Anda di halaman 1dari 43

PENERAPAN PROGRAM PPI

SESUAI PMK 27 TAHUN 2017


Betha Candra Sari
drg.Betha Candra Sari,M.P.H
Office : Badan Mutu Pelayanan Kesehatan DIY
Pendidikan Formal
1. S1 FKG UGM, 1996
2. S2 IKM FK UGM-Magister Manajemen Rumah Sakit, 2014
Judul Tesis : Penerapan PCC di RS Terakreditasi Paripurna dan ISO 9001
Pendidikan Non Formal (bersertifikat Nasional dan Internasional)
1. Short Course Penguatan Akreditasi RS di level Propinsi, Melbourne
University, Australia, 2012
2. Short Course Standar Akreditasi di Fasyankes, ACHS Sydney, Australia,2012
3. Lead Auditor ISO 9001 : 2015, WQA Asia Pasific, IRCA Registered, UK, 2015
4. TOT Pendamping Akreditasi FKTP, PPPTK Kemkes, 2015
5. Pelatihan Hiper K3 Untuk Dokter dan Dokter Gigi, Direktorat Bina K3, 2019
Pengalaman :
Konsultan Akreditasi FKTP, Peneliti Mutu BMPK DIY, Tim Monev PONED,PONEK
RS, FKTP berprestasi Dinkes DIY, Tim Monev FKTP, Auditor ISO 9001, Tim
Anti Fraud Dinkes DIY
Sertifikat TOT pendamping Akreditasi
FKTP

3
Referensi

PERMENKES 27 TAHUN 2017


TENTANG PEDOMAN PPI DI
FASYANKES
A. Pengertian
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
adalah UPAYA untuk mencegah dan
meminimalkan terjadinya infeksi pada pasien,
petugas, pengunjung, dan masyarakat sekitar
fasilitas pelayanan kesehatan
B Tujuan dan Sasaran
• untuk meningkatkan kualitas pelayanan di
fasilitas pelayanan kesehatan, sehingga
melindungi sumber daya manusia kesehatan,
pasien dan masyarakat dari penyakit infeksi
yang terkait pelayanan kesehatan.
• Sasaran Pedoman PPI untuk digunakan oleh
seluruh pelaku pelayanan di fasilitas
pelayanan kesehatan yang meliputi tingkat
pertama, kedua, dan ketiga.
C. Penerapan

1. prinsip kewaspadaan standar dan


berdasarkan transmisi >> surveilans dan
Diklat PPI
2. penggunaan antimikroba secara bijak; dan
3. Bundles >> EBM

(Pasal 3 PMK 27,2017)


KEWASPADAAN STANDAR
Kewaspadaan standar
Yaitu kewaspadaan yang utama, dirancang untuk
diterapkan secara rutin dalam perawatan
seluruh pasien di rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya, baik yang telah
didiagnosis,diduga terinfeksi atau kolonisasi.
11 Kewaspadaan standar
1. Kebersihan Tangan,
2. Alat Pelindung Diri (APD),
3. Dekontaminasi Peralatan Perawatan Pasien,
4. Kesehatan/Pengendalian Lingkungan,
5. Pengelolaan Limbah,
6. Penatalaksanaan Linen,
7. Perlindungan Kesehatan Petugas,
8. Penempatan Pasien,
9. Hygiene Respirasi/Etika Batuk Dan Bersin,
10.Praktik Menyuntik Yang Aman Dan
11.Praktik Lumbal Pungsi Yang Aman
Pengendalian Lingkungan
• upaya perbaikan kualitas udara, kualitas air,
dan permukaan lingkungan, serta desain dan
konstruksi bangunan,
• untuk mencegah transmisi mikroorganisme
kepada pasien, petugas dan pengunjung
Kualitas udara
1. No Fogging dan sinar ultraviolet
2. No kultur permukaan lingkungan secara
rutin, boleh saat outbreak
3. Bisa dry mist dengan H2O2 dan penggunaan
sinar UV
Permukaan lingkungan
• Seluruh pemukaan lingkungan datar, bebas
debu, bebas sampah, bebas serangga (semut,
kecoa, lalat, nyamuk) dan binatang
pengganggu (kucing, anjing dan tikus) dan
harus dibersihkan secara terus menerus.
• BIG NO di ruang perawatan
Karpet, bunga segar, tanaman pot, bunga
plastik
Cara pembersihan permukaan
• klorin 0,05%, atau H2O2 0,5-1,4%, bila ada
cairan tubuh menggunakan klorin 0,5%.
• NO sapu ijuk dan yang sejenis, tapi gunakan
cara basah (kain basah) dan mop (untuk
pembersihan kering/lantai),bila dimungkinkan
mop terbuat dari microfiber.
SOP yang harus dibuat untuk
pengendalian lingkungan
1. SOP untuk pembersihan,
2. SOP disinfeksi permukaan lingkungan,tempat
tidur, peralatan disamping tempat tidur dan
pinggirannya yang sering tersentuh.
Desain ruang rawat
1. Tersedia ruang rawat satu pasien (single
room) untuk isolasi pasien infeksius dan
pasien dengan imunitas rendah.
2. Jarak antar tempat tidur adalah ≥1 meter.
Bila memungkinkan 1,8 m.
3. Tiap kamar tersedia fasilitas Alcohol–Based
Hand Rub (ABHR)
4. Toilet pasien dengan shower
Lantai
1. kuat di atas tanah yang stabil
2. Permukaan lantai dari bahan yang kuat,halus, kedap air
mudah dibersihkan, tidak licin, permukaan rata, tidak
bergelombang dan tidak menimbulkan genangan air.
3. Dianjurkan vinyl dan tidak dianjurkan menggunakan lantai
keramik dengan nat di ruang rawat intensif dan IGD karena
akan dapat menyimpan mikroba.
4. Dibersihkan secara rutin minimal 2 (dua) kali sehari
5. Tahan gesekan dan NO karpet.
6. Penutup lantai warna cerah dan tidak menyilaukan mata.
7. Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai
kemiringan yang cukup ke arah saluran pembuangan air
limbah.
8. Pada daerah dengan kemiringan kurang dari 7o, penutup
lantai harus dari lapisan permukaan yang tidak licin.
Permukaan miring harus tidak licin
Permukaan pertemuan antar dinding
• Pertemuan antara lantai dengan dinding harus
menggunakan bahan yang tidak bersiku, tetapi
melengkung untuk memudahkan
pembersihan lantai (hospital plint).
Cekung landai tidak siku
Pengelolaan alat medik reused dan
disposable
• Pengelolaan alat medik bersih dengan yang
kotor harus
• Harus tersedia ruangan sterilisasi alat medik.
Semua alat steril harus disimpan di
lemari/wadah tertutupdanbebas debu
dankuman
• Alat disposable tidak boleh diproses/dicuci,
tetapi langsung dibuang di tempat sampah
sesuai jenis limbahnya
Pengelolaan Makanan
• Pengelolaanmakanan pasien harus oleh
tenaga terlatih.
• Semua permukaan di dapur harus mudah
dibersihkan dan tidak menimbulkan jamur.
• Penyimpanan bahan makanan tidak
menempel ke lantai, dinding maupun ke atap.
• Makanan hangat saat dikonsumsi pasien
Pengelolaan Limbah
Syarat Wadah Limbah di ruangan
1. Wadah limbah di ruangan:
2. Harus tertutup
3. Mudah dibuka dengan menggunakan pedal kaki
4. Bersih dan dicuci setiap hari
5. Terbuat dari bahan yang kuat, ringan dan tidak
berkarat
6. Jarak antar wadah limbah 10-20 meter, diletakkan di
ruang tindakan dan tidak boleh di bawah tempat tidur
pasien
7. Ikat kantong plastik limbah jika sudah terisi ¾ penuh
Penatalaksanaan Linen
Membuat SOP penatalaksanaan linen :
1. Prosedur pembersihan
2. Prosedur pengangkutan dan distribusi linen
harus jelas,aman dan memenuhi kebutuhan
pelayanan.
Perlindungan Kesehatan Petugas

• NO recapping jarum yang telah dipakai,


memanipulasi dengan tangan, menekuk,
mematahkan atau melepas jarum dari spuit.
• Buat SOP tatalaksana pajanan
Penempatan Pasien

Batasi
Separating kohorting
mobilisasi
Edukasi etika batuk/bersin
Praktik Menyuntik yang aman
Rekomendasi Penyuntikan yang aman
1. Menerapkan aseptic technique untuk mecegah kontaminasi alat-
alat injeksi
2. Tidak menggunakan semprit yang sama untuk penyuntikan lebih
dari satu pasien walaupun jarum suntiknya diganti
3. Semua alat suntik yang dipergunakan harus satu kali pakai untuk
satu pasien dan satu prosedur
4. Gunakan cairan pelarut/flushing hanya untuk satu kali (NaCl, WFI,
dll)
5. Gunakan single dose untuk obat injeksi (bila memungkinkan).
6. Tidak memberikan obat-obat single dose kepada lebih dari satu
pasien atau mencampur obat-obat sisa dari vial/ampul untuk
pemberian berikutnya
7. Bila harus menggunakan obat-obat multi dose, semua alat yang
akan dipergunakan harus steril
8. Simpan obat-obat multi dose sesuai rekomendasi pabrik
9. Tidak menggunakan cairan pelarut untuk lebih dari 1 pasien
KEWASPADAAN berdasar
TRANSMISI
Jenis kewaspadaan melalui transmisi
1. Melalui kontak
2. Melalui droplet
3. Melalui udara (Airborne Precautions)
4. Melalui common vehicle (makanan, air, obat,
alat, peralatan)
5. Melalui vektor (lalat, nyamuk, tikus)
ICRA
(Infection Control Risk Analysis)

Macam Risiko :
1. Pasien
2. Petugas
3. Peralatan
4. Prosedur
5. Lingkungan
Prinsip Pengelolaan Risiko
Probabilitas
dampak
Sistem
Grading Risiko = PxDx SISTEM
MONEV PPI dengan AUDIT PPI
1. Tentukan area audit: risiko tinggi infeksi
2. Siapkan instrumen
3. Atur Jadwal
4. Latih tim audit

Anda mungkin juga menyukai