Anda di halaman 1dari 26

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sumber Harmonisa

Beban non linier pada peralatan rumah tangga umumnya merupakan peralatan

elektronik yang didalamnya banyak terdapat penggunaan komponen semi konduktor

pada sistem penyearah seperti Switching Power Supplies, UPS, komputer, printer,

LHE, TV, battery charger. Proses kerja peralatan atau beban non linier ini akan

menghasilkan gangguan atau distorsi gelombang arus yang tidak sinusoidal [11].

Secara simulasi MATLAB / SIMULINK untuk beban non linier dapat dilihat seperti

Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Bentuk gelombang tegangan dan arus akibat beban non linier 1 fasa

Universitas Sumatera Utara


Beban non linier pada peralatan industri, dimana IEEE 519-1992

mengidentifikasi sumber utama dari harmonisa pada sistem tenaga adalah meliputi

konverter daya, busur peleburan, statik VAR kompensator, inverters, kendali fasa

elektronika daya, cycloconverters, power supply DC PWM, DC drive, AC drive, dan

welding arc. Berikut ini secara simulasi MATLAB SIMULINK untuk beban non linier

untuk industri dapat dilihat seperti Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Bentuk gelombang tegangan dan arus akibat beban non linier 3 fasa

Dapat dilihat hasil simulasi MATLAB/ SIMULINK pada Gambar 2.1 dan 2.2,

untuk menjelaskan secara visual agar lebih memahami proses distorsi gelombang

sinusoidal menjadi tidak sinusoidal yang diakibatkan oleh beban non linier. Bentuk

gelombang yang tidak sinusoidal ini merupakan gabungan dari bentuk gelombang

fundamental dan gelombang yang mengandung sejumlah komponen harmonisa. Jadi

Universitas Sumatera Utara


harmonisa adalah suatu gelombang arus atau tegangan sinusoidal yang frekuensinya

merupakan kelipatan bilangan bulat dari frekuensi fundamentalnya. Untuk

menjelaskan harmonisa orde (h) untuk sebuah penyearah tiga fasa dari Gambar 2.2

dapat dirumuskan sebagai berikut:

h = k.q ± 1

Dimana: h = Orde Harmonisa

k = Urutan bilangan (0, 1, 2 ...)

q = Jumlah pulsa penyearah

Besar harmonisa untuk penyearah terkendali 6 pulsa seperti Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Orde harmonisa terhadap persentase tegangan

Orde harmonisa % Tegangan Sudut phasa


1 100 -75
5 33.6 -156
7 1.6 -151
11 8.7 -131
13 1.2 54
17 4.5 -57
18 1.3 -226
23 2.7 17
25 1.2 149

Dari Tabel 2.1 besar orde harmonisa (h) (harmonisa orde ke 1) yaitu frekuensi

fundamental 50 Hz dengan amplitudo 100 %, harmonisa ke-5 adalah gelombang

sinusoidal dengan frekuensi 250 Hz dengan amplitudo 33,6 %, harmonisa ke-7

gelombang sinusoidal dengan frekuensi 350 Hz dan seterusnya sampai harmonisa

orde ke 25. Bentuk gelombang terdistorsi dari penjumlahan frekuensi harmonisa orde

Universitas Sumatera Utara


ke 1, 3, 5, 7, 9, dan 11 secara simulasi MATLAB SIMULINK dapat dilihat seperti

Gambar 2.3.

Gambar 2.3. (a) Rangkaian sumber tegangan (b) Bentuk tegangan distorsi

2.2. Pengaruh Harmonisa

Harmonisa yang diproduksi oleh beban non linier diinjeksikan kembali ke

sumber tegangan sistem. Arus harmonisa tersebut berinteraksi dengan peralatan

sistem yang lebih luas, terutama pada kapasitor, transformator, dan motor,

menyebabkan bertambahnya rugi-rugi panas yang berlebihan. Arus harmonisa ini

dapat juga menyebabkan gangguan interferensi induksi pada sistem telekomunikasi,

kesalahan pengukuran pada alat ukur, timbulnya panas yang berlebihan pada pemutus

daya sehingga pemutus daya tersebut memutus sendiri, sistem kendali terkunci

dengan sendirinya, dan banyak lagi permasalahan yang ditimbulkan. Permasalahan

Universitas Sumatera Utara


ini dapat menyebabkan kerugian keuangan karena biaya tambahan untuk

pemeliharaan. Setiap komponen peralatan sistem distribusi dapat dipengaruhi oleh

harmonisa walaupun dengan akibat yang berbeda. Dengan demikian komponen

peralatan tersebut akan mengalami penurunan kinerja dan bahkan akan mengalami

kerusakan. Pada keadaan normal, arus beban setiap fasa dari beban linier yang

seimbang pada frekuensi dasarnya akan saling mengurangi sehingga arus netralnya

menjadi nol. Sebaliknya beban non linier satu fasa akan menimbulkan harmonisa

ganjil yang disebut triplen harmonic (harmonisa ke-3, 9, 15, 21, 27 dan seterusnya)

yang sering disebut harmonisa urutan nol (zero sequence)[12].

Dapat dilihat hasil simulasi MATLAB SIMULINK pada Gambar 2.3 untuk

menjelaskan secara visual agar lebih memahami terjadinya harmonisa urutan nol.

Makin besar amplitudo harmonisa triplen, maka makin besar harmonisa urutan nol,

sehingga akan memperbesar arus netral sistem. Bentuk gelombang urutan nol secara

program MATLAB SIMULINK dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Arus harmonisa urutan nol


25

20

15

10
plitudoArus(A)

0
Am

-5

-10

-15

-20

-25
0 5 10 15 20 25 30
t

Gambar 2.4. Harmonisa urutan nol

Universitas Sumatera Utara


Harmonisa urutan nol yang tinggi dapat menghasilkan arus netral yang lebih tinggi

dari arus fasa pada sistem. Akibat yang dapat ditimbulkan oleh urutan polaritas

komponen harmonisa antara lain tingginya arus netral pada sistem 3 fasa 4 kawat (sisi

sekunder transformator) karena arus urutan nol.

2.3. Standar Batas Hamonisa

Bentuk gelombang ini tidak menentu dan dapat berubah menurut pengaturan

pada parameter komponen semikonduktor dalam peralatan elektronik. Perubahan

bentuk gelombang ini tidak terkait dengan sumber tegangannya. Keberadaan

harmonisa pada kualitas daya sudah ditentukan batas yang diizinkan sesuai standar

internasional yaitu IEEE-519-1992 [13]. Standar harmonisa tegangan ditentukan oleh

tegangan sistem yang dipakai seperti Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Batas THDV sesuai standar IEEE 519-1992

Tegangan Distorsi Tegangan Total Harmonisa Distorsi

rel daya pada PCC individu(IHDv) Tegangan (THDv)

69 KV 3,0 5,0

69 KV<V 161KV 1,5 2,5

>161KV 1,0 1,5

Universitas Sumatera Utara


Untuk menentukan batas harmonisa arus sesuai standar IEEE 519-1992 sesuai nilai

Short Circuit Ratio (SCR). Dimana SCR adalah perbandingan antara arus hubung

singkat dengan arus beban nominal(Isc/IL) seperti Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Batas arus harmonisa sesuai standar IEEE 519-1992

Orde harmonisa (dalam %) Total Demand


Isc/IL Distortion
< 11 11 - 17 17 - 23 23 - 35 >35 (TDD)
<20 4.0 2.0 1.5 0.6 0.3 5.0

20<50 7.0 3.5 2.5 1.0 0.5 8.0

50<100 10.0 4.5 4.0 1.5 0.7 12.0

100<1000 12.0 5.5 5.0 2.0 1.0 15.0

>1000 15.0 7.0 6.0 2.5 1.4 20.0

Dimana:
Isc : Arus hubung singkat pada Point of Common Coupling (PCC) (Ampere)

IL : Arus beban fundamental nominal (Ampere)

TDD : Total Demand Distortion (%)

2.4. Penyebaran Harmonisa pada Sistem Lima Rel Daya

Secara simulasi MATLAB SIMULINK dapat dijelaskan model penyebaran

distorsi tegangan dan arus yang diakibatkan oleh beban non linier pada sebuah

jaringan sistem tenaga seperti terlihat pada Gambar 2.5.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.5. Model penyebaran distorsi tegangan dan arus pada sistem tenaga

Beban non linier berupa penyearah semi terkendali dan penyearah tak

terkendali pada rel daya 5 dan rel daya 4. Pada rel daya tersebut terlihat jelas

gelombang tegangan dan arus yang terdistorsi akibat yang ditimbulkan oleh beban

non linier. Akibat dari beban non linier rel daya 4 dan 5 tersebut menyebar keseluruh

sistem yaitu di rel daya yang tidak menggunakan beban non linier yaitu rel daya 1, rel

daya 2 dan rel daya 3. Pada rel daya utama yang dekat dengan sumber tegangan

Universitas Sumatera Utara


mengalami distorsi akibat beban non linier di rel daya 4 dan 5. Besar pengaruh

distorsi tegangan dan arus akibat beban non linier pada sistem tergantung dari daya

beban non linier tersebut dan impedansi sistem yang dilaluinya.

2.5. Perhitungan Harmonisa

Harmonisa diproduksi oleh beberapa beban non linear atau alat yang

mengakibatkan arus tidak sinusoidal. Untuk menentukan besar Total Harmonic

Distortion (THD) dari perumusan analisa deret fourier untuk tegangan dan arus

dalam fungsi waktu yaitu [14]:

∑ cos …………..…..................... (2.1)

Dan

∑ cos ….………....................(2.2)

Dimana:

Vo = Komponen DC dari gelombang tegangan (Volt)

io = Komponen DC dari gelombang arus (Ampere)

Pada umumnya untuk mengukur besar distorsi harmonisa baik individual

ataupun total yang disebut dengan IHD dan THD. Untuk THD tegangan dan arus

didefinisikan sebagai nilai RMS harmonisa diatas frekuensi fundamental dibagi

dengan nilai RMS fundamentalnya, dengan tegangan DC nya diabaikan.

THD tegangan dapat dihitung dengan persamaan berikut:

Universitas Sumatera Utara


∞ 2
2
0 ….……………........ (2.3)
1
√2

Dan
∞ 2
2
0 ……………........…. (2.4)
1
√2

Dengan mengabaikan tegangan dc (Vo) dan nilai Vrms digantikan dengan /√2,

sehingga THD tegangan dapat dituliskan dalam Persamaan (2.5).


√2 ∑ ..................... (2.5)

√2

THD arus dapat dihitung sebagai berikut:


√2 ∑ …….........… (2.6)

√2

2.6. Perhitungan Faktor Daya

Kondisi gelombang arus sinusoidal (tanpa harmonisa) terdapat sudut fasa antara

tegangan dan arus. Pada frekuensi fundamental nilai faktor daya dapat juga dihitung

dengan menentukan nilai cosinus dari sudut fasanya atau perbandingan antara daya

Universitas Sumatera Utara


aktif (P) dan daya semu (S), faktor daya kondisi ini umumnya disebut dengan

Displacement Power Factor(DPF) [15,16,17] seperti terlihat pada Gambar 2.6.

(a) (b)
Gambar 2.6. (a) Sudut fasa gelombang tegangan (b) arus dan vektor segitiga daya

DPF dari vektor segitiga daya merupakan perbandingan antara daya aktif dan daya

semu pada frekuensi fundamental yaitu:

dimana:

P1 avg = . .

maka:
. .
……….….… (2.7)
.

2.7. Filter Harmonisa

Tujuan utama dari filter harmonisa adalah untuk mengurangi amplitudo satu

frekuensi tertentu dari sebuah tegangan atau arus. Dengan penambahan filter

harmonisa pada suatu sistem tenaga listrik yang mengandung sumber-sumber

harmonisa, maka penyebaran arus harmonisa keseluruh jaringan dapat ditekan sekecil

Universitas Sumatera Utara


mungkin. Selain itu filter harmonisa pada frekuensi fundamental dapat

mengkompensasi daya reaktif dan dipergunakan untuk memperbaiki faktor daya

sistem. Banyak sekali cara yang digunakan untuk memperbaiki sistem khususnya

meredam harmonisa yang sudah dikembangkan saat ini. Secara garis besar ada

beberapa cara untuk meredam harmonisa yang di timbulkan oleh beban non linier

[18] diantaranya:

a. Penggunaan filter pasif pada tempat yang tepat, terutama pada daerah yang

dekat dengan sumber pembangkit harmonisa sehingga arus harmonisa

terjerat di sumber dan mengurangi peyebaran arusnya.

b. Penggunaan filter aktif.

c. Kombinasi filter aktif dan pasif.

d. Konverter dengan reaktor antar fasa, dan lain-lain.

Disamping sistem diatas dapat bertindak sebagai peredam harmonisa, tetapi

juga dapat memperbaiki faktor daya yang rendah pada sistem. Jika perbaikan faktor

daya langsung dipasang kapasitor terhadap sistem yang mengandung harmonisa,

maka akan menyebabkan amplitudo pada harmonisa tertentu akan membesar, proses

ini mengakibatkan terjadinya resonansi antara kapasitor yang dipasang dengan

induktor sistem [19].

2.8. Filter Pasif

Untuk meredam harmonisa dalam sistem tenaga, maka kita perlu menggunakan

filter harmonisa yaitu filter pasif dan filter aktif. Filter pasif terdiri dari induktansi,

Universitas Sumatera Utara


kapasitansi, dan unsur-unsur tahanan untuk mengendalikan harmonisa [20] lihat

Gambar 2.7. Teknik filter pasif yang menggunakan double tuned filter atau Type-C

filter yang memiliki impedansi yang rendah untuk arus harmonisa pada frekuensi

tertentu atau frekuensi tinggi atau band-pass filters (damped filters) dapat memfilter

harmonisa di atas frekuensi tertentu (frequency bandwidth).

C C C1 C1

C2 C2
L R L R
L
R L

Filter Filter Filter Filter


Single-tuned Orde dua Orde tiga Type C

Gambar 2.7. Model filter pasif

Filter pasif secara ekonomi relatif murah dibandingkan dengan metoda lain untuk

meredam distorsi harmonisa. Bagaimanapun, mereka mempunyai kelemahan atau

kerugian karena berpotensi saling berinteraksi dengan sistem tenaga, dan penting

sekali untuk menganalisa semua interaksi sistem yang mungkin terjadi saat mereka

dirancang. Filter pasif bekerja sangat efisien bila filter tersebut dipasang dilokasi

pembangkit harmonisa (beban non linier). Frekuensi resonansi harus dihindari dari

setiap harmonisa atau pada frekuensi harmonisa lain yang dihasilkan oleh beban.

Filter umumnya di tuning lebih rendah dari frekuensi harmonisa untuk keamanan

sistem. Rancangan filter fasif harus mempertimbangkan perkembangan sumber arus

harmonisa atau konfigurasi dari beban sebab akan menyebabkan beban lebih yang

Universitas Sumatera Utara


dapat berkembang menjadi panas yang berlebihan. Perancangan filter pasif

memerlukan suatu pengetahuan yang tepat dari beban pembangkit harmonisa pada

sistem tenaga. Banyak simulasi yang dilakukan untuk menguji kriteria di bawah

kondisi beban yang berubah sesuai topologi jaringan tersebut.

1. Double tuned filter adalah filter harmonisa yang terdiri 2 buah single tuned

filter yang digunakan untuk mengurangi harmonisa 2 buah orde harmonisa

diantara orde harmonisa yang ada. Didalam perhitungan penentuan nilai L

dan C mengacu pada 2 buah orde harmonisa tersebut.

2. Third-orde filter adalah jenis filter high pass yang digunakan hanya

melewatkan frekuensi diatas frekuensi cut-off juga. Third-orde high-pass

filter adalah filter frekuensi tinggi yang lebih efektif dalam mem-filter, tetapi

memiliki rugi-rugi daya yang lebih besar dibanding second-orde high-pass

filter.

Filter pasif selalu menyediakan kompensasi daya reaktif sampai batas tertentu

sesuai besar Volt-Ampere dan tegangan dari bank kapasitor yang digunakan, mereka

dapat dirancang untuk dua tujuan yaitu sebagai filter dan kompensasi faktor daya

yang diinginkan. Jika saringan lebih dari satu digunakan sebagai contoh, sebuah

double tuned filter untuk harmonisa ke 5 dan sebuah lagi untuk harmonisa ke 7, atau

harmonisa ke 11 dan ke 13. yang terpenting yang perlu diingat bahwa filter pasif

menyediakan kompensasi daya reaktif.

Filter pasif merupakan suatu kombinasi rangkaian seri sebuah induktansi dan

sebuah kapasitansi. Pada kenyataannya, tidak ada sebuah resistor yang secara fisik

Universitas Sumatera Utara


dipasang, tapi dalam perhitungan resistor selalu ada dalam rangkaian seri, tahanan

dalam dari reaktor yang terhubung secara seri terkadang menimbulkan panas yang

berlebih pada filter. Semua arus harmonisa pada frekuensi bersamaan dengan tuned

filter akan didapat impedansi rendah yang melalui filter tersebut.

2.9. Proses Eliminasi Harmonisa

Perlu dijelaskan bagaimana sebuah filter harmonisa mengubah sebuah

gelombang terdistorsi menjadi berkurang distorsinya, seperti terlihat pada Gambar 2.8

dengan bantuan simulasi MATLAB SIMULINK. Hasil simulasi MATLAB SIMULINK

dapat menjelaskan proses eliminasi gelombang arus terdistorsi dimana distorsi

gelombang arus yang terjadi akibat beban non linier seperti yang ditunjukan pada

gelombang warna biru. Setelah kapasitor dan induktor yang digunakan sebagai filter

untuk memperbaiki gelombang warna biru dengan sinyal gelombang warna hijau,

sehingga menghasilkan gelombang yang terperbaiki seperti yang ditunjukan

gelombang warna merah dengan tingkat distorsi gelombangnya mendekati bentuk

sinusoidal. Dengan demikian tingkat distorsi gelombang dapat diperbaiki oleh filter

induktor dan kapasitor.

Gambar 2.8. Kompensasi gelombang filter

Universitas Sumatera Utara


2.10. Double Tuned Filter

Double tuned passive filter mempunyai nilai impedamsi yang kecil jika

frekuensinya besar. Sehingga Filter ini harus mempertimbangkan parameter

kaitannya dengan frekuensi harmonisa. Bebarapa aspek berkaitan dengan faktor

kualitas pada single tuned filter yaitu:

1. Tahanan R pada filter harmonisa single tuned filter adalah nilai tahanan

dari kumparan reaktor.

2. Tahanan R dapat juga digunakan untuk setiap faktor kualitas dari filter dan

menyediakan suatu cara untuk mengendalikan jumlah arus harmonisa yang

diinginkan yang melaluinya.

3. Besar nilai Q menyiratkan mengenai frekuensi resonansi filter dan oleh

karena itu filter dilakukan pada nilai paling besar dari frekuensi harmonisa.

Gambar 2.9 menunjukkan gambar rangkaian ekivalen Double tuned filter yang

terdiri dari dua buah single tuned filter dihubung paralel.

Gambar 2.9. Double tuned passive filter

Universitas Sumatera Utara


Single tuned filter yang terdiri dari kapasitor (C) dihubung seri dengan induktor

(L) dan tahanan (R). Penggunaan double tuned filter [21] yaitu:

1. Biasanya digunakan pada High Voltage Direct Current (HVDC) stasiun

modern pada sistem tegangan tinggi dimana kapasitor utama C1 lebih besar

agar lebih mudah untuk mengoptimalkan biaya /kVAR.

2. Menurunkan pembangkitan daya reaktif di cabang transmisi tenaga yang

lebih rendah.

3. Masing-Masing filter pada dua harmonisa untuk mengurangi filter cabang

dan rugi-rugi filter.

Karakteristik impedansi terhadap frekuensi harmonisa dapat dilihat pada

Gambar 2.10.

Urutan Harmonisa

Gambar 2.10. Karakteristik impedansi double tuned passive filter

Universitas Sumatera Utara


Dari Gambar 2.10 terlihat impedansi paling rendah kondisi sekitar harmonisa

orde ke 11 dan 13 yaitu pada frekuensi 550 dan 650 Hz. Jika Pada frekuensi tersebut

parameter filter tidak diperhatikan maka akan mengakibatkan sistem mengalami

beban besar atau hubung singkat.

Setiap filter memiliki kelebihan dan kelemahan dalam melakukan peredaman

harmonisa pada sistem.

Kelebihan dari double tuned passive filter yaitu:

1. Terjadi resonansi pada impedansi yang sangat rendah.

2. Sangat effisien pada daerah frekuensi yang sempit.

3. Single tuned filter secara normal mampu mengeliminasi frekuensi

harmonisa yang paling besar yaitu harmonisa ke 11 dan 13.

4. Lebih sensitif terhadap tuning yang tidak tepat.

5. Dengan memberikan kapasitor utama yang besar maka kerja filter lebih

optimal dan menurunkan biaya kVAR.

6. Double tuned filter merupakan model filter yang sederhana, dengan kriteria

yang baik.

Kelemahan dari double tuned passive filter yaitu:

1. Membutuhkan kVAR yang tinggi untuk mencapai performance yang sama

seperti single tuned filter.

2. Terjadi rugi-rugi daya tambahan pada resistor yang dipasang.

Universitas Sumatera Utara


2.11. Perhitungan Double tuned filter [22]

Langkah merancang double tuned passive filter yaitu:

a. Menentukan nilai kapasitansi ΔQ untuk memperbaiki faktor daya, perbaikan

faktor daya umumnya sekitaran 0,95 atau lebih tinggi lagi.

ΔQ = P(tan φawal – tan φtarget) ........................................(2.8)

b. Menghitung reaktansi kapasitor pada frekuensi fundamental yaitu:

................................................................... (2.9)

Sehingga C1 diperoleh:
1 ..............................................................(2.10)
2πfx

Selanjutnya daya reaktif Qc dibagi untuk orde 3 dan 5 yaitu Qa dan Qb

dengan demikian nilai reaktansi masing-masing orde harmonisa menjadi:

............................................(2.11)

Nilai kapasitor yaitu:

1 1 ...............................(2.12)
2 2

Sehingga

c. Menghitung nilai reaktor yang digunakan untuk meredam harmonisa ke-n

Universitas Sumatera Utara


...............................................(2.13)

Dengan demikian nilai XL untuk orde 3 (XLa) dan orde 5 (XLb) masing-

masing yaitu:

................................(2.14)

Nilai induktansi masing-masing orde harmonisa yaitu:

.................................(2.15)
2 2
.

Sehingga diperoleh nilai L1 pada rangkaian ekivalen double tuned yaitu:

................................................... (2.16)

d. Menghitung tahanan reaktor untuk menentukan nilai faktor kualitas Q,

dimana:

atau

2 2 .................(2.17)
.

Menentukan nilai tahanan R1 yaitu:

Universitas Sumatera Utara


2 .................................(2.18)
.

dan nilai Q diambil sebesar 100

untuk menentukan nilai R2 dari rangkaian ekivalen double tuned yaitu:

1 1 1 1 ...........(2.19)
1 1 1 1 1 1

e. Menentukan kapasitas C2 yaitu:

........................................... (2.20)

f. Besar L2 yaitu:

..................... (2.21)
g. Menentukan R3 yaitu:

g. Menentukan R3 yaitu:

1 1 1 1 ....(2.22)
1 1 1 1 1 1

Dimana nilai a dan nilai x yaitu:

............................(2.23)

Universitas Sumatera Utara


2.12. Type-C Filter

Untuk meredam harmonisa frekuensi rendah, Type C filter tepat untuk

digunakan karena tidak ada rugi-rugi daya fundamental, derating VAR dan juga tepat

untuk memfilter pada harmonisa yang tinggi. Type C filter mempunyai dua kapasitor

dengan sebuah kapasitor dihubung secara seri dengan resistor dan induktor seperti

Gambar 2.11. Dua kapasitor pada Type C filter mempunyai kapasitansi dalam (µF).

Di dalam perencanaan untuk menentukan sebuah high-pass filter sebagai peredam

harmonisa, maka ada berapa aspek yang harus dipertimbangkan [23] yaitu:

a. Dari Karakteristik yang terbentuk antara impedansi terhadap frekuensi, maka

Type C filter akan memerlukan suatu perhatian yang sangat khusus

dibandingkan dengan single tuned filter.

b. Peredaman arus harmonisa yang menggunakan Type-C filter memerlukan

ukuran yang berbeda terhadap komponen filter, terutama sekali bank

kapasitor, bandingkan dengan single tuned filter. Sebagai contoh, sebuah

kapasitor bank sebesar 3-MVAR yang digunakan untuk filter harmonisa ke

lima dari 50Hz dalam aplikasinya boleh tidak mencapai nilai frekuensi 300

Hz.

c. Double tuned filter merupakan filter yang sederhana dalam aplikasinya, filter

tersebut dapat mengurangi rugi-rugi daya pada frekuensi dasarnya.

d. Third order filter memiliki kerugian operasi yang lebih besar dibandingkan

dengan double tuned filter karena kurang efektif dalam meredam harmonisa.

Universitas Sumatera Utara


Untuk menyederhanakan rancangan filter, Kapasitor (C) dan induktor (L) dari

Type-C filter terjadi resonans seri pada frekuensi dasar untuk mengurangi kerugian

daya pada frekuensi fundamental. Type-C passive filter secara rangkaian dapat dilihat

pada Gambar 2.11, dimana kapasitor (C1) dihubung seri dengan kapasitor (C2) dan

induktor (L), kemudian induktor (L) dan kapasitor (C2) diparalel dengan resistor (R)

yang tujuannya untuk damping filter.

Gambar 2.11. Rangkaian Type-C filter

Kurva impedansi yang terbentuk terhadap frekuensi harmonisa dari Gambar

2.12 dapat dilihat bahwa resonansi frekuensi terjadi sekitar pada harmonisa orde ke 3

atau pada frekuensi 150 Hz.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.12. Kurva impedansi terhadap frekuensi Type-C filter

Type-C filter secara luas digunakan untuk harmonisa low pass orde. Type-C

filter merupakan pengembangan dari high-pass filter orde ke-3. Faktor utama untuk

menentukan parameter komponen yaitu:

1. Daya reaktif pada frekuensi fundamental.

2. Kondisi resonansi.

3. Frekuensi resonansi.

4. Persyaratan peredaman.

Universitas Sumatera Utara


Kelebihan dari Type-C passive filter yaitu:

1. Type-C filter dengan tahanan (R) sebagai damping menghasilkan kriteria

yang baik dan tidak terjadi resonansi pada sembarang frekuensi.

2. Rugi-rugi daya pada resistor rendah.

3. Kinerja lebih baik di banding third order filter.

Kelemahan dari Type-C passive filter yaitu terjadi penambahan biaya terhadap

kapasitor. Karena menggunakan dua buah kapasitor . Kemudian dalam pengaturannya

kemungkinan membutuhkan rangkaian pemutus.

2.13. Perhitungan Type-C Filter [24,25]

Langkah merancang Type-C filter yaitu:

a. Menentukan nilai kapasitansi Qc untuk memperbaiki faktor daya, perbaikan

faktor daya umumnya sekitaran 0,95 atau lebih tinggi lagi.

ΔQ = P(tan φawal – tan φtarget)

b. Menghitung reaktansi kapasitor pada frekuensi fundamental yaitu:

......................................................... (2.24)

.................................................... (2.25)
2

Universitas Sumatera Utara


c. Besar nilai C terhadap daya reaktif Qc dengan tegangan V pada orde

harmonisa ke n yaitu:

1 ........................………......... (2.26)

d. Besar nilai L terhadap daya reaktif Qc dengan tegangan V pada orde

harmonisa ke n yaitu:

...........…………........................(2.27)

d. Besar nilai faktor kualitas yaitu:

2 ........................................... (2.28)

Dimana :

V = tegangan sistem

= kebutuhan daya reaktif

Q = faktor kualitas

High pass Type-C filter mampu meredam harmonisa ke 3, 5, dan 7. Jika L-C

resonansi seri pada frekuensi fundamental dan jika tahanan (R) di by pass maka akan

besar mengurangi rugi-rugi daya pada filter.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai