Anda di halaman 1dari 16

CRITICAL BOOK REVIEW

GEOGRAFI REGIONAL NEGARA MAJU

OLEH :

AYU DAHNIAR TAMPUBOLON

3162331002

KELAS B EKSTENSI

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2018
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat
yang diberikan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan Critical ini dengan baik.

Critical Book Report ini dapat saya selesaikan dengan baik, dengan bekerja sama yang
baik. Olehnya itu, dengan segala kerendahan hati, kami ucapkan banyak terima kasih.
Namun, saya pun menyadari bahwa Critical ini masih jauh dari kesempurnaan. Saran dan
kritik dari para pembacalah yang kami harapkan demi perbaikan laporan Critical ini
kedepannya.

Semoga Critical Book Report ini dapat memberikan informasi bagi teman serta para
pembaca dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua.

Medan, 07 April 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................... i

Daftar Isi .................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

A. Informasi Bibliografi ..................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 2

A. Pembahasan buku yang di riview .................................................................. 2

BAB III Penilaian ...................................................................................................... 13

BAB IV PENUTUP ................................................................................................... 14

A. Kesimpulan .................................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Informasi Bibliografi

a. Buku Utama

Judul : DASAR DASAR KAJIAN GEOGRAFI REGIONAL

Penulis : Prof. Dr. Suharyono

ISBN : 978-602-258-078-2

Penerbit : Ombak

Tahun Terbit : 2013

Dimensi buku : 14,5 x 21 cm

Tebal Buku : 320 Halaman

Ringkasan buku

Pertama ( I )

BAB I HAKIKAT DAN PERKEMBANGAN GEOGRAFI

1. Hakikat Studi Geografi

Guna menghasilkan konsep fenomena geografi diperlukan analisis fenomena manusia,


fenomena alam, serta persebaran dan interaksinya dalam ruang. Adapun untuk menunjukkan
dan menjelaskan fenomena tersebut di permukaan bumi diawali dengan mengajukan enam

3
pertanyaan pokok, yaitu what, where, when, why, who, dan how(5W 1H). Misalnya, untuk
menjelaskan kelaparan maka pertanyaan-pertanyaan yang diajukan adalah apa yang terjadi, di
mana fenomena itu terjadi, kapan fenomena itu terjadi, mengapa fenomena itu terjadi, siapa
saja yang sedang mengalami, dan bagaimana isaha-usaha untuk mengatasi.

Pokok-pokok ruang lingkup geografi menurut Rhoads Murphey (1966) dalam


bukunya The Scope ~ Geography adalah sebagai berikut.

a. Persebaran dan keterkaitan antara penduduk di permukaan bumi dan aspek-aspek


keruangan, serta usaha manusia untuk memanfaatkannya.
b. Interelasi antara manusia dan lingkungan fisik – ibagai bagian dari studi perbedaan
wilayah.
c. Kerangka wilayah dan analisis wilayah secara khusus.

2. Perkembangan Pandangan Geografi

Berdasarkan pengkajian dan analisis para ahli geografi, pandangan terhadap geografi
mengalami perkembangan. Akan tetapi, hingga saat ini studi geografi dibedakan menjadi dua,
yaitu geografi sistematik (geografi ortodoks) dan geografi terpadu (geografi terintegrasi).

Geografi Ortodoks. Geografi ortodoks adalah geografi yang bidang kajiannya suatu
wilayah (region) dan analisis terhadap sifat sistematiknya. Terdapat empat kajian dalam
geografi ortodoks, yaitu geografi fisik, geografi manusia, geografi regional, dan geografi
teknik.

Geografi Terintegrasi. Geografi terintegrasi merupakan kajian geografi dengan


pendekatan terpadu, yaitu integrasi elemen-elemen geografi sistematik yang terdiri dari
geografi fisik dan geografi manusia dengan geografi regional yang terdiri dari geografi
regional zona dan geografi regional kultur. Geografi terintegrasi dalam kajiannya
menggunakan tiga analisis, yaitu analisis keruangan, ekologi, dan wilayah.

BAB II UNSUR ESENSIAL DALAM KAJIAN REGIONAL

Geografi regional merupakan bagian geografi yang memusatkan perhatiannya pada


kajian kewilayahan muka bumi yang keadaanya dinamis, berubah dari waktu ke waktu, dan

4
menyangkut dimensi tempat, ruang dan waktu, baik yang terkait dengan keadaan lingkungan
alam maupun kehidupan manusianya (2005).

Karenanya untuk sampai pada pemahamannya secara komprehensif dan


kemanfaatannya secara optimal, kajiannya memadukan apa-apa yang sudah dipelajari oleh
geografi fisik maupun juga geografi sosial dan budaya, serta berkaitan dengan aspek-aspek
kehidupan ekonomi, politik dan kemasyarakatan penduduk wilayah yang bersangkutan dalam
hubungannya dengan wilayah dan bangsa lain di dunia. Berikut ini adalah beberapa unsur
esensial geografi regional menurut Suharyono (2005):

Letak atau lokasi merupakan unsur yang paling esensial dalam kajian keruangan
muka bumi. Mengingat pentingnya arti letak suatu tempat dalam ruang muka bumi, beberapa
istilah dipakai untuk menunjukannya meskipun dengan pengertian makna yang tidak selalu
sama. Paling tidak ada dua macam letak yang banyak diperhatikan dalam kajian geografi
regional, yaitu letak absolut atau letak astronomis dan letak relatif atau leta geografis.
1. LETAK ASTRONOMIS

Letak astronomis mendasarkan pada kedudukan suatu tempat di muka bumi yang
bulat bagaikan bola menurut garis lintang dan garis bujurnya, yaitu garis-garis khayalan yang
melingkari bumi yang pertama kali dikemukakan oleh Eratostehenes untuk dapat
menunjukkan letak suatu tempat di bumi yang bulat.

Dapat kita bayangkan betapa sulitnya orang menentukan letak suatu tempat di
permukaan bola bumi yang bulat tidak ada tepi dan ujungnya pangkal (batas)nya jika tidak
ada temuan garis lintang dan garis bujur tersebut. Letak ini disebut juga letak absolut atau
mutlak karena mendasarkan koordinatnya pada garis pangkal atau sumbu yang "tetap", yaitu
garis ekuator atau katulistiwa yang menjadi pangkal hitungan derajat lintang atau garis
lintang nol derajat (kedua kutub bumi sebagai "garis" lintang 90 derajat utara dan selatan)
dan garis meridian nol yang melalui kota Greenwich dekat London yang menjadi pangkal
hitungan derajat bujur, meskipun pada masa gencar-gencarnya gerakan pembebasan Amerika
dari kekuasaan Eropa orang pernah mengusulkan agar meridian nol (prime meridian) tidak
dihitung dari garis (lingkaran) meridian yang melalui London tetapi garis lingkaran meridian
yang melalui salah satu kota di Amerika Latin.

Sebutan letak astronomis muncul karena penentuannya didasarkan pada pengamatan


(pengukuran) posisinya atau kedudukannya terhadap benda langit (bintang atau matahari).

5
Sebagian orang menyebut juga letak menurut derajat lintang dan bujur sebagai letak geografis
karena berpengaruh pada kondisi geografis tempat atau wilayah yang bersangkutan, antara
lain bertalian dengna keadaan iklim, ukuran dan perbedaan waktu (kalau ukuran rentang
bujurnya cukup besar). Indonesia yang wilayahnya terletak antara 6°LU dan 11°LS serta
95°BT dan 141°BT merupakan satuan politik negara yang ukurannya sangat besar, karena
luas daratan dan perairan laut wilayahnya lebih besar dari benua Australia, yaitu jika dihitung
juga wilayah Zone Ekonomi Eksklusif sesuai kesepakatan hukum laut internasional.

Sedang letak bujur antara 95° hingga 141° bujur timur (46 derajat) berpengaruh atas
adanya beda waktu lebih dari tiga jam antara tempat di ujung timur dan yang di barat, karena
setiap rentang 15 derajat di ekuator (= 1/24 keliling lingkaran bumi) mempunyai beda waktu
satu jam oleh sebab gerak rotasi bumi pada sumbunya. Dari letak lintangnya antara 6° lintang
utara hingga 11° lintang selatan Indonesia beriklim tropik dan dilalui garis ekuator yang
menghasilkan hujan zenital yang lebat karena adanya pertemuan dua massa udara tropik yang
menjadikan suatu "front" yang disebut Inter Tropical Convergence Zone (ITC atau ICZ) yang
kita kenal dengan sebutan Daerah Konvergensi Antar Tropik (DKAT).
Itu sebabnya timbul apa yang disebut iklim tropik, sub-tropik, iklim sedang dan seterusnya
serta adanya empat musim di wilayah-wilayah diluar daerah tropik. Oleh sebab perputaran
bumi. Dari adanya pola sirkulasi umum udara di muka bumi maka dapat dipahami mengapa
wilayah-wilayah gurun terdapat disekitar lintang 30° di utara atua selatan ekuator, meskipun
keberadaan daerah gurun juga dimodifikasi oleh bentuk, luas dan relief wilayah yang
bersangkutan atau oleh sebab pengaruh adanya arus laut angin barat yang dingin (kering) di
pantai barat Australia dan Amerika Selatan.

2. LETAK RELATIF
Letak relatif yang dapat juga disebut letak geografis merupakan letak atua kedudukan
suatu tempat atau wilayah dalam hubungannya dengan keadaan atau kondisi lingkungan
disekitarnya, baik keadaan ekonomi, kehidupan sosial politik dan budaya, wilayah
perairan atau daratan yang memberikan arti penting dan sebagainya.
Karena itu muncul pula sebutan-sebutan letak sosial, letak ekonomis, letak kultural,
letak strategis dan sebaginya. Dipakai sebutan letak relatif karena keadaanya dapat
berubah sejalan dengan berubahnya ondisi lingkungan sekitar. Singapuran yang letak
astronomisnya tetap tidak berubah-ubah dari dahulu kala hingga mas amendatang
(sepanjang masih dipakai meridian nol yang sekarang dan ekuator sebagai pangkal
perhitungan derajat lintang) letak strategisnya telah berubah dan sangat meningkat cepat

6
sejalan dengan makin padatnya lalu lintas pelayaran lewat Selat Malaka dan pergeseran
kancah percaturan ekonomi dan politik dunia ke tepian Pasifik.
Letak Indonesia diantara dua benua dan dua samudera juga menjadikan wilayah yang
sangat unik dan penuh potensi, baik yang bersangkutan dengan kondisi cuaca dan iklim,
flora dan faunanya, serta aneka ragam kehidupan penduduknya. Letak relatif yang sangat
menunguntungkan dapat menjadikan potensi yang sangat positif bagi suatu tempat atau
wilayah, tetapi juga dapat menimbulkan kerawanan karena banyak pihak yang ingin
memanfaatkan atau menguasainya. Keberadaan Selat Malaka, Selat Lombok dan
beebrapa selat atau peraira laut Indonesia lain yang kini dilintasi oleh sebagian besar lalu
lintas pelayaran niaga dunia dapat membantu pemahaman mengapa Indonesia akhir-akhir
ini makin sulit mengatur dan mengembangkan perekonomian serta keamanan wilayahnya,
tentu dengan memperhatikan juga unsur dan faktor-faktor lain yang juga ikut
berpengaruh.
Letak geologis yang berkaitan dengan posisi suatu tempat atau wilayah terhadap
keberadaan lempeng tektonik daratan (benua) atau dasar laut yang berubah dan bererak
"sangat lambat" dapat memberikan arti atau karakteristik khusus bagi tempat atau wilayah
tersebut, misalnya dalam hal kaitannya dengan gejala volkanisme, kerawanan gempa, dan
kondisi atau sifat-sifat lain yang menguntungkan atau yang dapat menimbulkan
kerugian/kerusakan.
kondisi lingkungan sekitar yang terus berubah oleh sebab pertumbuhan penduduk,
kemajuan perkembangan perekonomian, pengetahuan dan teknologi yang dihasilkan
manusia.

3. LUAS WILAYAH
Ukuran wilayah yang besar (luas) memang memberi kemungkinan adanya potensi
yang besar, baik dalam hal keanekaan sumber daya alam maupun penduduknya,
meskipun negara besar tidak selalu banyak penduduknya (Australia, Kanada, Republik
Demokrasi Kongo). Dalam lingkungan wilayah Eropa yang sudah lebih "mapan"
perkembangan politik dan perekonomiaannya beberapa negara-negara mini yang
berukuran luas beberapa kilometer persegi (atau bahkan kurang seperti Vatikan, San
Marino, Liechtenstein, Monaco dan Andora) masih dapat tetap meneruskan eksistensinya
terutama oleh adanya dukungna yang tidak banyak terkait dengan faktor lingkungan alam.
Ukuran yang besar tidak hanya memungkinkan adanya potensi yang besar yang
menguntungkan, tetapi adakalanya menjadikan faktor yang menimbulkan kerawanan

7
bagi eksistensi keutuhan wilayah negara, yang bersama faktor-faktor lain (multirasial,
agama, politik pemerintahan) dapat menimbulkan kekuatan sentrifugal yang dapat
mengakibatkan terpecah-belahnya keutuhan suatu wilayah negara besar. India yang
menempati sub kawasan benua di selatan Asia pernah mengalami masa-masa
kemaharajaan yang kekuasaanya sangat besar, dan semasa penjajahan Inggris disatukan
(kekuasaan sentripetal) lewat penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa resmi, sistem
hukum dan pemerintahan yang mantap, serta pengembangan sarana jalan/transportasi
yang memadai.
Tetapi pada masa kemerdekaanya (sesudah Perang Dunia II) wilayah negara yang besar
itu kemudian terpecah menjadi beberapa negara (India, Pakistan, Bangladesh) dan masih
terus terancam disintegrasi bagian-bagian wilayahnya (disebelah selatan dan utara) oleh
sebab adanya unsur-unsur yang dapat menimbulkan kekuatan sentrifugal (multi ras,
bahasa, agama dan kelompok politik).

4. BENTUK WILAYAH
Eropa sebagai bagian darata Erasia yang oleh banyak orang disebut sebagai benua
tersendiri sangat berlainan bentuknya dengan Afrika, yaitu mempunyai demikian banyak
semenanjung besar, teluk, laut, dan selat-selat sehingga sifat keterjangkauan (aksesbilitas)
nya sangat besar.
Sedang benua Afrika yang luasnya hampir tiga kali luas Eropa mempunyai bentuk
yang relatif kompak. Dengan sedikitnya teluk dan semenanjung, ditambah rintangan alam
berupa gurun yang luas, pantai berawa-rawa dan daerah plato yang banyak terpotong oleh
jurang-jurang di selatan dan sukar dilalui hingga pertengahan abad 19 wilayah
pedalamannya masih belum terjangkau dan belum dikenal oleh bangsa lain. Dari sudut
pandang geografi politik ataupun geostrategi ada beberapa macam bentuk dan kedudukan
wilayah negara yang menjadi perhatian geografiwan, yaitu bentuk yang: kompak,
memanjang, menjorok jauh keluar dari daratan utama, terpecah atau terpisah, dan
kedudukan wilayah yang ada di tengah wilayah daratan (atau bahkan ditengah wilayah
negara lain seperti Lesotho di Afrika Selatan) yang tidak berhubungan dengan laut. Relief
atau bentuk vertikal wilayah dan iklim merupakan unsur-unsur geografi yang sudah
menjadi perhatian para geografiwan sejak awal perkembangan geografi regional, bahkan
sejak awal perkembangan pengetahuan geografi pada zaman Romawi dan Yunani Kuno.
Relief dan iklim mempunyai kaitan erat dan persebaran aneka macam iklim tidak
hanya bertalian dengan letak lintangnya (iklim matahari) tetapi juga oleh keadaan relief,

8
luas wilayah yang menjadikan angin laut yang membawa uap air tidak mencapai wilayah
pedalaman, dan juga letak wilayah di pantai barat atau di panta timur benua (pengaruh
arus laut, pengaruh angin pasal, dan waktu jatuhnya).

5. RELIEF
Disamping bentuk vertikal sebutan topografi juga dipakai untuk menunjukkan relief.
Selain besar pengaruhnya atas kondisi cuaca dan iklim, relief juga berpengaruh atas
keterasingan (isolasi) wilayah yang dampak selanjutnya bisa berupa keterbelakangan
wilayah yang bersangkutan dan juga perkembangan budaya lokal atau kelompok etnik
yang beraneka ragamnya.

5. IKLIM
Pada masa-masa faham determinisme lingkungan masih demikian berpengaruh, iklim
dipandang sebagai faktor yang sangat menentukan bagi timbulnya keanekaragaman
kehidupan di muka bumi, termasuk warna kulit dan bahkan perkembangan perekonomian
penduduk. Kemajuan teknologi telah memungkinkan penduduk Eslandia yang sebagian
wilayahnya tertutup es (gletser) dengan menggunakan ruangan bilik kaca dan panas bumi
(yang diambil dari bagian wilayah pulau tersebut yang sebenarnya puncak gunung api dasar
laut) dapat mengusahakan tanaman-tanaman daerah tropik (pisang) dan sekaligus menjadikan
tenaga panas bumi sebagai pembangkit listrik dengan aneka macam kegunaanya.
Demikian pula negeri Belanda yang berada di daerah lintang cukup tinggi dengan
teknologi bilik kaca dapat menjadi penghasil sayuran dan buah-buahan daerah tropik.

Cuaca (kondisi atmosfer sehari-hari) dan iklim (keadaan rata-rata yang didapat dari jangka
waktu bertahun-tahun) tidak hanya ditentukan oleh lintang dan ketinggian tempat, tetapi juga
oleh berbagai macam letak seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Cina, Korea, dan
Jepang mendapat hujan yang cukup pada musim panas karena letaknya di pantai timur benua
dan pengaruh massa udara maritim yang berkaitan dengan adanya angin muson.
Keadaan yang demikian sangat menguntungkan karena air cukup pada waktu suhu udara
yang "tinggi" diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Maka dengan dibantu pemakaian cara
bertani yang lebih maju, Cina, Taiwan dan Jepang dapat memperoleh produktivitas tiap
hektar lahan pertanian yang lebih tinggi daripada kebanyakan lahan pertanian di wilayah
negara berkembang yang ada di daerah tropik.

9
Sebaliknya, di Eropa yang ada di ujung barat daratan Erasia oleh sebab adanya pergeseran
pengaruh tiga massa udara, yaitu massa udara Laut Tengah yang panas dan kering, serta
massa udara kontinental yang dingin dan kering, massa udara maritim Atlantik yang "hangat"
dan basah (karena pengaruh arus laut panas yang berasal dari teluk Meksiko) hujan (dan
salju) jatuh pada musim dingin.
Klasifikasi iklim menurut Koppen banyak dipakai dalam kajian geografi regional dunia.
Sementara di Indonesia dalam kajian geografinya para mahasiswa menggunakan juga
klasifikasi iklim menurut Schmitdt dan Ferguson, meskipun untuk kajian geografi sekolah
penggolongan iklim basah dan kering yang berkaitan dengan letak dan suhu udara lebih
banyak menjadi perhatian.

BAB III PAHAM REGIONAL DAN KAJIAN REGIONAL

A. Paham Region dan Perkembangan Geografi Regional

Rintisan kajian regional telah dimulai oleh Strabo pada masa geografi Yunani, kajian
regional juga termuat dalam karvanVareniusbyang terbit pada pertengahan abad ke-17.
Paham regional konsep regional secara formal baru dikembangkan kemudian oleh Alfred
Hattner (1895-1942) di Jerman, Vidal de la Blache (1845-1918) di Prancis, dan lebih
kemudian lagi oleh Richard Hartshorne di Amerika Serikat. Di Jerman Alfred Hattner untuk
pertama kalinya pada tahun 1905 dan kemudian secara lebih lengkap pada 1927 menegaskan
kedudukan studi regional dalam geografi. Pada Dunia I merupakan priode yang subur bagi
persemaian regional. Pengalaman orang menjadiakn para geografiwan lebih mendalam
aspek-aspek dari pada mempelajari geomorfologi.

1. Konsep landschaft menurut Hattner

Menurut Hattner landschaft adalah bagian permukaan memberikan gambaran


individualitas tersendiri dan meliputi keadaan alamnya beserta isinya yang terdiri atas
tumbuhan, hewan, dan manusia yang menghuninya. Kemudian manjadi dasar bagi uraian
daerah-daerah maka 1 dengan nama laderkunde yang dalam bahasa Belanda disebut
seachjiving, dan dalam bahasa Inggris dinamakan regional geografi . Hattner masih
mengikuti jejak Von Richthofen yang memandang tugas utama geografi ialah membuat
pelukisan (deskripsi) tentang permukaan bumi.

10
Untuk memudahkan perbandingan tentang daerah satu dengan yang lain, Hattner
menyarankan dipakainya suatu bagan terkenal sebagai bagan. Bagan Hettner meliputi unsure-
unsur yang perlu dipelajari berturut-turut tentang:Letak, luas, perlikuan horizontal (bentuk
wilayah), perlikuan vertical (relief), susunan geologi, geomorfologi, Keadaan agrogeografi,
iklim, Gejala irigasi, vegetasi, hewan, manusia ( mengenai jumlah, penyebaran, cara menatap,
kebudayaannya baik material maupun rohani).

Keuntungannya meliputi antara lain:

a. Telaah dapat dilakukan secara sistematis.


b. Bagan uraian sistematis unsur demi unsur telaah mendalam untuk flap unsur dapat
dilakukan secara leluasa.
c. Dengan membuat telaah berdasarkan unsur-unsur yang sama yang terdapat pada
bagan pembandingan akan lebih mudah dilakukan untuk mengetahui keadaan
kemiripan, perbedaan dan keunikan wilayah-wilayah di muka bumi.

Sedangkan kelemahannya antara lain:

a. Uraian pembahasan (telaah) terkadang menjadi kaku.


b. Dengan uraian sistematis mengikuti bagan tersebut uraian terpadu yang mudah
member gambaran karakteristik atau keunikan wilayah sukar dicapai.
c. Uraian sistematis dengan mengikuti system bagan yang demikian tampak sebagai
telaah yang bersifat inventarisasi yang atomistis.

Kelemahan lain dalam pemakaian system bagan untuk uraian geografi regional,
khususnya bagi geografi untuk sekolah, ialah terdapatnya kecenderungan membatasi pada
satuan wilayah politik.

C. Pendekatan dan Pengorganisasian Kajian Geografi Regional

Biddle berpendapat bahwa pada dasarnya geografi yang diajarkan di sekolah


menengah, terdiri atas geografi sistematis, geografi topik-topik, dan geografi regional. Pada
tingkat sekolah dasar sekarang garafis lebih umum diberikan tidak sebagai mata pelajaran
yang berdiri sendiri, melainkan dalam pelajaran atau bidang studi ilmu pengetahuan dan ilmu
pengetahuan alam.

1. Kajian Regional Berdasarkan 10 Unsur Geostrategi Menurut Cressey.

11
Cressey membagi Asia dalam enam kawasan besar (realm) atau subkawasan benua
yaitu: Cina, Jepang dan Korea, Uni Sofiet, Asia Barat Daya, India dan Pakistan, dan Asia
Tenggara. Dalam langkah-langkah pembahasan, setiap Kawasan besaran begbagi atas
beberapa kawasan pada hierarki di bawahnya yang diberi sebutan provinsi (province).
Sedangkan setiap provinsi, terdiri atas sejumlah kawasan geografis (geographic region).
Kawasan besar Cina, Jepang, Korea terbagi atas lima provinsi: Cina Utara, Cina Selatan,
Cina Laurant (Outer China: Mongolia, Sinkiang, Tibet), Jepang, Korea. Sedangkan provinsi
Cina Utara meliputi kawasan-kawasan geografis Dataran S. Kuning, Semenanjung Shantung,
Daerah Tanah Los, Dataran Mancuria, Tanah Tinggi Mancuria Timur, Pegunungan Khingan,
Pegunungan Jehal.

BAB IV BEBERAPA PENGERTIAN KEDUDUKAN GEOGRAFI REGIONAL

Pengertian dan Kedudukan Geografi Regional

1. Teori dan Prosedur Dalam Mempelajari Region.

Region merupakan batasannya sendiri maupun berdasar sifat konsepsi intelektual,


suatu satuan (entity) untuk pengarahan pemikiran, terwujud dengan menyeleksi ciri-ciri
tertentu yang relevan terhadap suatu minat atau masalah kedaerahan, dan dengan
mengensampingkan ciri-ciri yang tidak relevan. Tujuan pertama studi regional ialah untuk
mendeskripsikan corak atau karakteristik daerah-daerah tertentu.

Pernyataaan umum mengenai ciri-ciri region tidak dikemukakan para geografiwan.


Maka untuk mengatasi kekurangan mengenai hal yang demikian itu James dan Jones
mencoba mengemukakan pertimbangan esensial mengenai ciri atau atribut regiaon, yang
meliputi:

a. Kriteria.

Merupakan syarat dasar untuk penentuan region.

b. Kategori.

Menggambarkan golongan berdasar corak dasar mengingat sifat-sifat umum ataupun


criteria yang dipakai.

12
c. Karakteristik.

Karakteristik berlaku baik bagi uniform region maupun nodal region.

d. Kesadaran regional.

Regionalisme merupakan sesuatu yang menggambarkan tidak saja suatu suasana


perasaan, pandangan atau pikiran dan menunjukkan atau menyangkut:

1) Kerangka bagi keperluan pengumpulan informasi tentang wilayah.

2) Suatu hipotesis untuk mempelajari inteirelasi antarwilayah.

3) Suatu alat atau sarana untuk keperluan administrasi perencanaan.

2. Kedudukan Geografi Regional Dalam Ilmu dan Pengajaran Sekolah.

a. Kedudukan Geografi Regional Sebagai Ilmu.

Hattner (di Jerman), Vidal (di Prancis), dan Hartshorne (di Amerika) merupakan
tokoh-tokoh geografi yang telah menempatkan geografi regional sebagai ilmu yang
mempelajari keanekaragaman yang unik daerah-daerah di muka bumi.

Geografi sebagai ilmu menurut Hartshorne, perlu menempuh langkah-langkah sebagai


berikut:

1) Dasar pengamatan empiric yang sebebas (seobjektif) mungkin, melukiskan fenomena


dengan derajat kesaksamaan dan kemantapan yang maksimum.

2) Atas dasar hal yang demikian, fenomena diklasifikasikan dalam artian konsep-konsep
yang umum (universal), sejauh realita mungkin.

3) Melalui pertimbangan rasional tentang fakta-fakta yang dicapai melalui analisis dan
sintesis logik, termasuk juga penggunaaan dan penyuluhan (sejauh mungkin) prinsip-prinsip
umum atau hukum tentang interrelasi, mencapai pemahaman ilmiah maksimum tentang
interrrelasi fenomena.

4) Menyajikan hasil penemuan dalam susunan atau system yang beraturan sehingga apa
yang diketahui membawa orang sampai pada batas ketidaktahuan.

13
b. Geografi Regional Dalam Pengajaran sekolah.

Sejak tahun 1972 para geografiwan dan ahli pendidikan geografi sepakat agar geografi yang
diajarkan disekolah bukan geografi yang terkotak dalam geografi fisis dan geografi manusia,
melainkan geografi terpaduyang membahas Hubungan kehidupan dengan lingkungan
alamnya.

Seminar pengajaran geografi 1972 sepakat menyatakan bahwa un tuk keperluan pengajaran
sekolah, objek studi geografi ialah permukaan bumi sebagai suatu kebulatan. Hakikat sasaran
geografi meliputi:

1) Kebulatan Hubungan manusia dan lingkungan.

2) Wilayah (region) sebagai hasil interaksi, asosiasi, integrasi dan diferensiasi unsure-unsur
alamiah dan manusiawi dalam ruang tertentu di permukaan bumi.

Dalam kenyataan kurikulum yang berlaku, sejak 1975 materi pengajaran geografi justru
terpecah (terpisah), sebagian diajarkan dalam bidang studi ilmu pengetahuan sosial (IPS) dan
sebagian lagi dalam bidang studi ilmu pengetahuan alam.

Hal ini tercermin dari adanya kenyataan-kenyataan sebagai berikit:

1) Para siswa berpikir dalam arti kawasan Negara atau ‘political regions’.

2) Kesadaran siswa akan pengertian region menurut geografiwan.

3) Para siswa acuh tak acuk mengenai kenampakan-kenampakan nyata tempat-tempat yang
telah menjadi objek studinya.

BAB V PERWILAYAHAN DALAM KAJIAN REGIONAL

Wilayah (region) adalah suatu areal yang memiliki karakteristik tertentu berbeda
dengan wilayah yang lain. Wilayah dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
Wilayah Formal (uniform region/homogeneous) adalah suatu wilayah yang memiliki
keseragaman atau kesamaan dalam kriteria tertentu, baik fisik maupun sosialnya.
Contoh: suatu wilayah mempunyai kesamaan bentang alam pegunungan disebut wilayah
pegunungan atau suatu wilayah mempunyai keseragaman dalam bidang kegiatan
bercocok tanam disebut wilayah pertanian.

14
Wilayah Fungsional (nodal region) merupakan wilayah yang dalam banyak hal
diatur oleh beberapa pusat kegiatan yang saling berkaitan dan ditandai dengan
adanya hubungan atau interaksi dengan wilayah di sekitarnya. Contoh: Suatu industri
didirikan pada suatu wilayah. Setiap pagi karyawan bekerja menuju pabrik dan sore hari
mereka pulang ke rumah masing-masing.
Regionalisasi (Perwilayahan)
Regionalisasi berarti membagi wilayah-wilayah tertentu di permukaan bumi untuk
keadaan tujuan tertentu. Untuk menentukan regionalisasi wilayah harus diperhatikan fisik
yang meliputi iklim, morfologi, sumber daya alam, dan keadaan sosial budaya yang
meliputi penduduk dan budayanya.
Kaitan konsep wilayah dan perwilayahan dengan perencanaan pembangunan
(Pusat Pertumbuhan) Pusat pertumbuhan (growth center) erat kaitanya dengan
Pertumbuhan wilayah di permukaan Bumi tidak tumbuh bersama-sama secara
terarur,tetapi sengaja atau tidak sengaja, ada bagian yang tumbuh dan maju
berkembang lebih cepat dibanding dengan bagian lain. Berikut ini beberapa teori pusat
pertumbuhan.
a. Teori Tempat Sentral
Dikemukakan oleh ahli Geografi Jerman yang bernama Walter Chisstaller tahun
1993 dan Agust Losch ahli ekonomi Jerman tahsn 1945, menyatakan tempat yang
lokasinya sentral adalah tempat yang memungkinkan aktivitas manusia menjadi.
maksimum, baik dalam aktivitas pelayanan maupun yang menjadi konsumen dari barang
dan pelayanan yang dihasilkan.

b. Teori Kutub Pertumbuhan


Kutub pertumbuhan (growth pole) adalah suatu srraregi pembangunan yang
dilakukan dengan cara menularkan perkembangan wilayah dari pusat te pinggiran (center
down deuelopment). Teori ini dikemukakan oleh Francois Perroux
seorang ekonom Perancis tahun 1950. pada tahun 1972 Bou Deville memperkenaikan
konsep pertumbuhan sebagaimana dikemukakan oleh Perroux yang disebut derrgan teori
Engine of Economic Growth.

15

Anda mungkin juga menyukai