LAPORAN RESMI
Talita Maharani
NIM. 21030115140187
ii
RINGKASAN
Heat Transfer adalah ilmu yang mempelajari tentang kecepatan perpindahan panas dari
sumber panas (heat body) ke penerima panas (cold body). Pada praktikum ini akan dipelajari
pengaruh jenis aliran yang berbeda, kenaikan skala flowrate pada aliran hot fluid, dan perbedaan
suhu awal hot fluid terhadap parameter yang mempengaruhi proses perpindahan panas. Manfaat
percobaan ini adalah untuk membantu memahami dasar perancangan alat yang berhubungan
dengan panas, misalnya cooler, condenser, reboiler, dan evaporator.
Besarnya panas yang ditransfer dapat dihitung dengan mengetahui perubaahan suhu dari
fluida masuk dan keluar pada kecepatan tertentu. Perpindahan panas yang terjadi di heat
exchanger akan didahului dengan panas yang terjadi di masing-masing pipa dan tergantung pada
sifat bahan dan diameter pipa. Makin besar diameter pipa makin besar perpindahan panasnya.
Jenis perpindahan panas ada 3, yaitu: konduksi, konveksi, dan radiasi. Uo dan Ui masing-masing
adalah koefisien perpindahan panas menyeluruh berdasarkan luas permukaan pipa bagian luar
dan bagian dalam. Fouling adalah peristiwa terakumulasinya padatan yang tidak dikehendaki di
permukaan heat exchanger yang berkontak dengan fluida kerja, termasuk permukaan heat
transfer. Peristiwa tersebut adalah pengendapan, pengerakan, korosi, polimerisasi dan proses
biologi.
Alat yang digunakan, yaitu: Shell and tube heat exchanger, thermometer, thermostat, selang.
Bahan yang digunakan yaitu air. Jangan lupa periksa lagi apakah aliran hot/cold fluid sudah
sesuai variabel percobaan. Jaga jangan sampai aliran hot fluid dihubungkan silang dengan cold
fluid karena akan merusak alat.
Nilai Ui lebih besar daripada Uo karena luas permukaan berbanding terbalik dengan harga
U. Semakin tinggi flowrate, harga Ui dan Uo semakin tinggi pula. Nilai Uc dan Ud cenderung
meningkat dengan peningkatan flowrate. Nilai Uc selalu lebih besar daripada Ud karena Uc tidak
dipengaruhi fouling.
Nilai error yang didapat antara Nusselt teoritis dan praktis rata – rata sebesar 0,0343.
Sebagai saran, perlu dilakukan pembersihan alat penukar panas dengan menggunakan air
bertekanan, valve pengatur skala juga sebaiknya dilakukan pengecekan agar dapat diubah sesuai
variabel yang diinginkan.
iii
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan resmi Praktikum Operasi Teknik Kimia yang berjudul “Perpindahan
Panas” dengan lancar.
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr.Ir. Didi Dwi Anggoro, M.Eng selaku Koordinator Laboratorium Unit Operasi Teknik
Kimia.
2. Prof. Dr. Hadiyanto, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing materi Perpindahan Panas.
3. Talita Maharani dan Fahmi Rifaldi selaku asisten pengampu materi Perpindahan Panas.
4. Segenap teman – teman yang telah memberikan dukungan baik materi maupun spirituan.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaannya
laporan ini. Akhirnya penulis berharap, semoga laporan ini dapat bermanfaat.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
4.4. Hubungan Suhu terhadap Nilai Ud Praktis ......................................................... 22
4.5. Hubungan Laju Alir terhadap Rd ........................................................................ 23
4.6. Perhitungan Nilai α, p, dan q ............................................................................... 24
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan .......................................................................................................... 27
5.2. Saran .................................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 28
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
7. Mampu memberikan rekomendasi terhadap heat exchanger yang digunakan
berdasarkan nilai Rd yang didapat.
8. Mampu mengevaluasi pengaruh suhu fluida panas terhadap nilai perpindahan panas.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
5. Terjadi perpindahan panas secara konveksi (antara shell dan fluida) dan konduksi
(antara dinding-dinding shell).
Perpindahan panas yang terjadi di heat exchanger akan didahului dengan panas yang
terjadi di masing-masing pipa dan tergantung pada sifat bahan dan diameter pipa. Makin
besar diameter pipa makin besar perpindahan panasnya. Biasanya panas yang melewati
dinding secara keseluruhan ditentukan oleh koefisien luas maupun dalam. Untuk konduksi
ditentukan oleh tebal pipa dan bahan pipa. Hantaran panas heat exchanger ditentukan oleh
koefisien perpindahan panas secara menyeluruh (U).
4
Persamaannya :
4 4)
𝑇1 4 𝑇2 4
𝑄𝑟 = 𝐶. 𝐹(𝑇1 − 𝑇2 = 0.171 [( ) −( ) ]
100 100
Dengan
Qr = energi perpindahan panas reaksi (Btu/hr)
c = konstanta Stefan Boltzman
F = faktor panas (emisifitas bahan)
A = luas bidang (ft2)
T1 = suhu mutlak
T2 = suhu mutlak
5
x = tebal dinding
k = konduktivitas panas bahan dinding
Harga U tergantung pada :
1. Tebal dinding, semakin tebal dinding harga U semakin kecil dan panas yang
ditransfer juga semakin kecil.
2. Daya hantar panas.
3. Beda suhu, semakin besar beda suhu maka U semakin besar.
4. Luas bidang permukaan panas
6
• Ukuran heat exchanger menjadi lebih besar, kehilangan energi meningkat, waktu
shutdown lebih panjang dan biaya perawatan meningkat.
Faktor pengotoran (fouling factor) dapat dicari persamaan :
𝑈𝑐 − 𝑈𝑑
𝑅𝑑 =
𝑈𝑐. 𝑈𝑑
ℎ𝑖𝑜×ℎ𝑜 𝑄
Dengan 𝑈𝑐 = ℎ𝑖𝑜+ℎ𝑜 dan 𝑈𝑑 = 𝐴.Δ𝑇
Dimana :
Uc = koefisien perpindahan panas menyeluruh bersih
Ud = koefisien perpindahan panas menyeluruh (design)
hio = koefisien perpindahan panas pada permukaan luar tube
ho = koefisien perpindahan panas fluida diluar tube
7
Panas yang dilepas oleh fluida panas dapat dituliskan dalam bentuk persamaan:
𝑄 = 𝑚ℎ. 𝐶𝑝ℎ(𝑇ℎ1 − 𝑇ℎ2 )
Panas tersebut secara keseluruhan diterima oleh fluida dingin yang dapat dinyatakan
dalam bentuk persamaan:
𝑄 = 𝑚𝑐. 𝐶𝑝𝑐(𝑇𝑐2 − 𝑇𝑐1 )
Panas yang dilepas oleh fluida panas dan diterima oleh fluida dingin dapat terjadi
karena adanya beda suhu ΔT = Th - Tc yang disebut beda suhu lokal antara fluida panas dan
fluida dingin pada suatu titik atau lokal tertentu, dimana dari ujung pemasukan sampai ujung
pengeluaran harga ΔT selalu berubah. Dengan menggunakan neraca energi, dapat
dirumuskan sebagai berikut.
𝑑𝑞 = 𝑚ℎ. 𝐶𝑝ℎ. Δ𝑇ℎ = −𝐶ℎ. Δ𝑇ℎ
dimana 𝑚ℎ. 𝐶𝑝ℎ = 𝐶ℎ
Perpindahan panas melalui luasan dA dapat dinyatakan sebagai :
𝑑𝑞 = 𝑈. Δ𝑇. 𝑑𝐴
dimana Δ𝑇 = 𝑇ℎ − 𝑇𝑐
𝑑(Δ𝑇) = 𝑑𝑇ℎ − 𝑑𝑇𝑐
𝑑𝑞
𝑑𝑞 = −𝐶ℎ. Δ𝑇ℎ → −𝑑𝑇ℎ =
𝐶ℎ
𝑑𝑞
𝑑𝑞 = 𝐶𝑐. Δ𝑇𝑐 → −𝑑𝑇𝑐 =
𝐶𝑐
1 1
Maka 𝑑(Δ𝑇) = 𝑑𝑇ℎ − 𝑑𝑇𝑐 = −𝑑𝑞 (𝐶ℎ + 𝐶𝑐)
1 1
𝑑(Δ𝑇) = −𝑑𝑞 ( + )
𝐶ℎ 𝐶𝑐
Substitusi 𝑑𝑞 = 𝑈. Δ𝑇. 𝑑𝐴, maka akan diperoleh:
1 1
𝑑(Δ𝑇) = −𝑈. Δ𝑇. 𝑑𝐴 ( + )
𝐶ℎ 𝐶𝑐
𝑑(Δ𝑇) 1 1
= −𝑈 ( + ) 𝑑𝐴
Δ𝑇 𝐶ℎ 𝐶𝑐
Diintegralkan sepanjang alat penukar panas didapatkan:
2 2
𝑑(Δ𝑇) 1 1
∫ = −𝑈 ( + ) ∫ 𝑑𝐴
1 Δ𝑇 𝐶ℎ 𝐶𝑐 1
Δ𝑇1 1 1
𝑙𝑛 = −𝑈. 𝐴 ( + )
Δ𝑇2 𝐶ℎ 𝐶𝑐
𝑞 𝑞
Substitusi 𝐶ℎ = 𝑇ℎ𝑖−𝑇ℎ𝑜 dan 𝐶𝑐 = 𝑇𝑐𝑜−𝑇𝑐𝑖
Δ𝑇1 𝑇ℎ𝑖 − 𝑇ℎ𝑜 𝑇𝑐𝑜 − 𝑇𝑐𝑖
𝑙𝑛 = −𝑈. 𝐴 ( + )
Δ𝑇2 𝑞 𝑞
Δ𝑇1 −𝑈. 𝐴
𝑙𝑛 = [(𝑇ℎ𝑖 − 𝑇𝑐𝑖) − (𝑇ℎ𝑜 − 𝑇𝑐𝑜)]
Δ𝑇2 𝑞
Dimana T1 = Thi – Tci dan T2 = Tho – Tco
Maka didapat
8
Δ𝑇2 − Δ𝑇1
𝑞 = 𝑈. 𝐴
𝑙𝑛(Δ𝑇2⁄Δ𝑇1)
Sehingga
Δ𝑇2 − Δ𝑇1 Δ𝑇1 − Δ𝑇2
Δ𝑇𝑚 = Δ𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷 = =
𝑙𝑛(Δ𝑇2⁄Δ𝑇1) 𝑙𝑛(Δ𝑇1⁄Δ𝑇2)
Perpindahan panas dari fluida panas ke fluida dingin tergantung pada beda suhu
ratarata logaritma (LMTD), luas permukaan perpindahan panas (A), dan overall heat
transfer coefficient (U). 𝑞 = 𝑈.𝐴.∆𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷. Persamaan ini hanya berlaku untuk keadaan:
1. Cairan dalam keadaan steady state dan kecepatan aliran konstan
2. U dan A konstan
3. Cp konstan walau suhu berubah
4. Panas yang hilang di sekeliling di abaikan
5. Berlaku untuk co-current dan counter current
6. Tidak berlaku untuk aliran silang
7. Dalam sistem tidak ada perbedaan fase
9
BAB III
METODE PERCOBAAN
Persiapan alat
Yes
Cek kebocoran
No
10
3.3. Gambar Rangkaian Alat
3.4. Respons
Perbedaan suhu fluida panas masuk dan keluar.
Perbedaan suhu fluida dingin masuk dan keluar.
11
3.6. Prosedur Praktikum
1. Nyalakan heater dan unit refrigerasi pada hot dan cold tank. Atur knop thermostat sesuai
suhu yang ingin dicapai pada hot tank.
2. Pasang thermometer pada aliran masuk dan keluar HE untuk cold fluid dan hot fluid.
3. Pompa dalam keadaan mati, hubungkan keempat flexible hose dengan socket yang ada di
atas bench. Periksa sekali lagi apakah aliran hot/cold fluid sudah sesuai variabel
percobaan. Jaga jangan sampai aliran hot fluid dihubungkan silang dengan cold fluid
karena akan merusak alat.
4. Setelah semua terpasang, cek kebocoran dengan cara menyalakan hot dan cold pump.Jika
terjadi kebocoran, matikan hot dan cold pump dan ulangi langkah nomor 3 hingga tidak
terjadi kebocoran.
5. Setelah tidak terjadi kebocoran tunggu suhu pada hot dan cold tank tercapai, kemudian
nyalakan hot dan cold pump.
6. Dengan valve pengatur flowrate, atur aliran hot dan cold fluid yang masuk.
7. Setelah flowrate sesuai, operasi mulai dijalankan dan catat data perubahan suhu setiap 1
menit selama 10 menit.
8. Variabel yang di variasikan dalam percobaan ini adalah:
a. Jenis aliran : co-current dan counter-current
b. Flowrate hot fluid : 56°C dan 47°C
9. Bila percobaan telah selesai, matikan kedua pompa, heater, dan unit refrigerasi. Lepaskan
flexible hose dan thermometer.
12
𝜌 : Densitas fluida (kg/m3)
Dimana :
∆𝑡1 = 𝑇𝑖𝑛𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 − 𝑇𝑜𝑢𝑡𝑓𝑙𝑢𝑖da d𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛
∆𝑡2 = 𝑇𝑜𝑢𝑡𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 − 𝑇𝑖𝑛𝑓𝑙𝑢𝑖da d𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛
Keterangan:
∆t1 : Beda temperatur panas (°C)
∆t2 : Beda temperatur dingin (°C)
c. Koefisien Perpindahan Panas Overall pada saat terdapat pengotor (Ud) secara
praktis
13
𝑈𝑖 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑠 + 𝑈𝑜 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑠
𝑈𝑑 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑠 =
2
4. Flow area
a. Flow area sisi tube
𝑁𝑡𝑢 × 𝑎𝑡′
𝑎𝑡 =
𝑛𝑡
Keterangan:
at : Flow Area tube (m2)
at’ : Flow area per tube (inch2) (Table 10-Kern)
Ntu : Jumlah tube
Nt : Jumlah pass
Keterangan:
Gs : Mass velocity shell (Kg/s m2)
Gt : Mass velocity tube (Kg/s m2)
Ws : Laju alir fluida di shell (Kg/h)
Wt : Laju alir fluida di tube (Kg/h)
as : Flow area shell (m2)
at : Flow area tube (m2)
14
𝐷𝑒 × 𝐺𝑠
𝑅𝑒𝑠 =
𝜇
Keterangan:
Res : Bilangan Reynolds di sisi shell
De : Diameter ekuivalen shell (m)
Gs : Mass velocity shell (J/s m2)
µ : Viskositas fluida di shell (Pa.s)
b. Bilangan Reynolds di tube
𝐷𝑒 × 𝐺𝑡
𝑅𝑒𝑡 =
𝜇
Keterangan:
Ret : Bilangan Reynolds di sisi tube
De : Diameter ekuivalen tube(m)
Gt : Mass velocity tube (J/s m2)
µ : Viskositas fluida di tube(Pa.s)
15
Keterangan:
ho : Koefisien perpindahan panas shell (J/s.m2.°C)
jH : Heat transfer factor
k : Konduktivitas termal di shell (J/s.m. °C)
De : Diameter ekuivalen shell(m)
Cp : Specific heat fluida di shell(J/kg °C)
µ : Viskositas fluida di shell(Pa.s)
ɸs : Viskositas ratio [(µ/µw)0.14]
10. Koefisien perpindahan panas overall pada saat terdapat pengotor (Ud) secara
teoritis
Koefisien perpindahan panas overall pada saat ada pengotor (Ud) ini
menyatakan mudah atau tidaknya panas berpindah dari fluida panas ke fluida dingin
dan juga menyatakan aliran panas menyeluruh sebagai gabungan proses konduksi dan
konveksi setelah alat beroperasi. Nilai Ud lebih kecil daripada nilai Uc. Sebelumnya
harus menghitung nilai Uo dan Ui secara teoritis
a. Menghitung Ui teoritis
1
𝑈𝑖 =
1 𝑟𝑖 𝑟𝑜 𝑟𝑖 1
+ ( ) 𝑙𝑛 ( 𝑟𝑖 ) + 𝑟𝑜
ℎ𝑖 𝑘 ℎ𝑜
Keterangan:
Ui : Koefisien Perpindahan Panas Overall pada bagian dalam tube (J/s m2 °C)
hi : Koefisien perpindahan panas di tube (J/s m2 °C)
ri : jari-jari dalam tube (m)
ro : jari-jari luar tube (m)
k : Konduktivitas termal di shell (J/s m2 °C)
16
b. Menghitung Uo teoritis
1
𝑈𝑜 =
1 𝑟𝑜 𝑟𝑜 𝑟𝑜 1
+ ( ) 𝑙𝑛 ( 𝑟𝑖 ) + 𝑟𝑖
ℎ𝑜 𝑘 ℎ𝑖
Keterangan:
Uo : Koefisien Perpindahan Panas Overall pada bagian dalam tube (J/s m2 °C)
hi : Koefisien perpindahan panas di tube (J/s m2 °C)
ri : jari-jari dalam tube (m)
ro : jari-jari luar tube (m)
k : Konduktivitas termal di shell (J/s m2 °C)
c. Menghitung Ud teoritis
𝑈𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 + 𝑈𝑜 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
𝑈𝑑 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 =
2
17
Oleh karena itu, diambil nilai-nilai Bilangan Nusselt, Prandtl dan Reynold dari 3 skala
rotameter pada jenis aliran tertentu.
𝑁𝑢 = 𝛼 × 𝑝 𝑅𝑒 × 𝑞 𝑅𝑒
Dengan di-log kan maka persamaan nya menjadi:
log 𝑁𝑢 = log 𝛼 + 𝑝 log 𝑅𝑒 + 𝑞 log 𝑃𝑟
Dimana:
𝐷𝑐.𝐺𝑠 𝐶𝑝.𝜇 ℎ𝐷
𝑅𝑒 = 𝑃𝑟 = 𝑁𝑢 =
𝜇 𝑘 𝑘
18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
600
500
400
300
200
100
0
0,00045 0,0005 0,00055 0,0006 0,00065
Flowrate (m3/s)
Uo Co-Current Ui Co-Current
Uo Counter-Current Ui Counter-Current
Gambar 4.1. Hubungan laju alir terhadap nilai Ui dan Uo dengan Thi 56 °C
900
800
700
U (J/s.m2.°C)
600
500
400
300
200
100
0
0,00045 0,0005 0,00055 0,0006 0,00065
Flowrate (m3/s)
Uo Co-Current Ui Co-Current
Uo Counter-Current Ui Counter-Current
Gambar 4.2. Hubungan laju alir terhadap nilai Ui dan Uo dengan Thi 47 °C
Dari Gambar 4.1 di atas, dapat dilihat bahwa nilai Ui (koefisien perpindahan panas
overall pipa dalam) lebih besar daripada nilai Uo (koefisien perpindahan panas overall pipa
luar) baik pada aliran co-current maupun counter current. Hal ini disebabkan karena luas
permukaan berbanding terbalik dengan U. Hal ini dapat dibuktikan dengan persamaan
dibawah ini.
𝐴𝑖 = 5𝜋𝐷𝑖𝐿 dan 𝐴𝑜 = 5𝜋𝐷𝑜𝐿
𝑄ℎ 𝑄ℎ
𝑈𝑜 = 𝐴𝑜×𝐿𝑀𝑇𝐷 dan 𝑈𝑖 = 𝐴𝑖×𝐿𝑀𝑇𝐷
19
Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa A berbanding terbalik dengan U. Dengan
nilai Ai yang lebih kecil dibandingkan Ao, Ui pun lebih besar dibandingkan dengan Uo.
Dari persamaan diatas juga dapat diketahui bahwa flowrate hot fluid mempengaruhi Ui
dan Uo. Semakin tinggi flowrate hot fluid, nilai Ui dan Uo pun bertambah. Hal ini sesuai
dengan percobaan bahwa semakin besar flowrate hot fluid maka harga Ui dan Uo cenderung
meningkat.
Nilai Ui dan Uo pada aliran counter current cenderung lebih besar dibandingkan dengan
aliran co-current. Hal ini terjadi karena perbedaan suhu rata-rata setiap heat exchanger
(ΔTLMTD) pada aliran counter current lebih besar dibandingkan dengan aliran co-current.
900
U (J/s.m2.°C)
700
500
300
0,00045 0,0005 0,00055 0,0006 0,00065
Flowrate (m3/s)
Uc Co-Current Ud Co-Current
Uc Counter-Current Ud Counter-Current
Gambar 4.3. Hubungan laju alir terhadap nilai Uc dan Ud dengan Thi 56 °C
20
1100
1000
U (J/s.m2.°C)
900
800
700
600
500
0,00045 0,0005 0,00055 0,0006 0,00065
Flowrate (m3/s)
Uc Co-Current Ud Co-Current
Uc Counter-Current Ud Counter-Current
Gambar 4.4. Hubungan laju alir terhadap nilai Uc dan Ud dengan Thi 47 °C
Dari kedua gambar di atas, dapat dilihat bahwa nilai Uc lebih besar daripada nilai Ud.
Dapat dilihat juga dari grafik bahwa peningkatan laju alir dari fluida panas menyebabkan
kecenderungan pada nilai U meningkat. Nilai Uc merupakan koefisien perpindahan panas
menyeluruh dengan kondisi tidak memperhatikan adanya hambatan atau kotoran dalam alat,
sedangkan nilai Ud adalah koefisien perpindahan panas menyeluruh dengan memperhatikan
adanya hambatan atau kotoran dalam alat.
Berdasarkan persamaan:
𝑄ℎ = 𝑚ℎ × 𝐶𝑝ℎ × ∆𝑇
𝑄ℎ = (𝑉ℎ/𝑐 × 𝜌ℎ/𝑐 ) × 𝐶𝑝ℎ/𝑐 × Δ𝑡ℎ/𝑐
𝑄ℎ = (𝑉ℎ/𝑐 × 𝜌ℎ/𝑐 ) × 𝐶𝑝ℎ/𝑐 × (𝑇1 − 𝑇2 )
dan
𝑞 = 𝑈. 𝐴. 𝐿𝑀𝑇𝐷
Dapat dilihat bahwa nilai panas yang ditransfer sebanding dengan laju alir dan sekaligus
sebanding dengan nilai koefisien perpindahan panas menyeluruh (U) pada alat penukar panas.
Nilai Uc lebih rendah karena pada konsepnya, Uc hanya memperhatikan keseluruhan alat yang
bersih tanpa ada pengotor dalam alat penukar panas, sementara pada nilai Ud sudah
memperhatikan kekotoran dari alat penukar panas yang dapat menyebabkan perpindahan
panas terganggu dan nilai Ud lebih tinggi daripada nilai Uc.
21
1000
900
800
U (J/s.m2.°C)
700
600
500
400
300
200
0,00045 0,0005 0,00055 0,0006 0,00065
Flowrate (m3/s)
900
850
800
U (J/s.m2.°C)
750
700
650
600
550
500
0,00045 0,0005 0,00055 0,0006 0,00065
Flowrate (m3/s)
22
1
𝑈𝑜 =
1 𝑟𝑜 𝑟𝑜 𝑟𝑜 1
+ ( ) 𝑙𝑛 ( 𝑟𝑖 ) + 𝑟𝑖
ℎ𝑜 𝑘 ℎ𝑖
𝑈𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 + 𝑈𝑜 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
𝑈𝑑 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 =
2
Terlihat jika koefisien perpindahan panas Ui dan Uo teoritis dipengaruhi
oleh koefisien konveksi dan konduksi, sedangkan pada Ui dan Uo praktis
dipengaruhi oleh laju perpindahan panas. Luas alas perpindahan panas serta
ΔT LMTD. Saat proses perhitungan Ui dan Uo teoritis dilakukan perhitungan ini
dianggap tidak terikutnya zat pengotor di permukaan Heat exchanger. Zat
pengotor inilah yang membuat laju perpindahan panas terhambat sehingga
resistan aliran perpindahan pun semakin besar pula. Sedangkan pada saat
perhitungan koefisien perpindahan panas Ui dan Uo praktis dilakukan zat
pengotor dimasukkan sebagai variabel yang berpengaruh pada temperatur aliran
fluida didalam Heat exchanger. Adanya zat pengotor menyebabkan nilai
koefisien perpindahan panas U praktis lebih kecil daripada Ud teoritis (Xuan,
2000)
1000
900
800
700
600
Rd
500
400
300
200
100
0
co-current 56°C co-current 47°C counter-current counter-current
56°C 47°C
flow rate 0,483 (m3/mnt) flow rate 0,567 (m3/mnt) flow rate 0,625 (m3/mnt)
23
Dimana Ui dan Uo juga dinyatakan dengan persamaan lain, yaitu:
𝑄
𝑈𝑜 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑠 =
𝐴𝑜 × Δ𝑡
𝑄
𝑈𝑖 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑠 =
𝐴𝑖 × Δ𝑡
Dan Q dinyatakan dengan persamaan:
𝑄 = 𝑚 × 𝐶𝑝 × ∆𝑇
Dapat dilihat bahwa nilai U berbanding lurus dengan Q dan Q berbanding lurus dengan
Cp.Semakin tinggi suhu, maka nilai kalor jenis (Cp) akan semakin rendah (Holman,Fabel
A.9). Kalor jenis (Cp) pada suhu 56oC lebih kecil dari pada kalor jenis (Cp) pada suhu 47oC
dan kalor jenis (Cp) berbanding lurus dengan U,sehingga rata-rata Ud pada suhu 56oC lebih
kecil dari pada Ud pada suhu 47oC.
4.5. Hubungan Laju Alir terhadap Rd
Nilai Rd merupakan faktor pengotor yang merupakan resistance dari heat exchanger
dimaksudkan untuk mereduksi korosifitas akibat dari interaksi antara fluida dengan dinding
pipa Heat Exchanger. Hubungan laju alir terhadap nilai Rd dapat dilihat pada gambar berikut.
0,004
Gambar 4.8. Hubungan laju alir terhadap Rd
0,0035
0,003 Rd Maksimum
0,0025
Rd
0,002
0,0015
0,001
0,0005
0
0,483 0,667 0,625
Flow rate (m3/menit)
Counter-current 56 Counter-current 47 Co-Current 56 Co-Current 47
Dari kedua diagram batanng diatas dapat dilihat bahwa kenaikan flowrate dari fluida
panas yang masuk dapat mempengaruhi nilai Rd baik itu pada aliran Co-Current ataupun
Counter Current. Secara teori semakin besar laju flowrate yang digunakan maka nilai Rd
cenderung mengalami penurunan. Hal tersebut dikarenakan semakin tinggi kecepatan linear
fluida maka semakin rendah rendah kemungkinan terjadinya pengotorkarena waktu tinggal
fluida ebih cepat, sesuai dengan persamaan:
1
Uo = 1 𝑟𝑜 𝑟𝑜 𝑟𝑜 𝑟𝑜 1
+𝑅𝑓𝑜+ ln( )+( )𝑅𝑓𝑖+
ℎ𝑜 𝑅 𝑟𝑖 𝑟𝑖 𝑟𝑖 ℎ𝑖
Qh = U . A. ∆𝑇LMTD
vh . 𝜌h . Cph . ∆T = U . A. ∆𝑇LMTD
(Buchori, 2011)
24
Dari persamaan diatas, U berbanding lurus dengan laju alir (vh) namun berbanding terbalik dengan
Rfo dan Rfi yang bermaksa sama seperti Rd (faktor pengotor), sehingga semakin besarlaju alir
yang digunakan, maka pengotor akan semakin kecil.
Namun pada percobaan yang dilakukan diperoleh bahwa semakin tinggi laju alir fluida
panas menyebabkan nilai Rd (faktor kekotoran) semakin kecil. Hal tersebut dikarenkan adanya
pengaruh suhu yang menyebabkan terbentuknya kerak semakin cepat, akibatnya perpindahan
panas yang terjadi akan semakin kecil (harga Ud semakin kecil). Jika harga Ud semakin kecil maka
harga Rd yang diperoleh akan semakin besar sesuai dengan persamaan:
𝑈𝑐 − 𝑈𝑑
𝑅𝑑 =
𝑈𝑐 𝑥 𝑈𝑑
(Kern, 1980 Eq.6.13)
ℎ𝐷 𝐷𝐺𝑠 P 𝐶𝑝 𝜇 q
=∝( ) ( )
𝐾 𝜇 𝑘
Persamaan diatas merupakan rumus bilangan tak berdimensi nusselt (Nu) yaitu rasio
perpindahan panas konveksii dan konduksi normal terhadap batas perpindahan panas pada
permukaaan fluida, nilai ∝, p, dan q dapat dihitung sevcara numerik. Karena ada tiga variabel
yang tidak diketahui, maka diperlukan tiga persamaan dari tiga variabel berbeda, diambil nilai
bilangan Reynold (Re) dan Prandlt (Pr) pada sisi tube.
Variabel 1 (Skala 17 pada suhu 560C, aliran Co-Current)
ℎ𝑖 𝐷𝑖 𝐷𝐺𝑠 P 𝐶𝑝 𝜇 q
=∝( ) ( 𝑘 )
𝐾 𝜇
25
78,77184 = ∝ 11712,97502 p 1,89637q
Log 78,77184 = log ∝ + P log 11712,97502 +q log 1,89637
1,89637 = log ∝ + p 4,068667+ q 0,624777..... (3)
Kalkulasi ketiga persamaan tersebut dengan cara substritusi eliminasi, maka akan diperoleh ∝
= 6,8332; p = 0,3345 ; dan q = -0,0470. Sedangkan berdasarkan referensi buku Kern diperoleh
∝ = 0,36; p = 0,56; dan q = 14 (Kern,1980, halaman 137)
Kemudian dimasukkan nilai ∝, p dan q ke dalam persamaan awal nusselt untuk mendapatkan
nilai Nu teoretis
ℎ𝑖 𝐷𝑖 𝐷𝐺𝑠 0,3345 𝐶𝑝 𝜇 -0,0470
= 6,8332( ) ( 𝑘 )
𝐾 𝜇
Setelah itu menghitung persen error dari Nu praktis yang diperoleh dan Nu teoretisnya,
seperti pada tabel dibawah ini:
56
0,00048 301,0937986 299,438 0,55697
56
0,00057 300,9142986 298,324 0,86828
56
0,00063 304,1156567 302,442 0,55325
47
0,00048 288,510012 286,009378 0,87432
47 0,00057 288,047139 287,658935 0,13495
47 0,00063 291,677641 290,542891 0,39056
Tabel 4.2 Data Nu praktis da teoretis pada variabel aliran counter current
26
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Semakin besar nilai flowrate, maka nilai Ui dan Uo juga semakin besar. Hal ini disebabkan
karena semakin besar laju alir massa, maka kontak antara fluida panas dan fluida dingin akan
semakin cepat pula, sehingga koefisien perpindahan panas akan semakin besar pula.
2. Nilai Ud praktis yang diproleh selalu lebih besar daripada nilai Ud teoretisnya, hal
tersebut dikarenakan pada perhitungannya nilai Udpraktis memperhitungkan laju alir
fluida panas yang digunakan.
3. Nilai Rd yang didapat masih dibawah rata – rata nilai Rd seharusnya yaitu sebesar 0,0025.
Namun alat sebaiknya tetap dibersihkan secara berkala dengan air bertekanan.
4. Pada praktikum diperoleh nilai ∝ = 6,8332; p = 0,3345 ; dan q = -0,0470.
5. Nilai error yang didapat dari perbandingan Nusselt teoritis dan praktis rata – rata sebesar
0,43537.
5.2. Saran
1. Sebaiknya perlu dilakukan pembersihan pada alat penukar panas dengan menggunakan
air bertekanan.
2. Pemasangan alat harus rapat dan kuat agar tidak ada kebocoran.
3. Sebaiknya mesin pendingin otomatis fluida dingin dapat digunakan sebagaimana
mestinya.
4. Usahakan alat dalam keadaan kering agar tidak terjadi kontak dengan arus listrik
27
DAFTAR PUSTAKA
Brown, G. G. 1976. Unit Operations, Moderns Asia Edition. John Willey and Sons Inc. New York.
Holman, J.D.1997. “Perpindahan Kalor”, edisi ke-6, Jakarta: Erlangga.
Kern, D. G. 1980. Process Heat Transfer. McGraw Hill Book Co. Ltd. Kogakusha, Tokyo.
Marsoem, “Modul Alat Penukar Panas”, Jurusan Teknik Kimia UNDIP, hal 9 dan 17.
McAdam, William H. 1959. Heat Transmittion. McGraw Hill Book Co. Ltd. Kogakusha, Tokyo.
Perry, R.H and Chilson, “Chemical Engineering Handbook”,5thed, Mc Graw Hill Book.
Prasditya, A. G., dan Hartopo, H., 2015. “Berkurangnya Kinerja Air Conditioning System Pesawat
Airbus A320-200 PK-AXU”. Diakses pada 15 September 2018
28
LAPORAN SEMENTARA
A-1
HASIL PERCOBAAN
Aliran co – current
Rata-rata 54.2 52.9 33.9 36.7 54 53.7 40.1 41.3 54.3 53.5 39.0 41.9
0 56 54 34 39 56 54 32 39 56 53 32 35
1 55 53 35 39 55 55 32 38 56 53 32 36
2 54 53 36 39 55 53 33 39 55 52 33 36
3 54 53 36 40 54 53 33 39 54 52 33 36
4 53 52 37 40 53 53 33 39 54 52 33 36
5 51 52 37 40 53 52 34 39 53 51 33 37
56
6 51 51 37 40 53 52 34 39 53 51 34 38
7 51 51 37 40 53 52 34 39 52 50 34 39
8 51 50 37 40 52 51 34 39 52 50 35 38
9 51 50 37 40 52 51 34 39 51 50 35 39
10 50 50 37 40 51 51 35 40 51 49 36 40
Rata-rata 53 52 36 40 53 53 33 39 54 51 33 37
A-2
Aliran Co-Current
7 47 46 34 35 46 46 34 36 46 46 34 36
8 47 46 34 35 46 46 34 36 46 45.5 34 36
Rata-rata 46.9 46.3 34.1 34.5 46.5 46.2 34 35.7 46.5 46.2 34 35.5
Aliran Counter-Current
A-3
Semarang, 12 Mei 2019
Mengetahui,
Praktikan Asisten
A-4
LEMBAR PERHITUNGAN
B. Perhitungan
Aliran co – current
Rata-rata 54.2 52.9 33.9 36.7 54 53.7 40.1 41.3 54.3 53.5 39.0 41.9
0 56 54 34 39 56 54 32 39 56 53 32 35
1 55 53 35 39 55 55 32 38 56 53 32 36
2 54 53 36 39 55 53 33 39 55 52 33 36 56
3 54 53 36 40 54 53 33 39 54 52 33 36
4 53 52 37 40 53 53 33 39 54 52 33 36
5 51 52 37 40 53 52 34 39 53 51 33 37
6 51 51 37 40 53 52 34 39 53 51 34 38
7 51 51 37 40 53 52 34 39 52 50 34 39
8 51 50 37 40 52 51 34 39 52 50 35 38
9 51 50 37 40 52 51 34 39 51 50 35 39
10 50 50 37 40 51 51 35 40 51 49 36 40
Rata-rata 53 52 36 40 53 53 33 39 54 51 33 37
Aliran Co-Current
7 47 46 34 35 46 46 34 36 46 46 34 36
8 47 46 34 35 46 46 34 36 46 45.5 34 36
Rata-rata 46.9 46.3 34.1 34.5 46.5 46.2 34 35.7 46.5 46.2 34 35.5
Aliran Counter-Current
Thi - Tho -
Thi Skala LMTD
Tci Tco
19 6,90909 5,78047 6,32802
47 20 6,86364 7,29023 7,07479
21 7,75997 6,7215 7,22831
Thi- Tho-
Thi Skala LMTD
Tco Tci
19 4,8769 4,34505 4,60586
47 20 8,1885 8,1607 8,17459
21 9,9832 9,9879 9,98555
Panas yang ditransfer
𝑄ℎ = 𝑤ℎ × 𝐶𝑝ℎ × Δ𝑇ℎ = 𝑉ℎ × 𝜌 × 𝐶𝑝ℎ × Δ𝑇ℎ
𝑄𝑐 = 𝑤𝑐 × 𝐶𝑝𝑐 × Δ𝑇𝑐 = 𝑉𝑐 × 𝜌 × 𝐶𝑝𝑐 × Δ𝑇𝑐
Data ρ, Cph, dan Cpc didapat pada tabel A-9 pada buku Holman
Aliran Co-Current
Thi = 56
Flowrate V density viscosity Cp Thi avg Tho avg Qh
Skala Pr
(L/s) (m3/s) (kg/m3) (kg/m.s) (J/kg.C) (C ) (C ) (J/s)
19 0,483 0,00048 989,11 0,00057 4174 3,71 49,5909 48,5497 2076,26
20 0,567 0,00057 989,15 0,00057 4174 3,718 48,5 47,4387 2484,48
21 0,625 0,00063 989,05 0,00057 4174 3,697 48,4091 47,5489 2219,47
Thi = 56
Flowrate V density viscosity Cp Tci avg Tco avg Qc
Skala Pr
(L/s) (m3/s) (kg/m3) (kg/m.s) (J/kg.C) (C ) (C ) (J/s)
19 0,658 0,00066 994,276 0,00074 4174 4,926 33,7727 34,3182 1489,51
20 0,658 0,00066 994,555 0,00074 4174 4,967 33,2273 34,0909 2359,05
21 0,658 0,00066 993,779 0,00072 4174 4,771 35,1364 35,8636 1985,02
Thi = 47
Flowrate V density viscosity Cp Thi avg Tho avg Qh
Skala Pr
(L/s) (m3/s) (kg/m3) (kg/m.s) (J/kg.C) (C ) (C ) (J/s)
19 0,483 0,00048 992,442 0,00067 4174 4,416 40,0455 39,5532 984,905
20 0,567 0,00057 992,403 0,00067 4174 4,408 40 39,5175 1133,24
21 0,625 0,00063 992,246 0,00066 4174 4,376 39,5327 39,064 1213,24
Thi = 47
Flowrate V density viscosity Cp Tci avg Tco avg Qc
Skala Pr
(L/s) (m3/s) (kg/m3) (kg/m.s) (J/kg.C) (C ) (C ) (J/s)
19 0,658 0,00066 994,478 0,00075 4174 4,989 33,1364 33,7727 1738,12
20 0,658 0,00066 994,742 0,00076 4174 5,07 33,1364 32,2273 2483,68
21 0,658 0,00066 994,9 0,00077 4174 5,12 31,7727 32,3425 1556,9
Thi = 56
Flowrate V density viscosity Cp Tci avg Tco avg Qc
Skala Pr
(L/s) (m3/s) (kg/m3) (kg/m.s) (J/kg.C) (C ) (C ) (J/min)
19 0,66667 0,00067 994,672 0,00076 4174 5,049 31,9091 32,3324 1171,65
20 0,66667 0,00067 994,346 0,00074 4174 4,947 32,5 33,0989 1657,12
21 0,66667 0,00067 994,245 0,00074 4174 4,916 32,9091 33,4234 1422,91
Thi = 47
Flowrate V density viscosity Cp Thi avg Tho avg Qh
Skala Pr
(L/s) (m3/s) (kg/m3) (kg/m.s) (J/kg.C) (C ) (C ) (J/min)
19 0,483 0,00048 992,403 0,00066 4174 4,408 38,4547 37,9545 1000,67
20 0,567 0,00057 992,177 0,00066 4174 4,362 40,3427 39,8364 1188,87
21 0,625 0,00063 992,305 0,00066 4174 4,388 40 39,354 1672,28
Thi = 47
Flowrate V density viscosity Cp Tci avg Tco avg Qc
Skala Pr
(L/s) (m3/s) (kg/m3) (kg/m.s) (J/kg.C) (C ) (C ) (J/min)
19 0,66667 0,00067 994,586 0,00075 4175 5,022 33,6095 34 1081,01
20 0,66667 0,00067 994,906 0,00076 4174 5,114 31,6757 32,1542 1324,72
21 0,66667 0,00067 994,749 0,00076 4174 5,073 31,9545 32,4798 1453,93
1
𝑘 𝐶𝑝 × 𝜇 3
ℎ𝑜 = 𝑗𝐻 × ( ) × ( ) × 𝜙𝑠
𝐷𝑒 𝑘
Keterangan:
ho : Koefisien perpindahan panas shell (J/s.m2.°C)
jH : Heat transfer factor
k : Konduktivitas termal di shell (J/s.m. °C)
De : Diameter ekuivalen shell(m)
Cp : Specific heat fluida di shell(J/kg °C)
µ : Viskositas fluida di shell(Pa.s)
ɸs : Viskositas ratio [(µ/µw)0.14]
ℎ𝑖𝑜 ℎ𝑖 𝐷𝑖
= ×
𝜙𝑠 𝜙𝑠 𝐷𝑜
Aliran Co – Current
Thi Skala ks (W/m C) kt (W/m C) Pr tube Pr shell hi ho hio