Merger dan akuisisi merupakan alternative untuk melakukan ekspansi atau perluasa usaha.
Perluasan usaha dapat dilakukan dengan ekspansi intern (yaitu menambah kapasitas pabrik,
manambah unit pabrik, manambah unit produksi, manambah divisi baru) , tetapi juga dapat
dilakukan dengan menggabungkan usaha yang telah ada (merger dan cosolodation) atau membeli
Merger sering digunakan untuk menunjukan suatu penggabungan dua perusahaan atau lebih dan
Consolidation menunjukan penggabungan dari dua perusahaan atau lebih dengan nama dari
perusahaan yang bergabung itu hilang kemudian nama bau dari perusahaan gabungan tadi.
2. Perluasan usaha
menguntungkan dengan melakukan merger dan akuisisi perusahaan semakin besar dan
4. Adanya diversifikasi.
Analisis dilakukan dengan menggunakan asumsi bahwa pasar modal adalah efisien. Dengan
demikian harga saham yang terantum di bursa merupakan harga yang wajar.
Contoh :
Misalkan PT. S adalah perusahaan industry manufaktur dan PT. G adalah perusahaan distribusi.
Dengan melakukan akuisisi diharapkan PT. S akan menghemat biaya distribusi sebesar Rp.
1.000.000.000,00 pada tahun depan. Dan penghematan tsb diharapkan akan meningkat sebesar
10% per tahun selamanya (sesuai dengan tingkat inflasi). Apabila tingkat keuntungan yang
dipandang layak sebesar 17%, maka dapat dihitung manfaat akuisisi tersebut adalah sebesar:
= Rp. 14.300.000.000,00
Atau misalnya nilai perusahaan PT. S sebesar Rp. 80.000.000.000,00 . dan nilai perusahaan PT
G sebesar PR. 10 milyar. jumlah per lembar saham PT S adalam sebanyak 50.000.000 lembar @
Rp.12.000 dengan demikian maka PV A = Rp. 600.000.000.000. sedangkan gabungan PT. S dan
PT.G setelah memperoleh synergy (PV SG) adalah (Rp.600 milyar + Rp. 14,3 + Rp.80 milyar) =
Manfaat = PV SG - ( PV S + PV G)
Apabila merger dilakukan secara bersahabat disebut friendly merger dapat dilakukan dengan
cara manajemen ke dua belah pihak berunding bersama dan hasil perundingan tersebut akan
Apabila dirasa manajemen perusahaan yang akan diakuisisi tidak akan bekerja sama maka
manajemen perusahaan yang akan mengakuisisi mungkin memilih hostile takeover. Dengan cara
ini manajemen perusahaan yang akan mengakuisisi tidak akan berunding, tetapi perusahaan yang
Cara lain disebut dengan poisson pill yaitu cara yang dilakukan oleh perusahaan yang akan
mengakuisisi dengan menerbitkan obligasi yang disertai waran yang dapat ditukar dengan saham
RESTRUKTURISASI;
restrukturisasi sebenarnya dapat dalam artian makin membesar atau makin ramping. Kegiatan
merger dan akuisisi juga merupakan upaya untuk melakukan restrukturisasi. Perusahaan yang
melakukan integrasi vertical jelas melakukan restrukturisasi bisnisnya. Dengan cara tersebut
perusahaan dapat mengamankan sumber bahan baku. Dengan cara tersebut perusahaan dapat
1. Sell-off;
Korporasi yang mempunyai unit kegiatan yang sangat beraneka ragam , mungkin suatu
ketika merasa bahwa diantara unit bisnis tersebut ada yang tidak bekerja secara ekonomis
penyebabnya mungkin tingkat kegiatan yang terlalu rendah atau korporasi kurang
memperhatikan unit tersebut, maka sebaiknya dilakukan penjualan unit kegiatan tersebut
2. Spin-off
Melakukan pemisahan unit kegiatan dari kegiatan korporasi dapat dilakukan bila kegiatan
dipisahkan dan berdiri sendiri sebagai suatu perusahaan yang terpisah. Dengan demikian
keputusan, kepemilikan perusahaan baru berada di tangan para pemilik saham korporasi .
3. Going private
Perusahaan yang sudah go public biasanya terbebani oleh biaya listing, dewan direksi
tidak memiliki kebebasan untuk menggunakan laba yang diperoleh karena harus
membagikan dividen tiap tahunya. Maka beberapa perusahaan memutuskan untuk going
private dimana perusahaan yang sudah terdaftar di bursa kemudian sahamnya dibeli (oleh
dewan direksi dan teman-temanya) dan kemudian perusahaan tidak lagi terdaftar di bursa.
4. Leverage buy-out
Untuk membeli kembali saham yang semula dimiliki oleh para anggota masyarakat,
bantuan dana pihak ketiga , cara ini di sebut sebagai leverage buy-out. Berarti bahwa
saham perusahaan dibeli dengan uang pinjaman. Pinjaman tersebut dijamin oleh aktiva
dan arus kas perusahaan sehingga leverage buy-out perusahaan akan mempunyai hutang
REORGANISASI ;
Reorganisasi dalam aspek financial dilakukan untuk memperkecil biaya financial yang tetap
sifatnya, berarti bahwa perusahaan masih mempunyai kemampuan operasional yang baik dan
Apabila biaya operasi variabel sudah lebih besar dari penghasilan , maka situasi sudah sangat
parah. Reorganisasi financial tidak cukup untuk menolong perusahaan sehingga perusahaan
memerlukan reorganisasi operasional. Ini berarti bahwa perusahaan perlu mengganti mesin
dengan jenis yang lebih efissien, mengurangi tenaga kerja dan memotong barbagai biaya yang
mungkin dipotong.
Dalam melakukan reorganisasi financial perlu tiga langkah yang dilakukan yaitu :
1. Menaksir nilai perusahaan; lankah ini sangat sulit karena memrlukan estimasi dan
Dalam reorganisasi financial sering dibarengi dengan konsolidasi yaitu membuat perusahaan jadi
lebih ramping secara operasional. Reorganisasi dan konsolodasi dilakukan dengan cara :
1. Melakukan penghematan biaya. Pengeluaran yang tidak perlu di tunda tau dibatalkan
5. Memanfaatkan kas yang ada, tidak menambah hutang kalau bisa dikurangi, menjada
likuiditas.
LIKUIDASI ;
likuidasi ditempuh apabila para kreditur berpendapat bahwa prospek perusahaan tidak lagi
menguntungkan. Kalaupun ditambah modal atau merubah kredit tetapi perusahaan tidak
mambaik kondisinya.
d. Kreditur akan menerima jumlah relative sangat kecil dari hasil penjualan aktiva
1. Kewajiban terhadap para karyawan (gaji dan upah) harus dipenuhi terlebih dahulu
3. Aktiva yang diagunkan dijual dan dipakai untuk melunasi hutang yang dijamin dengan
agunan tersebut
4. Apabila hasil penjualan tersebut mencukupi, sisanya dapat digunakan untuk melunasi
kreditor umum
Umumnya perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan tidaklah datang dalam waktu tiba-
tiba, melainkan merupakan cerminan dari serangkaian keputusan yang tidak benar. Kondisi
keuangan yang memburuk Nampak dari perkembangan indicator keuangan dari waktu ke waktu.
misal rasio keuangan dalam bentuk debt to equity ratio akan cenderung meningkat untuk
perusahaan yang kan bangkrut apabila dibandingkan dengan perusahaan yang survive. Rasio
rentabilitas modal sendiri akan makin memburuk bahkan negative untuk perusahaan yang akan
bangkrut.
Perbandingan satu indicator dari rasio keuangan antara perusahaan yang bangkrut dan yang
survive disebut sebagai univariate model. Peikiranya bahwa mestinya adalah mestinya mendapat
perilaku yang berbeda antara perusahaan yang bangkrut dan survive. Dalam Atman (1972)
menggabungkan beberapa rasio keuangan tersebutke dalam suatu model untuk memprediksi
apakah suatu perusahaan akan bangkrut ataukah tidak. Model yang digunakan adalah dengan
menggunakan teknik diskriminasi, karena model tersebut menggunakan bebrapa rasio keuangan