corpus adiposum orbitae,
musculus rectus medialis, musculus rectus lateralis, canalis opticus, anulus tendinous
communis, chiasma opticum, musculus obliquus superior dan musculus obliquus inferior.
Tumor retroorbita merupakan salah satu tumor yang berlokasi di belakang bola mata.
Tumor tergantung letaknya terdiri dari Tumor intrakonal (di dalam konus otot) dan
ekstrakonal (di luar konus otot). Tumor intrakonal terdiri dari: meningioma, haemangioma
cavernous dan kapiler, haemangiopericytoma, lymphangioma dan neurofibroma. Sedangkan
ektraconal tumour glandula lacrimal (pleomorphic adenoma, adenoid cystic cancer), dermoid,
lymphoma, pseudotumour, rhabdomyosarkoma dan metastasis. Kebanyakan tumor tumbuh
lambat sehingga pasien sering datang setelah tumor cukup besar, disertai keluhan dan tanda
akibat penekanan tumor terhadap organ sekitarnya.
Tujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah sebagai syarat kelulusan dalam
kepaniteraan klinik Bagian Radiologi RSUD Prof. DR.W.Z.Johanes Kupang, Fakultas
Kedokteran Universitas Nusa Cendana dan sebagai bahan pembelajaran mahasiswa tentang
ilmu radiologi khususnya tentang tumor retroorbita.
Adapun isi dari laporan kasus ini meliputi data identifikasi pasien, hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang radiologis, penatalaksanaan pada pasien dan
tinjauan pustaka yang meliputi defenisi, etiologi, patofisiologi, penegakan diagnosa,
penatalaksanaan dan komplikasi.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama : An. GP
Umur : 5 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Camplong
Agama : Kristen Protestan
No. MR : 511950
Tanggal MRS : 26 April 2019
2.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan terhadap pasien dan ibu pasien pada tanggal 6 Mei 2019 di Poli
Mata RSUD Prof. DR. W.Z.Johanes Kupang pada pukul 10.30 WITA.
Keluhan Utama : Mata bagian kiri menonjol, kelopak mata membengkak dan
terus membesar , tidak ada nyeri, tidak gatal, tidak berair, ada kotoran mata
bila bangun pagi, mata kiri menonjol sejak 1 bulan yang lalu.
Riwayat penyakit sekarang
Berdasarkan anamnesis dengan ibu pasien, pasien dibawa oleh ibunya ke
Rumah Sakit Johannes Kupang karena terjadi penonjolan bola mata bagian
kiri dan terjadi pembengkakan kelopak mata kurang lebih 1 bulan yang lalu.
Pasien dibawa ke Poli mata untuk dilakukan pemeriksaan bersama dokter
spesialis mata. Pasien sebelumnya merupakan rujukan dari RS Leona. Selain
mengalami penonjolan bola mata dan pembengkakan kelopak mata, mata
pasien bagian kiri juga mengalami strabismus. Akan tetapi pasien masih bisa
melihat dengan baik walupun mata bagian kirinya mengalami gangguan.
Pasien pernah demam selama 3 hari.
Riwayat penyakit dahulu
Tidak ada riwayat penyakit sebelumnya.
Riwayat alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan maupun obat-obattan
tertentu.
3
Status Generalis
Kepala
Bentuk : Normocephal
Rambut : Pendek, warna hitam, tidak mudah dicabut.
Hidung : Tidak ada sekret/bau/perdarahan.
Telinga : Tidak ada sekret/bau/perdarahan
4
Pulmo
P : Sonor
Abdomen
1. Pemeriksaan inspeksi
2. Foto Klinis
6
CT-Scan
Tanggal pemeriksaan : 27 april 2019
Jenis pemeriksaan : CT-Scan Cranial
Hasil Foto :
mendesak orbita kiri ke anterior dengan orbita kiri yang masih tampak
intake
2. Musculus ekstraoculi kiri tampak baik
3. Orbita kanan, nervus optikus kanan, muskulus ekstraoculi kanan
tampak baik
4. Canalis optikus kanan kiri tampak baik.
2.5 Diagnosis
Diagnosis Kerja : Tumor retroorbita sinistra
Diagnosis Banding :
1. Optic Nerve Glioma
2. Optic Nerve Shoat Meningioma
2.6 Terapi
Operasi Remove Tumor
2.7 Prognosis
Prognosis pasien pada kasus ini adalah dubia.
8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 ANATOMI
A. Anatomi Rongga Orbita
Rongga orbita yang berbentuk piramida ini terletak pada kedua sisi rongga hidung.
Dinding lateral orbita membentuk sudut 45 derajat dengan dinding medialnya.Dinding
orbita terdiri atas tulang :
1. Atap atau superior : os.frontal
fissuraorbitalis superior. Antara dinding lateral dengan dasar orbita terdapat fissura
orbitalisinferior. Antara dinding medial dengan atap orbita terdapat foramen
ethmoidalisanterius dan posterius. Antara dinding medial dengan dasar orbita terdapat
fossa saccilacrimalis.
Orbita berhubungan dengan sinus frontalis di atas, sinus maksilaris di bawah, dan
sinus ethmoidalis dan sfenoidalis di medial. Dasar orbita yang tipis mudah rusakoleh
trauma langsung terhadap bola mata, berakibat timbulnya fraktur “blow out”dengan
herniasi isi orbita ke dalam antrum maksilaris. Infeksi dalam sinus sfenoidalis dan
ethmoidalis dapat mengikis dinding medialnya yang setipis kertas(lamina papyracea)
dan mengenai isi orbita. Defek pada atapnya (misal,neurofibromatosis) dapat
berakibat terlihatnya pulsasi pada bola mata yang berasaldari otak.
10
Oblique superior berorigo pada anulus Zinn dan ala parva tulang sfenodi di atas
foramenoptik, berjalan menuju troklea dan dikatrol batik dan kemudian berjalan di
atas ototrektussuperior, yang kemudian berinsersi pada sklera dibagian temporal
belakang bola mata. Obliksuperior dipersarafi saraf ke IV atau saraf troklear yang
keluar dari bagian dorsal susunan saraf pusat. Mempunyai aksi pergerakan miring
dari troklea pada bola mata dengan kerja utamaterjadi bila sumbu aksi dan sumbu
penglihatan search atau mata melihat ke arah nasal.Berfungsi menggerakkan bola
11
mata untuk depresi (primer) terutama bila mata melihat kenasal, abduksi dan
insiklotorsi.Oblik superior merupakan otot penggerak mata yang terpanjang dan
tertipis.
Rektus inferior mempunyai origo pada anulus Zinn, berjalan antara oblik
inferior danbola mata atau sklera dan insersi 6 mm di belakang limbus yang pada
persilangandenganoblik inferior diikat kuat oleh ligamen Lockwood.Rektus inferior
dipersarafi oleh n. III
Rektus lateral mempunyai origo pada anulus Zinn di atas dan di bawah
foramen optik.Rektus lateral dipersarafi oleh N. VI. Dengan pekerjaan menggerakkan
mata terutamaabduksi.
Rektus medius mempunyai origo pada anulus Zinn dan pembungkus dura
saraf optik yang sering memberikan dan rasa sakit pada pergerakkan mata bila
terdapat neuritis retroorbita, dan berinsersi 5 mm di belakang limbus. Rektus medius
merupakan otot mata yang paling tebal dengan tendon terpendek.Menggerakkan mata
untuk aduksi (gerak primer).
Rektus superior mempunyai origo pada anulus Zinn dekat fisura orbita
superiorbeserta lapisan dura saraf optik yang akan memberikan rasa sakit pada
pergerakkan bola matabila terdapat neuritis retroorbita. Otot ini berinsersi 7 mm di
belakang limbus dandipersarafi cabang superior N.III.Fungsinya menggerakkan mata-
elevasi, terutama bila mata melihat ke lateral :
12
3.2 DEFENISI
Tumor retroorbita merupakan salah satu tumor orbital yang berlokasi di belakang
bola mata.
3.3 KLASIFIKASI
Tumor retroorbita dapat dibagi menjadi intrakonal dan ekstrakonal tergantung
letaknya di dalam atau di luar konus otot. Intrakonal: glioma, meningioma, haemangioma
cavernous dan kapiler, haemangiopericytoma, lymphangioma and neurofibroma. Extraconal:
tumour glandula lacrimal (pleomorphic adenoma, adenoid cystic cancer), dermoid,
lymphoma, pseudotumour, rhabdomyosarkoma dan metastasis. (medcyclopedia)
3.4 ETIOLOGI
1. Mutasi gen pengendali pertumbuhan (kalah kedua kromosom dari satu pasang alel
dominan protektif yang berada dalam pita kromosom 13 dan 14)
2. Malformasi bawaan
3. Kelainan metabolisme
4. Penyakit vaskuler
5. Inflamasi intraokuler
6. Neoplasma bisa bersifat ganas atau jinak.
3.5 EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan data World Health Organization tahun 2013, insiden tumor
ganas meningkat dari 7,6 juta orang tahun 2008 menjadi 8,2 juta pada tahun 2012.
Masalah penyakit tumor ganas di Indonesia antara lain hampir 70% penderita
penyakit ini ditemukan dalam keadaan stadium yang sudah lanjut.
Di Indonesia, penyakit tumor ganas merupakan urutan ke-3 dari pola penyakit
kronis tidak menular di seluruh Indonesia. (Riskesdas 2013). Secara nasional
prevalensi penyakit kanker/tumor ganas pada penduduk semua umur di Indonesia
pada tahun 2013 adalah 1,4% atau diperkirakan sekitar 347,792 penduduk. Sedangkan
untuk tumor mata,otak,dan SSP insidennya di Indonesia adalah sekitar 4,6%
14
3.6 PATOFISIOLOGI
Tumor orbita dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk faktor genetik
yang diyakini ikut berpengaruh terhadap tumbuhnya tumor. Sebagian besar tumor
orbita pada anak-anak bersifat jinak dan karena perkembangan abnormal. Tumor
ganas pada anak-anak jarang, tetapi bila ada akan menyebabkan pertumbuhan tumor
yang cepat dan prognosisnya jelek.
Patogenesis Tumor
3.7 DIAGNOSIS
Diagnosis tumor retroorbita berdasarkan anamnesis, pemeriksaan oftalmologi,
pemeriksaan status lokalisasi tumor, dan pemeriksaan penunjang seperti CT Scan/MRI
kepala dengan kontras serta pemeriksaan histopatologi anatomi . CT Scan merupakan
pemeriksaan radiologis utama dalam diagnosis tumor orbita. CT Scan dapat
memperlihatkan potongan aksial dan koronal dari jaringan lunak dan struktur-struktur
tulang. Penggunaan kontras dapat memperlihatkan adanya proses-proses inflamasi,
tumor vascular dan edema pembuluh darah.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat memperlihatkan gambaran 3 dimensi,
dapat memperlihatkan gambaran massa orbita dan jaringan-jaringan lunak. MRI dapat
memperlihatkan resolusi jaringan lunak yang baik, tetapi CT Scan merupakan
pemeriksaan yang lebih baik dalam memperlihatkan struktur-struktur tulang orbita.
16
Penonjolan bola mata merupakan manifestasi klinis yang paling penting dan paling
awal muncul pada tumor retroorbita. Penonjolan bola mata ini dikenal dengan proptosis
atau exopthalmus.Karena letak lesi di dalam orbita, bola mata terdorong kedepan dan
pergerakan bola mata terbatas pada arah yang homolateral. Bola mata juga dapat
terdorong kearah superior, inferior, medial atau lateral tergantung dari posisi lesi dalam
orbita. Derajat exopthalmus bergantung dari derajat tumor.
Terdapat juga faktor sekunder yang juga dapat mempengaruhi derajat
exopthalmus. Faktor sekunder tersebut antara lain kongesti orbita akibat penekanan
tumor pada vena-vena atau akibat proses inflamasi yang disebabkan oleh nekrosis tumor.
Penekanan tumor pada sclera juga dapat menyebabkan terjadinya hipermetropi dan
mungkin juga dapat terjadi astigmatisme. Jika tumor menakan nervus optikus(nervus II)
dapat terjadi kehilangan penglihatan. Nyeri dan diplopia juga dapat menjadi manifestasi
klinis awal pada tumor retroorbita.
Hipertelorisme, exorbitisme, proptosis, lesi atau edema pada kelopak mata,
chemosis, edema pembuluh darah konjungtiva merupakan beberapa tanda-tanda lesi
periorbita. Blepharoptosis, lagopthalmus adalah tanda-tanda yang harus dipertimbangkan
selama pemeriksaan.
17
1. Anamnesis
Secret Sevent :
a. Lokasi
b. Onset
c. Kualitas
d. Kuantitas
e. Kronologis
f. Faktor yang memperberat dan memperingan
g. Keluhan penyerta
Fundamental Four :
a. Riwayat penyakit sekarang
b. Riwayat penyakit terdahulu
c. Riwayat kesehtan keluarga
d. Riwayat sosial
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Tajam Penglihatan
b. Pemeriksaan Intraokuler
Tonometri adalah cara pengukuran tekanan intraokler dngan
memakai alat yang terkaliberasi dengan melekukan atau meratakan
permukaan kornea. Makin tegang mata makin besar gaya yang
diperlukan untuk menghasilkan lekukan.Ada dua jenis toometri
SCHIOTZ dan APLANASI.
Palpebra, Supersilia
Fissura Palpebra
Sistem Lakrimal
Bentuk Bolamata
Perhatikan, apakah normal, membesar, atau mengecil.
Konjungtiva
Konjungtiva buli pada daerah fissura palpebra mudah diamati.
Koyungtiva bawah diperiksa dengan menyuruh pasin melihat
ke atas, sambil menyesuaikan kelopak bawah kebawah, bagian
atas atau sebaliknya.Konjungtiva tarsalis inferior dan sklera
diperiksa bersama-sama dengan pemeriksaan koyungtiva buli
inferior.Konjungtiva tarsal superior, pasien diminta melihat ke
bawah, pinggir kelopak atas dipegang kemudian dilipat ke arah
atas.
Sklera
Pengamatan bersama dengan konjungtiva bulbi. Apakah ada
terdapat penonjolan dibawah konjungtiva, tekanlah apakah
nyeri, nyeri tekan sklera mungkin ada robekan sklera.
Kornea
Kornea yang tidak rata dapat diketahui dengan melihat bentuk
bayangnan jendela yang tidak rata pada kornea, bila perlu
dilakukan pemeriksaan dengan lempeng “Placido” placido
adalah papan yang mempunyai garis hitam melingkar
konsentris dengan lobang kecil ditengahnya, lingkaran placido
diproyeksikan pada kornea. Akan terlihat keadaan permukaan
kornea, bila bayangan placido baik teratur bulat berarti kornea
baik.
3. Pemeriksaan Penunjang
CT Scan merupakan pemeriksaan radiologis utama dalam diagnosis
tumor orbita. CT Scan dapat memperlihatkan potongan aksial dan koronal dari
jaringan lunak dan struktur-struktur tulang. Penggunaan kontras dapat
22
3.11 TATALAKSANA
Tumor jinak: memerlukan eksisi, namun bila kehilangan penglihatan merupakan
hasil yang tak dapat dihindarkan, dipikirkan pendekatan konservatif.
Tumor ganas: memerlukan biopsi dan radioterapi. Limfoma juga bereaksi baik
dengan khemoterapi. Terkadang lesi terbatas (misal karsinoma kelenjar lakrimal)
memerlukan reseksi radikal.
Pendekatan operatif:
Transkranial-frontal: untuk tumor dengan perluasan intrakranial atau terletak
posterior dan medial dari saraf optik.
Lateral:untuk tumor yang terletak superior, lateral, atau inferior
darisarafoptik.
Pendekatan radioterapi dan kemoterapi
Pengobatan menggunakan radio terapi merupakan menggunakan sinar yang
diarahkan langsung kebagian yang ingin di terapi,dalam hal ini menggunakan
23
sinar gamma yang dapat menembus kulit dan sampai pada target. Yang
tujuannya membasmi sel sel kanker sampai ke akar akarnya sampai ke lokasi
yang tidak dapat dijangkau pisau bedah ada pun.
Pengobatan menggunkan kemoterapi yang mengunakan obat obatan yang
bertujuan untuk membunuh sel sel kanker atau memperlambat pertumbuhan
sel sel kanker atau sapat pula menghentikan pertumbuhan sel kanker.
Namun perlu dipertimbangkan penggunkaan terapi ini karenakan mempunyai
efek samping yang dapat pula merugikan pasien.
24
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien anak laki-laki berumur 5 tahun merupakan rujukan dari RS Leona dengan
diagnosis Proptosis OS. Berdasarkan hasil anamnesis dengan ibu pasien, pasien sudah
mengalami gejala seperti terdapat penonjolan bola mata bagian kiri, kotoran mata di pagi
hari pada kedua mta dan mata kirinya juling (strabismus). Pasien sempat demam selama 3
hari sebelum dibawa ke puskesmas Camplong.
Secara teori, gejala klinis yang khas pada pasien dengan tumot retroorbita adalah
terjadi penonjolan bola mata (exopthalmus) dan pembengkakan bola mata (proptosis).
Gejala lain yang menyertai adalah strabismus.
Gejela seperti penonjolan bola mata dan pembengkakan kelopak mata terjadi karena
penekanan oleh tumor pada bola mata dan tumor tersebut berada di rongga belakang bola
mata.
Pada kasus ini, tidak terdapat nyeri mata, mata merah, gatal, berair. Hal ini
disebabkan tumor tersebut yang dialami pasien belum menekan saraf optikus sehingga
belum menyebabkan gejala-gejala tersebut.
Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik, pasien masih dapat melihat ke sisi bagian kiri,
serta saat dilakukan penekanan bola mata, pasien tidak merasakan nyeri pada mata kirinya
tersebut.Hal ini sesuai dengan teori dimana belum sampai terjadi penekanan pada saraf
optikus dan tumor tersebut masih bersifat jinak.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien ini adalah pemeriksan CT Scan
cranial tanpa kontras.Pada pemeriksaan dengan CT Scan tanpa kontras tujuannya adalah
mendiagnosis dan melihat lebih jelas posisi massa atau tumor orbita tersebut.Didaptkan
adanya massa/tumor yang terletak di belakang bola mata kiri pasien dan menekan bola mata
pasien yang mengakibatkan penonjolan bola mata bagian kiri.
Tatalaksana yang diberikan pada pasien ini adalah teknik pembedahan/operasi tumor.
Prognosis pasien ini adalah dubia.
25
BAB V
KESIMPULAN
Telah dilaporkan kasus anak laki-laki berumur 5 tahun, merupakan rujukan dari RS
Leona dengan diagnosis proptosis OS. Berdasarkan hasil anamnesis dengan ibu pasien,
pasien sudah mengalami gejala seperti penonjolan bola mata dan pembengkakan bola mata
bagian kiri sekitar sebulan yang lalu. Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang memberikan hasil bahwa pasien menderita tumor retroorbita
sinistra. Tatalaksana yang diberikan adalah tindakan operatif. CT Scan cranial tanpa kontras
yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa mata kiri pasien tersebut terdapat massa/tumor
yang menekan bola matanya sehingga terlihat seperti menonjol ke arah depan.