Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berkelanjutan)

secara ilmiah yang dimulai sejak manusia lahir sampai tua. Pengaruh proses

menua dapat menimbulkan berbagai masalah sosial, ekonomi, mental maupun

fisik-biologik (Mujahidullah, 2016). Seiring dengan proses menua

menyebabkan kekuatan otot menurun dan produksi hormon esterogen pada

wanita menurun sehingga meyebabkan penyakit-penyakit persendian seperti

Remathoid atritis, ghout atritis dan penyakit lainnya. Penyakit rematik

merupakan penyakit yang sering diderita kelompok usia lanjut diatas 45 tahun,

seiring dengan bertambah nya usia yang disebabkan oleh adanya pengapuran

sendi sehingga orang dengan jenis penyakit ini akan mengalami nyeri sendi

dan keterbatasan gerak. Selain itu penyakit ini juga menyebabkan inflamasi,

kekakuan, pembengkakan dan rasa sakit pada sendi, otot, tendon, ligament dan

tulang (Fera bawarodi, 2017). Rematik adalah suatu penyakit inflamasi

sistemik kronis yang menyerang persendian terutama sendi sinovial. Faktor

yang menyebabkan terjadinya kekambuhan rematik adalah tingkat

pengetahuan pekerjaan atau aktifitas dan pola makan (Soenarto, 2014).

Rematik adalah suatu kelompok penyakit yang penyebabkan

bermacam-macam namun mempunyai persamaan dalam keluhan maupun

gejala yang timbul. Secara umum, keluhan utamanya adalah nyeri pada

persendian atau alat gerak,kaku dan ada kalanya disertai bengkak. Sedangkan

1
2

gejala umum ialah nyeri sendi atau muskulo-skeletal, gangguan fungsi gerak

disertai kemungkinan bengkak dan panas pada sendi yang terkena (Indriani,

2014).

Menurut World Health Organisation (WHO, 2016) 335 juta penduduk

di dunia yang mengalami rematik. Jumlah penyakit rematik pada tahun 2004 di

Indonesia mencapai 2 juta jiwa, dengan angka perbandingan pasien wanita tiga

kali lipatnya dari laki-laki. Jumlah penderita rematik di Indonesia pada tahun

2011 prevalensinya mencapai 29,35% pada tahun 2012 prevalensinya sebanyak

39,47% dan pada tahun 2013 prevalensinya 45,59% pada tahun 2014

prevalensi di Sulawesi utara sebanyak 24,7% kemudian di Papua Barat sebesar

38,2% Nusa Tenggara timur 38,0% dan pada tahun 2015 prevalensi di wilayah

Jawa Barat mencapai 41,7% sedangkan di Jawa Timur mencapai 17,1%

menurut (Syafiee, 2015)

Rematik masuk urutan ke 5 dengan penyakit terbanyak di Banyuwangi

dengan jumlah kasus sebanyak 25.866 pada tahun 2015 menurut Dinas

Kesehatan Banyuwangi. Prevalensi data yang diperoleh di wilayah kerja

Puskesmas Licin Banyuwangi 2018 pada awal bulan hingga bulan Oktober

didapatkan data bahwa lansia yang mengalami rematik sebanyak 109 laki-laki,

dan 279 perempuan baik yang mengalami rawat inap maupun rawat jalan.

Penyakit Rematik dianggap penyakit yang tidak mengancam jiwa dan

penyakit yang biasa sehingga mereka hanya menggunakan obat-obatan yang

dibelinya di warung-warung dan juga dikarenakan kurangnya pengetahuan

mengenai penyakit Rematik. Data yang diperoleh bahwasannya lansia yang

hidup di daerah perkotaan lebih rentan terkena penyakit rematik dibandingkan


3

lansia yang hidup di daerah perdesaan dikarenakan faktor gaya hidup yang

kurang sehat, kurangnya pengetahuan akan penyakitnya dan pekerjaan yang

terlalu berat (Hendrawan, 2015).

Perempuan lebih sering dan banyak yang terkena rematik

dibandingkan lelaki dikarenakan perempuan memproduksi hormone estrogen

dimana hormon tersebut memberi pengaruh terhadap autoimun yang

menimbulkan sistem imun tidak baik yang seharusnya normal menjadi tidak

normal dan menyerang autoimun yang masih baik termasuk menyerang ke

persendian sehingga menyebabkan nyeri pada persendian, kesemutan,

bengkak hingga kemerahan pada umumnya pasien rematik sering mengalami

nyeri persendian di bagian ektermitas terutama di pergelangan tangan, kaki

dan lutut (Hariyanto, 2016).

Sampai sekarang belum ada pengobatan yang spesifik untuk

menangani rematik oleh karena pathogenesis nya yang belum jelas. Beberapa

cara untuk menangani kasus rematik seperti obat yang diberikan untuk

mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi

ketidakmampuan, obat-obat anti inflamasi non steroid (NSAID) hanya bekerja

sebagai analgesik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tidak dapat

memperbaiki atau menghentikan proses patologis rematik. Terapi fisik

menjadi salah satu metode latihan untuk menjaga sendi agar tetap fleksibel,

jika pemberian obat dan terapi fisik tidak mampu mengurangi keluhan bisa

dilakukan prosedur pembedahan sebagai cara untuk mengobati rematik,

prosedur ini mampu mengurangi rasa sakit dan memperbaiki kelainan bentuk

pada bagian tubuh tertentu. Tindakan keperawatan yang bisa dilakukan untuk
4

mengurangi rasa nyeri yang sering timbul pada penyakit rematik yaitu dengan

menggunakan kompres hangat dengan mengompreskan kurang lebih 20 menit

pada area persendian yang mengalami nyeri hingga nyeri berkurang

(Setiawan, 2016).

1.2 Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini di batasi pada “Asuhan

Keperawatan Gerontik Pada Klien Yang Mengalami Rematik Dengan Masalah

Keperawatan Nyeri Akut Di Wilayah Kerja Puskesmas Licin Banyuwangi

Tahun 2018”.

1.3 Rumusan Masalah

Bagamainakah pelaksanaan Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien

Yang Mengalami Rematik Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di

Wilayah Kerja Puskesmas Llicin Banyuwangi Tahun 2018?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Melaksanakan Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien Yang

Mengalami Rematik Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di

Wilayah Kerja Puskesmas Licin Banyuwangi 2018.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian pada klien yang mengalami Rematik

Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di Wilayah Kerja

Puskesmas Licin Banyuwangi 2018.


5

2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien lansia yang

mengalami Rematik Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di

Wilayah Kerja Puskesmas Licin Banyuwangi 2018.

3. Menyusun rencana asuhan keperawatan pada klienlansia yang

mengalami Rematik Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di

Wilayah Kerja Puskesmas Licin Banyuwangi 2018.

4. Melakukan implementasi pada klien lansia yang mengalami

Rematik Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di Wilayah

Kerja Puskesmas Licin Banyuwangi 2018.

5. Melakukan evaluasi pada klien lansia yang mengalami Rematik

Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di Wilayah Kerja

Puskesmas Licin Banyuwangi 2018.

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat sebagai tambahan ilmu bagi profesi

keperawatan dalam hal mengkaji klien lansia dengan Rematik dan

menentukan asuhan keperawatan yang tepat, dan sebagai masukan bagi

perawat untuk memahami pentingnya pengetahuan agar tidak terjadi

komplikasi lebih lanjut serta dapat memberikan pendidikan kesehatan secara

mandiri pada klien.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Mahasiswa

Sebagai sarana dalam memperoleh pengetahuan dan pengalaman

serta mengaplikasikan ilmunya dibidang keperawatan pada klien lansia


6

dengan Rematik yang mengalami masalah keperawatan Nyeri Akut Di

Wilayah Kerja Puskemas Licin Banyuwangi 2018.

2. Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai referensi tambahan dan memporeleh pemahaman tentang

asuhan keperawatan pada klien lansia dengan Rematik yang mengalami

masalah keperawatan Nyeri Akut Di Wilayah Kerja Puskemas Licin

Banyuwangi 2018.

3. Bagi Puskesmas

Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang positif unruk diperlukan

dalam pelaksanaan penyuluhan tentang penyakit Rematik pada lansia yang

mengalami masalah keperawatan Nyeri Akut Di Wilayah Kerja Puskemas

Licin Banyuwangi 2018.

4. Bagi klien dan keluarga

Hasil pnelitian ini diharapkan dapat untuk menambah pengetahuan

bagi pasien atau keluarga tentang penyakit Rematik dan pasien atau

keluarga mampu mencegah terjadinya penyakit Rematik serta komplikasi

olehpenyakitnya.

Anda mungkin juga menyukai