Anda di halaman 1dari 9

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERA BANJAR


Skripsi, Oktober 2015

ABSTRAK

Umi Tiarawati. Abdurrauf K. Aneng Yuningsih.


PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP
TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA RAHARJA WILAYAH
KERJA PUSKESMAS PURWAHARJA II KOTA BANJAR

Seiring dengan meningkatnya jumlah lansia, gangguan kesehatan yang biasa diderita lansia
juga semakin meningkat. Masalah kesehatan jiwa yang biasa dialami lansia antara lain berupa
cemas, kesepian, perasaan sedih, dan mudah tersinggung. Kecemasan termasuk salah satu
masalah kesehatan jiwa yang paling sering muncul. Metode terapi untuk mengurangi
kecemasan cukup banyak antara lain terapi psikoreligius, terapi musik, terapi relaksasi
dan terapi okupasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi relaksasi otot
progresif terhadap tingkat kecemasan pada lansia di Desa Raharja Wilayah Kerja
Puskesmas Purwaharja II Kota Banjar.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriftif bersifat comparative study
yaitu metode dengan cara membandingkan persamaan untuk mencari faktor-fator apa
atau situasi bagaimana yang menyebabkan timbulnya peristiwa tertentu. Populasi
pada penelitian ini adalah Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang
berusia 60-69 tahun di Desa Raharja Wilayah Kerja Puskesmas Purwaharja II Kota
Banjar sebanyak 231 orang. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan cara
random sampling.
Hasil analisa tingkat kecemasan lansia sebelum dilakukan terapi relaksasi otot
progresif di Desa Raharja Wilayah Kerja Puskesmas Purwaharja II Kota Banjar paling
banyak dalam kategori tidak ada kecemasan yaitu sebanyak 31 orang (44.3%), cemas
ringan sebanyak 26 orang (37.3%) cemas sedang sebanyak 11 orang (15.7%) dan
cemas berat sebanyak 2 orang (2.9%), sedangkan kecemasan setelah dilakukan terapi
relaksasi paling banyak dalam kategori tidak ada kecemasan yaitu sebanyak 60 orang
(85.7%), dan cemas ringan sebanyak 10 orang (14.3%).
Kesimpulannya ada perbedaan kecemasan pada lansia sebelum dan sesudah
dilakukan terapi relaksasi otot progresif di Desa Raharja Wilayah Kerja Puskesmas
Purwaharja II Kota Banjar yang dianalisis dengan Uji Marginal Homogieniety
didapatkan nilai p-value sebesar 0,000. Saran diharapkan praktisi kesehatan khusunya
keperawatan dapat memberikan intervensi dalam melakukan asuhan keperawatan
gerontik pada lansia yang mengalami kecemasan di tatanan masyarakat.

Kata Kunci : Terapi Relaksasi Otot Progresif, Kecemasan.


Kepustakaan : 22 Buku (2006-2015).
A. Latar belakang tersebar di empat kecamatan yaitu
Majunya dunia kedokteran dan dunia Keamatan Banjar, Kecamatan Pataruman,
keperawatan berdampak pada meningkatnya Kecamatan Langensari, dan Kecamatan
harapan hidup masyarakat yang Purwaharja, Laporan Kegiatan lansia Kota
mengakibatkan banyaknya lansia (lanjut Banjar, (2014). Jumlah lansia di Wilayah
usia) yang membutuhkan pelayanan Kerja Puskesmas Purwaharja II Kota Banjar
kesehatan dan pelayanan keperawatan lansia sebanyak 2385 lansia (lanjut usia) sasaran
(lanjut usia) yag lebih professional. posbindu dan sebanyak 207 lansia yang
Meningkatnya jumlah penduduk lansia mendapat pembinaan (Dinkes Banjar,
menuntut para tenaga kesehatan sebagai 2015).
pemberi pelayanan kesehatan yang Seiring dengan meningkatnya jumlah lansia,
professional agar bisa lebih meningkatkan gangguan kesehatan yang biasa diderita lansia juga
pelayanan kesehatan pada lansia semakin meningkat. Gangguan kesehatan pada
(Kusharyadi, 2011). lansia diantaranya adalah masalah
Lansia (lanjut usia) didunia tumbuh kesehatan jiwa. Masalah kesehatan jiwa yang
dengan cepat bahkan tercepat dibanding biasa dialami lansia antara lain berupa cemas,
kelompok usia lainnya. Tahun 2025 terdapat kesepian, perasaan sedih, dan mudah
1,2 milyar lansia dan tahun 2050 akan tersinggung. Kecemasan termasuk salah satu
menjadi 2 milyar (21% total penduduk masalah kesehatan jiwa yang paling sering
dunia), dimana sekitar 80 % hidup di muncul (Maryam dkk, 2008).
negara berkembang. Jumlah penduduk lansia Corak perkembangan proses penuaan
di Asia Tenggara pada tahun 2012 mencapai bersifat lambat namun dinamis dan bersifat
142 juta jiwa atau 8 persen dari total jumlah individual baik secara fisiologis maupun
penduduk. Asia Pasifik merupakan bagian patologis karena banyak dipengaruhi oleh
dunia yang tercepat pertumbuhannya dan riwayat maupun pengalaman hidup dimasa
salah satu negara yang cepat pertumbuhan lalu yang terkait dengan faktor biologis,
lansia nya adalah Indonesi. Indonesia adalah psikologis, spiritual, fungsional lingkungan
termasuk negara yang memasuki era fisik dan sosial. Perubahan struktur dan
penduduk yang berstruktur lansia, dengan penurunan fungsi system tubuh diyakini
jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2011 memberikan dampak yang signifikan
sebesar 16.522.311 jiwa, tahun 2012 sebesar terhadap gangguan homeostatis sehingga
17.478.282 jiwa dan pada tahun 2013 lansia mudah menderita penyakit yang
sebesar 19.502.355 jiwa, dan pada tahun terkait dengan usia. Penuaan patologis dapat
2014 sebesar 19.500.000 jiwa dari total menyebabkan disabilitas pada lansia
penduduk sebesar 228.018.900 jiwa, sebagai akibat dari trauma, penyakit kronis
sedangkan pada tahun 2020 diperkirakan atau perubahan degeneratif yang timbul
jumlah lansia sekitar 28 juta jiwa (BPS, karena stress yang dialami oleh individu.
2014). Stress tersebut dapat mempercepat penuaan
Data dari Dinas Kesehatan Provinsi dalam waktu tertentu, selanjutnya dapat
Jawa Barat sampai dengan periode Januari – terjadi akselerasi proses degenerasi pada
Maret 2015 sebanyak 13.898 orang (Badan lansia apabila menimbulkan penyakit fisik
Pusat Statistik), sementara itu berdasarkan (Kuntjoro, 2012).
statistik yang ada pada Wilayah Kota Masalah kesehatan jiwa di masyarakat
Banjar, Jumlah lansia hingga saat ini semakin luas dan kompleks, saling
mencapai 9.942 jiwa, dengan jumlah lansia berhubungan dengan segala aspek
yang dibina mencapai 3417 lansia yang kehidupan manusia. Mengacu pada UU No.
23 Tahun 1992 tentang kesehatan dan ilmu Kecemasan akan melibatkan komponen
kedokteran jiwa yang berkembang dengan kejiwaan maupun fisik. Gejala-gejala yang
pesat, secara garis besar masalah kesehatan sering muncul dapat berbeda pada lansia
jiwa digolongkan menjadi: masalah kualitas antara lain mudah tersinggung, khawatir,
hidup, masalah gangguan jiwa, serta gelisah, sulit tidur, tegang, gelisah, mudah
masalah psikososial (Kuntjoro, 2012). terkejut, takut pada keramaian, jantung
Kecemasan merupakan masalah bedetak cepat, rasa sakit pada otot dan nyeri
kesehatan jiwa yang seringkali menyerang kepala. Gejala-gejala tersebut merupakan
lansia. Kecemasan dapat dikenal sebagai akibat dari rangsangan sistem syaraf
perasaan pribadi seseorang, rasa gelisah, otonom maupun viseral. Pada lansia yang
ketidakpastian, takut dari kenyataan atau mengalami kecemasan, sistem saraf
persepsi ancaman yang penyebabnya tidak simpatis akan bekerja dengan respon seperti
diketahui dengan pasti. Kecemasan lansia jantung bedebar, nadi cepat, nafas cepat,
dapat dikurangi dengan berbagai cara, salah muka merah dan keringat berlebih. Pada
satunya adalah terapi. Terapi tersebut dapat saat rileks yang bekerja adalah sistem saraf
memberikan rasa nyaman dan tenang parasimpatis yangkerjanya berlawanan
tentang apa yang telah terjadi sebelumnya di dengan sistem saraf simpatis (Maryam dkk,
masa lalu. Kecemasan disebabkan karena 2008).
faktor psikososial seperti peristiwa Metode terapi untuk mengurangi
kehidupan dilingkungan keluarga dan sosial kecemasan cukup banyak antara lain terapi
serta proses Penuaan. Dimana pada proses psikoreligius, terapi musik, terapi relaksasi
ini lansia secara alami terjadi penurunan dan terapi okupasi (Hawari, 2010).
perubahan kondisi fisik, psikologis maupun Berdasarkan penelitian Suyatmo (2009)
sosial yang saling berinteraksi satu sama menyatakan bahwa terapi relaksasi otot
lain sehingga menimbulkan gejala depresi dipandang cukup efektif untuk menurunkan
seperti selalu merasa sedih, cemas, kondisi kecemasan. Penelitian Erliana & Susanti,
tubuh mulai lelah serta banyak lagi gejala (2008) tentang perbedaan sebelum dan
yang lain (Hawari, 2007). setelah diberikan terapi relaksasi otot
Kecemasan pada lansia memiliki gejala- progresif pada lansia yang mengalami
gejala yang sama dengan gejala-gejala yang kecemasan di PSTW, juga menunjukkan
dialami oleh setiap orang. Menurut Maryam bahwa terdapat perbedaan tingkat
dkk, (2008) gejala-gejala kecemasan yang kecemasan lansia sebelum dan sesudah
dialami oleh lansia seperti perasaan khawatir latihan relaksasi otot progresif.
atau takut akan hal-hal yang tidak rasional akan Terapi ini didasarkan pada keyakinan
terjadi, sulit tidur sepanjang malam, rasa bahwa tubuh berespon pada kecemasan
tegang dan cepat marah, sering mengeluh yang merangsang pikiran dan kejadian
akan gejala yang ringan atau takut terhadap dengan ketegangan otot, oleh karena itu
penyakit yang berat, misalnya kanker dan penyakit dengan adanya relaksasi otot progresif yang
jantung yang sebenarnya tidak dideritanya, bekerja melawan ketegangan fisiologis yang
sering membayangkan hal-hal yang terjadi sehingga kecemasan bisa teratasi.
menakutkan dan rasa panik terhadap masalah Terapi relaksasi merupakan sarana
yang ringan. Jumlah lansia yang mengalami psikoterapi efektif sejenis terapi perilaku
kecemasan di Indonesia diperkirakan mencapai yang dikembangkan oleh Jacobson dan
16,3% dengan jumlah wanita lebih banyak Wolpe untuk mengurangi kecemasan dan
daripada pria (Herman dkk, 2012). ketegangan otot-otot, syaraf yang
bersumber pada objek-objek tertentu
(Goldfried dan Davidson, 1976 dalam teknik relaksasi otot progresif adalah
Subandi, 2012). teknik relaksasi otot dalam yang tidak
Lansia yang melakukan latihan memerluka imajinasi, ketekunan, atau
relaksasi otot progresif dilatih untuk dapat sugesti. Berdasarkan keyakinan bahwa
memunculkan respon relaksasi sehingga tubuh manusia berespon pada kecemasan
dapat mencapai keadaan tenang. Kondisi dan kejadian yang merangsang pikiran
rileks yang dirasakan tersebut dikarenakan dengan ketegangan otot.
latihan relaksasi dapat memberikan Teknik relaksasi otot progresif
pemijatan halus pada berbagai kelenjar- memusatkan perhatian pada suatu
kelenjar padatubuh, seluruh tubuh dalam aktivitas otot dengan mengidentifikasi
keadaan homeostatis atau seimbang, otot yang tegang kemudian menurunkan
menurunkan produksi kortisol dalam darah, ketegangan dengan melakukan teknik
mengembalikan pengeluaran hormon yang relaksasi untuk mendapatkan perasaan
secukupnya sehingga memberi relaks Herodes, (2010) dalam Setyoadi
keseimbangan emosi dan ketenangan & Kushariyadi, (2011).
pikiran. (Erliana, 2008). Teknik relaksasi otot progresif
Puskesmas Purwaharja II yang merupakan suatu terapi relaksasi yang
merupakan salah satu puskesmas yang diberikan kepada klien dengan
berada di wilayah Dinas Kesehatan Kota menegangkan otot – otot tertentu dan
Banjar yang menangani pelayanan lansia. kemudian relaksasi. Relaksasi progresif
Bedasarkan survey pendahuluan yang adalah salah satu cara dari teknik
peneliti lakukan di pada bulan Mei 2015, relaksasi yang mengkombinasikan
bahwa jumlah lansia di tersebut berjumlah latihan nafas dalam dan serangkaian seri
sebanyak 2.385 orang yang tersebar di dua kontraksi dan relaksasi otot tertentu
Desa yaitu Desa Raharja dan Desa Kustianti & Widodo, (2008), dalam
Mekarharja. Di wilayah tersebut selalu Setyoyadi & Kusharyadi, (2011).
diadakan program-program pembinaan 2. Tingkat Kecemasan
lansia secara rutin guna memonitor kondisi Cemas adalah sebuah emosi dan
kesehatan lansia. Sementara itu dari aspek pengalaman subjektif dari seseorang.
kecemasan lansia calon peneliti melakukan Pengertian lain cemas adalah suatu
observasi kepada 10 lansia dengan keadaan yang membuat seseorang tidak
menggunakan Hamilton Rating Scale nyaman dan terbagi dalam beberapa
Anixiety (HRSA), didapatkan data bahwa 6 tingkatan (Kusumawati, 2010).
lansia mengalami kecemasan berat, 2 lansia Menurut Carpenito, (2005)
mengalami kecemasan ringan, dan 2 lansia kecemasan adalah suatu keadaan dimana
tidak mengalami kecemasan. suatu individu atau kelompok mengalami
Dari uraian tersebut di atas, maka perasaan yang sulit dan disertai aktifitas
penulis ingin melakukan penelitian lebih saraf otonom dalam berespon terhadap
lanjut mengenai pengaruh terapi relaksasi ketidakjelasan ancaman tidak spesifik,
otot progresif terhadap tingkat kecemasan sedangkan Notoatmodjo, (2007)
pada lansia di Desa Raharja Wilayah Kerja mengemukakan bahwa kecemasan
Puskesmas Purwaharja II Kota Banjar. adalah sebagai suatu keadaan tegang
A. Tinjauan Teori yang memaksa kita untuk berbuat
1. Terapi Relaksasi Otot Progresif sesuatu. Kecemasan berkembang dari
Menurut Herodes, (2010) dalam konflik id, ego dan super ego tentang
dalam Setyoadi & Kushariyadi, (2011),
sistem kontrol atas energi psikis yang Dari hasil analisis terlihat bahwa
ada. sebelum dilakukan terapi relaksasi otot
A. Jenis dan Rancangan Penelitian progresif kecemasan lansia masih
1. Jenis Penelitian banyak dalam kategori ringan, sedang,
Jenis penelitian yang digunakan dan berat. Kecemasan merupakan
adalah penelitian deskriftif bersifat masalah kesehatan jiwa yang seringkali
comparative study yaitu metode dengan menyerang lansia. Kecemasan dapat
cara membandingkan persamaan untuk dikenal sebagai perasaan pribadi
mencari faktor-faktor apa atau situasi seseorang, rasa gelisah, ketidakpastian,
bagaimana yang menyebabkan takut dari kenyataan atau persepsi
timbulnya peristiwa tertentu ancaman yang penyebabnya tidak
(Notoatmojo, 2010). Sedangkan variabel diketahui dengan pasti. Kecemasan
yang dibandingkan adalah tingkat lansia dapat dikurangi dengan berbagai
kecemasan pada lansia sebelum dan cara, salah satunya adalah terapi. Terapi
sesudah dilakukan terapi relaksasi otot tersebut dapat memberikan rasa nyaman
progresif. dan tenang tentang apa yang telah terjadi
2. Rancangan Penelitian sebelumnya di masa lalu.
Rancangan penelitian yang Kecemasan disebabkan karena
digunakan adalah rancangan penelitian faktor psikososial seperti peristiwa
kuantitaif quasy experiment dengan kehidupan dilingkungan keluarga dan
rancangan pre and post control group sosial serta proses Penuaan. Dimana
design yang bertujuan untuk menguji pada proses ini lansia secara alami terjadi
suatu hubungan sebab akibat (Sugiyono, penurunan perubahan kondisi fisik,
2011), yaitu mengetahui pengaruh terapi psikologis maupun sosial yang saling
relaksasi otot progresif terhadap tingkat berinteraksi satu sama lain sehingga
kecemasan pada lansia di Desa Raharja menimbulkan gejala depresi seperti
Wilayah Kerja Puskesmas Purwaharja II selalu merasa sedih, cemas, kondisi
Kota Banjar. tubuh mulai lelah serta banyak lagi gejala
Dalam penelitian ini kelompok yang lain (Hawari, 2007).
eksperimen sama – sama dilakukan Hasil penelitian peneliti hamper
pretest dan postest setelah diberikan sejalan dengan penelitian Muhammad
perlakuan. Nur Aini (2014) yang berjudul
Pembahasan “Pengaruh terapi okupasi terhadap
1. Kecemasan Sebelum Dilakukan tingkat kecemasan lansia di Dinas Unit
Terapi Relaksasi Otot Progresif Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial
Hasil penelitian tentang kecemasan Lanjut Usia (UPT PSLU) Kabupaten
lansia sebelum dilakukan terapi relaksasi Bondowoso”. Lansia yang mendapatkan
otot progresif di Desa Raharja Wilayah terapi cenderung akan lebih tenang dan
Kerja Puskesmas Purwaharja II Kota tidak panik, sehingga dengan
Banjar terlihat bahwa, paling banyak dilakukannya terapi relaksasi ataupun
dalam kategori tidak ada kecemasan terapi okupasi akan menjadi solusi
yaitu sebanyak 31 orang (44.3%), terbaik dalam mengurangi kecemasan
selebihnya cemas ringan sebanyak 26 lansia.
orang (37.3%) cemas sedang sebanyak Berdasarkan hasil penelitian dan
11 orang (15.7%) dan cemas berat kaitannya dengan teori, peneliti
sebanyak 2 orang (2.9%). menyimpulkan bahwa kecemasan pada
lansia sangat penting untuk segera diberikan terapi relaksasi otot progresif
ditangani, untuk mencegah timbulnya pada lansia yang mengalami kecemasan
berbagi komplikasi kecemasan seperti di PSTW, juga menunjukkan bahwa
depresi, insomnia dll. Pemberian terapi terdapat perbedaan tingkat kecemasan
relaksasi otot progresif dilakukan dengan lansia sebelum dan sesudah latihan
memberikan relaksasi terhadap otot-otot relaksasi otot progresif.
lansia yang dimulai dengan melatih otot Terapi ini didasarkan pada
tangan, otot bisep, otot bahu, wajah, otot keyakinan bahwa tubuh berespon pada
leher sampai dengan otot perut. kecemasan yang merangsang pikiran dan
2. Kecemasan Setelah Dilakukan Terapi kejadian dengan ketegangan otot, oleh
Relaksasi Otot Progresif karena itu dengan adanya relaksasi otot
Hasil penelitian kecemasan setelah progresif yang bekerja melawan
dilakukan terapi relaksasi otot progresif ketegangan fisiologis yang terjadi
di Desa Raharja Wilayah Kerja sehingga kecemasan bisa teratasi. Terapi
Puskesmas Purwaharja II Kota Banjar, relaksasi merupakan sarana psikoterapi
paling banyak dalam kategori tidak ada efektif sejenis terapi perilaku yang
kecemasan yaitu sebanyak 60 orang dikembangkan oleh Jacobson dan Wolpe
(85.7%), dan selebihnya cemas ringan untuk mengurangi kecemasan dan
sebanyak 10 orang (14.3%). Hal tersebut ketegangan otot-otot, syaraf yang
menunjukkan bahwa sebelum dilakukan bersumber pada objek-objek tertentu
terapi relaksasi otot prgresif tingkat (Goldfried dan Davidson, 1976 dalam
kecemasan lansia masih tinggi, dan Subandi, 2012).
setelah dilakukan terapi kecemasan 3. Perbedaan kecemasan pada lansia
lansia terlihat menurun. sebelum dan sesudah dilakukan terapi
Teknik relaksasi otot progresif relaksasi otot progresif di Desa
merupakan suatu terapi relaksasi yang Raharja Wilayah Kerja Puskesmas
diberikan kepada klien dengan Purwaharja II Kota Banjar
menegangkan otot – otot tertentu dan Hasil penelitian menunjukkan
kemudian relaksasi. Relaksasi progresif bahwa ada perbedaan kecemasan
adalah salah satu cara dari teknik sebelum dan sesudah dilakukan terapi
relaksasi yang mengkombinasikan relaksasi otot progresif pada lansia di
latihan nafas dalam dan serangkaian seri Desa Raharja Wilayah Kerja Puskesmas
kontraksi dan relaksasi otot tertentu. Purwaharja II Kota Banjar, dengan rata-
Kustianti & Widodo, (2008), dalam rata rata-rata tingkat kecemasan sebelum
Setyoyadi & Kusharyadi, (2011), dilakukan terapi relaksasi adalah 1.7714
menegaskan bahwa manfaat terpai dengan standar deviasi 0.81953. pada
relaksasi otot progresif selain untuk pengukuran kedua setelah dilakukan
mencegah kekauan otot lansia, terapi terapi relaksasi otot progresif didapatkan
tersebut juga bermanfaat untuk terapi nilai rata-rata 1.1429 dengan standar
kesehatan jiwa diantaranya kecemasan. deviasi 0.35245.
Hal ini sejalan dengan penelitian Lansia yang mengalami kecemasan
Suyatmo, (2009) menyatakan bahwa paling banyak adalah sebelum dilakukan
terapi relaksasi otot dipandang cukup terapi relaksasi otot progrsif, hal ini
efektif untuk menurunkan kecemasan. dikarenakan terapi relaksasi otot
Penelitian Erliana & Susanti, (2008) progresif memiiliki pengaruh yang besar
tentang perbedaan sebelum dan setelah terhadap kondisi kejiwaan lansia
terutama kecemasan. Kecemasan pada Teknik relaksasi otot progresif
lansia memiliki gejala-gejala yang sama merupakan suatu terapi relaksasi yang
dengan gejala-gejala yang dialami oleh diberikan kepada klien dengan
setiap orang. Menurut Maryam dkk, menegangkan otot – otot tertentu dan
(2008) gejala-gejala kecemasan yang kemudian relaksasi. Relaksasi progresif
dialami oleh lansia seperti perasaan khawatir adalah salah satu cara dari teknik
atau takut akan hal-hal yang tidak rasional akan relaksasi yang mengkombinasikan
terjadi, sulit tidur sepanjang malam, rasa latihan nafas dalam dan serangkaian seri
tegang dan cepat marah, sering mengeluh kontraksi dan relaksasi otot tertentu
akan gejala yang ringan atau takut terhadap Kustianti & Widodo, (2008), dalam
penyakit yang berat, misalnya kanker dan Setyoyadi & Kusharyadi, (2011).
penyakit jantung yang sebenarnya tidak A. Kesimpulan
dideritanya, sering membayangkan hal- 1. Kecmasan pada lansia sebelum dilakukan
hal yang menakutkan dan rasa panik terapi relaksasi otot progresif di Desa
terhadap masalah yang ringan. Raharja Wilayah Kerja Puskesmas
Kecemasan akan melibatkan Purwaharja II Kota Banjar paling banyak
komponen kejiwaan maupun fisik. dalam kategori tidak ada kecemasan yaitu
Gejala-gejala yang sering muncul dapat sebanyak 31 orang (44.3%).
berbeda pada lansia antara lain mudah 2. Kecemasan pada lansia setelah dilakukan
tersinggung, khawatir, gelisah, sulit terapi relaksasi otot progresif di Desa
tidur, tegang, gelisah, mudah terkejut, Raharja Wilayah Kerja Puskesmas
takut pada keramaian, jantung bedetak Purwaharja II Kota Banjar paling banyak
cepat, rasa sakit pada otot dan nyeri dalam kategori tidak ada kecemasan yaitu
kepala. Gejala-gejala tersebut sebanyak 60 orang (85.7%).
merupakan akibat dari rangsangan sistem 3. Ada perbedaan kecemasan pada lansia
syaraf otonom maupun viseral. Pada sebelum dan sesudah dilakukan terapi
lansia yang mengalami kecemasan, relaksasi otot progresif di Desa Raharja
sistem saraf simpatis akan bekerja Wilayah Kerja Puskesmas Purwaharja II
dengan respon seperti jantung bedebar, Kota Banjar dengan didapatkan nilai mean
nadi cepat, nafas cepat, muka merah dan sebelum dilakukan terapi sebesar 1.7714
keringat berlebih. Pada saat rileks yang dan nilai mean setelah dilakukan terapi
bekerja adalah sistem saraf parasimpatis sebesar 1.1429 dengan selisih 0.6285, dan
yangkerjanya berlawanan dengan sistem p-value sebesar 0,000.
saraf simpatis (Maryam dkk, 2008). B. Saran
Terapi relaksasi otot progresif 1. Teoritis
memiliki manfaat yang multifungsi, Berdasarkan hasil penelitian yang
selain untuk mencegah ketegangan otot, telah dilakukan secara teoritis harus
terapi relaksasi berguna untuk mampu mengembangkan teori tentang
emperbaiki kemampuan untuk mengatasi terapi relaksasi otot progresif dan teori
stress, mengatasi insomnia, depresi, tentang tingkat kecemasan pada lansia.
kelelahan, iritabilitas, spasme otot, fobia Serta dapat menjadi bahan kajian, dalam
ringan, dan gagap ringan, dan yang khasanah ilmu pengetahuan keperawatan,
utama adalah membangun emosi postitif khususnya ilmu keperawatan komunitas,
dari emosi negative untuk meminimalisir ilmu keperawatan gerontik, ilmu
kecemasan. keperawatan jiwa.
2. Praktisi Butler & Lewis. (2008). Terapi Modalitas
Berdasarkan hasil dari penelitian ini Lansia. Yogyakarta : CV Ofset.
diharapkan praktisi kesehatan khusunya
perawat dapat memberikan intervensi Carpenito L J. (2009) Rencana Asuhan dan
dalam melakukan asuhan keperawatan Dokumentasi Keperawatan: Diagnosa
gerontik pada lansia yang mengalami Keperawatan dan Masalah
kecemasan di tatanan masyarakat. Selain kolaboratif. edisi kedua, Editor edisi
itu praktisi keperawatan diharapkan bahasa Indonesia: Monika Ester,
mampu mengatasi masalah-masalah Jakarta : EGC.
kesehatan yang terjadi pada lansia,
sehingga kesehatan lansia dapat terpantau. Depkes RI. (2009). Pedoman Pembinaan
Sementara itu lansia juga diharapkan dapat Posbindu. Direktorat Jenderal P2M
rutin melakukan terapi relaksasi otot dan PLP. Jakarta.
progresif terutama lansia yang mengalami
kecemasan dengan didampingi oleh guide Dinkes Banjar, (2015). Laporan Kegiatan Lansia
yang terlatih dan sudah memiliki keahlian Kota Banjar.
dalam memberikan terapi relaksasi otot
progresif. Bagi petugas kesehatan ataupun Hawari D. (2010). Manajemen Stress, Cemas
petugas Posbindu lansia diwilayah dan Depresi. Edisi 11. Jakarta :
setempat diharapkan senantiasa Balai Penerbit Fakultas
memberikan bimbingan khusus dan Kedokteran UI.
memberikan terapi relaksasi secara rutin
untuk menjaga kesehatan psikis lansia Hidayat A.A. (2011). Metode Penelitian
terutama kecemasan, dan diharapkan Keperawatan dan Teknik Analisis
terapi relaksasi otot progresif dapat Data. Jakarta: Salemba Medika.
menjadi salahsatu solusi dan program
khusus bagi lansia dalam pelaksanaan Hidayatah L.M. (2011). Keperawatan Lansia .
Posbindu. Yogyakarta : Graha Ilmu.
DAFTAR PUSTAKA
Isaac. (2006). Antisipasi cemas dan depresi.
Arikunto S. (2009). Manajemen Penelitian. Yogyakarta : Nuha Medika.
Jakarta : Rineka Cipta.
Kuntjoro D. (2006). Keperawatan Keluarga
. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Lansia. Yogyakarta : Nuha
Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Medika.
Cipta.
Kusharyadi. (2011). Asuhan Keperawatan Klien
Badriah D L. (2009). Metodologi Penelitian Lanjut Usia. Jakarta : Salemba
Ilmu-Ilmu Kesehatan. Bandung: Medika.
Multazam.
Kusumawati. (2010). Kecemasan: Bagaimana
BPS. (2014). Jumlah Penduduk Indonesia. Cara Mengatasi Penyebabnya.
Available on www.bps.co.id Penerjemah: Mien Joebhaar. Jakarta :
diakses bulan April 2015. Pustaka populer obor.
Maryam, R.S. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan
Perawatannya. Jakarta : Salemba Setyoadi & Kushariyadi. (2011). Terapi
Medika. Modalitas Keperawatan Pada Klien
Psikogeriatrik. Jakarta : Salemba
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Putera Medika.
Banjar 2015. Panduan Penulisan
Dan Penyusunan Skripsi / Riset. Stuart GW, dkk. (2006). Buku Saku
Banjar. Keperawatan Jiwa. Edisi 3.
Jakarta : EGC.
Setiabudhi. (2008). Panduan Gerontologi.
Jakarta : Gramedia Pustaka Umum. Sugiyono, (2011). Statistika Untuk Penelitian.
Bandung : Alfabeta.
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset
Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai