Anda di halaman 1dari 12

PARKIR - MATERI TEKNIK SIPIL TRANSPORTASI

Unknown 22:05:00 No comments:

Parkir adalah suatu keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat
sementara dengan pengemudi meninggalkannya atau berhenti cukup lama untuk menaikkan
dan menurunkan muatan (Pedoman Parkir Tahun 1998). Berdasarkan letaknya dikenal parkir
di badan jalan (on street parking) dan parkir diluar badan jalan (off street parking).
Parkir di badan jalan (on street parking) adalah fasilitas parkir yang menggunakan
badan jalan sebagai lahan parkir. Sedangkan parkir di luar badan jalan (off street parking)
adalah fasilitas parkir yang sengaja dibuat di luar jalan sebagai penunjang kegiatan yang
berupa tempat parkir dan/atau gedung parkir.

Parkiran Mobil
Parkir di luar badan jalan sangat perlu memberikan keamanan dan kenyamanan
dibandingkan dengan parkir di badan jalan agar dapat menarik pengguna parkir. Banyak
faktor yang dapat mempengaruhi keamanan dan kenyamanan pengguna parkir. Keinginan
dari pelaku lalu lintas individu (pengguna parkir) adalah sarana parkir yang bebas serta
mudah mencapai tujuan, aman dan nyaman, serta bebas dari gangguan internal maupun
eksternal. Lahan parkir yang sempit dan berliku-liku tentunya mempersulit pengguna parkir
sehingga pada akhirnya pengguna cenderung lebih memilih parkir di badan jalan (on street).
2.1 Karakteristik parkir
Karakteristik parkir berkaitan dengan besarnya jumlah kebutuhan parkir yang harus
disediakan. Karakteristik parkir meliputi:
a. Kapasitas parkir
Kapasitas parkir adalah jumlah kendaraan yang dapat ditampung oleh suatu area parkir atau
jumlah petak parkir yang tersedia pada suatu area parkir
b. Akumulasi parkir
Akumulasi parkir dapat dihitung dengan jumlah kendaraan parkir sebelum survey ditambah
dengan jumlah kendaraan yang masuk dikurangi dengan jumlah kendaraan yang keluar pada
periode waktu yang sama, atau dengan menggunakan rumus berikut:

dengan :
Kp = jumlah kendaraan yang parkir (kendaraan/jam)
t = waktu tinggal kendaraan di lokasi parkir (jam)
∑no = beban parkir sebelumnya (kendaraan)
∑n(masuk) = jumlah kendaraan masuk (kendaraan)
∑n(keluar) = jumlah kendaraan keluar (kendaraan)
c. Durasi parkir
Durasi parkir adalah rentang waktu parkir sebuah kendaraan di suatu tempat dalam satu
satuan waktu. Durasi parkir rata-rata dapat dihitung menggunakan rumus berikut:

dengan :
D = durasi parkir rata-rata (jam/kendaraan)
∑(Nx) = jumlah kendaraan parkir untuk x interval
X = interval x yang ke….(1,2,3…)
I = jumlah interval waktu pengambilan data (jam)
Nr = jumlah kendaraan yang diamati (kendaraan)
d. Tingkat penggunaan parkir/parking turn over (PTO)
Tingkat penggunaan parkir menunjukkan besarnya tingkat penggunaan satu ruang parkir
yang diperoleh dengan membagi jumlah kendaraan parkir dengan luas parkir/jumlah petak
parkir untuk periode tertentu, atau dengan menggunakan rumus berikut:

dengan :
PTO = tingkat penggunaan parkir (kendaraan/petak parkir/jam)
Kp = jumlah kendaraan parkir (kendaraan)
∑PP = jumlah petak parkir (petak parkir)
e. Indeks parkir
Indeks parkir adalah presentase jumlah kendaraan parkir menempati area parkir. Karakteristik
ini merupakan salah satu cara untuk mengetahui tingkat kebutuhan parkir. Indeks parkir dapat
dihitung dengan menggunakan rumus:

dengan :
IP = indeks parkir (%)
Kp = jumlah kendaraan parkir (kendaraan)
∑PP = jumlah petak parkir (petak parkir)
f. Ketersedian parkir
Ketersediaan parkir dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

dengan :
P = ketersediaan parkir (kendaraan)
N = jumlah petak parkir yang disediakan (petak)
T = waktu (jam)
D = durasi parkir rata-rata (jam/kendaraan)
F = faktor isufiensi, nilainya antara 0.85 – 0.95

g. Kebutuhan parkir
Kebutuhan parkir dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

dengan :
Np = kebutuhan parkir (petak)
Kp = jumlah kendaraan parkir (kendaraan/jam)
PTO = parking turn over (kendaraan/petak parkir/jam)

2.2 Satuan Ruang Parkir (SRP)


Satuan ruang parkir (SRP) adalah luasan efektif yang dibutuhkan oleh suatu
kendaraan untuk meletakkan kendaraan tersebut (Pedoman Parkir Tahun 1998). Besarnya
SRP untuk tiap-tiap kendaraan bersifat typical sesuai dengan ukuran dan penggunaan
kendaraan tersebut.
Penentuan besar SRP didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut:
a. Dimensi kendaraan standar untuk mobil penumpang
b. Ruang bebas kendaraan parkir berupa arah lateral dan arah longitudinal
c. Lebar bukaan pintu kendaraan dimana ukurannya merupakan fungsi karakteristik pemakai
kendaraan yang memanfaatkan fasilitas parkir
Gambar 2.1 : SRP sepeda motor dan mobil penumpang
Tabel 2.1 : Penentuan satuan ruang parkir (SRP)
Jenis Kendaraan Satuan Ruang Parkir
(m2)

1) a. Mobil penumpang gol. 1 2.30 x 5.00


b. Mobil penumpang gol. II 2.50 x 5.00
c. Mobil penumpang gol. III 3.00 x 5.00
2) Bus/Truk 3.40 x 12.50
3) Sepeda motor 0.75 x 2.00
Sumber : Pedoman parkir 1998
Tabel 2.2 : Lebar bukaan pintu kendaraan
Jenis Bukaan Pengguna dan/atau Peruntukan Golongan
Pintu Fasilitas Parkir
Pintu ● Karyawan/pekerja kantor I
depan/belakang ● Tamu/pengunjung pusat
terbuka tahap perkantoran, perdagangan,
awal 55 cm Pemerintahan, Universitas
Pintu ● Pengunjung tempat Olahraga, II
depan/belakang pusat hiburan/rekereasi, hotel,
terbuka penuh 75 pusat perdagangan
cm eceran/swalayan, rumah sakit,
bioskop

Pintu depan ● orang cacat III


terbuka penuh
dan ditambah
untuk pergerakan
kursi roda
Sumber : Pedoman parkir 1998

2.4 Analisis Kebutuhan Parkir


Analisis kebutuhan parkir sangat diperlukan untuk perencanaan fasilitas parkir, baik
perencanaan awal maupun perencanaan pengembangan lahan parkir. Analisis ini akan
mengestimasikan luas lahan parkir yang harus disediakan untuk suatu tempat. Ada 2 metode
yang bisa digunakan untuk menentukan kebutuhan lahan parkir. Penggunaan metode ini
bergantung pada fungsi lahan dan luas lahan layanan.
a. Berdasarkan kepemilikan kendaraan
Metode ini mengasumsikan adanya hubungan antara luas lahan parkir dan jumlah
kendaraan yang tercatat di suatu lahan. Meningkatnya jumlah kendaraan akan meningkatkan
kebutuhan area parkir. Metode ini bisa digunakan untuk mengestimasikan pengembangan
lahan parkir yang diperlukan pada suatu lahan parkir yang sudah tersedia.
b. Berdasarkan akumulasi parkir maksimum
Metode ini memperhitungkan kebutuhan lahan parkir didasarkan pada akumulasi
terbesar pada suatu selang waktu pengamatan, dengan harapan bahwa pada lahan parkir ini
tidak akan terjadi penolakan parkir. Apabila metode ini digunakan, maka pada hari biasa dan
pada jam tidak sibuk akan banyak ruang parkir yang kosong, sehingga pemanfaatan ruang
parkir tidak cukup efisien.
2.5 Macam-macam Parkir
Parkir merupakan salah satu bagian dari sistem transportasi dan juga menjadi suatu
kebutuhan, oleh karna itu perlu suatu penataan yang baik agar area parkir dapat digunakan
secara efisien dan tidak menimbulkan masalah bagi kegiatan lalu lintas yang lain.
Parkir menurut tempat/lokasi parkir dibagi menjadi dua, yaitu parkir di badan jalan (on
street parking) dan parkir di luar badan jalan (off street parking). Parkir di badan jalan arelatif
menimbulkan permasalahan yang lebih besar dibandingkan parkir di luar badan jalan.
a. Parkir pada badan jalan (on street parking)
Lokasi yang paling mudah dan biasanya paling cocok bagi pengemudi untuk
memarkirkan kendaraannya ialah di pinggir atau pada badan jalan. Namun parkir semacam
ini menimbulkan permasalahan jika jalan yang bersangkutan tidak direncanakan sebagai
lahan parkir pada badan jalan. Masalah yang biasa terjadi adalah terhambatnya pergerakan
arus lalu lintas yang akhirnya menyebabkan kemacetan.
Perencanaan kebutuhan ruang parkir yang baik dan memperhatikan kondisi lalu lintas
yang ada menghasilkan desain parkir pada badan jalan yang penerapannya di lapangan
berhasil dengan baik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan kebutuhan ruang
parkir pada jalan dan menjadi faktor penting dalam menentukan sudut parkir pada badan
jalan adalah sebagai berikut:
 Lebar jalan
 Volume lalu lintas
 Karakteristik kecepatan
 Dimensi kendaraan
 Peruntukan jalan dan lahan sekitarnya
Sudut parkir pada suatu badan jalan berbeda antara satu dengan yang lainnya, tergantung
pada fungsi jalan dan arah gerak lalu lintas pada jalan yang bersangkutan.
1. Jalan lokal primer dengan gerak lalu lintas satu arah maka standar sudut parkir yang
direkomendasikan adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3 : Lebar minimum jalan lokal primer satu arah on street parking
Kriteria Parkir Satu Lajur Dua Lajur
Sudut Lebar Ruang D+ D+ Lebar Lebar
parkir ruang Ruang manuv- M E M- Lebar total Lebar total
(°) parkir parkir er M (m) J* jalan jalan jalan jalan
A efektif (m) (m) efektif W efektif W
(m) D (m) L (m) (m) L (m) (m)
0 2,3 2,3 3,0 5,3 2,8 3,0 5,8 6,0 8,8
30 2,5 4,5 2,9 7,4 4,9 3,0 7,9 6,0 10,9
45 2,5 5,1 3,7 8,8 6,3 3,0 9,3 6,0 12,3
60 2,5 5,3 4,6 9,9 7,4 3,0 10,4 6,0 13,4
90 2,5 5,0 5,8 10,8 8,3 3,0 11,3 6,0 14,3
*J= Lebar pengurangan ruang manuver (2,5 m)
Sumber: Direktorat Jendral Perhubungan Darat

2. Jalan lokal sekunder dengan gerak lalu lintas satu arah maka standar sudut parkir yang
direkomendasikan adalah sebagai berikut:
Tabel 2.4: Lebar minimum jalan lokal sekunder satu arah on street parking
Kriteria Parkir Satu Lajur Dua Lajur
Sudut Lebar Ruang D+ D+ Lebar Lebar
parkir ruang Ruang manuv- M E M- Lebar total Lebar total
(°) parkir parkir er M (m) J* jalan jalan jalan jalan
A efektif (m) (m) efektif W efektif W
(m) D (m) L (m) (m) L (m) (m)
0 2,3 2,3 3,0 5,3 2,8 2,5 5,3 5,0 7,8
30 2,5 4,5 2,9 7,4 4,9 2,5 7,4 5,0 9,9
45 2,5 5,1 3,7 8,8 6,3 2,5 8,8 5,0 11,3
60 2,5 5,3 4,6 9,9 7,4 2,5 9,9 5,0 12,4
90 2,5 5,0 5,8 10,8 8,3 2,5 10,8 5,0 13,3
*J= Lebar pengurangan ruang manuver (2,5 m)
Sumber: Direktorat Jendral Perhubungan Darat

3. Jalan kolektor dengan gerak lalu lintas satu arah maka standar sudut parkir yang
direkomendasikan adalah sebagai berikut:
Tabel 2.5 : Lebar minimum jalan kolektor satu arah untuk on street parking
Kriteria Parkir Satu Lajur Dua Lajur
Sudut Lebar Ruang D+ D+ Lebar Lebar
parkir ruang Ruang manuv- M E M- Lebar total Lebar total
(°) parkir parkir er M (m) J* jalan jalan jalan jalan
A efektif (m) (m) efektif W efektif W
(m) D (m) L (m) (m) L (m) (m)
0 2,3 2,3 3,0 5,3 2,8 3,5 6,3 7,0 9,8
30 2,5 4,5 2,9 7,4 4,9 3,5 8,4 7,0 11,9
45 2,5 5,1 3,7 8,8 6,3 3,5 9,8 7,0 13,3
60 2,5 5,3 4,6 9,9 7,4 3,5 10,9 7,0 14,4
90 2,5 5,0 5,8 10,8 8,3 3,5 11,8 7,0 15,3
*J= Lebar pengurangan ruang manuver (2,5 m)
Sumber: Direktorat Jendral Perhubungan Darat

b. Parkir di luar badan jalan (off street parking)


Parkir di luar badan jalan adalah sistem parkir dengan menggunakan gedung/lokasi
parkir yang sengaja dibuat di luar badan jalan, dengan tujuan menunjang suatu aktifitas lalu
lintas kendaraan. Parkir jenis ini biasa diterapkan di berbagai tempat umum seperti pasar,
rumah sakit, sekolah/perguruan tinggi, bioskop dan lain sebagainya dengan memperhatikan
tingkat kebutuhan pengguna parkir.
Standar kebutuhan luas areal parkir di luar badan jalan berbeda antara satu dengan
yang lainnya, tergantung kepada beberapa hal, antara lain: pelayanan, tarif yang
diberlakukan, ketersediaan ruang parkir, tingkat kepemilikan kendaraan bermotor, dan tingkat
pendapatan masyarakat. Ukuran kebutuhan ruang parkir adalah luas daerah areal parkir dan
kebutuhan satuan ruang parkir dibedakan menjadi kegiatan parkir yang bersifat tetap dan
sementara. Standar kebutuhan parkir menurut Direktorat Jendral Perhubungan Darat adalah
sebagai berikut:
1. Kegiatan parkir yang bersifat tetap
 Pusat perdagangan
Parkir di pusat perdagangan dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu pekerja yang
bekerja di pusat perdagangan dan pengunjung. Karena tekanan penyedian ruang parkir untuk
pengunjung, maka acuan yang dipakai untuk menentukan kebutuhan ruang parkir adalah luas
areal kawasan pusat perdagangan.
Tabel 2.6 : Kebutuhan SRP di pusat perdagangan
Luas areal total
10 20 50 100 500 1000 1500 2000
(100 m2)
Kebutuhan SRP 59 67 88 125 415 777 1140 1502
Sumber : Direktorat Jendral Perhubungan Darat
 Pusat perkantoran pemerintah maupun swasta
Parkir di pusat perkantoran mempunyai ciri parkir jangka panjang, oleh karna itu penentuan
ruang parkir dipengaruhi oleh jumlah karyawan yang bekerja di kawasan perkantoran
tersebut.
Tabel 2.7 : Kebutuhan SRP di pusat perkantoran
Jumlah Karyawan 1000 1500 2000 2500 3000 4000
Administrasi 235 237 239 240 242 245
Kebutuhan
(SRP) Pelayanan
288 290 291 293 295 298
Umum
Sumber : Direktorat Jendral Perhubungan Darat
 Pasar Swalayan
Seperti halnya pusat perdagangan, pasar swalayan mempunyai karakteristik kebutuhan ruang
parkir yang sama.
Tabel 2.8 : Kebutuhan SRP di pusat perkantoran
Luas areal total
50 75 100 150 200 300 400 500 1000
(100 m2)
Kebutuhan SRP 225 250 270 310 350 440 520 600 1050
Sumber : Direktorat Jendral Perhubungan Darat
 Pasar
Pasar juga mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan pusat perdagangan ataupun
pasar swalayan, walaupun kalangan yang mengunjungi pasar lebih banyak dari golongan
dengan pendapatan menengah kebawah.
Tabel 2.9 : Kebutuhan SRP di pasar
Luas areal total
40 50 75 100 200 300 400 500 1000
(100 m2)
Kebutuhan SRP 160 185 240 300 520 750 970 1200 2300
Sumber : Direktorat Jendral Perhubungan Darat
 Sekolah dan perguruan tinggi
Parkir sekolah/perguruan tinggi dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu
pekerja/dosen/guru dan siswa/mahasiswa. Pekerja/dosen/guru umumnya parkir untuk jangka
panjang dan siswa/mahasiswa umumnya jangka pendek bagi mereka yang diantar jemput dan
jangka panjang bagi mereka yang memakai kendaraannya sendiri. Jumlah kebutuhan ruang
parkir tergantung kepada jumlah siswa/mahasiswa.
Tabel 2.10 : Kebutuhan SRP di sekolah/perguruan tinggi
Jumlah
Siswa/mahasiswa 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
(100 orang)

Kebutuhan SRP 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240

Sumber : Direktorat Jendral Perhubungan Darat


 Tempat rekreasi
Kebutuhan parkir di tempat rekreasi dipengaruhi oleh daya tarik tempat tersebut. Biasanya
pada hari-hari minggu libur kebutuhan parkir meningkat dari hari kerja. Perhitungan
kebutuhan didasarkan pada luas areal tempat rekreasi.
Tabel 2.11 : Kebutuhan SRP di tempat rekreasi
Luas areal total
50 100 150 200 400 800 1600 3200 6400
(100 m2)
Kebutuhan SRP 103 109 115 122 146 196 295 494 892
Sumber : Direktorat Jendral Perhubungan Darat
 Hotel dan penginapan
Kebutuhan ruang parkir di hotel dan penginapan tergantung kepada tarif sewa kamar yang
diberlakukan dan jumlah kamar serta kegiatan-kegiatan lain seperti seminar, pesta kawin
uang diadakan di hotel tersebut.
Tabel 2.12 : Kebutuhan SRP di hotel dan penginapan
Jumlah kamar (buah) 100 150 200 250 350 400 500 550 600
< 100 154 155 156 158 161 162 165 166 167
Tarif
standar 100 - 150 300 450 476 477 480 481 484 485 487
($) 150 - 200 300 450 600 798 799 800 803 804 806
200 - 250 300 450 600 900 1050 1119 1122 1124 1125
Sumber : Direktorat Jendral Perhubungan Darat
 Rumah sakit
Seperti halnya hotel kebutuhan ruang parkir di rumah sakit tergantung kepada tarif rumah
sakit yang diberlakukan dan jumlah kamar.
Tabel 2.13 : Kebutuhan SRP di rumah sakit
Jumlah tempat tidur
50 75 100 150 200 300 400 5000 1000
(buah)

Kebutuhan SRP 97 100 104 111 118 132 146 160 230

Sumber : Direktorat Jendral Perhubungan Darat


2. Kegiatan parkir yang bersifat sementara
 Bioskop atau gedung pertunjukan
Ruang parkir di bioskop/gedung pertunjukan sifatnya sementara dengan durasi atara 1,5
sampai 2 jam saja dan keluarnya bersamaan sehingga perlu kapasitas pintu keluar yang besar.
Besarnya kebutuhan ruang parkir tergantung kepada jumlah tempat duduk.
Tabel 2.14 : Kebutuhan SRP di bioskop/gedung pertunjukan
Jumlah tempat duduk
300 400 500 600 700 800 900 1000 1100
(buah)

Kebutuhan SRP 198 202 206 210 214 218 222 227 230

Sumber : Direktorat Jendral Perhubungan Darat


 Gelanggang olahraga
Ruang parkir di gelanggang olahraga sifatnya sementara dengan durasi antara 1,5 sampai 2
jam saja dan keluarnya bersamaan sehingga perlu kapasitas pintu keluar yang besar. Besarnya
kebutuhan ruang parkir tergantung kepada jumlah tempat duduk.
Tabel 2.15 : Kebutuhan SRP di gelanggang olahraga
Jumlah tempat duduk
40 50 60 70 80 90 100 150
(buah)

Kebutuhan SRP 235 290 340 390 440 490 540 790

Sumber : Direktorat Jendral Perhubungan Darat


Berdasarkan ukuran ruang parkir yang dibutuhkan yang belum tercakup di atas dapat dilihat
pada tabel 2.16:
Tabel 2.16 : Ukuran kebutuhan ruang parkir
Kebutuhan ruang
Peruntukan Satuan ruang parkir
parkir
Pusat perdagangan
• Pertokoan SRP/100 m2 luas lantai efektif 3,5 - 7,5
• Pasar swalayan SRP/100 m2 luas lantai efektif 3,5 - 7,5
• Pasar SRP/100 m2 luas lantai efektif 3,5 - 7,5
Pusat perkantoran
• Pelayanan bukan umum SRP/100 m2 luas lantai 1,5 - 3,5
• Pelayanan umum SRP/100 m2 luas lantai 1,5 - 3,5
Sekolah SRP/mahsiswa 0,7 - 1,0
Hotel/tempat penginapan SRP/kamar 0,2 - 1,0
Rumah sakit SRP/tempat tidur 0,2 - 1,3
Bioskop SRP/tempat duduk 0,1 - 0,4
Sumber : Direktorat Jendral Perhubungan Darat
Bila kelompok masyarakat yang menggunakan fasilitas parkir adalah dari kalangan bawah
maka digunakan batas bawah dan bila dari kalangan atas maka digunakan batas atas.

2.6 Pola Parkir


Dalam penerapan kebijaksanaan parkir perlu dipikirkan pola pola parkir yang akan
diimplementasikan. Pola parkir yang dimaksud harus sesuai dengan kondisi yang ada.
Beberapa pola parkir yang telah berkembang di kota-kota besar maupun kota kecil adalah :
a. Parkir kendaraan satu sisi
Pola parkir ini diterapkan apabila ketersedian ruang parkir untuk parkir sempit.
1. Membentuk sudut 90°
Pola parkir ini memiliki daya tampung lebih banyak, namun kemudahan dan kenyamanan
pengemudi melakukan manuver masuk dan keluar parkir kurang jika dibandingkan dengan
pola parkir dengan menggunakan sudut kurang dari 90°.

Gambar 2.2 : pola parkir tegak lurus atau 90°


2. Membentuk sudut 30°, 45°, dan 60°
Pola parkir ini memiliki daya tampung lebih sedikit dibandingkan dengan pola parkir 90°,
namun memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada para pengemudi dalam melakukan
manuver baik pada saat masuk maupun keluar parkir.

Gambar 2.3 : pola parkir tegak lurus atau 90°


b. Parkir kendaraan dua sisi
Pola parkir ini diberlakukan jika luas lahan parkir cukup luas dan memadai.
1. Membentuk sudut 90°
Pada pola parkir ini, pergerakan kendaraan dapat satu arah dan dua arah.

Gambar 2.4 : pola parkir dua sisi dengan sudut 90°

2. Membentuk sudut 30°, 45°, dan 60°

Gambar 2.5 : pola parkir dua sisi dengan sudut 30°, 45°, dan 60°
c. Pola parkir pulau
1. Membentuk sudut 90°

Gambar 2.6 : pola parkir pulau dengan sudut 90°


2. Membentuk sudut 45°
 Bentuk tulang ikan tipe A

Gambar 2.7 : pola parkir bentuk tulang ikan tipe A

 Bentuk tulang ikan tipe B

Gambar 2.8 : pola parkir bentuk tulang ikan B


 Bentuk tulang ikan tipe C

Gambar 2.9 : pola parkir bentuk tulang ikan C

2.7 Konsep Perencanaan Transportasi


Menurut Warpani (1991), perencanaan transportasi merupakan suatu proses yang
bertujuan mengembangkan sistem yang memungkinkan manusia dan barang
bergerak/berpindah tempat dengan aman dan murah. Perencanaan transportasi sangat
dibutuhkan sebagai konsekuensi dari pertumbuhan, keadaan lalu lintas dan perkembangan
kota. Terdapat beberapa konsep perencanaan transportasi yang berkembang sampai saat ini,
dan model yang paling populer adalah “Model Perencanaan Transportasi Lima Tahap”.
Adapun model perencanaan ini merupakan gabungan dari beberapa sub model yang masing-
masing harus dilakukan secara terpisah dan berurutan (Tamin, 2000), yaitu:
a. Aksesibilitas dari sistem zone dan jaringan transportasi
Merupakan konsep yang menggabungkan sistem pengaturan tata guna lahan secara
geografis dengan sistem jaringan yang menghubungkannya. Menurut Black (1991),
aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atua kemudahan mengenai cara lokasi tata
guna lahan berinteraksi satu sama lain dan mudah atau susahnya lokasi tersebut dicapai
melalui sistem jaringan transportasi.
b. Bangkitan dan tarikan pergerakan
Bangkitan pergerakan adalah tahapan permodelan yang memperkirakan jumlah
pergerakan yang berasal dari suatu zone atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang
tertarik ke suatu tata guna lahan atau zone.
c. Sebaran pergerakan
Pola sebaran arus lalu lintas antara zone asal ke zone tujuan adalah hasil dari dua hal
yang terjadi bersamaan yaitu lokasi dan identitas tata guna lahan yang akan menghasilkan
arus lalu lintas dan pemisahan ruang, interaksi antara duah buah tata guna lahan akan
menghasilkan pergerakan manusia dan barang.
d. Pemilihan moda
Jika terjadi interaksi antara dua tata guna lahan maka seseorang akan memutuskan
interaksi tersebut dilakukan, yaitu salah satunya adalah pemilihan alat angkut (moda).
e. Pemilihan rute
Pemilihan rute juga tergantung pada moda transportasi. Adapun pemilihan moda dan
pemilihan rute dilakukan bersama dan tergantung alternatif terpendek, tercepat dan termurah.

2.8 Sistem Pengelolaan Parkir


Fasilitas parkir adlah fasilitas umum, merupakan faktor yang sangat penting dalam
sistem transportasi pada daerah perkotaan, dimana dari sudut pandang teknik lalu lintas
aktivitas parkir yang ada saat ini umumnya mengganggu kelancaran arus lalu lintas,
mengingat besarnya parkir yang dilakukan pada badan jalan.
Dari sisi lain, aktivitas parkir baik di badan jalan maupun di luar badan jalan
merupakan pendapatan daerah yang potensial jika dikelola dengan baik.
a. Tata cara parkir
Dalam melaksanakan parkkir, baik pengmudi maupun juru parkir harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
 Batas parkir yang dinyatakan dengan marka pembatas.
 Keamanan kendaraan dengan mengunci kendaraan dan memasang rem parkir.
Sesuai dengan fasilitasnya, tata cara parkir adalah sebagai berikut:
1. Fasilitas parkir tanpa pengendalian parkir
 Dalam melakukan parkir, juru parkir dapat memandu pengemudi kendaraan.
 Juru parkir memberikan karcis bukti pembayaran sebelum kendaraan meninggalkan ruang
parkir.
 Juru parkir harus menggunakan seragam dan identitas.
2. Fasilitas parkir dengan pengendalian parkir
 Pada pintu masuk, baik dengan petugas maupun dengan pintu otomatis, pengemudi harus
mendapat karcis tanda parkir, yang mencantumkan jam masuk (bila diperlukan, petugas
mencatat plat nomor kendaraan).
 Dengan dan tanpa juru parkir, pengemudi memarkirkan kendaraan sesuai dengan tata cara
parkir.
 Pada pintu keluar, petugas harus memeriksa kebenaran karcis tanda parkir, mencatat lama
parkir, menghitung tarif parkir sesuai dengan ketentuan, dan menerima pembayaran dari
pengemudi.

Itulah sedikit penjelasan mengenai parkir, adapun contoh artikel yang membahas mengenai
perencanaan parkir akan diupdate beberapa waktu mendatang. Semoga bermanfaat :)

Anda mungkin juga menyukai