1
Ahmad Musthafa al- Maraghi, Tafsir al- Maraghi (Bayrut: Dar Al-
Kutub al-Ilmiyah, 2006), h. 281-282
2
Jalaluddin al-Mahally dan Jalaluddin al- Suyuti, Tafsir al-Qur‟an al-
Karim, (Surabaya: Darul Abidin, t.th), h. 31
3
Lihat dalam Qs. as-Saba ayat 28
4
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya jilid 1, (Jakarta:
Lentera Abadi, 2010), h. 305
19
20
5
Wahbah Az-Zuhaili,, AtTafsiirul -Muniir: Fil „Aqidah wasy-
syarii‟ah wal Manhaj, Juz 1(Bairut: Darul Fikri al- Muasir, 1991) h. 233,
atau lihat dalam tafsir al-Azhar Juz 1, h. 156
6
Ahmad Musthafa al- Maraghi, op. cit., h. 282
21
7
Rois Mahfud, Al- Islam Pendidikan Agama Islam, (Penerbit:
Erlangga, 2011), h. 3-5
8
M. Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer, (Jakarta: Amza,
2006), h. 5
22
9
Ibid., h. 7
23
10
Di antara ayat-ayat al-Qur‟an yang menyatakan bahwa para nabi
selain Nabi Muhammad SAW, membawa misi Islam adalah terdapat pada
QS,al-Hajj (22) ayat 78 dan QS, al-Baqarah (2) ayat132.
11
Rois Mahfud, op. Cit., h. 6
24
“ Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu
agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku,
dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu.”12
12
Yayasan penyelenggara Penterjemah Al-Qur‟an, Al-Qur‟an dan
Terjemahanya, Departemen Agama tahun 1994, h.157
13
As-Suyuthi, Al-Jami‟ Ash-Shagir, (Beirut: Dar Al-Fikr, t.th), h. 130
25
14
Abudin Nata, Studi Islam komprehensif , (Jakarta: Prenada Media
Grup, 2011), h.26-27
15
Taufik Abdullah, (ed). Ensklopedi Tematis Dunia Islam, (Jakarta:
PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002), jilid,3, h. 7
16
Kusmana, Syamsuri, (ed), Pengantar Kajian al-Qur‟an: Tema
Pokok, Sejarah dan Wacana Kajian, ( Jakarta: PT. al-Husna Baru, 2004), h.
139
26
17
Yayasan penyelenggara Penterjemah Al-Qur‟an, op. Cit, h. 391
18
Choiriddin Haidar, Klasifikasi Kandungan al-Qur‟an II, ( Jakarta:
Gema Insani, 2005), h. 6
19
Askin Wijaya, Teori Interpretasi al-Qur‟an Ibnu Rusyd: Kritik
Ideologis- Hermeneutis, ( Penerbit: Lkis Yogyakarta, 2009), h. 1
27
20
Talhus, Fokus Isi dan Makna al-Qur‟an, (Jakarta: Galura Pase,
2008), h. 7
21
Munzir Hitami, Pengantar Studi al-Qur‟an: Teori dan Pendekatan,
( Penerbit: Lkis yogyakarta, 2012), h. 19
22
Subhi as-Shalih, Membahas Ilmi-ilmu al-Qur‟an, (Penerbit: Pustaka
Firdaus, 1990), h. 53
28
2. As-Sunnah
Sudah kita ketahui bahwa hadits mempunyai
kedudukan yang sangat penting dalam ajaran Islam. Ia menepati
posisi kedua setelah al-Qur‟an. Al-Qur‟an sebagai sumber
ajaran pertama memuat ajaran-ajaran yang bersifat umum
(global), yang perlu dijelaskan lebih lanjut dan terperinci. Di
sinilah, hadits menduduki dan menepati fungsinya sebagai
sumber ajaran kedua. 23 Di kalangan ulama, al-Qur‟an disebut
wahyu matl‟u, yaitu wahyu yang dibacakan oleh Allah SWT
dengan lafadz dan maknanya dengan menggunakan Bahasa
Arab kepada Rasul-Nya, dan Hadis di sebut wahyu gairu matl‟u
atau wahyu yang tidak langsung dibacakan Allah SWT kepada
Rasul-Nya. Hadits adalah perincian ketentuan agar al-Qur‟an itu
dapat dioperasionalkan, lebih-lebih pada ketentuan hukum yang
bersifat amali dan perinciannya tidak tercantum dalam al-
Qur‟an, baik yang menyangkut masalah ibadah maupun
muamalah. Misalnya, pelaksanaan sholat hanya diperintahkan
secara global. Oleh karena itu, tata cara dan upacara sholat
secara terperinci hanya dapat diketahui melalui hadits.24
Disamping itu, hadits merupakan penegasan al-Qur‟an.
Artinya, hadits berfungsi menegaskan ketentuan-ketentuan yang
sudah diterangkan dalam al-Qur‟an. Ketentuan hukum-hukum
23
M. Agus Sholahuddin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung:
Pustaka Setia, 2011), h.78
24
Taufik Abdullah, (ed). Ensklopedi Tematis Dunia Islam, jilid 4,
(Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002), h.64
29
25
Ibid,.
26
Farid Ma‟ruf Noor, Islam jalan hidup lurus, (Surabaya: PT. Bina
Ilmu, 1983), h. 121
27
Yayasan penyelenggara Penterjemah Al-Qur‟an, op. Cit, h. 132
30
28
Ibid, 916
31
29
Abudin Nata, Studi Islam komprehensif, (Jakarta:Prenada Media
Grup, 2011), h. 42-43
30
Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, Juz III, Kitab al-Qadla, Bab Ijtihad
al-Ra‟y fi al-Qadla, (tp., Dar al-Fikr, t.th), h. 303
31
Ibn Mansyur al-Afriqi, Lisan al-„Arab,jilid III, (Bayrut: Dar al-Sadr,
t.th), h. 133
32
32
Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin, kamus Ilmu Ushul Figh,
(Jakarta: Amzah, 2009), h. 109
33
Yayasan penyelenggara Penterjemah Al-Qur‟an,op. Cit, h. 205
34
Ibid,.292
33
35
Mardani, Ushul Fiqh, ( Jakarta: Raja Grafindo, 2013), h. 354
36
Ibid,.
34
37
Muhaimin, Studi Islam dalam Ragam Dimensi dan Pendekatan,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 179-180
35
38
Sapiudin Shidiq, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kecana Prenada Media
Group, 2011), h.257-258
39
Satria Effendi, Ushul Fiqh, (Jakarta: kencana, 2005), h. 250
37
40
Ibid,.h, 251
41
Rois Mahfud, op. Cit , h. 9
42
M. Quraish Shihab, Menabur pesan Ilahi; Al- Qura‟n dan dinamika
kehidupan masyarakat, (Jakarta: Lentera Hati, 2006), h. 3
39
sekelompok kaum muslim tentang iman, Islam, dan ihsan. 43 Hal ini
sebagaimana ditegaskan dalam sebuah hadist Nabi berikut ini:
Dari Umar radhiallahuanhu, ia berkata: pada suatu hari
kami berada di sisi Rasulullah SAW. Tiba-tiba muncul di
hadapan kami seorang laki-laki yang mengenakan baju
yang sangat putih dan warna rambutnya hitam pekat, tidak
tampak pada dirinya bekas berpergian jauh dan tidak ada
seorangpun diantara kami yang mengenalinya hingga
kemudian dia duduk di dekat Nabi SAW. Sambil
menyandarkan kedua lututnya kepada kedua lutut beliau,
dia juga meletakkan tangannya diatas kedua pahanya, dia
berkata, wahai Muhammad, beritahu kepadaku tentang
Islam? Rasulullah SAW. Bersabda: Islam adalah
hendaknya kamu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali
Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, hendaklah
kamu mendirikan shalat, membayar zakat, mengerjakan
puasa ramadhan, dan menunaikan ibadah haji jika mampu
mengadakan perjalanan. Lelaki itu pun berkata ”kamu
benar.” Umar berkata: tentu saja kami merasa heran
kepada orang itu, sebab dia yang bertanya dan dia sendiri
yang membenarkannya. Lelaki itu kembali berkata:
beritahukanlah kepadaku tentang Iman? Lalu Rasulullah
bersabda: hendaklah kamu beriman kepada Allah, para
Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, beriman
kepada hari akhir, dan juga kepada takdir-Nya yang baik
dan yang buruk. Lelaki itu berkata, “kamu benar.” Lelaki
itu berkata lagi: beritahukan kepada diriku tentang Ihsan?
Rasulullah SAW. bersabda: hendaknya kamu menyembah
Allah seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak
melihat-Nya, maka hendaklah kamu merasa dilihat-Nya.44
43
Ibid, h. 4
44
Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Naisaburi,Shahih Muslim,juz
1, bab bayanul iman,islam dan ihsan, (Bayrut: Darul al-kutub ilmiah,t.th), h.
37
40
45
Ahmad Warson Munawir, Kamus al-Munawir, (Yogyakarta:
Pustaka Progesif, 1997), h. 953
41
46
W. Montgomery Watt, “Aqida”, dalam The Enscylopedia of Islam,
vol.1, h.332
47
Rois Mahfud, 0p. Cit, h. 10
48
Yayasan penyelenggara Penterjemah Al-Qur‟an, op. cit, h. 250
49
Rois Mahfud, 0p. Cit h. 11
42
50
Ibid,.
43
54
Ibid.
55
Hamka Haq, Islam Rahmah untuk Bangsa, (Jakarta: PT Wahana
Semesta Intermedia, 2009), h. 41
45
56
Ibid , h. 42
57
H.L. Beck dan N.J.G Kaptain (Redaktur) dalam Pandangan Barat
terhadap Literatur, Hukum, Filosofis, Teologi, danm Mistik Tradisi Islam,
edisi dwi bahasa (Indonesia dan Inggris), (Jakarta: Indonesian-Netherlands
Cooperation in Islamic Studies, 1988), h.111
46
58
Beni Ahmad Saebani, Filsafat Hukum Islam, (Bandung: Pustaka
Setia, 2007), h.42
59
Ibid, h.43
47
60
Ending Saifuddin Anshari, Wawasan Islam: Pokok-pokok pikiran
Tentang paradigma dan Sistem Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 37
61
Kaelany, Islam dan Aspek-aspek Kemasyarakatan, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2000), h.56
62
Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Mutiara Hadist, (Penerbit: PT.
Pustaka Rizki Putra, 2002), h.20
48
63
Al-Raqib al-Isfahani, Mufradat alfazh al-Qur‟an, (Bayrut: Dar al-
Fikr, 1992), h. 118
64
Asep Usman Ismail, Intregasi Syari‟ah dengan Tasawuf, Jurnal
Ahkam: vol.X11 NO.1 (Januari, 2012), h. 131
50
65
Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Al-Islam, (Penerbit: PT. Pustaka
Rizki Putra, 1998), h. 25
66
Ibid,.
51
67
Taufik Abdullah, (ed). Ensklopedi Tematis Dunia Islam, jilid 3,
(Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002), h. 6
68
M. Quraish Shihab, Menabur pesan Ilahi; Al- Qura‟n dan dinamika
kehidupan masyarakat, (Jakarta: Lentera Hati, 2006), h. 17
69
Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, 0p. cit, h. 25
52
70
Rumadi, Masyarakat Post Teologi: wajah baru agama dan
demokratisasi indonesia, ( Jakarta: Mustika Bahmid, 2002), h. 104
71
Tobroni dan Samsul Arifin, Islam, Pluralisme Budaya dan politik:
refleksi teologi untuk aksi dan keberagamaan dan pendidikan, (Yogyakarta:
Sipress, 1994), h. 34
53
72
Budhy Munawar, Islam Pluralis Wacana Kesetaraan Kaum
Beriman, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2004), h.39
73
Said Agil Husin al-Munawar, Figih Hubungan Antar Agama,
(Penerbit: PT. Ciputat Press, 2005), h. 88
54
74
Zuhairi Misrawi, Al-Qur‟an Kitab Toleransi, Inklusivisme,
Pluralisme dan Multikulturalisme, (Jakarta: Fitrah, 2007), h.206
75
Sudarto, Wacana Islam Progresif , ( Yogyakarta: IRCiSoD, 2014),
h. 177
76
Sufyanto, Masyarakat Tamadun: Kritik Hermeneutis Masyarakat
Madani Nurkholis Madjid, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), h. 139
77
Zuhairi Misrawi, op. Cit, h. 209
55
78
Tobroni dan Samsul Arifin, op. Cit, h. 34
79
Ibid,. h. 36