Anda di halaman 1dari 16

Rencana Pengelolaan keuangan adalah perencanaan mengelola keuangan

yang dikenal dengan perencenaan manajemen keuangan. Manajemen keuangan (financial


management planing) adalah segala aktivitas rencana perusahaan yang berhubungan
dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana, dan mengelola aset sesuai
tujuan perusahaan secara menyeluruh.

1) a
2) Aset tidak berwujud (intangible assets) terdiri dari : hak paten, goodwill.
a. Aktivitas Bisnis (Business Activity) atau Pengelolaan Aset (Assets
Management)
Aktivitas Bisnis (Business Activity) atau Pengelolaan Aset (Assets Management)
adalah kegiatan untuk mencari laba melalui efektivitas penjualan barang atau
jasa, efisiensi biaya yang akan menghasilkan laba. Aktivitas itu dapat dilihat dari
laporan laba (rugi) yang terdiri dari unsur :

1) Pendapatan (sales atau revenue)


2) Beban (expenses)
3) Laba-rugi (profit-loss)
Dalam aktivitas bisnis, keputusan penting mengenai pengelolaan aset
ditujukan untuk mengoptimalkan pengalokasian dana yang telah diperoleh sesuai
dengan jangka waktu manfaat aset yang didanai.

Dalam mengoptimalkan pengalokasian dana yang telah diperoleh sesuai dengan


jangka waktu manfaat aset yang didanai, Manajer Keuangan mempunyai fungsi
sebagai berikut:

a. Manajer keuangan mencari dana dari pasar keuangan dengan jalan menerbitkan
sekuritas atau memperoleh pinjaman dari lembaga keuangan. Pada dasarnya
ada dua jenis sekuritas/instrumen dasar, yaitu : saham dan hutang. Saham
merupakan bentuk kepemilikan sedangkan hutang merupakan pinjaman. Sisi
kanan neraca keuangan meringkaskan sumber dana yang diperoleh oleh manajer
keuangan (Financing Decision)
b. Dana tersebut kemudian diinvestasikan oleh manajer keuangan, membeli aset
yang bisa menghasilkan kembalian. Sisi kiri neraca keuangan meringkaskan aset
yang diperoleh manajer keuangan, dengan menggunakan dana yang diperoleh
pada langkah 1 di atas (Investment Decision)
c. Aset tersebut dikelola sehingga menghasilkan keuntungan
d. Hasil keuntungan (return) akan : (Dividend decision)
1) Sebagian dana dikembalikan ke pasar keuangan melalui media yang
berbeda-beda. Untuk pemegang saham, perusahaan membagikan dividen,
sementara untuk pemegang hutang perusahaan membagikan bunga dan
mengembalikan pinjaman pokok hutang
2) Sebagian kembalian (tingkat keuntungan) ditanamkan kembali oleh manajer
keuangan ke dalam perusahaan
Dengan demikian manajer keuangan perlu memahami bagaimana kerja
pasar uang dan modal, bagaimana pasar uang menilai suatu aset dan
bagaimana pasar modal menilai suatu perusahaan

1. Hubungan Fungsi dalam Manajemen Keuangan


Adapun hubungan fungsi-fungsi dalam manajemen keuangan dapat
dijelaskan dengan menggunakan gambar dibawah ini.

B. MANAJEMEN MODAL KERJA.

1. Pengertian Modal Kerja


Modal kerja adalah dana yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan operasional
perusahaan sehari-hari seperti pembelian bahan baku, pembayaran upah buruh,
membayar hutang, pembayaran lain-lain. Modal kerja merupakan investasi dalam aset
lancar (current assets).

Manajemen modal kerja adalah mengelola aset lancar (current assets) yang
digunakan dan diharapkan akan kembali (perputaran-nya) dalam waktu satu tahun (1
siklus akuntansi) melalui hasil produksinya.

2. Klasifikasi Modal Kerja


Modal kerja diklasifikasikan menjadi 2 (dua) jenis :
a. Modal Kerja Permanen (permanent working capital)
Adalah modal kerja yang harus selalu ada dalam perusahaan agar dapat
menjalankan kegiatan usaha dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen.
Modal kerja permanen dibagi menjadi 2 macam yakni modal kerja primer dan
modal kerja normal.

1) Modal kerja primer (primery working capital)


Yaitu modal kerja minimum yang harus ada untuk menjamin kontinuitas
kegiatan usaha.

2) Modal keja normal (normal working capital)


Yaitu modal kerja yang dibutuhkan untuk melakukan luas produksi yang
normal.

b. Modal Kerja Variabel (variable working capital)


Adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan
kegiatan ataupun keadaan lain yang mempengaruhi perusahaan. Macam-macam
modal kerja variabel :

1) Modal kerja musiman


Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena fluktuasi musim

2) Modal kerja siklis


Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena fluktuasi konjungtur.

3) Modal kerja darurat


Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena adanya keadaan
darurat yang tidak diketahui sebelumnya.

3. Menghitung Kebutuhan Modal Kerja


Untuk menentukan besarnya kebutuhan modal kerja yang dibutuhkan dalam sebuah
perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan ilustrasi seperti dibawah ini.
Ilustrasi :

Suatu perusahaan dagang UMT memiliki data tentang modal kerja sbb :

Rata-rata periode terikatnya modal kerja :

Lamanya barang disimpan (persediaan) = 7 hari

Lamanya pengumpulan piutang = 13 hari

Jumlah = 20 hari

Rata-rata pengeluaran kas setiap hari :

Pembelian barang dagangan Rp. 1.000.000,-

Upah karyawan Rp. 100.000,-

Biaya Adm dan umum Rp. 10.000,-

Biaya penjualan Rp. 35.000,-

Biaya lainnya Rp. 5.000,-

Jumlah Rp. 1.150.000,-

Ditetapkan jumlah minimal Rp. 150.000,-, maka jumlah modal kerja dapat ditentukan:

Modal Kerja=Periode terikatn modal kerja x pengeluaran kas/hari + kas minimal

Modal Kerja = 20 x Rp. 1.150.000,- + Rp. 150.000,- = Rp. 23.150.000,-

A. MANAJEMEN PIUTANG

1. Piutang Usaha
Piutang usaha adalah sejumlah uang yang dialihkan kepemilikannya kepada suatu
perusahaan oleh para pelanggan yang telah membeli barang atau jasa secara kredit
(Van Horne dan Wachowicz, 2016). Piutang usaha tagihan kepada pihak lain karena
adanya penjualan barang atau jasa oleh suatu perusaaan. Piutang dalam penyajian di
laporan keuangan harus dibedakan menjadi :

a. Piutang dagang (trade receivables)


b. Bukan piutang dagang (non-trade receivables)

2. Manajemen Piutang
Piutang muncul karena adanya kebijakan perusahaan dalam penjualan kredit, yang
tujuannya untuk meningkatkan pendapatan. Dalam pelaksanaan/ pengelolaan piutang
ada dua hal yang menjadi perhatin Manajemen Piutang:

a. Kebijakan kredit
Dalam pelaksanaan penjualan kridit, perusahaan perlu menetapkan kebijakan-
kebijakan yang tujuannya untuk mengendalikan pelaksanaan penjualan kridit agar
berjalan secara efektif dan efisien. Adapun kebijakan kridit terdiri dari:

1) standar kredit/kualitas rekening yang diterima,


2) jangka waktu /periode kredit yang diberikan ; N/30, N/60
3) discount/potongan tunai yang diberikan untuk pembayaran yang lebih awal ;
2/10, n/30 ; 5/20, n/60
b. Kebijakan pengumpulan piutang, dan faktor-faktor lain yang relevan. keputusan
kredit ini menyangkut tradeoff antara keuntungan (marginal profit) dan biaya
tambahan (marginal cost) yang disebabkan oleh perubahan dalam salah satu atau
kombinasi elemen-elemen tersebut.

3. Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya investasi dalam piutang


Adapun faktor yang mempengaruhi besar kecilnya investasi dalam piutang adalah:

a. Volume penjualan kridit


Apabil proporsi penjualan kridit tinggi yang dilaksanakan perusahaan maka dana
yang tertanam dalam piutang tinggi yang berdeampak pada resiko yang tinggi, dan
sisi lain memberikan keuntungan (profit tinggi)

b. Syarat Pembayaran Penjualan Kridit


Dalam pembayaran penjualan kridit ada 2 alternatif yang dapat diterapkan
(dilaksanakan) oleh perusahaan (kriditor:

1) Syarat Pembayaran Ketat


Syarat pembayaran yang ketat, dimana perusahaan menerapkan atauran-
aturan dengan sangat selektif dalam pelaksanaan penjualan kridit sehingga
piutang menjadi sangat kecil.

2) Syarat Pembayaran Lunak


Syarat pembayaran yang lunak, dimana perusahaan menerapkan atauran-
aturan kurang selektif dalam pelaksanaan penjualan kridit sehingga piutang
menjadi sangat besar.

c. Ketentuan Tentang Pembatasan Kridit


Ketentuan tentang pembatasan penjualan kridit, merupakan batas maksimum
penjualan kredit yang diperbolehkan.

1) Semakin besar(tinggi) perusahaan menetapkan plafon kredit maka semakin


besar dana yang tertanam dalam piutang
2) Semakin kecil(selektif) perusahaan menetapkan plafon kredit maka semakin
kecil dana yang tertanam dalam piutang
d. Kebijakan dalam Pengumpulan Piutang
Perusahaan dapat melasanakan pengumpulan piutang secara aktif, diantara nya
dengan cara melakukan penagihan secara langsung mendatangi Debitur
(Pelanggan). Dengan penagihan secara langsung jumlah piutang semakin
mengecil, disisi lain akan menimbulkan biaya pengumpulan piutang yang semakin
besar, yang tentunya akan menekan keuntungan. Kegiatan ini dapat diditerima
selama biaya tambahan untuk mengumpulkan piutang tidak melampaui besarnya
tambahan keuntungan (profit) yang diperoleh. Perusahaan dapat melasanakan
pengumpulan piutang secara fasif. Dengan penagihan secara pasif akan jumlah
piutang semakin membesar, hal akan menimbulkan adanya piutang yang tidak
akan tertagih semakin besar, yang tentunya akan menekan keuntungan.

e. Kebiasaan Membayar Para Pelanggan


Setiap pelanggan memiliki kebiasaan yang berbeda dalam mensikapi dalam
pembayang hutang-hutangnya. Ada pelanggan yang memiliki kebiasaan untuk
membayar dengan menggunakan kesempatan mendapatkan potongan tunai
(cash discount),dan ada pelanggan yang memiliki kebiasaan untuk membayar
dengan tidak menggunakan kesempatan mendapatkan potongan tunai (cash
discount) atau lebih memanfaatkan menggunakan kesempatan pada tanggal jatuh
tempo.

Dalam program penjualan kridit, memiliki risiko tidak terbayarnya kredit yang telah
diberikan kepada para langganan. Oleh karena itu banyak perusahaan yang berusaha
mengurangi resiko kredit dengan memperhatikan “5C” dan “7P” sebelum memberikan
persetujuan kredit. Ada 7C adalah:

a. Character, kemungkinan dari para pelanggan secara jujur berusaha memenuhi


kewajibannya.
b. Capacity, pendapat subjektif mengenai kemampuan pelanggan. Ini diukur dari
record tahun sebelumnya, atau dengan observasi fisik pada pabrik dan toko
pelanggan.
c. Capital, diukur oleh posisi finansial perusahaan secara umum, dimana hal ini
ditunjukkan dengan analisis ratio finansiil, khususnya ditekankan pada “tangible
networth” perusahaan.
d. Collateral, dicerminan dari aset yang dijaminkan bagi keamanan kredit.
e. Conditions, menunjukkan pengaruh langsung dari trend ekonomi pada umumnya
terhadap perusahaan atau perkembangan khusus dalam bidang ekonomi yang
mempengaruhi efek terhadap kemampuan pelanggan untuk memenuhi
kewajibannya.
Adapun 7 P adalah

a. Personality, menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-
hari maupun masa lalunya. Sifat, kepribadian calon debitur dipergunakan sebagai
dasar pertimbangan pemberian kredit.
b. Party, mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau golongan-
golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakter.
c. Purpose, untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk
jenis kredit yang diinginkan nasabah.
d. Prospect, untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang
menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau
sebaliknya.
e. Payment, merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit
yang diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit.
f. Profitability, untuk menganalisis kemampuan nasabah dalam mencari laba.
g. Protection, tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan
mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa barang atau orang atau
jaminan asuransi. (Kasmir, 2004:106)

Contoh Alternatif Penjualan Krdit


Selama ini perusahaan menjual secara tunai dengan pencapaian omset penjualannya
sebesar Rp 1.000.000.000,- pertahun, keuntungan 15% dari penjualan. Jika
perusahaan berencana untuk menjual secara kredit dengan syarat pembayaran n/60,
hal ini ditaksir akan meningkatkan omset penjualan menjadi Rp.3.400.000.000,-
pertahun. Tingkat bunga dana yang dibutuhkan untuk membiayai piutang tersebut
ditaksir sebesar 10% pertahun. Apakah manajemen menerima alternatif penjualan
kredit tersebut?

Solusi nya

Tambahan keuntungan = (3.600.000.000,- – 1.000.000.000,-) x 15%

= Rp. 2.600.000.000,- x15%

= Rp 390.000.000,-

Pengorbanan:

a. Perputaran piutang = 360/60 = 6 kali


b. Rata-rata piutang = 3.600.000.000/6 = 600.000.000,-
c. Jumlah dana untuk membiayai piutang= (100%-15%)600.000.000
= 85% x 600.000.000,-

= Rp. 510.000.000,-

d. Biaya dana untuk membiayai piutang = 10% x Rp. 510.000.000,-


= Rp. 51.000.000,-

Tambahan keuntungan dari kebijakan penjualan kridit = Rp. 390.000.000,-

Biaya dana yang tertanan dalam piutang = Rp. 51.000.000,-

Tambahan keuntungan bersih kebijakan penjualan kridit = Rp. 339.000.000,-

Berdasarkan perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa alternatif kebijakan


penjualan kridit dapat diterima karena dapat memberikan tambahan keuntungan
bersih sebesar Rp. 339.000.000,-.

4. Budged Pengumpulan Piutang


Penjualan yang dilakukan perusahaan tidak selamanya tunai, karena penjualan juga
dilakukan secara kridit, sehingga penerimaan perusahaan setiap periode diterima
dalam waktu yang berbeda. Untuk itu sebelum menyusun Budget Kas, dilakukan
penyusunan budget pembantu berupa budget pengumpulan piutang.

Contoh

Misalnya penjualan kredit PT Buana untuk bulan Januari – Juni tahun 201X
diperkirakan sebagai berikut :
 Januari = Rp. 24.000.000,-
 Februari = Rp. 42.000.000,-
 Maret = Rp. 62.000.000,-
 April = Rp. 32.000.000,-
 Mei = Rp. 56.000.000,-
 Juni = Rp. 46.000.000,-
Pola pembayaran kredit adalah 50% dibayar bulan ke-1 setelah penjualan, dan 50%
sisanya pada bulan ke 2 sesudah bulan penjualan. Diketahui penjualan november dan
desember tahun lalu adalah Rp 48.000.000,- dan Rp 60.000.000,-

Berdasarkan data diatas dapat disusun skedul pengumpulan piutang seperti tabel 6.1

Tabel 6.1. Budget Pengumpulan Piutang PT. Buana bulan Januari-Juni 201X

(dalam jutaan Rp)

Penjualan Kridit Jlh Jan Feb Mar April Mai Juni

November 48 24 - - - - -

Desember 60 30 30 - - - -

Januari 24 - 12 12 - - -

Februari 42 - - 21 21 - -

Maret 62 - - - 31 31 -

April 32 - - - - 16 16

Mai 56 - - - - - 28

Juni 46 - - - - - -

Jumlah 54 42 33 52 47 44

B. MANAJEMEN KAS

1. Pengertian Kas
Kas (cash) adalah aset lancar yang meliputi uang kertas/logam dan benda-benda lain
yang dapat digunakan sebagai media tukar atau alat pembayaran yang sah dan dapat
diambil setiap saat. Menurut IAI Kas terdiri atas saldo kas (cash on hand), rekening
giro, atau setara kas (cash equivalent) adalah sebuah investasi yang bersifat sangat
likuid, berjangka pendek dan bisa dengan cepat dijadikan kas dalam jumlah tertentu
tanpa menghadapi resiko atas perubahan nilai yang signifikan”.

2. Tujuan perusahaan menyimpan/membutuhkan kas


Adapun tujuan dari siatu perusahaan untuk menyimpan/ membutuhkan kas adalah:

a. Motif Transaksi
Kas diperlukan untuk memenuhi kebutuhan transaksi. seperti membayar upah
tenaga kerja, membeli bahan baku, membayar biaya listrik dan lain sebagainya.

b. Motif Berjaga-jaga
Kas diperlukan untuk berjaga-jaga menghadapi ketidakpastian dimasa
mendatang.

c. Motif Spekulasi
Kas diperlukan untuk memperoleh keuntungan karena perubahan harga surat
berharga (investasi surat berharga)

3. Aliran Kas dalam Perusahaan


Adapun aliran liran kas dalam sebuah perusahaan terdiri dari: Aliran kas masuk (cash
inflow) dan aliran kas keluar (cash outflow) dan aliran kas ada yang kontinyu dan tidak
kontinyu (intermittent).

a. Aliran kas masuk :


1) kontinyu (misalnya hasil penjualan produk secara tunai, penerimaan piutang.
2) intermittent (misalnya pendapatan dari peyertaan pemilik perusahaan,
penjualan saham, penerimaan kredit dari bank, penjulan AktivaTetap yang tdk
terpakai).
b. Aliran kas keluar :
1) kontinyu (misalnya kas utk pembelian bahan mentah, gaji karyawan)
2) intermittent (misalnya pengeluaran utk pembayaran dividen, bunga,
pembayaran angsuran hutang pembelian kembali saham, pembelian Aktiva
Tetap)

Aliran kas didalam perusahaan dapat di jelaskan dengan menggunakan gambar


dibawah ini.
Gambar: Cash Flow

4. Manajemen kas
Manajemen kas adalah mengelola uang perusahaan sedemikian rupa sehingga
dicapai ketersediaan kas maksimum dan pendapatan bunga yang maksimum dari
uang tunai yang menganggur.

Manajemen kas yang baik ada tiga aspek yang diperlukan yaitu :

a. Administrasi Kas Harian


Administrasi kas harian adalah suatu tertib administrasi penerimaan dan
pengeluaran kas serta saldo kas akhir, sehingga dapat disiapkan laporan kas yang
up to date, yang dapat memberikan informasi mengenai struktur penerimaan kas,
pengeluaran kas, dan saldo kas terakhir

b. Budget Kas
c. Persediaan Besi Kas (Safety Cash Balance)
Saldo kas pengaman agar tidak terjadi kekurangan saldo kas (cash storage) atau
saldo kas berlebihan (excess cash balance)

5. Anggaran kas (cash budget)


Anggaran kas (cash budget) adalah estimasi terhadap posisi kas untuk suatu periode
tertentu yang akan datang. Hal ini penting karena berkaitan dengan likuiditas
perusahaan, juga akan diketahui kapan perusahaan mengalami defisit dan kapan
surplus.

Budget kas dapat disusun untuk periode bulanan atau kuartalan.

Budget kas dibedakan dalam dua bagian, yaitu:


a. Estimasi penerimaan kas yang berasal dari : hasil penjualan tunai, piutang yang
berkumpul, penerimaan bunga devident, hasil penjualan aktiva tetap, dan
penerimaan-penerimaan lain.
b. Estimasi pengeluaran kas yang digunakan untuk : pembelian bahan mentah,
pembayaran utang-utang, pembayaran upah buruh, pengeluaran untuk biaya
penjualan, premi asuransi, pembelian aktiva tetap dan pengeluaran-pengeluaran
lain.

6. Tahap Penyusunan Budged Kas


Adapaun tahap-tahap dalam penyusunan budged kas dapat dilakukan dengan urutan
sebagai berikut:

a. Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran menurut rencana operasional


perusahaan (transaksi operasional).
b. Menyusun perkiraan atau estimasi kebutuhan dana atau kredit dari bank atau
sumber-sumber dana lainnya yangdiperlukan untuk menutup defisit kas karena
rencana operasinya perusahaan. Juga disusun estimasi pembayaran bunga kredit
tersebut beserta waktu pembayarannya kembali (transaksi finansiil).
c. Menyusun kembali estimasi keseluruhan penerimaan dan pengeluaran setelah
adanya transaksi finansil dan budget kas yang final ini merupakan gabungan dari
transaksi operasional dan transaksi finansial yang menggambarkan estimasi
penerimaan dan pengeluaran kas keseluruhan.
d. Menyusun anggaran penerimaan kas, yang biasanya terdiri dari pos menerima
tunai, penagihan piutang, dan penerimaan lain.
e. Menyusun anggaran pengeluaran kas.
f. Memperkirakan pembayaran bunga.
g. Menyusun budget kas akhir.

Tabel.6.2. Budget Kas PT Buana bulan Januari-Juni tahun 201X

(dalam jutaan rupiah)

Transaksi Operasional

Uraian Jan Feb Maret April Mei Juni

Estimasi penerimaan:

-Penjualan Tunai 400 500 730 960 800 900

-Piutang 400 500 650 760 660 670

-Penerimaan Lain-lain 200 200 220 180 140 124

Jumlah penerimaan 1.000 1.200 1.600 1.900 1.600 1.694

Estimasi Pengeluaran:

-Pembelian B Mentah 600 600 500 550 600 600

-Pembayaran Upah 250 250 200 250 250 300


-Biaya Penjualan 200 300 200 200 250 230

-Biaya Adm & Umum 350 350 400 400 400 420

-Pembayaran pajak - - 100 - - -

Jumlah Pengeluaran 1.400 1.500 1.400 1.400 1.500 1.550

Surplus / (Defisit) (400) (300) 200 500 100 144

Dari transaksi operasionil diketahui bahwa pada bulan Januari dan Februari terjadi
defisit, untuk itu perlu direncanakan transaksi finansiil untuk menutup defisit tersebut.

Untuk keperluan itu kita perlu menyusun Skedul Penerimaan dan Pembayaran
Pinjaman dan Bunga. Dalam hal ini diperlukan tambahan informasi, sebagai berikut:

a. Estimasi saldo kas akhir bulan Desember tahun lalu Rp. 100 juta
b. Persediaan kas minimal/ besi sebesar Rp 50 juta
c. Pinjaman diterima diawal bulan dan bunga dibayar pada akhir bulan yang
bersangkutan sebesar 2% per bulan. Angsuran dilakukan pada awal bulan.

Dari informasi tersebut dapat disusun transaksi finansiil sebagai berikut:

Tabel.6.3. Budget Kas PT Buana bulan Januari-Juni tahun 201X

(dalam jutaan rupiah)

Transaksi Financial

Uraian Jan Feb Maret April Mei Juni

Saldo kas awal bulan 100 52.8 69 255.2 545,4 155,4

Terima pinjaman (kredit ) 360 330 - - - -

Angsuran - - - (200) (490) -

Alat likuid awal bulan 460 382,8 69 55,2 55,4 155,4

Surplus / (Defisit) (400) (300) 200 500 100 144

Pembayaran Bunga (7,2) (13,8) (13,8) (9,8) - -

Saldo kas Akhir bulan 52,8 69 255,2 545,4 155,4 299,4

Pinjaman Kumulatif 360 690 690 490 - -


*) Dasar perhitungan pinjaman = Defisit + saldo kas besi – saldo kas bulan lalu + biaya
bunga

Pinjaman bulan Januari 201X adalah X = 400 + 50 – 100 +2% X

X = 350 + 2%X

X – 2%X = 350

98%X = 350

X = 350/0,98

X = 357,143 atau Rp 360

Pinjaman bulan Januari 201X adalah X = 300 + 50 – 52,8 +2% X

X = 350 + 2%X

X – 2%X = 297,2

98%X = 297,2

X = 297,2/0,98

X = 303,265 atau Rp 330

Sebagai tahap akhir penyusunan Budget Kas tersebut adalah menyusun Budget Kas
Gabungan seperti yang terdapat pada tabel 6.4 dbawah ini.

Tabel.6.4. Budget Kas PT Buana bulan Januari-Juni tahun 201X

(dalam jutaan rupiah)

Uraian Jan Feb Maret April Mei Juni

1. Saldo kas awal bulan 100 52.8 69 255.2 545,4 155,4

2. Penerimaan Kas:

-Penjualan Tunai 400 500 730 960 800 900

-Penagihan Piutang 400 500 650 760 660 670

-Kredit Bank 360 330 - - - -

-Penerimaan Lain-lain 200 200 220 180 140 124

Jumlah Penerimaan Kas 1.360 1.530 1.600 1.900 1.600 1.694


Jumlah Kas Keseluruhan 1.460 1.582,8 1.669 2.155,2 2.145,4 1.849,4

3. Pengeluaran:

-Pembelian bahan mentah 600 600 500 550 600 600

-Pembayaran upah 250 350 300 350 350 300

-Biaya penjualan 200 300 200 200 250 230

-B. adm & umum 350 350 400 400 400 420

-Pembayaran bunga 7,2 13,8 13,8 9,8 - -

-Pembayaran pajak - - 100 - - -

-Angsuran - - - 200 490 -

Jumlah Pengeluaran 1407,2 1.513,8 1.413,8 1.609,8 1.990 1.550

Saldo Kas Akhir Bulan 52,8 69 255,2 545,4 155,4 299,4

D. SOAL LATIHAN

Kasus 1.

Selama ini perusahaan menjual secara tunai dengan pencapaian omset penjualannya
sebesar Rp 2.000.000.000,- pertahun, keuntungan 14% dari penjualan. Jika perusahaan
berencana untuk menjual secara kredit dengan syarat pembayaran n/60, hal ini ditaksir
akan meningkatkan omset penjualan menjadi Rp.4.500.000.000,- pertahun. Tingkat bunga
dana yang dibutuhkan untuk membiayai piutang tersebut ditaksir sebesar 12% pertahun.
Apakah manajemen menerima alternatif penjualan kredit tersebut?

Kasus 2.

Misalnya penjualan kredit PT Buana untuk bulan Januari – Juni tahun 201X diperkirakan
sebagai berikut :

 Juli = Rp 30.000.000,-
 Agustus = Rp 50.000.000,-
 September = Rp 70.000.000,-
 Oktober = Rp 40.000.000,-
 Nopember = Rp 60.000.000,-
 Desember = Rp 80.000.000,-
Pola pembayaran kredit adalah 40% dibayar bulan ke-1 setelah penjualan, dan 60%
sisanya pada bulan ke 2 sesudah bulan penjualan. Diketahui penjualan november dan
desember tahun lalu adalah Rp 20.000.000,- dan Rp 60.000.000,-. Berdasarkan data
tersebut, susunlah skedul penerimaan Piutang

Kasus 3.

Dibawa ini adalah tabel rencana penerimaan kas dan pengeluaran kas dari hasil operasi
PT. Buana bulan Juli 201X sampai dengan bulan Desember 201X

Budget Kas PT Buana bulan Juli-Desember tahun 201X

(dalam jutaan rupiah)

Transaksi Operasional

Uraian Juli Agt Sep Okto Nop Des

Estimasi penerimaan:

-Penjualan Tunai 600 700 830 960 880 900

-Piutang 800 900 950 660 960 870

-Penerimaan Lain-lain 300 400 520 380 440 424

Jumlah penerimaan

Estimasi Pengeluaran:

-Pembelian B Mentah 800 900 700 650 700 800

-Pembayaran Upah 650 650 400 450 450 400

-Biaya Penjualan 400 400 300 300 350 330

-Biaya Adm & Umum 550 450 500 400 200 420

-Pembayaran pajak - - 100 - - -

Jumlah Pengeluaran

Surplus / (Defisit)

Jika terjadi defisit dari transaksi operasionil, perlu direncanakan transaksi finansial. Untuk
keperluan itu kita perlu menyusun Skedul Penerimaan dan Pembayaran Pinjaman dan
Bunga. Dalam hal ini diperlukan tambahan informasi, sebagai berikut:

1. Estimasi saldo kas akhir bulan Juni tahun 201X Rp. 80.000.000,-
2. Persediaan kas minimal/ besi sebesar Rp 60.000.000,-
3. Pinjaman diterima diawal bulan dan bunga dibayar pada akhir bulan yang
bersangkutan sebesar 1% per bulan. Angsuran dilakukan pada awal bulan.
Berdasarkan data diatas, susunlah Anggaran Kas

Daftar Pustaka
Agus Sartono, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi 4, BPFE Yokjakarta, 2009

Agnes Sawir, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, PT, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2010

Bambang Riyanto, Dasar-dasar pembelanjaan Perusahaan, Edisi 4, Yayasan Penerbit Gajah Mada,
Yogyakarta, 2009

Brigham, Dasar-dasar Manajemen Keuangan Buku 1 Edisi 11,Salemba Empat ,2011

D.Agus Harjito dan Martono, Manajemen Keuangan, Edisi Pertama,Penerbit Ekonisia, Kampus FE UII,
Yogyakarta,2001

James C Van Horn & John M Wachowicz, Jr, Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan, buku 1 dan 2 Edisi
12, , SAlemba Empat ,2005

Sutrisno, Manajemen Keuangan: Teori, Konsep, dan Aplikasi, Penerbit Ekonisia FE UII, Yogyakarta,
2009

Anda mungkin juga menyukai