Anda di halaman 1dari 24

TUGAS TAKE HOME

INTERPROFESSIONAL EDUCATION
“INTERPROFESSIONAL EDUCATION : EFEK DALAM PRAKTEK PROFESSIONAL
DAN HASILNYA UNTUK KESEHATAN”
Untuk memenuhi Ujian Tengah Semester
Mata Kuliah : Interprofessional Education

Dosen Pengampu : Eri Yanuar, S.Kep., Ns.,M.N. Sc (LC)

Disusun oleh:

RESKI RAHMAWATI

NIM : 16/403466/PKU/16284

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016

A. PENDAHULUAN
1
1. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan yang profesional seperti dokter, perawat, apoteker, ahli gizi, tenaga
epidieomologi dan tenaga kesehatan lainnya yang berkolaborasi untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu upaya dalam mewujudkan
kolaborasi yang efektif antar profesi perlu diadakannya praktik kolaborasi sejak
dini melalui proses pembelajaran yaitu dengan melatih mahasiswa pendidikan
kesehatan menggunakan strategi Interprofessional Education (IPE) (WHO, 2010).
Salah satu Perkembangan Interprofesional Education didunia dimulai tahun
2009 yaitu dimulainnya Interprofessional Education Collaborative (IPEC), Tujuan
interprofessional praktek kolaboratif (ICP) pada tahun 2011 yaitu keterlibatan
profesional perawatan kesehatan yang berkolaborasi dan berpusat pada pelayanan
pasien. (Linda, Leslie R & Halpern, 2016). Di Indonesia sendiri IPE juga mulai
dikenal, ini terbukti dari keterlibatan Indonesia sebagai partner dalam Kobe
University Interprofessional Education for Collaborating Working Center (KIPEC)
(HPEQ Project, 2011)
Interprofessional Education (IPE) adalah bagian integral dari pembelajaran
profesional kesehatan yang berfokus pada belajar dengan, dari, dan antara tenaga
kesehatan untuk meningkatkan kerja sama tim dan memberikan pelayanan. Pada
pasien secara berkualitas. Peserta didik dari profesi kesehatan yang beragam,
belajar bersama-sama merawat pasien, berkolaborasi dalam lingkungan
interprofessional. Model ini untuk pendidikan kesehatan yang jelas dalam
mempersiapkan peserta didik untuk berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
dalam sistem kesehatan yang semakin kompleks. (Becker, Hanyok, & Walton-
Moss, 2014).
Pada pelaksanaan kolaborasi (interprofessional education) tidak lepas dari
hambatan dan tantangan . Tantangan tentang pelaksanaan IPE menurut World
Health Organization tahun (2010) menyatakan bahwa banyak sistem kesehatan di
negara-negara di dunia yang sangat terfragmentasi pada akhirnya tidak mampu
menyelesaikan masalah kesehatan di negara itu sendiri. Sedangkan Hambatan
terdapat dalam berbagai tingkatan dan terdapat pada pengorganisasian,
pelaksanaan, komunikasi, budaya ataupun sikap. Sangat penting untuk mengatasi
hambatan-hambatan ini sebagai persiapan mahasiswa dan praktisi profesi
kesehatan yang lebih baik demi praktik kolaborasi hingga perubahan sistem
pelayanan kesehatan (Becker, Hanyok, & Moss, 2014).

2
2. Tujuan
Untuk mengetahui Interprofessional education dalam praktek profesional dan
hasilnya untuk kesehatan.
B. METODE
Pencarian literature didapatkan melalui beberapa website, di antaranya
http://libmed.ugm.ac.id/ kemudian mencari pada tiga besar data base elektronik
yakni Science direct, dan Proquest dengan menggunakan kata kunci interprofessional
education, nursing, effect in professional practice, and health. Pembatasan berupa
artikel yang diterbitkan dalam 10 tahun terakhir. Jumlah artikel yang didapat sejumlah
2.240 sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan didapat 8 artikel sesuai
dengan kata kunci dan dianalisis menggunakan worksheet. Beberapa penelitian baik
dalam bentuk skripsi, jurnal/artikel juga didapatkan melalui di dapatkan melalui
Google Scholar, situs resmi WHO dan skripsi melalui website. Hasil penelusuran
dapat dilihat pada tabel berikut :
Table 1 Hasil Penelusuran Jurnal

Mesin Pencari Science Direct ProQuest Google Scholar

Hasil penelusuran 2.240 1126 37.700

Fulltext, pdf,
30 - 55
2007-2016
Eligible with inclusy critheria - - -

Eligible to analyzed 6 1 1

RESULT 8

3
RINGKASAN LITERATURE REVIEW

N Peneliti dan Judul Metode Penelitian dan Sampel Kesimpulan


O Tahun Tujuan
1 Julie A. Learning to work Makalah ini berusaha Awalnya Dua belas perawat Kegiatan dalam meningkatkan
Derbyshire, collaboratively untuk menindaklanjuti namun empat orang tidak kurikulum ini adalah usaha
Alison I. Nurses views of their sekelompok perawat baru memenuhi kriteria sehingga untuk terus-menerus
Machin (2010) pre-registration yang berkualitas pasca tersisa delapan perawat memperbaiki proses belajar
interprofessional enam bulan kualifikasi. yang diambil secara acak dan pengalaman mengajar di
education and its perawat ini telah dengan kriteria memiliki setting lokal. Hal ini didukung
impact on practice mendapatkan kurikulum pengalaman enam bulan oleh kemauan dan komitmen di
yang berbasis bekerja antara universitas dan praktek
pembelajaran pendidikan, dan untuk orang
interprofessional didalam yang terlibat dalam
kelas. Baik yang telah interprofessional education
lama ada maupun secara yang bekerja secara
resmi dinilai dalam kolaboratif, untuk pengalaman
Program tiga tahun bagi siswa dan perawatan
mereka. pasien di masa depan. Semua
profesi, termasuk keperawatan,
Qualitative
memiliki kewajiban untuk
phenomenological study
secara proaktif mencari

4
peluang untuk meningkatkan
perawatan yang mereka
berikan dan layanan yang
mereka sediakan. Namun
dalam lingkungan perawatan
kesehatan yang kompleks ini
akan memerlukan berbagi
keahlian dan sumber daya
dalam rangka meningkatkan
pelayanan kesehatan
2 Angel K. Chen, Interprofessional Tujuan dari penelitian Sebanyak lima belas Interprofessional education
Josette Rivera, education in the deskriptif kualitatif ini preceptors (12 dokter dan dalam pengaturan klinis
Nicole Rotter, & clinical setting A adalah untuk 3 APN) yang diamati, dan diperlukan dalam rangka
Emily Green, qualitative look at the mengidentifikasi metode 13 (10 dokter dan 3 APN) mempersiapkan peserta
Susan Kools. preceptor's saat preceptors gunakan berpartisipasi dalam profesional kesehatan untuk
(2016) perspective in untuk mengajar peserta wawancara, 2 preceptors praktek interprofessional
training advanced dari profesi lain dalam tidak dapat mengikuti kolaboratif di tempat kerja.
practice nursing pengaturan klinis, praktek wawancara karena kendala Sementara peserta pelatihan
students khusus keperawatan penjadwalan. Satu dokter dapat mempelajari konsep
(APN) dan medis trainee, menolak berpartisipasi interprofessional kolaborasi di
dan untuk dalam penelitian ini. kelas atau dalam simulasi,

5
mengidentifikasi faktor- memiliki tempat untuk
faktor yang mendukung menerapkan keterampilan
atau menghambat jenis dengan bimbingan dan peran
precepting dari guru-guru klinis sangat
penting untuk keterampilan dan
Qualitative Description peran perkembangan mereka.
Methods Namun, klinis juga perlu
mempersiapkan formal trainee
mengajar dari profesi lain
belajar dengan, dari, dan
tentang satu sama lain, serta
untuk membantu trainee
memenuhi kompetensi IPEC
dalam pengaturan klinis.
Mereka memiliki peran unik
mensosialisasikan trainee
mereka dan panutan bagi
mereka, keterampilan yang
dibutuhkan untuk berkolaborasi
dalam lingkungan klinis yang
kompleks untuk memberikan

6
kualitas perawatan yang tinggi
pada pasien.
Mereka perlu memahami peran
dan tanggung jawab profesi
yang berbeda, serta konsep-
konsep kunci untuk
interprofessional kolaborasi
termasuk komunikasi
interprofessional dan kerja
sama tim.
3 Tanya Lawlis, Interprofessional Tujuan dari evaluasi ini .Semua siswa yang terlibat Program percontohan IPE yang
Alison Wicks, education in practice: adalah untuk menilai sikap dalam program percontohan tersedia ini unik dan inovatif
Maggie Evaluation of a work siswa terhadap kolaborasi pra dan pasca survey. Empat siswa diberi kesempatan
Jamieson, & integrated aged care setelah aktif dalam siswa menunjukkan mereka bekerja dalam tim
Amy Haughey, program program interprofessional telah bekerja di klinis interprofessional dalam suatu
Laurie Grealish education. sebelum mendaftar di RACF, sambil memberikan
(2015) Mahasiswa yang belajar program yang ada saat ini. pendekatan inovatif untuk
keperawatan, terapi Sebelas siswa telah mempromosikan gizi kepada
okupasi, dan perawatan mengetahui warga. Secara keseluruhan,
diminta untuk interprofessional Education para siswa memperoleh
menyelesaikan baik melalui praktek yang pemahaman yang lebih besar

7
Interprofessional education berbasis interprofessional dan sikap positif terhadap dan
education pengalaman kerja dalam tim
kolaboratif. Sedangkan
Sebuah desain studi kasus, komponen IPE adalah dasar
terdiri dari kombinasi untuk proyek,
kuantitatif dan pendekatan interprofessionalisme
kualitatif digunakan untuk ditingkatkan melalui program
melakukan evaluasi Yang berfokus sekunder,
deskriptif program baru meningkatkan kesadaran dan
IPE. pengetahuan siswa dalam
perawatan kesehatan untuk
Design Case Study orang tua, khususnya orang-
orang dengan demensia.
Keberhasilan program
percontohan ini mendukung
program interprofessional
education serupa di profesional
kesehatan yakni bekerja dalam
pembelajaran terpadu dan
peluang penempatan klinis,
khususnya di domain non-

8
tradisional seperti perawatan
manula dan lingkungan Hidup.

4 Nicole The outcome of Tujuan dari penelitian ini Untuk penelitian ini dua Penggunaan SPE dalam
Defenbaugh & interprofessional adalah untuk menguji puluh sembilan siswa APN pendidikan APN telah ada
Noreen E. education: Integrating dampak dari Standar berpartisipasi dalam selama beberapa dekade.
Chikotas (2016) communication pengalaman pasien (SPE) SPE selama dua semester. Manfaat dari strategi
studies into a dalam pendidikan Lima belas relawan instruksional pembelajaran ini
standardized patient Advanced Practice Nurse mahasiswa dari 29 peserta adalah tidak hanya untuk siswa
experience for (APN). Pendidikan APN kemudian diwawancarai tiga tetapi juga untuk para
advanced practice membutuhkan pendidik bulan setelah mempunyai fasilitator dan aktor yang
nursing students untuk membuat setiap pengalaman. terlibat dalam proses.
usaha untuk Pengalaman standar pasien
mempromosikan memungkinkan untuk terlibat,
kompetensi di bidang praktis, diwujudkan di tempat
komunikasi dan belajar yang aman dan
pembuatan clinical mendukung lingkungan Hidup.
decision. Program SPE Umpan balik dari fasilitator
telah ditemukan untuk dan pelaku dapat berguna
meningkatkan untuk pertemuan siswa dan
interpersonal, pemecahan pasien dimasa depan.

9
masalah, dan Melalui kolaborasi,
keterampilan berpikir keterampilan tambahan seperti
kritis mahasiswa komunikasi yang efektif dapat
keperawatan dipelajari dengan Mengundang
seorang pendidik Ilmu
Qualitative Study Komunikasi untuk bersama
memfasilitasi SPE
mengakibatkan pemahaman
yang berharga, pengetahuan,
dan keterampilan tentang
Proses dan penerapan
keterampilan komunikasi
dalam pengaturan klinis.
Dengan mengundang
profesional lain baik dari dalam
dan luar keperawatan untuk
berpartisipasi dalam SPE ini,
siswa memiliki kesempatan
untuk belajar tentang aspek-
aspek lain dari perawatan klinis
(mis psikologis, masyarakat /

10
sosial, agama / spiritualitas,
keluarga) dan bagaimana
memperlakukan dan efektif
merawat semua orang

5 Dwi Tyastuti, An Educational Tujuan penelitian ini Penelitian dilakukan di Program COMIC berhasil
Hirotaka Onishi, Intervention of adalah untuk untuk Universitas Islam Negeri di dilaksanakan dan terbukti
Fika Ekayanti2 Interprofessional menjelaskan program IPL Jakarta, Indonesia pada efektif dalam mengembangkan
and Kiyoshi Learning in dan implementasinya tahun 2012. Enam puluh wawasan, pengetahuan, sikap
Kitamura (2013) Community Based dalam CBHC dan dua mahasiswa tahun ketiga, dan keterampilan terhadap
Health Care in menyajikan reaksi siswa 20 anggota fakultas sebagai interprofessional education dan
Indonesia: What did terhadap program. tutor, 20 orang sebagai praktek kolaborasi antara
We Learn pasien standar (SPs) dan 15 medis dan profesi kesehatan.
from the Pilot Study? pasien nyata sukarela dan Sebagai pembelajaran yang
mixed-method design menyelesaikan program ini. kompleks, IPE dalam
pelaksanaannya perlu
pembelajaran yang
komprehensif, Pendekatan,
berbagai metode pengajaran,
strategi belajar yang tepat dan

11
dukungan dari struktur
universitas untuk menangani
kompleksitas kurikulum
profesional dan batas-batas
antara fakultas dan disiplin
ilmu.

6 Samuel Lapkin , A systematic review of Untuk mengidentifikasi Semua studi digunakan Sikap siswa dan persepsi
Tracy Levett- the effectiveness of bukti terbaik yang tersedia convenience sampling terhadap kolaborasi
Jones & Conor interprofessional untuk efektivitas dari dengan jumlah sampel 34 interprofessional dan
Gilligan (2013) education in health universitas yang berbasis pengambilan keputusan klinis
professional programs interprofessional dapat ditingkatkan melalui
education pada mahasiswa interprofessional education.
kesehatan. Namun, bukti-bukti untuk
menggunakan
interprofessional education
The review included all untuk mengajarkan
randomised controlled keterampilan komunikasi dan
trials and quasi- keterampilan klinis tidak
experimental studies meyakinkan dan membutuhkan
. penyelidikan lebih lanjut.

12
7. Carole Steketee, Interprofessional Tujuan Laporan Makalah Sembilan perguruan tinggi Pembaharuan Kerangka
Dawn Forman, health education in ini pada tiga studi nasional, dua badan industri kurikulum yang telah
Roger Dunston, Australia: Three Australia yang saling dan organisasi non- digunakan untuk
Tagrid Yassine, research projects terkait yang memberikan pemerintah yang merupakan mengeksplorasi penerapan dari
& Adult informing curriculum Pendekatan informasi tim studi penelitian ini pada keperawatan
Education, renewal and yang koheren tentang di Australia. Sementara temuan
Lynda R. development interprofessional yang berkaitan dengan semua
Matthews, Education (IPE). profesi kesehatan, keperawatan
Rosemary Berdasarkan temuan dari baik ditempatkan untuk
Saunders, penelitian sebelumnya IPE mengambil peran utama dalam
Pam Nicol, cenderung terpinggirkan membangun IPE sebagai
Selma Alliex, dalam kurikulum elemen sentral pendidikan
(2011) kesehatan utama, tiga profesional kesehatan
penelitian bercita-cita
untuk menghasilkan
berbagai sumber daya
yang akan memandu
pelaksanaan berkelanjutan
IPE seluruh pendidikan
tinggi di Australia

13
Quantitative and
Qualitative methods.
8 Courtney West, Implementation of Untuk menguji integrasi Setiap Principal Investigator Sebagian besar kegiatan IPE
Lori Graham, interprofessional IPE di lembaga yang (PI) dari 16 sekolah berfokus pada peran dokter.
Ryan T. Palmer, education (IPE) in 16 berbeda dan menentukan kedokteran diundang untuk tantangan implementasi
Marissa Fuqua U.S. medical schools: kesenjangan di mana ada berpartisipasi. termasuk penjadwalan, logistik
Miller, Erin K. Common practices, potensi untuk perbaikan dan dukungan keuangan.
Thayer, barriers and Kebutuhan untuk
Margaret L. facilitators mixed methods study, pengembangan fakultas yang
Stuber, Linda menggunakan desain cross efektif serta tindakan untuk
Awdishu, sectional observasional menguji hubungan antara hasil
Rachel A. belajar IPE dan hasil
Umoren, & identifikasi pasien
Maria
A.Wamsley,
Elizabeth A.
Nelson, Pablo
A. Joo, James
W.
Tysinger, Paul

14
George, Patricia
A. Carney,
(2015)

15
C. Diskusi dan Pembahasan
Penulisan makalah ini, penulis mencoba mengembangkan hasil penelitian
penelitian terdahulu terkait Interprofesional education yang memiliki keterkaitan
antara judul/ tema dengan karya tulis ini. Adapun jurnal jurnal terdahulu yang
memiliki keterkaitan dengan makalah ini adalah sebagai berikut :
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Julie A. Derbyshire, Alison I. Machin
(2010) di Northumbria University. Dengan judul “Learning to work collaboratively
Nurses views of their pre-registration interprofessional education and its impact on
practice” Dalam rangka mencapai tujuan kesehatan masyarakat global dan Inggris
Raya (UK) memastikan pengguna Layanan Kesehatan Nasional (NHS) menerima
perawatan terbaik dari semua profesional, termasuk perawat diperlukan untuk
berkolaborasi secara efektif di seluruh tim disiplin, organisasi dan negara-negara.
Perawat adalah pusat untuk pelaksanaan layanan perbaikan di pelayanan kesehatan.
Namun tidak dapat diasumsikan bahwa semua perawat telah cukup siap untuk bekerja
secara kolaborasi di lingkungan NHS. Pendidikan interprofessional (IPE) mampu
sebagai pembelajaran yang efektif dan pendekatan pengajaran untuk mempersiapkan
praktisi dalam praktek kolaboratif pada titik kualifikasi. Sehingga dalam penelitian ini
menyimpulkan bahwa IPE sebagai praktek difokuskan untuk meningkatkan
relevansinya dalam praktek keperawatan. Penelitian ini memberikan kontribusi untuk
pengembangan kurikulum yang inovatif yang memberikan kesempatan bagi perawat
untuk mengintegrasikan teori IPE dalam praktek kerja kolaborasi mereka.
Dari jurnal diatas dapat ditelaah bahwa perawat tidak mampu melaksanakan
praktek interprofessional kesehatan tanpa pengetahuan sebelumnya yang diperoleh
sejak dini dari bangku sekolah sehingga perawat profesional harus memiliki bekal
pengetahuan dan keterampilan untuk melaksanakan kolaborasi ataupun pelaksaan
pelayanaan yang akan diterapkan oleh institusi ataupun dilahan praktek
Penelitian lain yang dilakukan oleh Angel K. Chen, Josette Rivera, Nicole Rotter,
& Emily Green, Susan Kools. (2016), dengan judul “Interprofessional education in
the clinical setting: A qualitative look at the preceptor's perspective in training
advanced practice nursing students” menyatakan bahwa Interprofessional education
dalam pengaturan klinis diperlukan dalam rangka mempersiapkan peserta profesional
kesehatan untuk praktek interprofessional kolaboratif di tempat kerja. peserta
pelatihan dapat mempelajari konsep interprofessional kolaborasi di kelas atau dalam
simulasi, memiliki tempat untuk menerapkan keterampilan dari masing masing peran
mereka

16
Dalam penelitian ini diungkapkan bahwa untuk mencapai interprofessional
kolaborasi maka dapat dilakukan dengan bimbingan atau pelatihan dari guru guru
terkait interprofesional education sehingga tenaga professional atau tenaga kesehatan
yang berkolaborasi dapat memberikan kualitas perawatan yang tinggi pada pasien.
Selain itu, Tenaga interprofesional kesehatan perlu memahami peran dan tanggung
jawab profesi yang berbeda, serta konsep-konsep kunci untuk interprofessional
kolaborasi termasuk komunikasi interprofessional dan kerja sama tim
Manfaat IPE dalam program perawatan yaitu memberikan pengetahuan yang baru
kepada siswa tentang bagaimana cara memberikan pelayanan kepada masyarakat hal
ini ditunjang dengan adanya kolaorasi dari berbagai pihak seperti tenaga gizi,
psikologi, farmasi, dll sehingga penulis setuju dengan hasil penelitian yang
diungkapkan oleh Tanya Lawlis, Alison Wicks, Maggie Jamieson, & Amy Haughey,
Laurie Grealish (2015) dengan judul “Interprofessional education in practice,
Evaluation of a work integrated aged care program” menyatakan bahwa Program
percontohan IPE yang tersedia unik dan inovatif, siswa diberi kesempatan bekerja
dalam tim interprofessional dalam suatu program RACF, sambil memberikan
pendekatan inovatif untuk mempromosikan gizi kepada warga. Secara keseluruhan,
para siswa memperoleh pemahaman yang lebih besar dari sikap positif dan
pengalaman kerja dalam tim kolaboratif. Sedangkan komponen IPE adalah dasar
untuk melaksanakan pekerjaan, interprofessionalisme ditingkatkan melalui program
yang berfokus sekunder, meningkatkan kesadaran dan pengetahuan siswa dalam
perawatan kesehatan untuk orang tua, khususnya orang-orang dengan demensia.
Keberhasilan program percontohan ini mendukung inklusi program interprofessional
Education serupa di profesional kesehatan yang bekerja dalam pembelajaran terpadu
khususnya di domain non-tradisional seperti perawatan manula dan lingkungan Hidup.
Interprofesional education adalah kerja sama tidak hanya antara tenaga kesehatan
seperti dokter, perawat, ahli gizi dan farmasi namun Interprofesional education dapat
di laksanakan dengan berbagai elemen profesi sehingga dengan adanya kerja sama
antara elemen profesi maka dapat memberikan efek positif dalam meningkatkan
pengetahuan, ilmu serta keterampilan yang baru. Hal ini sesuai dengan Penelitian yang
dilakukan oleh Nicole Defenbaugh & Noreen E. Chikotas (2016) dengan judul “The
outcome of interprofessional education: Integrating communication studies into a
standardized patient experience for advanced practice nursing students”
menyimpulkan bahwa Penggunaan SPE dalam pendidikan APN telah ada selama

17
beberapa dekade. Manfaat dari strategi instruksional pembelajaran ini adalah tidak
hanya untuk siswa tetapi juga untuk para fasilitator dan aktor yang terlibat dalam
proses. Pengalaman standar pasien memungkinkan untuk terlibat, praktis, diwujudkan
di tempat belajar yang aman dan mendukung lingkungan Hidup. Umpan balik dari
fasilitator dan pelaku dapat berguna untuk pertemuan siswa dan pasien dimasa depan.
Melalui kolaborasi, keterampilan tambahan seperti komunikasi yang efektif dapat
dipelajari dengan mengundang seorang pendidik Ilmu Komunikasi untuk bersama
memfasilitasi SPE mengakibatkan pemahaman yang berharga, pengetahuan, dan
keterampilan tentang Proses dan penerapan keterampilan komunikasi dalam
pengaturan klinis. Dengan mengundang profesional lain baik dari dalam dan luar
keperawatan untuk berpartisipasi dalam SPE ini, siswa memiliki kesempatan untuk
belajar tentang aspek-aspek lain dari perawatan klinis (mis psikologis, masyarakat /
sosial, agama / spiritualitas, keluarga) dan bagaimana memperlakukan dan efektif
merawat semua orang
Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Tyastuti, Hirotaka Onishi, Fika Ekayanti and
Kiyoshi Kitamura (2013) dengan judul An Educational Intervention of
Interprofessional Learning in Community Based Health Care in Indonesia: What did
We Learn from the Pilot Study? menyatakan bahwa Program COMIC berhasil
dilaksanakan dan terbukti efektif dalam mengembangkan wawasan, pengetahuan,
sikap dan keterampilan terhadap pendidikan interprofessional dan praktek kolaborasi
antara medis dan profesi kesehatan. Sebagai pembelajaran yang kompleks, IPE dalam
pelaksanaannya perlu pembelajaran yang komprehensif, Pendekatan, berbagai metode
pengajaran, strategi belajar yang tepat dan dukungan dari struktur universitas untuk
menangani kompleksitas kurikulum profesional dan batas-batas antara fakultas dan
disiplin.
Dari penelitian yang diungkapkan oleh Dwi Tyastuti, Hirotaka Onishi, Fika
Ekayanti and Kiyoshi Kitamura (2013) membuktikan bahwa dengan adanya IPE selalu
akan ada model pembelajaran yang baru yang di teliti untuk diterapkan dalam proses
pencapaian yang baru dan dipertahankan jika model tersebut mampu membawa arah
yang lebih baik.

Penerapan Interprofesional education di dunia pendidikan telah banyak diterapkan


oleh instansi instansi pendidikan baik diluar negeri maupun dalam negeri namun hal
ini khususnya di indonesia institusi yang menerapkan IPE hanya dilaksanakan oleh
instansi pendidikan yang terkenal seperti UGM dan UI sehingga penerapan yang

18
dilakukan oleh siswa dalam pengambilan keputusan masih sangat terbatas. Hal ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Samuel Lapkin , Tracy Levett-Jones &
Conor Gilligan dengan judul “ A systematic review of the effectiveness of
interprofessional education in health professional programs” menyimpulkan bahwa
Sikap siswa dan persepsi terhadap kolaborasi interprofessional dan pengambilan
keputusan klinis dapat ditingkatkan melalui pendidikan interprofessional. Namun,
bukti-bukti untuk menggunakan interprofessional education untuk mengajarkan
keterampilan komunikasi dan keterampilan klinis tidak meyakinkan dan membutuhkan
penyelidikan lebih lanjut.
Penerapan IPE dalam lingkungan kesehatan sangat didukung oleh tenga profesional
utama seperti dokter, perawat, farmasi, tenaga gizi, dll. Profesi ini selalu melaksanakan
penelitian terkait evidance based praktice sehingga model dari penerapan IPE akan
selalu diteliti dan akan berkembang. Pernyataan ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Carole Steketee, Dawn Forman,Roger Dunston,Tagrid Yassine, &
Adult Education, Lynda R. Matthews, Rosemary Saunders, Pam Nicol, Selma Alliex
dengan judul “ Interprofessional health education in Australia: Three research
projects informing curriculum renewal and developmen” penelitian ini menyimpulkan
bahwa Pembaharuan Kerangka kurikulum yang telah digunakan untuk mengeksplorasi
penerapan dari penelitian ini pada keperawatan di Australia. Sementara temuan yang
berkaitan dengan semua profesi kesehatan, keperawatan baik ditempatkan untuk
mengambil peran utama dalam membangun IPE sebagai elemen sentral pendidikan
profesional kesehatan.
Interprofesional education dengan melibatkan berbagai elemen studi tidak
dipungkiri akan memunculkan banyak problem karena terdapat beberapa perbedaan
yakni perbedaan kurikulum, ego, budaya maupun sikap dari masing masing profesi.
Hai ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Courtney West, Lori
Graham, Ryan T. Palmer, Marissa Fuqua Miller, Erin K. Thayer, Margaret L.
Stuber, Linda Awdishu, Rachel A. Umoren, & Maria A.Wamsley, Elizabeth A.
Nelson, Pablo A. Joo, James W. Tysinger, Paul George, Patricia A. Carney, dengan
judul “Implementation of interprofessional education (IPE) in 16 U.S. medical
schools: Common practices, barriers and facilitators” yang menyimpulkan bahwa
Sebagian besar kegiatan IPE berfokus pada peran dokter. tantangan implementasi
termasuk penjadwalan, logistik dan dukungan keuangan. Kebutuhan untuk

19
pengembangan fakultas yang efektif serta tindakan untuk menguji hubungan antara
hasil belajar IPE dan hasil identifikasi pasien.
Peran tenaga professional kesehatan dalam pencapaian derajat kesehatan pasien
yang optimal tidak saja didukung dengan peningkatan salah satu peran tenaga
kesehatan seperti dokter, tenaga apoteker melainkan semua yang terlibat dalam
kolaborasi dalam hal ini perawat. Interprofessional education merupakan strategi
dalam meningkatkan pendidikan keperawatan dan meningkatkan peran perawat
sebagai pemimpin kolaboratif dalam sistem perawatan kesehatan yang memberikan
perawatan 24 jam kepada pasien sehingga pasien akan menerima perawatan yang lebih
baik. Untuk mencapai efek interprofessional education yang baik dalam praktek
professional khususnya perawat maka diperlukan :
1) Kepemimpinan
Kepemimpinan yang baik dapat menyelesaikan masalah yang berada dilingkup
interprofessional education Seperti para dekan dan asosiasi dekan bertanggung
jawab untuk pendidikan dan kurikulum keperawatan perlu dilibatkan untuk
memahami dan mendukung dalam melakukan inovasi-inovasi dan memecahkan
masalah.
2) Planing
Perlu adanya rencana yang bijaksana dalam melaksanakan inovasi yakni bagaimana
berusaha melakukan negosiasi sehingga proses perubahan dapat diterima oleh
semua profesi yang terlibat dalam interprofessional education
3) Pengalaman pendidikan
Pengalaman interprofessional education tidak harus dilihat dari satu sisi melainkan
melihat dari keseluruhan aktifitas yang diperoleh seorang perawat dimulai dari awa
pendidikan hingga lulus. Pengalaman untuk memiliki efek yang berlangsung lama
namun perlu ditinjau kembali dengan selalu melaksanakan proses pelatihan,
seminar atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sehingga
pengetahuan yang diperoleh dapat diperbaharui dan tujuan dari interprofessional
education dapat diterima. Pembaharuan dilingkup pendidikan dalam praktek
interprofessional education yaitu memperoleh pembelajaran dalam kelas kecil
seperti tutorial.

D. Kesimpulan

20
Berdasarkan beberapa penelitian terkait Interprofessional education diatas dapat
disimpulkan bahwa untuk mencapai efek dalam praktek professional dan hasilnya untuk
kesehatan maka perlu adanya proses perubahan dalam lingkup pelaksanaan
Interprofesional education seperti menerapkan metode baru melalui sharing
pembelajaran atau disiapkannya guru guru atau fasilitator yang mengetahui tehnik
interprofesional education. Bukan hanya melaksanakan kolaborasi namun dengan
adanya insting dan kemampuan dalam bekerjasama yang diperoleh dari sejak dini dalam
menerapkan metode pendidikan yang berbasis Interprofesional education.
Interprofesional education dapat dimanfaatkan untuk membahas isu isu yang baru
yang terjadi dilingkungan masyarakat maka dengan adanya kolaborasi maka dapat
memperoleh solusi solusi yang tepat dan dapat diaplikasikan secara efektif dan efesien.
Interprofesional education tidak terlepas dari hambatan hambatan terkait penerapannya
dalam pendidikan ataupun praktek, hal ini didasari berbagai perbedaan kurikulum,
metode, sikap dari masing masing profesi oleh karena itu untuk mendapatkan efek
dalam praktek profesional dalam hal ini untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
maka perlu adanya kurikulum Interprofesional education disemua instansi dengan
menyamakan persepsi diantara perbedaan profesi, menurunkan ego dan hanya berfokus
pada satu tujuan yaitu peningkatan derajat kesehatan masyarakat atau pasien.

21
DAFTAR PUSTAKA

Angel K. Chen, Josette Rivera, Nicole Rotter, & Emily Green, Susan Kools. (2016)
Interprofessional education in the clinical setting A qualitative look at the
preceptor's perspective in training advanced practice nursing students. Nurse
Education in Practice, 21 (2016) 29-36. journal homepage: www.elsevier.com/nepr

Becker, K.L, Hanyok, L.A, Walton-Moss, B. (2014). The turf and baggage of nursing and
medicine: Moving forward to achieve success in interprofessional education. The
Journalfor Nurse Practitioners, 10:4, 240-24. journal homepage:
www.elsevier.com/nepr

Carole Steketee, Dawn Forman, Roger Dunston,Tagrid Yassine, & Adult


Education,LyndaR. Matthews, Rosemary Saunders, Pam Nicol, Selma Alliex . 2014.
Interprofessional health education in Australia: Three research projects informing
curriculum renewal and development. Applied Nursing Research 27 (2014) 115–120.
journal homepage: www.elsevier.com/locate/apnr

Courtney West,Lori Graham, Ryan T. Palmer, Marissa Fuqua Miller, Erin K. Thayer,
Margaret L. Stuber, Linda Awdishu, Rachel A. Umoren, & Maria A.Wamsley,
Elizabeth A. Nelson, Pablo A. Joo, James W. Tysinger, Paul George, Patricia A.
Carney. 2016 Implementation of interprofessional education (IPE) in 16 U.S.
medical schools: Common practices, barriers and facilitators. Journal of
Interprofessional Education & Practice 4 (2016) 41-49.. . journal homepage:
www.elsevier.com/nepr
Dwi Tyastuti, Hirotaka Onishi, Fika Ekayanti and Kiyoshi Kitamura. 2013. An
Educational Intervention of Interprofessional Learning inCommunity Based Health
Care in Indonesia: What did We Learn. from the Pilot Study Journal of Education
and Practice Vol.4, No.25, 2013. www.iiste.org

HPEQ-Project. (2011). Mahasiswa kesehatan harus tahu : berpartisipasi dan berkolaborasi


dalam system pendidikan tinggi ilmu kesehatan. Jakrta : Dikti Kemendikbut

Julie A. Derbyshire, Alison I. Machin. 2010. Learning to work collaboratively Nurses


views of their pre-registration interprofessional education and its impact on practice.

22
Nurse Education in Practice 11 (2011) 239- 244. journal homepage:
www.elsevier.com/nepr .

Nicole Defenbaugh & Noreen E. Chikotas. 2016. The outcome of interprofessional


education: Integratingcommunication studies into a standardized patient experience
for advanced practice nursing students. Nurse Education in Practice 16 (2016) 176-
181. journal homepage: www.elsevier.com/nepr .

Samuel Lapkin , Tracy Levett-Jones & Conor Gilligan. 2013. A systematic review of the
effectiveness of interprofessional education in health professional program. Nurse
Education Today 33 (2013) 90–102. : journal homepage: www.elsevier.com/nedt
Tanya Lawlis, Alison Wicks, Maggie Jamieson, & Amy Haughey, Laurie Grealish,. 2015.
Interprofessional education in practice: Evaluation of a work integrated aged care
program. Nurse Education in Practice 17 (2016) 16-66. journal homepage:
www.elsevier.com/nepr

World Health Organization (WHO). 2010. Frame work on interprofessional education


collaborative Practice. Geneva : world Health Organization.

23
24

Anda mungkin juga menyukai