PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
ii
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi
Teknik Elektro
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
iii
KATA PENGANTAR
“Perjalanan panjang selalu diawali dari satu langkah kecil”
Segala puji atas karunia dan nikmat yang telah Tuhan berikan
memuliakan beliau.
penyusunan tesis ini tidak terlepas dari bantuan baik materil, moral dan
segala hal.
3. Prof. Dr. Ir. H. Salama Manjang selaku ketua Program Studi Teknik
masukannya.
7. Staf pegawai PT. PLN (Persero) Unit AP2B (Mbak Win, Pak Mudakkir,
Pak Agus Riyadi, Pak Satpam, Dll) yang banyak membantu penulis
8. Teman – teman Prodi Elekrto angkt 2011 yang tidak sempat penulis
10. Terkhusus kepada Sri Trisna Deni yang selalu menjadi motivasi bagi
Akhir kata penulis sangat berharap agar tesis ini bisa bermanfaat
Penulis
ABSTRAK
ABSTRAK
ABSTRACK
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL …………………………..………………………... i
ABSTRACT ……………………..…………………………………….. iv
BAB I. PENDAHULUAN
1. Kapasitor …………………………………………………... 30
2. Induktor ……………………………………………………. 30
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ….….…….……………………………………… 70
B. Saran ………………………………….………………………... 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Akibat dari polaritas komponen harmonic .…………………………… 24
14. Perubahan losses dengan pemasangan filter pada Bus Tello2 .…. 72
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Bentuk gelombang terdistorsi harmonik.……………………………… 6
15. Grafik yang dihasilkan oleh single tuned shunt filter ………………. 33
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dari sisi utilitas atau sisi konsumen. Tetapi hasil metode ini kurang akurat
diandalkan.
Selain metode di atas, masih ada beberapa metode lagi yang telah
B. Rumusan Masalah
method.
C. Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi sumber harmonisa dominan di Point of Common
Coupling (PCC).
D. Manfaat Penelitian
Barawaja.
F. Roadmap Penelitian
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Harmonisa
B. Sumber Harmonisa
Pada sistem tenaga listrik dikenal dua jenis beban yaitu beban linier
masukannya.
yang pada proses kerjanya berlaku sebagai saklar yang bekerja pada
yang tidak tetap pada setiap periode waktunya. Proses kerja ini akan
tegangannya.
terdapat pada peralatan seperti lampu hemat energi, televisi, video player,
perbelanjaan, rumah sakit, dan akses internet data didominasi oleh lampu
sebagai berikut.
kecil dan ringan, seperti yang diperlihatkan pada gambar 3 di bawah ini.
bolak balik dengan frekwensi yang sangat tinggi dengan bantuan switcher
sangat tinggi. Komponen arus harmonisa orde ke-3 ini additive pada netral
kandungan harmonisa arus, stray flux dan arus netral yang tinggi.
Lampu Flourescent
Penggunaan lampu pada umumnya sebesar 40% - 60% dari beban
sebuah ballast agar dapat melakukan high initial voltage untuk memicu
level yang sesuai dengan nilai output lumen yang telah ditentukan.
Ada dua jenis ballast, yaitu jenis magnetik dan jenis elektronik.
Suatu standar ballast magnetik secara sederhana dibuat dari sebuah inti
dari ballast jenis magnetik ini memberikan tambahan susut panas yang
120 Hz yang muncul pada ballast jenis inti besi. Sebuah ballast elektronik
pada range antara l0 - 32%. Menurut ANSI C82.lI-1993, THDI arus untuk
terdapat pada pompa, kipas angin dan pendingin udara (AC). ASD banyak
fasa terutama karena tidak menghasilkan arus harmonik ketiga. Ini adalah
adalah jenis sumber arus ASD ( current source inverter driver ) dan
sistem. Kelemahan dari drive 12-pulsa biaya yang lebih besar untuk
tahapannya. Hal ini dapat dicapai dengan sebuah kapasitor atau filter LC
(GTO) thyristor, atau power transistor. Dewasa inii, voltage source inverter
10) I2-pulse dc drive. Pada Gambar 10(a) terlihat bahwa voltage source
yang baik, namun memerlukan motor dengan leading power factor (motor
Kategori peralatan ini seperti tungku busur, las busur, dan jenis
Gambar 2.12
C. Efek Harmonisa
panas.
Menimbulkan medan
(forward)
(reverse) berubah
- Panas
- Menimbulkan /
Nol Tidak ada
menambah arus pada
kawat netral.
24
arus yang dihasilkan adalah gelombang sinus murni, yang mana dalam
frekuensi tunggal yang konstan dan pada level tegangan yang konstan
pula. Namun dalam perkembangan beban listrik yang semakin besar dan
1. Asumsi metode
titik PCC
2. Ide Metode
(𝐈C +𝐈U )
𝐕= (2.1)
(𝐘𝐶 +𝐘𝑈 )
𝐈𝐶 𝐈𝑈
𝐕= + (2.2)
(𝐘𝐶 +𝐘𝑈 ) (𝐘𝐶 +𝐘𝑈 )
Dan
Di mana
𝐈𝐶
𝐕𝐶_𝑃𝐶𝐶 = (2.4)
(𝐘𝐶 +𝐘𝑈 )
𝐈𝑈
𝐕𝑈_𝑃𝐶𝐶 = (2.5)
(𝐘𝐶 +𝐘𝑈 )
26
disebutkan adalah sama antara besaran vector 𝐕𝐶_𝑃𝐶𝐶 dan 𝐕𝑈_𝑃𝐶𝐶 dan juga
sama antara hubungan 𝐈𝐶 dan 𝐈𝑈 (lihat persamaan 2.4 dan 2.5). Dalam
𝐼𝐶
𝜃𝐼 = (2.6)
𝐼𝑈
𝐼𝑈 𝑒 𝑗 𝛽𝐼𝑢 .
𝐷𝐶 𝑖𝑓 𝜃𝐼 > 1
𝐷 = 𝐷𝑛 𝑖𝑓 𝜃𝐼 = 1 (2.7)
𝐷𝑈 𝑖𝑓 𝜃𝐼 < 1
dari sumber c dan sumber u), atau sumber u yang lebih dominan.
27
karena :
𝑉𝐶_𝑃𝐶𝐶
𝜃𝐼 = (2.8)
𝑉𝑈 _𝑃𝐶𝐶
titik PCC dan admitansi 𝐘𝐶 dan 𝐘𝑈 diketahui, sudut 𝜃𝐼 dapat dihitung dari
persamaan (5).
𝐘𝐂 + 𝐘
𝜃𝐼 = (2.9)
𝐘𝐔 + 𝐘
Dimana Y = I / V
𝑁 𝐼2
𝑖−2
𝑇𝐻𝐷𝑎𝑟𝑢𝑠 = (2.10)
𝐼2
28
𝑁 𝑉2
𝑖−2
𝑇𝐻𝐷𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = (2.11)
𝑉2
harmonisa, yang pertama adalah batas harmonisa untuk arus (ITHD ) dan
I SC
harmonisa arus ditentuukan oleh perbandingan dari . ISC adalah
IL
S
ISC = (2.12)
3 × Z% × V LL
Dimana
diantara sisi pelanggan dan sisi utilitas. Titik itu yang bias disebut dengan
PCC dapat diletakkan pada sisi primer atau sisi sekunder dari trafo
disuplai dari trafo. Dengan kata lain, jika pelanggan banyak pada sisi
primer trafo maka PCC dapat diletakkan pada sisi primer. Maka
sebaliknya, jika pelanggan banya pada sisi sekunder trafo maka PCC
kemungkinan di atas.
30
(a) PCC pada sisi primer trafo karena beban pelanggan banyak di sisi
primer.
(b) PCC pada sisi sekunder trafo karena beban pelanggan banyak di
sisi sekunder.
H. Mengatasi Harmonisa
sistem.
I. Filter Harmonisa
lain dari sistem tenaga listrik maka dipasang filter harmonisa. filter tersebut
3. Damped Filter.
Gambar 2.15 (a)Single-tuned shunt filter (b) Grafik antara impedansi dan
rangkaian seri RLC. Reaktor dari Single Tuned Filter dapat dinyatakan
dengan (Dugan,p.226)
V 2 (1000 )
X filter = (2.13)
QC
Di mana :
X filter h 2
XC = (2.14)
h2− 1
Di mana :
1
𝐶= (2.15)
2𝜋𝑓 𝑋 𝐶
𝑋𝐶
𝑋𝐿 = (2.16)
2
𝑋𝐿
𝐿= (2.17)
2𝜋𝑓
Di mana :
𝑋𝐿 = Reaktansi Induktor
𝐶 = Kapasitor (𝜇𝐹)
𝐿 = Induktor (mH)
frekuensi tertentu. Pada umumnya, filter ini menala pada suatu frekuensi
harmonisa yang paling rendah. Sebuah filter dikatakan ditala pada sebuah
nol.
34
Gambar 2.16 (a) second-order damped shunt (b) Grafik antara impedansi
X filter
Q= (2.18)
R
𝑋𝐶
𝑋𝑓𝑖𝑙𝑡𝑒𝑟 = 𝑛 𝑋𝐿 = (2.19)
𝑛
Di mana :
𝑅 = Resistansi (Ω)
𝑛 = Orde harmonisa
35
penalaan ganda
(Arrillaga,2003,p.233)
C1 = Ca + Cb (2.20)
C a C b C a +C b (L a +L b )2
C2 = (2. 21)
(L a C a −L b C b )2
La Lb
L1 = (2.22)
L a +L b
36
(L a C a −L b C b )2
L2 = (2.23)
(C a +C b )2 (L a +L b )2
a2 1 − x 2 1 − x2
R2 = Ra + Rb
1 + ax 2 2 1 + x 2 1 + ax 2 2 1 + x 2
1−x 2 (1−ax 2 )
+R1 (2.24)
1+x 2 (1+ax 2 )
Ca
a= (2.25)
Cb
Lb Cb
X= (2.26)
La Ca
3. Damped Filter
unjuk kerja yang baik dari suatu peralatan filter termasuk juga faktor
lebih besar.
(a) First order, (b) second order, (c) Third order, (d) C-type
perhitungan Single Tuned Filter pula. Penalaan filter pada harmonik ke-n
Vs 2 Vs 2 n2
S= = MVAr (2.27
X C 1− 2
1 XC n 2 −1
n
38
J. Komponen Filter
1. Kapasitor
atau parallel untuk memperoleh sebuah total rating tegangan dan kVA
Rugi-rugi daya
Reliability
Harga
reaktif yang besar dalam per unit volume, supaya rugi-rugi yang terjadi
2. Induktor
dapat dimasukkan dalam perhitungan rugi-rugi daya. Juga efek dari fluks
yang tidak linier dalam hal ini harus dipertimbangkan alternatif terbaik
magnetic core.
karakter sistem.
tinggi.
Kondisi beban puncak dengan semua kapasitor dalam kondisi aktif (on
line).
filter (Ir ) dan arus suplai (Is ), maka dapat dituliskan persamaan :
Ih = Is + If (2.28)
Dimana Zfc adalah impedansi dari kapasitor dan Zfi adalah impedansi dari
Zs
If = xIh = 𝝆f + Ih (2.30)
Z f +Z s
Dan
Zf
Is = xIh = 𝝆s + Ih (2.31)
Z f +Z s
kapasitor pada gambar 2.20 adalah bentuk resonasi seri dengan kapasitor
karena itu arus harmonisa tidak masuk ke suplai dan bias dikurangi atau
2. Penempatan Filter
Dalam praktek ada 2 (dua) lokasi dimana filter harmonik pasif dapat
ditentukan secara efektif, terlihat pada gambar 2.21. hampir sama dengan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
harmonisa dimana sumber harmonisa dibagi menjadi dua yaitu sisi utilitas
dan sisi consumen. Selain itu penelitian ini juga membahas tentang
2. Lokasi Penelitian : PT. PLN (Persero) AP2B Sistem Sulsel dan Gardu
Induk Barawaja.
C. Jenis Penelitian
sebagai berikut :
motor, generator, dll ) serta data pengukuran THD, arus rms, arus
maksimum.
sisi utulitas atau sisi comsumen. Dari hasil penentuan lokasi sumber
6. Instrumen Penelitian
BAB IV
pada PT. Barawaja ini antara lain adalah Electric Arc Furnace (EAF). EAF
dibedakan antara sisi utilitas dan sisi consumen. Pada penelitian ini sisi
utilitas dianggap sebagai sisi masukan yang diukur pada panel di gardu
Data hasil pengukuran pada sisi utilitas dan sisi consumen terlihat pada
(Pyzalski, dkk) :
Untuk contoh diambil dari data Utilitas pada tabel 4.1 Phasa R
1
YU =
Z
V
ZU =
I
11000 ∠ 0
=
136 ∠ − 16
= 80,8824 ∠16
1
YU =
80,8824 ∠ 16
= 0.0124 ∠ − 16
= 0.0119 − j0.0034
diambil dari data consumen pada tabel 4.2 Phasa R. Sehingga diperoleh
ZC = 51,4019
1
YC =
51,4019 ∠ 16
= 0.0195 ∠ − 16
= 0.0187 − j0.0054
50
dapat menetukan nilai 𝐕𝐶_𝑃𝐶𝐶 dan 𝐕𝑈_𝑃𝐶𝐶 . Dimana 𝐕𝐶_𝑃𝐶𝐶 dan 𝐕𝑈_𝑃𝐶𝐶 adalah
𝐈𝑈
𝐕𝑈_𝑃𝐶𝐶 =
(𝐘𝐶 + 𝐘𝑈 )
136 ∠ − 16
=
(0.0119 − j0.0034 + 0.0187 − j0.0054)
136 ∠ − 16
=
(0.0306 − j0.0088)
= 4274,28 ∠ 0
𝐈𝐶
𝐕𝐶_𝑃𝐶𝐶 =
(𝐘𝐶 + 𝐘𝑈 )
214 ∠ − 16
=
(0.0119 − j0.0034 + 0.0187 − j0.0054)
214 ∠ − 16
=
(0.0306 − j0.0088)
= 6725,71 ∠ 0
214
𝜃𝐼 =
136
= 1,573
= 𝜃𝐼 > 1
𝑉𝐶_𝑃𝐶𝐶
Sedangkan untuk 𝜃𝐼 = , yaitu :
𝑉𝑈 _𝑃𝐶𝐶
6725,71
𝜃𝐼 =
4274,28
= 1,573
= 𝜃𝐼 > 1
𝐷𝐶 𝑖𝑓 𝜃𝐼 > 1
𝐷 = 𝐷𝑛 𝑖𝑓 𝜃𝐼 = 1
𝐷𝑈 𝑖𝑓 𝜃𝐼 < 1
Dimana
filter.
Dilihat pada tabel 4.1 diambil data Utiltas phasa R, berikut perhitungannya.
IL = 126 A
S
ISC =
3 × Z% × VLL
10 MVA
ISC =
3 × 10% × 19.225
= 3003 A
ISC 3003
= = 23,833
IL 126
Dengan melihat pada table 2.2 untuk ISC / IL sama dengan 23,833
Adapun hasil simulasi THDi dan THDv sebelum pemasangan filter. Sebagai
berikut :
standar standar
NO NAMA BUS % THD-V IEEE % THD-I IEEE
% THD-V % THD-I
1 Bus Barawaja 11.01 5.00 1.82 8
2 Gb alstm1 7.03 5.00 13.17 15
3 Gb PLTU1 7.57 5.00 11.21 15
4 Gb PLTU2 7.00 5.00 11.21 15
5 Gb Westc 7.57 5.00 11.22 15
6 Lbus Barawaja 11.02 5.00 1.86 8
7 Lbus tello2 25.96 5.00 12.65 15
8 Sbus tello2 11.00 5.00 12.65 15
PF = 0,84
V = 3 × VLN
IL = 107
S = 3 × VLL × IL
= 1,915 MVar
Apabila power factor dinaikkan menjadi 0,95, besar daya reaktif menjadi :
= 1,102 MVar
Maka total daya reaktif yang dibutuhkan filter untuk mengkompensasi adalah
Q1 = Q1 − Q 2
= 1,915 − 1,102
= 0,8133 MVar
= 813 kVar
2.13
V 2 (1000)
Xfilter =
QC
19.0252 (1000)
=
813
= 446,4 Ω
h2
XC = 2 X
h − 1 filter
59
4.52
= 446.4
4.52 − 1
= 469,60
= 𝑛 − (10% 𝑛)
= 5 − (0.5)
= 4.5
1
C=
2πf XC
1
=
2 × 3.14 × 50 × 496,60
= 6.778 μF
XC
XL =
h2
469,60
=
4.52
= 23.19
XL
L=
2π × f
23.19
= = 0,0738 H = 73,81 mH
2 × 3.14 × 50
Rangkaian filter terdiri dari R, L, dan C yang memiliki nilai dan didapat
nXL
Q=
R
2 × 23,19
50 =
R
R = 2,318 Ω
untuk simulasi pemasangan filter di tiga titik dengan penalaan pada orde ke-
peletakan filter yang direncanakan sesuai pada tabel 4.6, dimana simulasi
pemasangan filter diletakkan pada tiga bus yaitu masing masing pada Lbus
61
Barawaja, Bus Tello dan Bus Barawaja. Hasil penganalisaan dapat dilihat
Tegangan THDv dan harmonisa arus THDi setelah dipasangkan filter terlihat
Gambar 4.4. Grafik sebelum pemasangan filter (Bus bwja, Sbus tello2, Lbus
barwja)
65
Gambar 4.5. Grafik setelah pemasangan filter (Bus bwja, Sbus tello2, Lbus
barwja)
tegangan THDv turun namun harmonisa arus THDi naik kecuali harmonisa
arus pada Lbus Brwaja terlihat turun dari 1,71 sebelum dipasangkan filter
Barawaja)
Dari tabel 4.7 – 4.9 dapat diketahui bahwa pemasangan filter yang
optimal pada sisi utilitas (Bus Tello), terlihat pada sisi utilitas (bus tello)
Sedangkan pada sisi utilitas (bus barawaja) dan sisi consumen (Lbus
(THDi) meningkat.
tenaga listrik dapat menyebabkan rugi-rugi daya atau losses. Oleh karena
Pada tabel 4.10 – 4.12 dapat dilihat perubahan losses yang terjadi
Tabel 4.10. Perubahan losses dengan pemasangan filter pada Bus Tello2
Tabel 4.11. Perubahan losses dengan pemasangan filter pada Bus Brwaja
Tabel 4.12 Perubahan losses dengan pemasangan filter pada Lbus Brwaja
Loses Sebelum Peamasangan Filter Loses Setelah Peamasangan Filter
Nama
kW kVar kW kVar
Tello-Barawaja 49.3 68.9 37.3 51.9
Barawaja 20.6 320.0 15.7 242.6
Alstom 32.1 760.7 31.5 746.2
PLTU 1 30.3 563.2 29.7 552.4
PLTU 2 30.3 563.2 29.7 552.4
Westc 35.0 651.2 34.3 638.8
Tello 1 420.3 7817.6 421.1 7831.8
617.9 10744.7 599.3 10616.2
Dari tabel 4.10 sampai 4.12 di atas terlihat bahwa ada perubahan
losses yang terjadi setelah dilakukan pemasangan filter dimana total losses
dipasang pada Bus tello2 yaitu terjadi penurunan sebesar 11,1 kw dan 218,3
kVar, sedangkan pada Bus barwja sebesar 28,6 kw dan 112,5 kVar, dan bila
filter dipasang pada Lbus brwaja maka penurunan losses terjadi sebesar
Dari hasil tersebut dapat kita ketahui bahwa dengan pemasangan filter
pada sistem tenaga listrik sebagai salah satu akibat dari adanya harmonisa.
70
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
bahwa Metode baru atau new method (T, Pyzalski, dkk) dengan
sisi consumen.
dipasang pada tiga bus yaitu masing masing pada Lbus Barawaja,
Bus Tello dan Bus Barawaja dan menggunakan filter pasif single-
perubahan losses jika filter dipasang pada Bus tello2 yaitu terjadi
barwja sebesar 28,6 kw dan 112,5 kVar, dan bila filter dipasang pada
71
128,5 kVar.
B. Saran
mengalami penurunan.
72
DAFTAR PUSTAKA
Arrillaga, J., Watson, N.R., “Power System Harmonics Second Edition”, John
Wiley & Sons Ltd, England, Ch. 1,2,5, 2003.
Pabla dan Hadi, (1994). “Sistem Distrubusi Daya Listrik. Penerbit Erlangga”.