Bab-19-Pj-1993-Cek 20090203104550 1788 19
Bab-19-Pj-1993-Cek 20090203104550 1788 19
BAB XIX
A. PENDAHULUAN
XIX/3
diusahakan penurunan tingkat kematian, persebaran penduduk yang lebih
serasi dan merata serta peningkatan kualitas manusia dan masyarakat.
B. KEPENDUDUKAN
XIX/4
kelahiran dengan berbagai kegiatan pembangunan lainnya, khususnya upaya
pembangunan di bidang kesehatan, transmigrasi, pengendalian urbanisasi,
pendidikan, pembangunan daerah dan penciptaan lapangan kerja.
XIX/5
2. Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan
XIX/6
Keberhasilan penurunan pertumbuhan penduduk secara berkelanjutan
dalam kondisi pembangunan sosial-ekonomi masyarakat yang belum tinggal
landas telah mendapat pengakuan dunia secara luas. Presiden Republik
Indonesia telah mendapatkan penghargaan Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) untuk kepemimpinan beliau dalam pelaksanaan pembangunan di
bidang kependudukan. Selain itu Indonesia dijadikan model bagi
pelaksanaan KB yang berhasil. Pengalaman Indonesia telah dipelajari oleh
banyak negara. Sampai dengan tahun 1992/93, Indonesia telah memberi
latihan KB dan Kependudukan bagi 1.412 pejabat dari 64 negara.
Pelaksanaan KB yang berhasil ternyata juga telah dapat meningkatkan posisi
dan martabat Indonesia khususnya di kalangan negara-negara yang sedang
membangun dan negara-negara anggauta Gerakan Non Blok.
XIX/7
Adapun angka kematian bayi sejak Repelita I juga terus menurun.
Angka kematian bayi pada tahun 1971 sebagai ternyata dari hasil Sensus
Penduduk 1971 adalah 131,2 kematian per seribu kelahiran. Angka tersebut
telah menurun menjadi 63 kematian per seribu kelahiran pada tahun 1990
sebagai yang ternyata dari hasil Sensus Penduduk 1990. Dengan demikian
selama kurun waktu 19 tahun tersebut keseluruhan telah terjadi penurunan
angka kematian bayi sebesar 52%, atau 3,8% per tahun. Penurunan angka
kematian bayi tersebut merupakan petunjuk bahwa selama jangka waktu
yang bersangkutan keadaan kesehatan dan gizi penduduk makin membaik.
Makin membaiknya derajat kesehatan dan gizi penduduk jelas akan
memperpanjang umur penduduk Indonesia, yang diperkirakan mencapai
rata-rata 61,5 tahun pada tahun 1990.
b. Penundaan U m u r Perkawinan
XIX/8
sehingga setelah mencapai usia dewasa mereka dapat diharapkan akan
menunda perkawinan hingga mencapai umur tersebut.
XIX/9
pelatihan yang diikuti oleh 150 wakil LSM. Selanjutnya selama 4 tahun
Repelita V telah dilaksanakan pelatihan yang diikuti oleh 70 peserta wakil
LSM.
XIX/10
f. Keserasian Kependudukan dan Lingkungan Hidup
g. Registrasi Penduduk
XIX/11
langkah seperti perbaikan tata cara pencatatan, pelatihan aparat pelaksana
dan memotivasi masyarakat agar menyadari pentingnya registrasi penduduk.
C. KELUARGA BERENCANA
XIX/12
program. Kebijaksanaan ini dirintis sejak awal Repelita V yang sekaligus
menjadikan pelaksanaan program KB sebagai gerakan KB. Bersamaan
dengan itu dilakukan pula upaya peningkatan kualitas pelayanan KB.
XIX/1
3
sadar siap ber-KB tetapi hanya memerlukan bantuan pemerintah untuk
memenuhi keperluan sarana. Dengan demikian mereka diajak mandiri dalam
pelayanan KB-nya. Sasaran pada tahap ke tiga adalah kelompok masyarakat
yang secara sadar siap ber-KB dan sudah mampu memenuhi sarana dan pe-
layanan KB.
XIX/14
Sementara itu pesan-pesan KB yang disiarkan melalui media elektronik
seperti radio dan televisi disampaikan dalam acara sandiwara, sinetron,
iklan, wayang orang, dan ketoprak.
b. Pelembagaan Program
XIX/15
TABEL XIX – 1
JUMLAH PEMBANTU PEMBINA KELUARGA BERENCANA DESA 1)
1968 – 1992/93
(buah)
XIX/16
Dalam usaha melestarikan kesertaan masyarakat dalam program KB
dan meningkatkan kesejahteraan keluarga peserta KB, telah
ditumbuh kembangkan usaha peningkatan pendapatan keluarga akseptor
(UPPKA). Sasaran utama kegiatan UPPKA adalah peserta KB di daerah
yang miskin, padat penduduk, dan telah membentuk organisasi kekeluargaan
atau kelompok peserta KB. Melalui kegiatan ini mereka diberi bantuan
modal untuk usaha kegiatan kelompok seperti koperasi simpan pinjam,
industri kecil, dan kerajinan rumah tangga. Di samping itu juga
dilaksanakan pelatihan keterampilan bagi wanita dan pemuda yang
dilaksanakan melalui jalur organisasi kekeluargaan atau kelompok peserta
KB di bawah naungan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD)
maupun Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).
XIX/17
c. Pendidikan Kependudukan dan Keluarga Berencana
XIX/18
Agama. Di samping itu telah dilakukan orientasi pendidikan KB bagi
petugas Konseling Pra Nikah di lingkungan Katolik dan Kristen. Sasaran
kegiatan ini adalah pasangan-pasangan yang akan menikah, sehingga mereka
punya cukup bekal pengetahuan dalam mempersiapkan kehidupan
berkeluarga.
XIX/19
TABEL XIX – 2
JUMLAH TENAGA PROGRAM KB YANG MENDAPATKAN PENDIDIKAN DAN LATIHAN KEPENDUDUKAN 1)
1969/70 – 1992/93
(orang)
1) Angka kumulatif 5 Tahunan pada setiap kolom yang bertuliskan Akhir Repelita
yang lain adalah angka tahunan
2) Angka Sementara (sampai dengan Oktober 1992)
XIX/20
biasanya diberikan oleh dokter Puskesmas. Dengan demikian, adanya bidan
di desa akan dapat memperluas pemerataan dan jangkauan pelayanan kontra -
sepsi medis.
e. Pelayanan Kontrasepsi
XIX/21
Jumlah klinik yang memberi pelayanan KB pada akhir Repelita I
berjumlah 2.235 buah (Tabel XIX-3). Pada akhir Repelita IV jumlah klinik
sudah bertambah 320,0 persen dari jumlah klinik pada akhir Repelita I.
Sementara itu dalam lima tahun terakhir jumlah klinik KB telah meningkat
dari 8.880 buah pada tahun 1987/88 menjadi 12.086 buah pada tahun
1992/93 atau telah meningkat dengan 36,1 %. Perkembangan jumlah klinik
swasta dalam kurun waktu tersebut juga merupakan hal yang cukup
menggembirakan, yaitu naik dengan 47,9%.
Khusus bagi para peserta KB yang bertempat tinggal jauh dari klinik
dan rumah sakit tersedia pelayanan Tim KB Keliling. Kegiatan TKBK di
seluruh Indonesia mencakup pelayanan, penerangan, dan motivasi dan dalam
pelaksanaannya mencapai daerah terpencil dan sulit. Selama lima Repelita
terlihat bahwa jangkauan ini semakin luas seperti terlihat dalam Tabel
XIX-5. Sejak tahun 1987/88 kegiatan TKBK mulai menurun. Hal ini bukan
disebabkan penurunan aktifitas, melainkan semakin sedikitnya wilayah
terpencil yang belum pernah dijangkau oleh Tim, utamanya di Jawa-Bali. Di
wilayah lain yang meliputi propinsi-propinsi Riau, Bengkulu, Jambi,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, Sulawesi
Tengah, Maluku, Irian Jaya, Nusa Tenggara Timur, dan Timor Timur dan
baru mulai terjangkau pada Repelita III nampak mengalami perkembangan
kunjungan TKBK setiap tahunnya.
XIX/22
TABEL XIX – 3
JUMLAH KLINIK KELUARGA BERENCANA MENURUT STATUS 1)
1969/70 – 1992/93
(buah)
XIX/24
TABEL XIX – 5
JUMLAH KEGIATAN TIM KELUARGA BERENCANA KELILING 1)
1968 – 1992/93
(buah)
1) Angka tahunan
2) Angka sementara (sampai dengan Oktober 1992
XIX/25
f. Pencapaian Peserta KB Baru
XIX/26
TABEL XIX – 6
PENCAPAIAN HASIL SASARAN PESERTA KB BARU 1)
1969/70 – 1992/93
(ribu orang)
1) Angka tahunan
2) Angka sementara (sampai dengan November 1992)
XIX/27
TABEL XIX –7
JUMLAH PESERTA KELUARGA BERENCANA BARU 1)
MENURUT METODA KONTRASEPSI
1969/70 – 1992/93
(ribu orang)
1) Angka tahunan
2) Angka sementara (sampai dengan November 1992)
3) Digabungkan dengan “lain-lain”
XIX/28
g. Pencapaian Peserta KB Aktif
XIX/29
TABEL XIX – 8
PENCAPAIAN HASIL SASARAN PESERTA KB AKTIF 1)
1968 – 1992/93
(ribu orang)
XIX/30
TABEL XIX – 9
JUMLAH PESERTA KELUARGA BERENCANA AKTIF 1)
MENURUT METODA KONTRASEPSI
1968 – 1992/93
(ribu orang)
XIX/31
GRAFIK XIX – 1
JUMLAH PESERTA KELUARGA BERENCANA AKTIF 1)
MENURUT METODA KONTRASEPSI
1968 – 1992/93
XIX/32
kontrasepsi dengan perlindungan terhadap kehamilan yang lebih lama dan
efektif.
XIX/33
TABEL XIX – 10
PENYEDIAAN ALAT KONTRASEPSI PADA KLINIK KB 1)
1969/70 – 1992/93
(ribu)
1) Angka tahunan
2) Angka sementara ( sampai dengan Oktober 1992
XIX/34
pada tingkat Kabupaten-Propinsi, sejak tahun ketiga Repelita V telah pula
dilakukan pemasangan komputer di Kabupaten/Kotamadya. Perkembangan
jaringan komunikasi dan pengolahan data dengan komputer ini diharapkan
akan mendorong terbentuknya bank data dan data dasar manajemen yang
sangat bermanfaat bagi pengelolaan program KB secara menyeluruh.
XIX/35