Anda di halaman 1dari 7

BAB 4

MERGER DAN AKUISISI

Merger dan akuisisi merupakan alternative untuk melakukan ekspansi atau perluasa usaha.

Perluasan usaha dapat dilakukan dengan ekspansi intern (yaitu menambah kapasitas pabrik,

manambah unit pabrik, manambah unit produksi, manambah divisi baru) , tetapi juga dapat

dilakukan dengan menggabungkan usaha yang telah ada (merger dan cosolodation) atau membeli

perusahaan yang sudah ada (akuisisi).

Merger sering digunakan untuk menunjukan suatu penggabungan dua perusahaan atau lebih dan

kemudian tinggal satu nama dari perusahaan yang bergabung.

Consolidation menunjukan penggabungan dari dua perusahaan atau lebih dengan nama dari

perusahaan yang bergabung itu hilang kemudian nama bau dari perusahaan gabungan tadi.

Motif merger dan akisisi :

1. Lebih cepat dari pada membangun perusahaan sendiri.

2. Perluasan usaha

3. Motif ekonomi; saling menguntungkan dengan membangun synergy yang

menguntungkan dengan melakukan merger dan akuisisi perusahaan semakin besar dan

nilai perusahaan semakin tinggi.

4. Adanya diversifikasi.

5. Jumlah earning per share(EPS).

Menaksir biaya dan manfaat akuisisi :

Analisis dilakukan dengan menggunakan asumsi bahwa pasar modal adalah efisien. Dengan

demikian harga saham yang terantum di bursa merupakan harga yang wajar.
Contoh :

Misalkan PT. S adalah perusahaan industry manufaktur dan PT. G adalah perusahaan distribusi.

Dengan melakukan akuisisi diharapkan PT. S akan menghemat biaya distribusi sebesar Rp.

1.000.000.000,00 pada tahun depan. Dan penghematan tsb diharapkan akan meningkat sebesar

10% per tahun selamanya (sesuai dengan tingkat inflasi). Apabila tingkat keuntungan yang

dipandang layak sebesar 17%, maka dapat dihitung manfaat akuisisi tersebut adalah sebesar:

Manfaat = 1.000.000.000 / (0,17 – 0,10)

= Rp. 14.300.000.000,00

Atau misalnya nilai perusahaan PT. S sebesar Rp. 80.000.000.000,00 . dan nilai perusahaan PT

G sebesar PR. 10 milyar. jumlah per lembar saham PT S adalam sebanyak 50.000.000 lembar @

Rp.12.000 dengan demikian maka PV A = Rp. 600.000.000.000. sedangkan gabungan PT. S dan

PT.G setelah memperoleh synergy (PV SG) adalah (Rp.600 milyar + Rp. 14,3 + Rp.80 milyar) =

Rp. 694,3 milyar.

Manfaat juga dapat dihitung dengan ;

Manfaat = PV SG - ( PV S + PV G)

= 649,3 – (600 + 80)

= Rp. 14,30 milyar

Manfaat bersih (atau NPV) adalah ;

NPV = Rp. 14,3 – Rp 10, 0

= Rp. 4,30 milyar


Friendly marger atau hostile takeover:

Apabila merger dilakukan secara bersahabat disebut friendly merger dapat dilakukan dengan

cara manajemen ke dua belah pihak berunding bersama dan hasil perundingan tersebut akan

diusulkan ke pemilik perusahaan.

Apabila dirasa manajemen perusahaan yang akan diakuisisi tidak akan bekerja sama maka

manajemen perusahaan yang akan mengakuisisi mungkin memilih hostile takeover. Dengan cara

ini manajemen perusahaan yang akan mengakuisisi tidak akan berunding, tetapi perusahaan yang

akan mengakuisisi langsung menawarkan ke pemegang saham acquired company persyaratan-

persyaratan yang dinilai cukup menarik.

Cara lain disebut dengan poisson pill yaitu cara yang dilakukan oleh perusahaan yang akan

mengakuisisi dengan menerbitkan obligasi yang disertai waran yang dapat ditukar dengan saham

perusahaan dengan harga yang sangat rendah.

RESTRUKTURISASI, REORGANISASI DAN LIKUIDASI;

RESTRUKTURISASI;

Merupakan kegiatan untuk merubah struktur organisasi, dengan demikian pengertian

restrukturisasi sebenarnya dapat dalam artian makin membesar atau makin ramping. Kegiatan

merger dan akuisisi juga merupakan upaya untuk melakukan restrukturisasi. Perusahaan yang

melakukan integrasi vertical jelas melakukan restrukturisasi bisnisnya. Dengan cara tersebut

perusahaan dapat mengamankan sumber bahan baku. Dengan cara tersebut perusahaan dapat

mengamankan sumber bahan baku, dan/atau distribusi hasil produksinya.


Restrukturisasi dapat dilakukan dengan :

1. Sell-off;

Korporasi yang mempunyai unit kegiatan yang sangat beraneka ragam , mungkin suatu

ketika merasa bahwa diantara unit bisnis tersebut ada yang tidak bekerja secara ekonomis

penyebabnya mungkin tingkat kegiatan yang terlalu rendah atau korporasi kurang

memperhatikan unit tersebut, maka sebaiknya dilakukan penjualan unit kegiatan tersebut

dari kegiatan korporasi (sell-off).

2. Spin-off

Melakukan pemisahan unit kegiatan dari kegiatan korporasi dapat dilakukan bila kegiatan

dipisahkan dan berdiri sendiri sebagai suatu perusahaan yang terpisah. Dengan demikian

perusahaan akan mempunyai direksi sendiri dan independen dalam mengambil

keputusan, kepemilikan perusahaan baru berada di tangan para pemilik saham korporasi .

3. Going private

Perusahaan yang sudah go public biasanya terbebani oleh biaya listing, dewan direksi

tidak memiliki kebebasan untuk menggunakan laba yang diperoleh karena harus

membagikan dividen tiap tahunya. Maka beberapa perusahaan memutuskan untuk going

private dimana perusahaan yang sudah terdaftar di bursa kemudian sahamnya dibeli (oleh

dewan direksi dan teman-temanya) dan kemudian perusahaan tidak lagi terdaftar di bursa.

4. Leverage buy-out

Untuk membeli kembali saham yang semula dimiliki oleh para anggota masyarakat,

kemudian direksi yang memutuskan akan go private mungkin terpaksa menggunakan

bantuan dana pihak ketiga , cara ini di sebut sebagai leverage buy-out. Berarti bahwa

saham perusahaan dibeli dengan uang pinjaman. Pinjaman tersebut dijamin oleh aktiva
dan arus kas perusahaan sehingga leverage buy-out perusahaan akan mempunyai hutang

yang sangat besar kepada pihak ketiga.

REORGANISASI ;

Reorganisasi dalam aspek financial dilakukan untuk memperkecil biaya financial yang tetap

sifatnya, berarti bahwa perusahaan masih mempunyai kemampuan operasional yang baik dan

kegiatan masih mampu menutup biaya operasi.

Apabila biaya operasi variabel sudah lebih besar dari penghasilan , maka situasi sudah sangat

parah. Reorganisasi financial tidak cukup untuk menolong perusahaan sehingga perusahaan

memerlukan reorganisasi operasional. Ini berarti bahwa perusahaan perlu mengganti mesin

dengan jenis yang lebih efissien, mengurangi tenaga kerja dan memotong barbagai biaya yang

mungkin dipotong.

Dalam melakukan reorganisasi financial perlu tiga langkah yang dilakukan yaitu :

1. Menaksir nilai perusahaan; lankah ini sangat sulit karena memrlukan estimasi dan

judgment penting karena menentukan nilai sekuritas yang baru

2. Menentukan struktur pendanaan perusahaan; berkaitan dengan sumber pendanaan yang

akan di ambil ekuitas atau hutang

3. Menentukan nilai sekuritas-sekuritas yang baru , sebagai strategi untuk menerbitkan

saham baru perusahaan

Dalam reorganisasi financial sering dibarengi dengan konsolidasi yaitu membuat perusahaan jadi

lebih ramping secara operasional. Reorganisasi dan konsolodasi dilakukan dengan cara :

1. Melakukan penghematan biaya. Pengeluaran yang tidak perlu di tunda tau dibatalkan

2. Menjual aktiva yang tidak diperlukan


3. Divisi (unit bisnis) yang tidak menguntungkan dihilangkan atau digabung

4. Menunda rencana skspansi sampai situasi dinilai telah menguntungkan

5. Memanfaatkan kas yang ada, tidak menambah hutang kalau bisa dikurangi, menjada

likuiditas.

LIKUIDASI ;

likuidasi ditempuh apabila para kreditur berpendapat bahwa prospek perusahaan tidak lagi

menguntungkan. Kalaupun ditambah modal atau merubah kredit tetapi perusahaan tidak

mambaik kondisinya.

Akibat adanya likuidasi ;

a. Dilakukan dalam waktu yang lama

b. Aktiva dijual terpaksa dengan harga yang murah

c. Perusahaan harus melunasi kewajiban tertentu kepada karyawan dan pemerintah

d. Kreditur akan menerima jumlah relative sangat kecil dari hasil penjualan aktiva

Likuidasi dilakukan dengan prioritas sebagai berikut :

1. Kewajiban terhadap para karyawan (gaji dan upah) harus dipenuhi terlebih dahulu

2. Kewajiban kepada pemerintah harus dipenuhi

3. Aktiva yang diagunkan dijual dan dipakai untuk melunasi hutang yang dijamin dengan

agunan tersebut

4. Apabila hasil penjualan tersebut mencukupi, sisanya dapat digunakan untuk melunasi

kreditor umum

Umumnya perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan tidaklah datang dalam waktu tiba-

tiba, melainkan merupakan cerminan dari serangkaian keputusan yang tidak benar. Kondisi
keuangan yang memburuk Nampak dari perkembangan indicator keuangan dari waktu ke waktu.

misal rasio keuangan dalam bentuk debt to equity ratio akan cenderung meningkat untuk

perusahaan yang kan bangkrut apabila dibandingkan dengan perusahaan yang survive. Rasio

rentabilitas modal sendiri akan makin memburuk bahkan negative untuk perusahaan yang akan

bangkrut.

Perbandingan satu indicator dari rasio keuangan antara perusahaan yang bangkrut dan yang

survive disebut sebagai univariate model. Peikiranya bahwa mestinya adalah mestinya mendapat

perilaku yang berbeda antara perusahaan yang bangkrut dan survive. Dalam Atman (1972)

menggabungkan beberapa rasio keuangan tersebutke dalam suatu model untuk memprediksi

apakah suatu perusahaan akan bangkrut ataukah tidak. Model yang digunakan adalah dengan

menggunakan teknik diskriminasi, karena model tersebut menggunakan bebrapa rasio keuangan

sekaligus maka model tersebut disebut sebagai multivariate model.

Anda mungkin juga menyukai