Anda di halaman 1dari 5

Definisi

Aborsi adalah peniadaan buah kandungan yang masih hidup dari rahim seorang ibu melalui
campur tangan manusia sebelum lahir dengan cara membunuhnya. Peniadaan disini dimaksud
sebagai pembunuhan atau pemutusan hidup manusiawi sebelum waktu kelahirannya, sebab buah
kandungan itu adalah makhluk hidup. Yang menjadi korban adalah makhluk hidup tak berdosa
dan tak dapat membela diri. (5)
Aborsi berasal dari bahasa latin abortus yang berarti berhentinya kehamilan sebelum usia
kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin. Janin belum mampu hidup di luar
rahim jika beratnya kurang dari 500 g atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu karena pada
saat ini proses plasentasi belum selesai.
Pada UU kesehatan, pengertian aborsi dibahas secara tersirat pada pasal 15 (1) UU Kesehatan
Nomor 23/1992 disebutkan bahwa dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan
jiwa ibu hamil atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu. Maksud dari ‘tindakan
medis tertentu, yaitu aborsi.

Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36


Tahun 2009, Pasal 75 bahwa setiap orang dilarang melakukan aborsi dapat
dikecualikan berdasarkan indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak
usia dini kehamilan dan aturan ini diperkuat dengan Pasal 77 yang berisi
pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 mengenai tindakan aborsi yang tidak
bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggungjawab serta bertentangan
dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Walaupun ada perbedaan antara KUHPidana dengan Undang-Undang
Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tentang aborsi, tetapi dalam Undang-
undang kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tenaga medis diperbolehkan untuk
melakukan aborsi legal pada perempuan hamil karena alasan medis dengan
persetujuan perempuan yang bersangkutan disertai suami dan keluarganya.

Jenis-Jenis Abortus
Abortus dapat terjadi secara spontan atau secara buatan (provokatus). Abortus spontan dapat
merupakan suatu mekanisme alamiah untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang abnormal.
Sedangkan abortus buatan (terminasi kehamilan) dapat bersifat illegal (abortus provocatus
criminalis), atau legal (abortus provocatus therapeuticus).
1. Aborsi Provokatus (abortus buatan)
Aborsi provokatus adalah jenis abortus yang sengaja dibuat atau dilakukan oleh
perbuatan manusia dengan maksud dan pertimbangan tertentu, yakni dengan cara
menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup diluar tubuh ibu baik dengan
memakai obat-obatan atau alat karena kandungan tidak dikehendaki untuk dilahirkan.
Abortus provakatus dibagi menjadi dua jenis yaitu:
a. Aborsi Medis/ Terapeutik (abortus provocatus therapeticus)
Aborsi medis adalah pengguguran janin dalam kandungan sebelum waktunya secara
sengaja karena adanya alasan medis tertentu dan bersifat legal. Indikasi medis yang
dimaksud misalnya, pada kehamilan di luar kandungan, ibu hamil sakit parah. Aborsi
provokatus dapat juga dilakukan pada saat kritis untuk menolong jiwa si ibu. Bila
kehamilan diteruskan akan membahayakan nyawa ibu serta janin.
Abortus medis dilakukan hanya berdasarkan persetujuan ibu hamil yang
bersangkutan/ suami, dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang kompeten di suatu
sarana kesehatan tertentu.
Pedoman untuk aborsi terapeutik menurut American College of Obstetricians and
Gynecologists (1987):
 Jika berlanjutnya kehamilan dapat mengancam nyawa atau menimbulkan
gangguan kesehatan yang serius bagi wanita hamil tersebut.
 Jika kehamilan terjadi akibat perkosaan
 Jika berlanjutnya kehamilan kemungkinan besar akan menghasilkan anak
dengan deformitas fisik atau retardasi mental yang parah.
b. Aborsi Kriminalis (abortus provocatus criminalis)
Aborsi kriminalis adalah pengguguran janin dalam kandungan sebelum waktunya
secara sengaja tanpa mempunyai alasan medis/ ilegal dan disebabkan oleh alasan-
alasan lain yang melanggar hukum. Hal ini dilakukan dengan alasan-alasan tertentu,
misalnya malu mengandung karena hamil di luar nikah. Aborsi ini biasanya dilakukan
demi kepentingan pelaku, baik itu dari wanita yang mengaborsikan kandungannya
ataupun orang yang melakukan aborsi seperti dokter secara medis ataupun dilakukan
oleh dukun beranak yang hanya akan mencari keuntungan materi saja.
Abortus kriminalis biasanya dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten, biasanya
memakai cara seperti memijit-mijit perut bagian bawah, pemakaian bahan-bahan
kimia yang dimaksukkan ke dalam jalan lahir, sehingga sering terjadi infeksi yang
berat, bahkan dapat berakibat fatal.

2. Aborsi spontan
Abortus spontan merupakan keluarnya janin sebelum dapat hidup dalam kandungan yang
terjadi dengan sendirinya, tanpa tindakan apapun dari manusia, tanpa disengaja dan
karena faktor-faktor alamiah di luar kemampuan manusia. Kebanyakan disebabkan
karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma. Abortus spontan biasanya
disebut juga keguguran.
Penyebab Aborsi
Alasan Medis
 Kadang kondisi rahim perempuan hamil yang tidak kondusif untuk perkembangan janin.
 Dalam beberapa kasus medis, ada perempuan yang mengalami kerusakan atau kelainan
pada organ reproduksi sehingga berbahaya bagi janin.
 Kelainan genetik yang akan menyebabkan kelainan pada anak setelah lahir juga
merupakan alasan mengapa banyak perempuan memilih aborsi. Kelainan genetik ini
dapat diketahui dengan bantuan tes darah.
 Kadang-kadang, pertumbuhan janin bisa membahayakan kesehatan ibu yang dapat
mengancam keselamatan ibu.
 Jika seorang perempuan menderita penyakit seperti penyakit jantung, AIDS atau penyakit
menular seksual, dia dapat melakukan aborsi.

Alasan Pribadi
 Sebuah kehamilan yang terjadi akibat perkosaan dapat digugurkan karena si perempuan
ingin menghilangkan trauma.
 Kadang seorang perempuan merasa tidak yakin secara finansial (ekonimi) untuk merawat
dirinya dan bayi yang dikandungnya. Karena suami tidak mau bertanggung jawab dan
meninggalkan istrinya.
 Adanya desakan dari orangtua dan kecaman sosial terhadap perempuan yang hamil di
luar nikah adalah alasan lain mengapa banyak perempuan memilih aborsi. Banyak sekali
orangtua yang memaksa anak perempuan yang belum menikah untuk melakukan aborsi
hanya untuk menyelamatkan muka di depan masyarakat dan kerabat lainnya.
 Banyak juga kasus perempuan yang melakukan aborsi akibat kontrasepsi yang gagal.
 Bagi sebagian wanita menjalani kehamilan itu berat, apalagi kehamilan yang tidak
dikehendaki, sehingga banyak wanita yang ingin aborsi akibat kehamilan tersebut.
 Alasan lain yang sering dilontarkan adalah masih terlalu muda (terutama mereka yang
hamil di luar nikah), aib keluarga, atau sudah memiliki banyak anak. Ada orang yang
menggugurkan kandungan karena tidak mengerti apa yang mereka lakukan.

Risiko Aborsi
Aborsi memiliki risiko penderitaan yang berkepanjangan terhadap kesehatan maupun
keselamatan hidup seorang wanita.
Risiko kesehatan
 Kematian mendadak karena pendarahan hebat.
 Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.
 Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.
 Rahim yang sobek (Uterine Perforation).
 Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya.
 Kanker indung telur (Ovarian Cancer).
 Kanker leher rahim (Cervical Cancer).
 Kanker hati (Liver Cancer).
 Kelainan pada ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya
dan pendarahan hebat pada kehamilan berikutnya.
 Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi ( Ectopic Pregnancy).
 Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).
 Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
Risiko psikologis
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki risiko tinggi dari segi kesehatan dan
keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat
terhadap keadaan mental seorang wanita.
Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom
Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological Reactions Reported
After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion Review (1994).
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti
berikut ini:
1. Kehilangan harga diri (82%)
2. Berteriak-teriak histeris (51%)
3. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)
4. Ingin melakukan bunuh diri (28%)
5. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)
6. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)
Selain hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan
bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.

Prinsip-prinsip Etika dan Moral tentang Aborsi


Dalam Deklarasi Oslo 1970 tentang abortus atas indikasi medis disebutkan bahwa dasar
moral yang dijiwai oleh seorang dokter adalah lafal sumpah dokter yang berbunyi “saya akan
menghormati hidup insane sejak saat pembuahan’. Atas dasar ini abortus buatan dengan indikasi
medis hanya dilakukan berdasarkan atas syarat-syarat sebagai berikut: 1

1. Pengguguran hanya dilakukan sebagai tindakan terapeutik


2. Suatu keputusan untuk menghentikan kehamilan sedapat mungkin disetujui secara
tertulis oleh dua orang dokter yang dipilih sesuai dengan kompetensi professional.
3. Prosedur pengguguran hendaknya dilakukan oleh seorang dokter yang kompeten di
instalasi yang dilakui oleh otorita yang sah.
4. Jika dokter merasa bahwa hati nuraninya tidak membenarkan untuk melakukan
pengguguran tersebut, maka ia berhak untuk mengundurkan diri dan menyerahkan
pelaksanaan tindakan medis tertentu itu kepada sejawatnya yang lain yang kompeten.1

Aborsi ditinjau dari segi moral


Setiap manusia, termasuk mereka yang masih dalam kandungan memiliki hak dasar untuk hidup
yang langsung dari Tuhan dan bukan dari orang tua. Janin dalam kandungan memiliki hak-hak
dasar yang setara dengan manusia. Aborsi yang disengaja sama sekali tidak dapat diterima
karena bertentangan atau melawan nilai hidup manusia.

Anda mungkin juga menyukai