Anda di halaman 1dari 3

 Manfaat Bunga Melati

Jasminum sambac(L.) atau yang lebih dikenal dengan bunga melati putih sering
digunakan sebagai bahan untuk wangi-wangian karena memiliki aroma yang khas dari
kandungan senyawa volatilnya. Pada bunga melati terdapat komponen senyawa kimia
seperti benzyl benzoate, cis jasmone, indole, methyl jasmonat, benzyl acetate dan
linalool (Mulyati et al, 2017). Selain itu menurut Jayalandri pada bunga melati juga
terkandung senyawa kimia seperti saponin, alkaloid, glycosid, terpenoid dan flavonoid
senyawa – senyawa tersebut mampu digunakan sebagai antioksidan (Jayalandri et al,
2016). Adanya kandungan senyawa kimia pada bunga melati menjadikan bunga melati
sering digunakan sebagai bahan tambahan pada obat tradisional. Selain itu bagian-
bagian lain dari tumbuhan melati seperti daun dan akarnya juga dapat dimanfaatkan
sebagai bahan tambahan.

Bunga melati dapat dikonsumsi setelah mengalami proses pengolahan. Melati umum
diolah dan diambil ekstraknya sebagai obat. Melati dapat digunakan untuk mengurangi
dan menyembuhkan influenza, asma, diare, demam, sakit kepala, pembengkakan, dan
peradangan. Selain itu melati umum dimanfaatkan untuk menjaga immune tubuh,
adanya aktivitas antioksidan and anti inflamasi pada bunga melati membantu
memaksimalkan kinerja immune tubuh dalam menjaga kesehatan. Melati juga
dimanfaatkan untuk menjaga berat badan dan untuk menjaga system pencernaan tubuh.

Melati dapat ditambahkan pada bahan makanan ataupun minuman yang dapat
dikonsumsi. Melati sangat sering dijumpai sebagai bahan tambahan pada minuman teh
yang sering disebut dengan jasmine tea. Banyak penelitian yang menyatakan tambahan
melati pada teh memberikan manfaat yang cukup banyak untuk kesehatan tubuh. Pada
jurnal Changes in the volatiles, chemical components, and antioxidant activities of
Chinese jasmine tea during the scenting processes menyatakan bahwa tambahan melati
baik untuk menghasilkan aroma dan memperkuat aktivitas antioksidan pada teh.
Kualitas jasmine tea dipengaruhi oleh konsentrasi total dari senyawa benzyl alcohol,
benzyl asetat, metil benzoate, (Z)-3-hexenyl benzoate dan methyl anthranilate dari
kandungan linalool pada melati (Meichun et al, 2016). Selain itu adanya kandungan
senyawa kimia seperti polifenol, asam amino, methyl xantines pada campuran teh akan
mempengaruhi kualitas teh tersebut. Semakin banyaknya kandungan ekstrak melati
akan berbanding lurus dengan aktivitas antioksidan yang didapat dari produk, namun
proses pengolahan dan cara penyeduhan juga mempengaruhi hasil aktivitas antioksidan
yang didapat (Meichun et al).

Pada jurnal An analysis of antioxidants, organoleptics and hedonics with variations of


boiling time in Jasmine tea and Jasmine root tea a study on Kaliprau, Pemalang
menyatakan bahwa aroma dan esktrak dari bunga melati sangat bermanfaat bagi
kesehatan tubuh (Arifan et al, 2018). Bunga melati banyak digunakan sebagai obat
tradisonal untuk mengobati diarrhea, fever, asthma, dermatitis (Arifan et al, 2018).
Kandungan flavonol pada bunga melati akan bekerja selaras dengan kandungan asam
oxychromatic, vitamin, katekin, teaflavin dan thearubigin sebagai antioksidan
menangkal radikal bebas pada tubuh (Arifan et al, 2018).

Dari kedua jurnal tersebut dapat disimpulkan bahwa pada bunga melati memiliki
kandungan senyawa yang dapat bekerja sebagai antioksidan. Antioksidan adalah
senyawa yang dapat melindungi molekul lainnya dari proses oksidasi yang akan
menghasilkan radikal bebas dan dapat merusak sel dalam tubuh. Tubuh sangat
membutuhkan antioksidan untuk menjaga dari kerusakan sel. Kerusakan sel tubuh dapat
memunculkan berbagai penyakit, sehingga antioksidan dibutuhkan untuk menjaga dan
meningkatkan immune tubuh.

Melati dapat diolah dan digunakan ekstraknya sebagai minyak melati, minyak melati
dapat digunakan sebagai obat luar untuk olesan. Minyak melati digunakan sebagai
aroma therapy untuk relaksasi, mengurangi ketegangan otot, memberikan ketenangan
dan juga dapat mengobati sesak nafas apabila digunakan sebagai campuran minyak
esenssial. Selain itu pemakaian sebagai obat luar dari melati umum digunakan dengan
cara sederhana sebagai rendaman mata untuk mengatasi mata merah dan gatal.
Pemakaian melati juga dapat digunakan sebagai olesan pada permukaan tubuh yang
luka karena kemampuannya sebagai antiseptik. Terdapat pernyataan bahwa melati dapat
membantu mempercepat penyembuhan luka luar. Hal ini semakin dijelaskan pada jurnal
Uji efektivitas ekstrak melati (Jasminum sambac) pada penyembuhan luka insisi kelinci
(Oryctolagus cuniculus) dinyatakan bahwa ekstrak daun melati dapat mempercepat
penyembuhan luka insisi kelinci (Jayalandri et al, 2016). Bunga melati juga dapat
dimanfaatkan untuk membantu mengurangi produksi asi berlebih pada ibu menyusui.
Melati yang sudah dihaluskan juga dapat digunakan sebagai penurun panas pada demam
sebagai kompresan.

Daftar Pustaka :

Fahmi Arifan, Sri Winarni, Gentur Handoyo, Asri Nurdiana, Afkar Nabila Rahma H,
Sri Risdiyanti. (2018). An analysis of antioxidants, organoleptics and hedonics with
variations of boiling time in Jasmine tea and Jasmine root tea a study on Kaliprau,
Pemalang. Series: Journal of Physics: Conf. Series 1025 (2018) 012066 doi
:10.1088/1742-6596/1025/1/012066

Mulyati M.Tahir, Zainal, Darma. (2017). Antiocsidan Activity dan Organoleptic


Characteristic Of Bread Fruit (Artocarpus Altilis) With Jasmine Addition Beverage
(Jasminum sambac Ait.).Universitas Hassanudin. Journal of Agritech Science, Vol 1 No
2, November 2017

i Luh G. L. Jayalandri, Edward Nangoy, Jimmy Posangi, Robert A. Bara. (2016). Uji
efektivitas ekstrak melati (Jasminum sambac) pada penyembuhan luka insisi kelinci
(Oryctolagus cuniculus). Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni
2016

Meichun Chen, Yujing Zhu, Bo Liua, Zheng Chen, Jiangmin Zheng, Mindan Guan,
Huai Shi, Yanna Wang, and Wenwen Yang. (2016). Changes in the volatiles, chemical
components, and antioxidant activities of Chinese jasmine tea during the scenting
processes. Agricultural Bio-Resources Research Institute, Fujian Academy of
Agricultural Sciences, Fuzhou, China. International Journal Of Food Properties 2017,
VOL. 20, NO. 3, 681–693

Anda mungkin juga menyukai