MAKALAH
MAKALAH
Disusun oleh :
2019
DAFTAR ISI
Halaman Judul……………………………………..……………………………. i
Kata Pengantar………………………………..………………………………… ii
Daftar Isi…………………………………….……………….…………………..iii
BAB I
Pendahuluan……………………………………………………….……………. 1
Rumusan Masalah…………………………………………….….………………2
Tujuan……………………………………………………………………………2
BAB II
Pembahasan………………………………………………….…………………..3
PENUTUP
Kesimpulan ……………………………………………………..……………… 8
Saran…………………………………………………………………………..…8
Daftar Pustaka…………………………………………………………………....9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tata Hukum berasal dari bahasa Belanda “recht orde” merupakan susunan hukum,
yang artinya memberikan tempat sebenarnya kepada hukum, yaitu dengan menyusun
lebih baik, dan tertib aturan hukum – aturan hukum dalam pergaulan hidup sehari-hari.
d. Pidana, menyangkut tentang tidak adanya sesuatu unsur pekerjaan yang menyangkut
ranah pidana.
Mengenai hukum kontrak konstruksi merupakan hukum perikatan yang diatur dalam
Buku III KUH Perdata mulai dari Pasal 1233 sampai dengan Pasal 1864 KUH Perdata.
Pada Pasal 1233 KUH Perdata disebutkan bahwa tiap-tiap perikatan dilahirkan dari
perjanjian persetujuan dan Undang-Undang. Serta dalam suatu perjanjian dianut asas
kebebasan dalam membuat perjanjian, hal ini disimpulkan dari Pasal 1338 KUH Perdata
yang menerangkan segala perjanjian yang dibuat secara sah, berlaku sebagai undang-
undang bagi mereka yang membuatnya. Dimana sahnya suatu perjanjian adalah suatu
perjanjian yang memenuhi Pasal 1320 KUH Perdata, mengatur tentang empat syarat
sahnya suatu perjanjian yaitu sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, kecakapan untuk
membuat suatu perikatan, suatu hal tertentu, suatu sebab yang diperkenankan.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana pengaruh aspek hukum dalam perkembangan pembangunan
infrastruktur di Indonesia.
2. Apa dampak langsung dari pengaruh aspek hukum dalam perencanaan
pembangunan infrastruktur di Indonesia.
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan makalah ini
adalah mengetahui perkembangan hukum pembangunan dalam pembangunan
infrastruktur
BAB II
PEMBAHASAN
A. PEMBAHASAN
Pertama, sejak tahun 2005, pemerintah sudah memulai membuat kebijakan mengenai
infrastruktur, yaitu peningkatan peran swasta dalam pembangunan infrastruktur.
Sebenarnya kebijakan ini bagus dan sangat realistis karena kehadiran swasta diperlukan
pada saat anggaran pemerintah mengalami keterbatasan. Kebijakan ini diambil dengan
pertimbangan bahwa dana untuk pembangunan infrastruktur kurang dan tidak bisa
diambil dari dana APBN saja. Namun, pada perkembangan selanjutnya, yaitu tahun 2005
sampai sekarang, kebijakan ini hanya menjadi kebijakan tertulis tanpa ada implementasi
dan realisasi dari kebijakan tersebut. Sudah dapat dipastikan bahwa hasil dari kebijakan
tersebut tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Selama ini peran swasta sama sekali
belum dirasakan memadai, bahkan bisa dikatakan hampir nihil karena paket kebijakan
tersebut sepertinya hanya berada pada tataran konsep saja. Implementasi paket kebijakan
infrastruktur menjadi lebih penting dari sekadar konsep.
Kedua, paket kebijakan pemerintah yang sangat krusial dan paling sulit adalah dalam
hal pengadaan tanah. Dalam pengadaan tanah ini pemerintah hampir bisa dikatakan tidak
bisa menyelesaikan secara maksimal. Hal ini terjadi karena pemerintah harus berhadapan
dengan dinamika transisi demokrasi kurang terarah dan eforia reformasi yang ada di
dalam masyarakat. Masyarakat, atas nama reformasi, berani menentang dan memberontak
keras terhadap berbagai inisiatif yang datang dari negara. Ketika pembangunan
infrastruktur melewati tanah rakyat, negosiasi sangat sulit dilakukan, padahal kebutuhan
barang publik begitu mendesak.
Ketiga, pemerintah harus membuat dan mempunyai target untuk mendukung rencana
induk pengembangan infrastruktur. Hal ini bisa dikatakan tidak terlalu sulit karena
pemerintah sudah mempunyai cetak biru, seperti pembangunan jalan tol, pasar, saluran
air, dan jembatan.
Keempat, masalah lain yang kemudian muncul dalam kebijakan pembangunan
infrastruktur adalah masalah kelembagaan dan regulasi. Untuk masalah ini, pemerintah
sudah membentuk semacam komisi pengembangan infrastruktur. Kelembagaan baru ini
semestinya lebih produktif memfasilitasi koordinasi antarmenteri atau departemen. Akan
tetapi, semua itu bermuara pada implementasi di lapangan. Justru kelemahan selama ini
adalah dalam implementasi kebijakan yang langsung pada injeksi modal dan memulai
proyek. Kebijakan yang selama ini sudah ada tampaknya belum dapat diimplementasikan
dengan baik.
Prioritas pertama, pemerintah meminta pemda memberikan fasilitas dan kemudahan
dalam menjalankan roda bisnis di daerah, yang diterapkan dalam wujud pemangkasan
mekanisme penanaman modal di Indonesia yang akan memberatkan investor. Prioritas
kedua adalah peningkatan pembangunan proyek infrastruktur di seluruh Indonesia guna
menunjang jalannya roda perputaran bisnis dan penyaluran produk di seluruh wilayah
Indonesia, terutama Indonesia Timur, serta upaya pemerintah pusat dan daerah untuk
melindungi dan membantu meringankan beban golongan menengah ke bawah yang
mengalami kesulitan dalam perekonomian.
Hiperealitas adalah istilah yang digunakan sosiolog asal Prancis, Jean Baudrilland,
untuk menjelaskan keadaan yang realitas runtuh oleh rekayasa pencitraan, simulasi, dan
halusinasi. Hasil rekayasa tersebut memiliki porsi dominan dan dianggap mengandung
unsur kebenaran dari realitas sebenarnya. Hiperealitas digunakan untuk menutupi
kesalahan-kesalahan pemerintah yang berkuasa dan dimanfaatkan untuk menggiring opini
publik sehingga dampak negatif dari kebijakan yang dilakukan, tidak diketahui dan
diacuhkan oleh masyarakat.
Hiperealitas adalah salah satu problematika negara Indonesia yang berujung pada
penggiringan cara pandang masyarakat atas segala kebijakan yang diterapkan pemerintah.
Implikasi media dalam menyukseskan politik hiprealitas menjadi faktor penting yang
menjadi kunci atas keberhasilan politik tersebut. Kharakteristik bangsa Indonesia yang
menjadikan media sebagai sumber utama dalam memperoleh berita-berita aktual dan
kurangnya minat baca masyarakat atas ilmu pengetahuan menyebabkan kurangnya nalar
kritis masyarakat dalam menganalisa realitas yang ada sehingga menimbulkan sentimen
aktualisasi media yang diberitakan telah berdasar pada realitas yang ada dan diberitakan
melalui berbagai macam sudut pandang. Akan tetapi, realitas yang ada menunjukkan
bahwa terdapat intervensi pemerintah dalam politik media informasi terhadap berita
aktual yang disampaikan.
Deskripsi Proyek
Kilang minyak Bontang adalah proyek pembangunan kilang minyak baru (Grass Root
Refinery) dengan kapasitas produksi bahan bakar minimal 300 ribu barel per hari yang
akan dibangun di Bontang, Kalimantan Timur. Perencanaan pembangunan Kilang
Minyak Bontang akan menggunakan konfigurasi yang mempertimbangkan sistem lain
seperti sistem petrokimia. Selanjutnya, hasil produksi kilang minyak tersebut akan
diutamakan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar dalam negeri.
Signifikansi Proyek
Mengingat kebutuhan bahan bakar dan upaya pencapaian ketahanan energi di dalam
negeri, maka Indonesia membutuhkan pertumbuhan industri kilang minyak. Kombinasi
Grass Root Refinery (GRR) dan Refinery Development Master Plan (RDMP) dibutuhkan
untuk meningkatkan penyediaan minyak mentah dan bahan bakar di Indonesia sehingga
dapat menurunkan ketergantungan pada impor.
Rencana Aksi
A. KESIMPULAN
Hukum sebagai sarana pembangunan adalah bahwa hukum dalam arti kaidah atau
peraturan hukum berfungsi sebagai alat (pengatur) atau sarana pembangunan dalam
arti penyalur arah kegiatan manusia kearah yang dikehendaki oleh pembangunan
disamping fungsi hukum untuk menjamin adanya kepastian dan ketertiban (order)
B. SARAN
http://wpdelly08.blogspot.com/2018/10/tugas-1-aspek-hukum-dalam-
pembangunan.html