Anda di halaman 1dari 18

SATUAN ACARA PENYULUHAN

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)


DI RUANG KELIMUTU
RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG

OLEH:

1. Marisse Meldiana Tahu, S.Kep


2. Marni Gayati Paulus, S.Kep
3. Priska V.G. Suratman, S.Kep
4. Santoninho Zino De Carvalho, S.Kep
5. Wilhelmus P. Wedon, S.Kep
6. Wempi Kanni, S.Kep

UNIT PROMOSI RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES


KUPANG
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kondisi kesehatan pasien dan keluarga sekarang ini diperkirakan bahwa
kejadian penyakit akibat insidensi diabetes dan hipertensi yang tinggi
dipopulasi dan semakin bertambahnya jumlah orang yang lanjut usia
merupakan penyakit yang paling sering mengakibatkan komplikasi pada
penyakit gagal ginjal, baik penyakit ginjal akut maupun kronis.
Di Indonesia jumlah penderita penyakit ginjal setiap tahunnya
meningkat yang disebabkan oleh pola hidup dan jenis makanan yang
dikonsumsi. Sejalan dengan hal itu penanganan penyakit gagal ginjal baik
akut maupun kronik merupakan tanggung jawab tenaga kesehatan, untuk
memberikan pelayanan secara tepat dan efisien. Di Indonesia penyakit gagal
ginjal kronik lebih banyak dijumpai didaerah perkotaan dari pada daerah
pedesaan.
Seiring dengan perkembangan didunia keperawatan dan dunia
kedokteran, maka penanganan gagal ginjal memerlukan penanganan yang
komprehensif dan paripurna, hal ini disebabkan oleh: penyakit ini menyerang
sistem tubuh, merupakan penyakit yang disebabkan oleh penurunan fungsi
ginjal, dan penyakit yang memerlukan perawatan secara intensif
BAB 2
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Sistem Perkemihan


Sub topik : Penyakit Ginjal Kronik (PGK)
Sasaran/peserta : Pasien dan keluarga pasien
Hari/tanggal : 29 April 2019
Waktu : (30 menit)
Tempat : Ruang Kelimutu RSUD Prof. DR.W. Z. Johannes Kupang

2.1 Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan penyuluhan, selama 30 menit diharapkan pasien dan
keluarga pasien dapat mengerti dan memahami tentang penyakit ginjal
kronik.

2.2 Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diberikan penyuluhan, diharapkan pasien dan keluarga pasien
dapat menjelaskan tentang:
a. Pengertian penyakit ginjal kronik.
b. Menyebutkan 4 dari 8 penyebab penyakit ginjal kronik.
c. Menyebutkan 6 dari 12 tanda dan gejala penyakit ginjal kronik.
d. Penanganan penyakit ginjal kronik.
e. Diet pada pasien penyakit ginjal kronik.
2.3 Metode
a. Diskusi.
b. Tanya jawab.

2.4 Media
a. LCD
b. Leaflet
2.5 Sasaran
Pasien maupun keluarga pasien yang sedang dirawat diruang Kelimutu
(Interna) RSUD.Prof.Dr.W.Z. Johannes Kupang.

2.6 Materi
a. Pencegahan dan penatalaksanaan penyakit ginjal kronik.
b. Diet gagal ginjal kronik dan perawatan penyakit ginjal kronik.

2.7 Kegiatan Penyuluhan


No Waktu Tahap Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. 5 menit Pembukaan a. Memberi salam. a. Mendengarkan
b. Memperkenalkan diri. dan menjawab
c. Menjelaskan tujuan salam.
dari penyuluhan. b. Mendengarkan.
d. Melakukan kontrak c. Mendengarkan.
waktu. d. Mendengarkan.
2. 30 Isi a. Menjelaskan tentang : a. Mendengarkan
menit 1. Definisi Penyakit dan
Ginjal Kronik memperhatikan
(PGK).
2. Penyebab PGK
3. Tanda dan gejala
PGK
4. Komplikasi PGK
5. Pencegahan
primer, sekunder
dan tersier PGK.
b. Memberikan b. Bertanya dan
kesempatan kepada memperhatikan
pasien dan keluarga
untuk bertanya
tentang materi yang
diberikan c. Mendengarkan
c. Memberikan dan
jawaban / penjelasan memperhatikan
dari pertanyaan
yang diajukan
3 5 menit Penutup a. Evaluasi a. Menjawab
b. Menyimpulkan pertanyaan yang
c. Mengucapkan diberikan.
terima kasih kepada b. Mendengarkan.
pengunjung dan c. Menerima leaflet
membagikan leaflet d. Menyambut salam
d. Mengucapkan salam
sebagai penutup
acara

2.8 Kriteria Evaluasi


a. Evaluasi struktur
1) Diharapkan keluarga pasien bersedia diberikan penyuluhan.
2) Diharapkan penyuluhan dilakukan tepat sasaran.
3) Diharapkan penyuluh hadir sebelum kegiatan di mulai.
4) Diharapkan penyuluh menyiapkan sarana prasarana 15 menit sebelum
penyuluhan dimulai. Media yang digunakan berupa LCD & Leaflet
yang dibutuhkan dalam kegiatan penyuluhan.
5) Diharapkan penyuluh melaksanakan penyuluhan sesuai dengan waktu
yang telah di tetapkan.
6) Diharapkan SAP sudah siap sesuai dengan masalah keperawatan.
b. Evaluasi proses
1) Diharapkan pasien dan keluarga pasien antusias terhadap materi
penyuluhan yang disampaikan.
2) Diharapkan 80% peserta berada ditempat sesuai waktu yang ditentukan.
3) Diharapkan 80% peserta berada di tempat selama penyuluhan
berlangsung.
4) Diharapkan 50% peserta aktif dan kooperatif dalam penyuluhan dengan
memperhatikan materi dan bertanya pada penyuluhan mengenai hal-hal
yang belum dimengerti.
c. Evaluasi hasil
Setelah diberikan penyuluhan, diharapkan pasien dan keluarga dapat
menjelaskan kembali tentang:
1. Diharapkan 50% peserta mampu menjelaskan kembali pengertian
penyakit ginjal kronik
2. Diharapkan 60% peserta mampu menyebutkan 4 dari 8 penyebab
penyakit ginjal kronik.
3. Diharapkan 60% peserta mampu menyebutkan 5 dari 14 tanda dan
gejala penyakit ginjal kronik.
4. Diharapkan 50% peserta mampu menyebutkan penatalaksanaan
penyakit ginjal kronik
5. Diharapkan 50% peserta mampu menyebutkan diet penyakit ginjal

2.9 Pengorganisasian
a. Pembimbing:
1) Kristina Pagho, Amd.Kep
2) Ns. Maria Getrida Simon, S.Kep., MAN
b. Penyaji : Marisse Meldiana Tahu, S.Kep
c. Moderator : Santoninho Zino De Carvalho, S.Kep
d. Fasilitator : Wempi Kanni, S.Kep
e. Notulen : Marni Gayatri Paulus, S.Kep
f. Observer : Wilhelmus P. Wedon, S.Kep
g. Dokumentasi : Priska V. G. Suratman, S.Kep
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Konsep Penyakit Ginjal Kronik (PGK)


A. Definisi Penyakit Ginjal Kronik (PGK)
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu gangguan pada ginjal
ditandai dengan abnormalitas struktur ataupun fungsi ginjal yang
berlangsung lebih dari 3 bulan (Aisara, dkk. 2018).
Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu kondisi dimana ginjal
dalam keadaan abnormal sehingga tidak dapat menyaring darah secara
maksimal (Center of Chronic Disease, 2017).
B. Etiologi
Kardiyudiana & Susanti (2019), mengatakan bahwa penyakit ginjal
kronik terjadi ketika sesuatu penyakit atau kondisi merusak fungsi ginjal,
menyebabkan kerusakan ginjal memburuk selama beberapa bulan atau
tahun. Penyakit dan kondisi yang menyebabkan penyakit ginjal kronik
termasuk :
1. Diabetes tipe 1 atau tipe 2
2. Tekanan darah tinggi
3. Glomerulonefritis, peradangan pada unit penyaringan ginjal
(glomeruli).
4. Nefritis intersititial, peradangan tubulus ginjal dan struktur
sekitarnya.
5. Penyakit ginjal polikistik.
6. Obstruksi berkepanjangan dari saluran kemih, dari kondisi seperti
pembesaran prostat, batu ginjal, dan beberapa jenis kanker.
7. Vesicoureteral reflux (VUR), suatu kondisi yang menyebabkan
urine kembali ke ginjal.
8. Pielonefritis, infeksi ginjal berulang.
C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala penyakit ginjal kronik menurut Kardiyudiana &
Susanti (2019), sebagai berikut :
1. Mual dan muntah
2. Kehilangan selera makan
3. Kelelahan dan kelemahan
4. Gangguan pola tidur
5. Perubahan volume dan frekuensi buang air kecil
6. Otot berkedut dan keram
7. Pembengkakan kaki dan pergelangan tangan
8. Gatal terus-menerus
9. Nyeri dada, jika cairan menumpuk di sekitar selaput jantung.
10. Sesak napas, jika cairan menumpuk di paru-paru
11. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yang sulit dikendalikan.
D. Komplikasi
Komplikasi pada penyakit ginjal kronik dapat memengaruhi hampir
setiap bagian dari tubuh (Kardiyudiana & Susanti, 2019) sebagai berikut :
1. Retensi cairan, yang dapat menyebabkan pembengkakan di lengan
dan kaki, tekanan darah tinggi, atau cairan di paru-paru (edema
paru).
2. Peningkatan kadar potasium dalam darah secara tiba-tiba
(hiperkalemia), yang dapat merusak kemampuan jantung untuk
berfungsi dan dapat mengancam jiwa.
3. Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler).
4. Tulang lemah dan peningkatan risiko patah tulang.
5. Anemia
6. Dorongan seksual menurun, disfungsi ereksi atau berkurangnya
kesuburan.
7. Kerusakan sistem saraf pusat, yang dapat menyebabkan kesulitan
konsentrasi, perubahan kepribadian atau kejang.
8. Menurununya respon imun, yang membuat lebih rentan terhadap
infeksi.
9. Perikarditis, peradangan selaput seperti sakura yang
menyelumbungi jantung (perikardium).
10. Komplikasi kehamilan yang membawa risiko bagi ibu dan janin
yang sedang berkembang.
11. Kerusakan permanen pada ginjal.
3.2 Pencegahan PGK
A. Pencegahan primordial
Pencegahan primordial pada penderita PGK dimaksudkan
memberikan keadaan pada masyarakat umum yang memungkinkan faktor
predisposisi terhadap PGK dapat dicegah dan tidak mendapat dukungan
dasar dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor risiko lainnya. Misalnya
dengan menciptakan prakondisi sehinggga masyarakat merasa bahwa
minum 8 gelas sehari untuk menjaga kesehatan ginjal merupakan hal
penting, berolahraga teratur, konsumsi makanan yang berlemak dan garam
yang berlebihan merupakan kebiasaan kurang baik yang pada akhirnya
masyarakat diharapkan mampu bersikap positif terhadap konsumsi yang
sehat.
a. Pencegahan Primer
Komplikasi penyakit ginjal kronik dapat dicegah dengan melakukan
penanganan secara dini. Oleh karena itu, upaya yang harus dilaksanakan
adalah pencegahan yang efektif terhadap penyakit ginjal kronik, dan hal
ini dimungkinkan karena berbagai faktor risiko untuk penyakit ginjal
kronik dapat dikendalikan. Pencegahan primer terhadap penyakit GGK
dapat berupa :
1) Penghambatan hipertensi dengan menurunkan tekanan darah sampai
normal untuk mencegah risiko penurunan fungsi ginjal
2) Pengendalian gula darah, lemak darah, dan anemia
3) Penghentian merokok
4) Pengendalian berat badan.
5) Banyak minum air putih agar urine tidak pekat dan mampu
menampung/melarutkan semua garam agar tidak terjadi pembentukan
batu.
6) Konsumsi sedikit garam, makin tinggi konsuumsi garam, makin tinggi
ekskresi kalsium dalam air kemih yang dapat mempermudah
terbentuknya kristalisasi.
7) Mengurangi makanan yang mengandung protein tinggi dan kolestrol
tinggi.
3.3 Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder berupa penatalaksanaan konservatif terdiriatas
pengobatan penyakit-penyakit komorbid (penyakit penyerta) untuk
menghambat progresifitas, mempertahankan nilai prognostik yang lebih baik
dan menurunkan mortalitas. Penatalaksanaan pencegahan sekunder dapat
dibagi 2 golongan:
a. Pengobatan Konservatif
Pengobatan konservatif bertujuan untuk memanfaatkan faal ginjal
yang masih ada, menghilangkan berbagai faktor pemberat, dan
memperlambat progresivitas gagal ginjal sedini mungkin. Pengobatan
konservatif penyakit penyakit ginjal kronik terdiri dari:
1) Pengaturan dini dan terapi penyakit primer
Identifikasi (deteksi dini) dan segera memperbaiki (terapi) penyakit
primeratau faktor-faktor yang dapat memperburuk faal ginjal sangat
penting untuk memperlambat laju progresivitas gagal ginjal menjadi
gagal ginjal terminal.
2) Pengaturan diet protein, kalium, natrium, dan cairan
 Protein
Diet protein yang tepat akan memperlambat terjadinya keracunan
ureum. Pembatasan protein dimulai pada saat permulaan terjadinya
penyakit ginjal dengan masukan protein sebesar 0,5-0,6 g/kg
BB/hari, dengan nilai biologik yang tinggi. Pembatasan protein
dalam makanan pasien PGK dapat mengurangi gejala anoreksia,
mual, dan muntah, dan apabila diberikan secara dini dapat
menghambat progresifitas penyakit.
 Kalium
Tindakan utama untuk mencegah terjadinya hiperkalemia adalah
membatasi pemasukan kalium dalam makanan. Kalium sering
meningkat pada akibat ekskresi kalium melalui urin berkurang.
Hiperkalemia dapat menimbulkan kegawatan jantung dan kematian
mendadak. Maka dihindari konsumsi makanan atau obat yang tinggi
kadar kaliumnya seperti ekspektoran, kalium sitrat, sup, kurma,
pisang, dan sari buah murni.
 Natrium
Pengaturan diet natrium penting pada penderita gagal ginjal. Jumlah
natrium yang dianjurkan adalah 40 sampai 90 mEq/hari (1 sampai
2grnatrium). Asupan natrium maksimum harus ditentukan secara
tersendiri untuk tiap penderita agar hidrasi yang baik dapat tetap
dipertahankan. Asupan natrium yang terlalu longgar dapat
mengakibatkan retensi cairan, edema perifer, edema paru-paru,
hipertensi dan gagal jantung kongestif.
 Cairan
Asupan cairan yang diminum penderita PGK harus diawasi dengan
seksama. Asupan cairan yang terlalu bebas mengakibatkan beban
sirkulasi menjadi berlebihan, edema dan intoksitasi air. Sedangkan
asupan yang terlalu sedikit mengakibatkan dehidrasi, hipotensi dan
gangguan fungsi ginjal.
3) Pengobatan Komplikasi
 Hipertensi
Hipertensi dapat dikendalikan dan digantinkan non-farmakologi,
yaitu diet rendah garam, menurunkan berat badan, dan berolahraga.
Bila dengan cara non-farmakologi tidak berhasil, dapat
diberitindakan farmakologi. Tindakan farmakologi dapat langsung
diberikan bila hipertensi disertai gejala kerusakan organ atau
peningkatan tekanandarah sangat cepat. Obat-obat yang sering
digunakan adalah diuretika, beta-blocker adrenergic, agnosis
adrenergic alfa, dan vasodilator perifer.
 Hiperkalemia
Hiperkalemia merupakan komplikasi paling serius pada penderita
uremia. Hiperkalemia pada penderita gagal ginjal dapat diobati
dengan pemberian glukosa dan insulin intervena yang akan
memasukkan K+ kedalam sel.
 Anemia
Penyebab utama anemia pada PGK adalah berkurangnya produksi
eritropoietin, suatu hormon glikoprotein yang diproduksi ginjal
(90%) dan sisanya diproduksi di luar ginjal (hati dan sebagainya).
Anemia pada pasien dapat dikoreksi dengan pemberian eritropoietin
rekombinan dan responnya tergantung dari dosis yang diberikan.
 Asidosis Metabolik
Asidosis Metabolik terjadi akibat penurunan kemampuan ekskresi
beban asam pada PGK, ditandai dengan LFG <25% ml/menit. Diet
rendah protein dan pemberian natrium bikarbonat dapat membantu
mengurangi asidosis.
 Hiperurisemia
Obat yang digunakan untuk mengobati hiperurisemia pada penyakit
PGK adalah allopurinol. Obat ini mengurangi kadar asam urat dalam
darah dengan menghambat biosintesis sebagian asam urat total yang
dihasilkan oleh tubuh.
 Pengobatan segera pada infeksi
Penderita PGK memiliki kerentanan yang lebih tinggi terhadap
serangan infeksi, terutama infeksi saluran kemih. Karena semua jenis
infeksi dapat memperkuat proses katabolisme dan mengganggu
nutrisi yang adekuat, keseimbangan cairan dan elektrolit, maka
infeksi harus segera diobati untuk mencegah gangguan fungsi ginjal
lebih lanjut.
 Obat penghambat sistem renin angiotensin seperti penghambat
ACE(angiotensin converting enzyme) dan penyekat reseptor
angiotensin telah terbukti dapat mencegah dan menghambat
proteinuria dan penurunan fungsi ginjal.
b. Pengobatan Pengganti
Pengobatan pengganti yang dilakukan bertujuan menghindari kematian
dengan melakukan persiapan Renal Replacement Therapy (hemodialisis
dan dialisis peritoneal).
1) Hemodialysis
Hemodialisis adalah dialisa yang dilakukan dengan menggunakan
membran sintetik semi permeabel sebagai pemisah darah dan cairan
dialisis pada ginjal buatan. Proses ini dirangkai dalam mesin
hemodialisis yang berfungsi mencampur air dengan konsentrat dialisis,
memompa darah keluar tubuh dan memompa darah masuk kedalam
tubuh pasien. Hemodialisis akan mengeluarkan dari dalam tubuh air,
natrium, kalium, dan ion H+, juga toksin uremik. Masalah akut yang
terjadi saat hemodialisa seperti emboli udara dapat diatasi dengan
adanya monitor pada mesin hemodialisa.
2) Dialisa Peritonial
Dialisis peritoneal dilakukan dengan menggunakan membran
peritoneum yang bersifat semipermeabel dengan menginfuskan 1-2 L
cairan dialisis ke dalam abdomen melalui kateter. Dialisat tetap berada
dalam abdomen untuk waktu yang berbeda-beda dan kemudian
dikeluarkan dengan gravitasi ke dalam wadah yang diletakkan di bawah
pasien. Setelah pengeluaran selesai, dialisat yang baru dimasukkan dan
siklus berjalan kembali.
3) Tranplantasi Ginjal
Tranplantasi ginjal telah menjadi terapi pilihan bagi kebanyakan pasien
dengan penyakit ginjal tahap akhir, karena menghasilkan rehabilitasi
yang lebih baik dibanding dialisis kronik dan menimbulkan perasaan
sehat seperti orang normal.
3.4 Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier yaitu upaya mencegah terjadinya komplikasi yang
lebih berat atau kematian, tidak hanya ditujukan kepada rehabilitasi medik
tetapi juga menyangkut rehabilitasi jiwa. Pencegahan ini dilakukan pada
pasien PGK yang telah atau sedang menjalani tindakan pengobatan atau terapi
pengganti berupa:
a. Mengurangi stress, menguatkan system pendukung social atau keluarga
untuk mengurangi pengaruh tekanan psikis pada penyakit PGK.
b. Meningkatakan aktivitas sesuai toleransi, hindari imobilisasi karena hal
tersebut dapat meningkatkan demineralisasi tulang. Dan untuk membantu
meyakinkan tingkat aktivitas yang aman, perlu dilakukan pengkajian gaya
berjalan pasien, rentang gerak dan kekuatan otot.
c. Meningkatkan kepatuhan terhadap program terapeutik.
d. Mematuhi program diet yang dianjurkan untuk mempertahankan keadaan
gizi yang optimal agar kualitas hidup dan rehabilitasi dapat dicapai.
3.5 Diet Nutrisi
a. Jenis diet gagal ginjal digolongkan menjadi 3, yakni:
1) Diet rendah protein I: asupan protein 30 mg dan diberikan kepada
pasien dengan berat badan 50 kg
2) Diet rendah protein II: asupan protein 35 mgdiberikan kepada pasien
dengan berat badan 60 kg
3) Diet rendah protein III: diberikan kepada pasien dengan berat badan 65
kg.
b. Makanan yang dianjurkan
Makanan yang dianjurkan untuk penderita gagal ginjal kronik adalah nasi,
bihun, jagung, kentang, makaroni, mi, tepung-tepungan, singkong, selai,
madu, telur, daging ayam, ikan, susu, minyak jagung, semua sayuran dan
buah kecuali yang mengandung kalium tinggi bagi penderita hiperkalemia
tidak disarankan.
c. Makanan yang tidak dianjurkan
Makanan yang tidak dianjurkan untuk penderita gagal ginjal kronik adalah
kacang-kacangan dan hasil olahannya (tahu tempe), kelapa, santan,
minyak kelapa, margarin, lemak hewan, sayuran dan buah yang
mengandung tinggi kalium (kelapa muda, pisang, tomat, ubi jalar, dan
lain-lain).
BAB 4
LAPORAN HASIL PENYULUHAN

4.1 Kriteria Evaluasi


1. Evaluasi struktur
a) Keluarga pasien bersedia diberikan penyuluhan
b) Penyuluhan dilakukan tepat sasaran
c) Penyuluhhadirsebelumkegiatan di mulai
d) Penyuluhmenyiapkan sarana prasarana 15 menit sebelum penyuluhan
dimulai. Media yang digunakan berupa Flip chard & Leaflet yang
dibutuhkan dalam kegiatan penyuluhan
e) Penyuluh melaksanakan penyuluhan sesuai dengan waktu yang telah di
tetapkan dari pukul 12.00-12.30 wita
f) SAP sudah siap sesuai dengan masalah keperawatan
g) Jumlah peserta yang hadir
2.Evaluasi proses
a) Keluarga pasien antusias terhadap materi penyuluhan
b) 80% peserta berada di tempat sesuai waktu yang ditentukan.
c) 80% peserta berada di tempat selama penyuluhan berlangsung.
d) 50 % pesertaaktif dan kooperatif dalam penyuluhan dengan
memperhatikan materi dengan mengajukan 2 pertanyaan pada
penyuluhan mengenai hal-hal yang belum di mengerti.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Simpulan
Gagal ginjal kronik adalah ginjal sudah tidak mampu lagi
mempertahankan lingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan dan
pemulihan fungsi sudah tidak dimulai. Manifestasi klinis antara lain: Gejala
dini (lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang,
mudah tersinggung, depresi) dan gejala yang lebih lanjut (anoreksia, mual
disertai muntah, nafas dangkal atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau
tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin
juga sangat parah).
Pemeriksaan penunjang antara lain: pemeriksaan laboratorium darah, urin,
pemeriksaan jantung, pemeriksaan radiognostik. Penatalaksanaan PGK adalah
sebagai berikut: pengaturan minum, pengendalian hipertensi, pengendalian
kalsium dalam darah, penanggulangan anemia, pengobatan dan pencegahan
infeksi, pengurangan protein di dalam makanan, dialisisdantransplantasi
ginjal.
5.2 Saran
Sebagai seorang individu terpelajar yang nantinya diharapkan dapat
memiliki daya guna di dalam kehidupan berpasien dan keluarga yang mana
dalam hal ini adalah sebagai seorang perawat seyogianya dapat memiliki
pengetahuan mengenai penyakit ginjal kronis (PGK) sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas kepada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Aisara, dkk. 2018. Artikel Penelitian: Gambaran Klinis Penderita Penyakit


Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUP Dr. M. Djamil
Padang. http://junal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download.
Center Chronic Disease, 2017. National Chronic Kidney Disease Fact Sheet,
2017. http://www.cdc.gov/kidneydisease/pdf/kidney_factsheet.
Kardiyudiani & Susanti. 2019. Keperawatan Medikal Bedah 1. PT. Pustaka Baru
:Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai