Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum

Volume 12, Nomor 1, Tahun 2016 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

PERLINDUNGAN HUKUM KAWASAN KARST TERHADAP KEGIATAN


PERTAMBANGAN KAITANNYA DENGAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
(STUDI KASUS PENAMBANGAN BATU GAMPING DI KAWASAN KARST GOMBONG
SELATAN, KEBUMEN, JAWA TENGAH)
Wisda Amalia1, Adji Samekto2, Eko Sabar Prihatin3
Program Studi Magister Ilmu Hukum
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

ABSTRAK

Kawasan Penambangan Batu Gamping di Gombong Selatan, Kabupaten Kebumen, Jawa tengah,
merupakan Kawasan Bentang Alam Karst, yang secara yuridis tidak boleh ditambang, namun faktanya
kawasan tersebut masih terus ditambang oleh masyarakat sekitar, sehingga banyak dampak kerusakan
lingkungan yang terjadi. Fenomena ini akhirnya memunculkan pertanyaan, mengapa pemerintah daerah
belum memberikan perlindungan hukum terhadap Kawasan Karst Gombong secara optimal. Beberapa
faktor yang mempengaruhi ketidakoptimalan pemerintah daerah dalam memberikan perlindungan hukum,
selain karena faktor ekonomi yang mendominasi, faktor dilematis pemerintah dalam menertibkan para
penambang yang hanya menambang skala kecil pun, akhirnya semakin menyebabkan regulasi yang ada
tidak berjalan secara optimal. Ditambah, dengan beralihnya kewenangan Izin Pertambangan Rakyat ke
provinsi, yang justru semakin mempersulit dan memperlemah pengawasan pemerintah daerah. Realita ini
menunjukkan bahwa masih lemahnya penegakan hukum di daerah tersebut, oleh karena itu penting
adanya penguatan kembali secara kelembagaan, aturan, serta budaya hukum, sehingga hukum dapat
berfungsi dengan baik dan lebih efektif.

Kata Kunci : Kawasan karst; Penambangan batu Gamping

1 Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum UNDIP


2 Penulis Kedua, Penulis Koresponden
3 Penulis Ketiga

132
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 12, Nomor 1, Tahun 2016 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Pendahuluan Salah satu kawasan karst di Indonesia


ialah Kawasan Karst Gombong Selatan di
Kawasan karst merupakan bentang alam Kebumen, Jawa Tengah. Kawasan Karst Gombong
yang terbentuk dalam kurun waktu ribuan tahun, Selatan merupakan salah satu kekayaan alam
tersusun atas batuan karbonat (batu kapur/batu yang memiliki potensi yang sangat besar di
gamping) yang mengalami proses pelarutan Kebumen. Keberadaan dan besarnya potensi yang
sedemikian rupa, hingga membentuk kenampakan terkandung di dalam Kawasan karst Gombong
morfologi dan tatanan hidrologi yang unik dan Selatan itulah yang akhirnya pada tahun 2004
khas.4 Selain menyimpan air, dan memiliki sumber ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang
daya alam hayati berupa jenis flora dan fauna, karst Yudhoyono sebagai kawasan eko-karst.5 Namun
juga mengandung sumber daya alam nonhayati, sayangnya, berbagai potensi yang dimiliki kawasan
salah satunya ialah batu gamping, yang mana karst Gombong Selatan ini semakin lama semakin
merupakan bahan galian golongan C. menurun bahkan memprihatinkan. Keadaan ini
Banyaknya sumber daya alam yang terutama disebabkan oleh semakin maraknya
terkandung di dalam kawasan karst, akhirnya kegiatan penambangan batu gamping yang
menjadikan kawasan tersebut sebagai lahan dilakukan di kawasan tersebut.
potensial yang memberikan banyak keuntungan. Menurut Dinas Lingkungan Hidup
Namun, bersamaan dengan dampak positif Kebumen jelas akan menambah rusaknya
pemanfaatannya, kawasan karst sudah tentu pula lingkungan karst, khususnya gua karst Gombong,
menjadi sangat rentan terhadap kerusakan habitat tempat sarang burung walet dan kelelawar
lingkungan. yang berada di sana, serta menghancurkan fungsi
gua karst sebagai penyimpan air.

5 Sumber Referensi : Gregorius Magnus zFinesso (editor:


Nasru Alam Aziz), “Tambang Liar Ancam Kawasan Karst
Gombong
Selatan”,http://regional.kompas.com/read/2012/05/21/185045
4 Sari B.Kusumayudha, Hiderologi Karst dan Geometri
85/Tambang.Liar.Ancam.Kawasan.Karst.Gombong.Selatan.,
Fraktal di Daerah Gunungsewu, Adicita Karya Nusa,
diakses tanggal 3 September 2015.
Yogyakarta, 2005, hlm. 1

133
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 12, Nomor 1, Tahun 2016 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Besarnya perkiraan dampak kerusakan terhadap pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan


lingkungan karst atas kegiatan pertambangan ini hukum”.6
realitanya tidak mengurangi kegiatan tambang- Enam hal yang menjadi ruang lingkup dalam
menambang, justru sebaliknya beberapa tahun upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan
terakhir ini kegiatan penambangan semakin (Pasal 4 UU No. 32 tahun 2009) di atas tersebutlah,
meningkat. yang dapat dijadikan poin penting untuk
Pertambangan dan lingkungan hidup menganalisis lebih dalam mengenai upaya
bagaikan dua sisi dari sekeping mata uang, antara perlindungan hukum pada kasus pertambangan di
menyejahterakan atau mengorbankan alam sekitar, kawasan karst Gombong Selatan. Adapun Penulis
oleh karena itu, idealnya perlu keseimbangan dalam penelitian ini, lebih menekankan fokus
antara pengelolaan dan kelestarian lingkungan, kajiannya pada salah satu aspek, yaitu
sehingga kegiatan penambangan yang bernilai pengendalian.
ekonomi bagi negara dan masyarakat lokal dapat Berdasarkan latar belakang yang telah Penulis
berjalan, namun tetap tidak merusak kawasan paparkan di atas inilah, kemudian Penulis rasa
lindung tersebut. perlu mengangkatnya ke dalam sebuah kajian yang
Peraturan Perundang-Undangan No. 32 Tahun berjudul : “Perlindungan Hukum Kawasan Karst
2009 sebagai Undang-Undang payung dari terhadap Kegiatan Pertambangan Kaitannya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan, yang dengan Pengelolaan Lingkungan (Studi kasus
akhirnya memiliki peran penting dalam upaya Penambangan batu Gamping di Kawasan karst
menganalisis dan memberikan solusi hukum dari Gombong Selatan, Kebumen, Jawa Tengah).
kasus penambangan di kawasan karst Gombong
selatan ini. UU No.32 Tahun 2009 tersebut
menggariskan bahwa:
“perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
adalah upaya sistematis dan terpadu yang
dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan
hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan /
atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi 6 Pasal 1 angka ayat (2) UU No. 32 tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,

134
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 12, Nomor 1, Tahun 2016 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Metode Penelitian Sementara untuk teknik analisis data yang


digunakan dalam penelitian ini ialah preskriptif
Penelitian ini menggunakan pendekatan sosio- analisis, yang bersifat induktif. Hal ini mengingat,
legal, yaitu pendekatan yang memadukan antara bahwa penelitian hukum menurut Bernard Arif
kajian normatif dengan empirik, artinya dalam Sidharta, hukum mempunyai peran menyelesaikan
pengkajiannya mengkonsepsikan hukum sebagai problem konkrit dalam masyarakat, sehingga sifat
norma, sekaligus sebagai realitas.7 Hukum penelitian-penelitian hukumnya lebih cenderung
dipahami sebagai peraturan dan sekaligus sebagai bersifat preskriptif. Preskriptif analisis ialah
sub-sistem dalam masyarakat, yang prosedur penelitian yang dimaksudkan untuk
keberlakuannya mempengaruhi dan dipengaruhi mendapatkan saran-saran mengenai apa yang
sub-sistem lainnya.8 harus dilakukan untuk mengatasi masalah
Sementara spesifikasi penelitian yang tertentu.10
digunakan adalah penelitian yang bersifat kualitatif,
karena dalam penelitian ini yang diutamakan Pembahasan
adalah kedalaman data, bukan dari banyaknya
data, sehingga dalam penelitian ini sangat A. Faktor Kurang Optimalnya Pemerintah
diperlukan narasumber dan penelitian secara Daerah Dalam Melakukan Perlindungan
langsung.9 Berdasarkan spesifikasi inilah, maka Hukum Terhadap Kawasan Karst Gombong
metode pengumpulan data yang digunakan berupa Selatan dari Kegiatan Pertambangan
wawancara dan studi pustaka.
Terkait kurang optimalnya pemerintah
daerah dalam melakukan perlindungan hukum,
sebagaimana hasil wawancara yang dilakukan
7 Adji Samekto, Pergeseran Pemikiran Hukum dan Era Penulis terhadap beberapa sumber (baik
Yunani Menuju Postmodernisme, Penerbit Konstitusi
pemerintah daerah, maupun instansi pemerintah
Press, Jakarta, 2015, hlm. 187.
yang bertanggung jawab di bidang terkait),
8 Adji Samekto, Pemahaman Dasar Metode Penelitian
Hukum, Op.Cit., hlm. 4.
10 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian
9 M. Djunaidi Ghony, dan Fauzan Almanshur, Metodologi
Penelitian Kualitatif, Ar-Ruzz media, Yogyakarta, 2012, Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm.48.
hlm. 18.
135
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 12, Nomor 1, Tahun 2016 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

dapat diketahui bahwa terdapat beberapa faktor Faktor tersebut meliputi keseluruhan komponen
yang mempengaruhi. sistem hukum, yaitu faktor substansial, faktor
Pertama, faktor yang berasal dari struktural dan faktor kultural. Berdasarkan teori
masyarakat Kawasan karst Gombong Selatan, inilah, kemudian dapat kita lihat pada kasus
diantaranya seperti ; masih minimnya kesadaran maraknya penambangan ilegal pada kawasan karst
masyarakat (penambang) di Kawasan Karst Gombong Selatan, bahwa banyak faktor yang
Gombong Selatan untuk berizin. Hal ini tentu mempengaruhi berlakunya hukum di kawasan
merupakan salah satu faktor yang cukup rumit tersebut. Bisa jadi masyarakat penambang ilegal
pemecahannya, sebab menyangkut aspek yang masih belum sadar akan pentingnya berizin
kesadaran seseorang. Oleh karena itu untuk itu, disebabkan faktor ekonomi atau pendidikannya
mengkajinya tentu harus dilihat dari berbagai yang rendah, sehingga pengetahuan mengenai
aspek, baik sosial, ekonomi, maupun pendidikan. perizinan dan dampak yang ditimbulkan masih
Sebagaimana dikemukakan oleh William J. sangat kurang.
Chambliss dan Robert B. Seidman, dalam Teorinya Faktor kedua yakni penambang ilegal
tentang Berlakunya Hukum. merupakan penduduk yang secara turun temurun
Menurut Chambliss dan Seidman11, secara tinggal di Kawasan Karst Gombong selatan
garis besar bekerjanya hukum dalam masyarakat tersebut, sehingga mereka merasa bahwa lahan
akan ditentukan oleh beberapa faktor, artinya yang mereka tambang adalah milik mereka sendiri.
keberhasilan pelaksanaan suatu peraturan Hal ini diakui oleh Kabid Pengembangan
perundang-undagan di dalam masyarakat, sangat Infrastruktur dan Wilayah, Bapedda Kabupaten
tergantung banyak faktor. Kebumen, Joni Hermawan,12 menjadi dilema
tersendiri dalam menegakan aturan. Sebab rata-
rata alasan yang diutarakan para penambang ilegal
tersebut ialah untuk memenuhi kebutuhan hidup
11 Pendapat Chambliss dan Seidman dikutip dari Buku mereka sehari-hari, bukan bussines oriented.
Syahrul Machmud, Penegakan Hukum Lingkungan
Indonesia, Penegakan Hukum Administrasi, Hukum
Perdata, dan Hukum Pidana Menurut Undang-Undang 12 Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bidang
No.32 Tahun 2009, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2012, hlm. Pengembangan Infrastruktur dan Wilayah Bappeda, Joni
164. Hermawan (Kebumen, 30 November 2015)

136
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 12, Nomor 1, Tahun 2016 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Berdasarkan pertimbangan itulah, akhirnya yang bersifat hayati maupun non–hayati. Ini
para penambang di Kawasan Karst Gombong yang menguatkan apa yang pernah disampaikan oleh
seharusnya tidak boleh ditambang, diberi toleransi Edith Brown Weiss mengenai teori “keadilan
untuk tetap menambang, meski tanpa izin. antargenerasi”nya. Edith Brown Weiss
Faktor kurangnya kesadaran pemahaman sebagaimana dikutip oleh Adji Samekto13,
tentang pentingnya melindungi kawasan lindung menyatakan bahwa secara garis besar ada tiga
karst pun, menjadi salah satu yang menyebabkan tindakan generasi dulu dan sekarang yang sangat
upaya perlindungan hukum pemerintah daerah merugikan generasi mendatang di bidang
kurang terrealisasikan dengan baik. Meski berulang lingkungan, yaitu :
kali dilakukan sosialisasi, pihak Bapedda, KLH, (1) konsumsi yang berlebihan terhadap
ESDM maupun Kehutanan, berusaha menghimbau sumber daya alam yang berkualitas, yang
agar para penambang batu gamping mau beralih membuat generasi mendatang harus membayar
profesi ke lain sektor, seperti pertanian atau mahal untuk mengkonsumsi sumber daya yang
peternakan, namun, mereka masih sulit untuk sama;
beralih dari sektor tambang. Pola pikir kegiatan (2) pemakaian sumber daya alam yang saat
penambangan merupakan matapencaharian yang ini belum diketahui manfaat terbaiknya secara
sangat efektif untuk mendapatkan keuntungan berlebihan, sangat merugikan kepentingan
secara langsung, dirasa lebih menjanjikan generasi mendatang, karena mereka harus
dibandingkan sektor lain yang harus memakan membayar in-efisiensi dalam penggunaan sumber
waktu lama untuk menikmati hasilnya. daya alam tersebut oleh generasi dulu dan
Faktor lain yang juga semakin sekarang;
mempengaruhi ketidakoptimalana pemerintah
daerah dalam menegakan aturan hukum ialah
kurangnya kesadaran pemahaman masyarakat
tentang pentingnya melindungi kawasan lindung
karst. Sebagian masyarakat penambang lebih
mementingkan kesejahteraan ekonomi mereka,
ketimbang memperhatikan kelestarian kawasan
lindung karst dan lingkungan di dalamnya, baik 13 Adji Samekto, Kapitalisme, Modernisme, dan Kerusakan
Lingkungan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hlm. 74.
137
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 12, Nomor 1, Tahun 2016 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

(3) pemakaian sumber daya alam secara habis- Kawasan karst yang tidak lagi mengalami proses
habisan oleh generasi dulu dan sekarang membuat karstifikasi dan tidak ada ekosokarst dan
generasi mendatang tidak memiliki keragaman endokarstnya boleh ditambang.14 Kendati demikian,
sumber daya alam yang tinggi. Dari ketiga masyarakat masih susah untuk ditertibkan,
penyebab kerusakan sumber daya alam tersebut, ditambah dengan berlakunya UU NO.23 tahun
maka dapat dilihat dari apa yang terjadi di Kawasan 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yang mana
Karst Gombong Selatan ini. Kurangnya kesadaran mengalihkan kewenangan Izin Pertamabangan
akan pentingnya karst sebagai kawasan lindung Rakyat ke provinsi. Hal ini justru semakin
akan berdampak buruk pada generasi selanjutnya. memperbesar angka ketidakmauan penambang
Faktor terakhir dari masyarakat, yaitu tidak dalam berizin, sebab banyaknya kendala yang
mau bersusah-payahnya masyarakat penambang dirasakan mareka ketika harus berizin dari daerah
dalam mengurus proses perizinan. Menurut Kabid ke provinsi.
PIW Bappeda, terkait pemanfaatan kawasan karst, Selain faktor yang berasal dari masyarakat, faktor
sebenarnya ada wilayah karst yang bisa ditambang, yang berasal dari pemerintah itu sendiri pun tidak
namun harus dengan izin. Kawasan karst tersebut kalah berpengaruhnya terhadap ketidakoptimalan
yaitu Kawasan Karst Gombong Selatan yang kinerja mereka. Lemahnya penegakan hukum dari
berada di luar Kawasan Bentang Alam Karst pemerintah, sebab adanya unsur dilematis dalam
(KBAK) yang telah ditetapkan Kepmen ESDM No. menerapkan aturan hukum, menjadi salah satu
3873 K/40/MEM/2014 tentang Penetapan Kawasan faktor yang sangat berpengaruh. Pemerintah
Bentang Alam Karst Gombong. Hal ini dikuatkan cenderung memberikan toleransi terhadap
oleh informasi dari Kabid Pemulihan Lingkungan masyarakat penambang yang berdalih menambang
Hidup Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten untuk kebutuhan sehari-hari di Kawasan Bentang
Kebumen, yang menjelaskan bahwa tidak semua Alam Karst tersebut.
kawasan karst yang termasuk dalam tiga
kecamatan (Buayan,Ayah dan Rowokele) itu
merupakan kawasan yang tidak boleh ditambang.

14 14 Hasil wawancara Kabid Pemulihan Lingkungan Hidup,


Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kebumen, Siti Duhrotul
Yatimah, (Kebumen, 1 Februari 2016)
138
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 12, Nomor 1, Tahun 2016 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Pengaruh atas berlakunya UU No. 23 Tahun B. Upaya Perlindungan Hukum Pemerintah


2014 tentang Pemerintahan Daerah, dimana Daerah dalam Rangka Pengelolaan Kawasan
kewenangan perizinan beralih dari daerah ke Karst Gombong
provinsi pun, menjadi salah satu kendala
pemerintah dalam menegakan aturan hukum, salah Sebagai upaya perlindungan hukum yang
satunya dalam hal pengawasan. Menurut Kabid dilakukan pemerintah dalam rangka pengelolaan
ESDM, sejak adanya UU tersebut, maka terkait Kawasan Karst Gombong Selatan ialah dengan
pengawasan pertambangan, yang melakukan menegakan aturan-aturan terkait Kawasan Karst
adalah langsung dari pusat, pemerintah daerah Gombong Selatan. Adapun regulasi-regulasi terkait
hanya membantu. Pemerintah daerah tidak lagi diantaranya berupa UU No. 32 Tahun 2009 tentang
memiliki kewenangan terkait kegiatan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
pertambangan yang berada di daerah. Bahkan Perda Provinsi Jawa Tengah No. 6 Tahun 2010
menurutnya, Oktober 2016 ini, semua data dan tentang RTRW Provinsi Jawa Tengah, Perda
arsip-arsip yang dimiliki pihak ESDM Kebumen Kabupaten Kebumen No. 23 tahun 2012 tentang
terkait pertambangan, sudah harus diserahkan ke RTRW Kabupaten Kebumen, serta Kepmen ESDM
provinsi. Hal ini tentu akhirnya semakin Nomor 3873 K / 40 / MEM / 2014, tentang
memperlemah penegakan hukum terkait Penetapan Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK)
penambangan ilegal di Kawasan Karst Gombong Gombong. Namun, dalam realitanya beberapa
Selatan.15 aturan hukum tersebut di lapangan masih sangat
sulit sekali diterapkan. Masih banyak pelanggaran-
pelanggaran yang dilakukan masyarakat sekitar,
hingga akhirnya berdampak pada kerusakan
lingkungan karst, seperti semakin menurunya
kualitas dan kuantitas air yang terkandung di
dalamnya, rusaknya lahan karst, terganggunya
ekosistem di kawasan tersebut, serta terjadinya
pencemaran udara sebab asap yang dihasilkan
15 Hasil wawancara Kabid ESDM Dinas SDA ESDM dari proses pembakaran gamping tersebut.
Kabupaten Kebumen, Endah Dwi Yantiningsih,
(Kebumen, 21 Maret 2016)

139
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 12, Nomor 1, Tahun 2016 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Kepmen ESDM No. 3873 K / 40 / MEM / 2014 lingkungan dan pembangunan yang berwawasan
yang menyebutkan jumlah luasan geologi dan lingkungan, sebagian dari mereka menambang
hiderologi KBAK Gombong sebesar 40, 89 km2, dengan menggunakan bahan-bahan peledak yang
dan ketentuan sanksi-sanksi di dalam UU No.32 sudah tentu semakin memperparah kawasan
tahun 2009, Perda RTRW Jawa tengah maupun lindung tersebut.
Kebumen pun nyatanya tidak cukup Berdasarkan fakta-fakta di atas, maka menurut
”menggentarkan‟ penambang ilegal di kawasan Penulis, penting adanya penguatan kembali secara
tersebut. kelembagaan, aturan (khususnya terkait
Upaya-upaya pengendalian dan pengelolaan pengelolaan Kawasan Karst), serta kultur atau
oleh pemerintah daerah nyatanya juga telah budaya taat hukum di daerah tersebut. Hal ini agar
diberikan. Menurut pemerintah daerah, mereka hukum dapat berfungsi dengan baik dan berjalan
secara rutin, bekerjasama dengan instansi-instansi lebih efektif.
pemerintahan yang bertanggung jawab di bidang Penguatan kelembagaan ini pun tentunya
terkait, mengadakan sosialisasi-sosialisasi dan tetap dengan merujuk asas-asas hukum yang telah
pembinaan terhadap masyarakat di 3 kecamatan diatur dalam Pasal 2 UU No.32 tahun 2009 tentang
yang masuk dalam Kawasan karst Gombong perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
Selatan tersebut. Sosialisasi dan pembinaan ini sehingga diharapkan akan lebih terwujud upaya
terutama dimaksudkan agar masyarakat beralih perlindungan hukum, baik secara preventif maupun
profesi, dari sektor tambang ke sektor lainnya yang secara represif, yang optimal dan dapat
lebih ramah lingkungan. Upaya-upaya tersebut memberikan keadilan, antar generasi khususnya,
ternyata tidak cukup mengendalikan angka serta kepastian hukum bagi Kawasan Bentang
penambangan ilegal di kawasan tersebut, Alam Karst.
mengingat semakin hari justru kegiatan Apabila secara kelembagaan, aturan dan
penambangan batu gamping semakin marak budaya hukum di daerah tersebut kuat, seluruh
terjadi. Kendati masyarakat sekitar Kawasan Karst elemen menyadari dan taat pada hukum yang
mengetahui mana saja wilayah karst yang termasuk berlaku, maka akan sangat mungkin kiranya
dalam KBAK dan mana yang tidak, mereka tetap perlindungan dan pengelolaan lingkungan Kawasan
menambang kawasan tersebut, bahkan ironisnya Karst Gombong yang berkelanjutan dan
dengan minimnya kesadaran akan pentingnya berwawasan lingkungan terwujud dengan baik.

140
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 12, Nomor 1, Tahun 2016 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Simpulan dan Saran UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan


Daerah yang mengalihkan kewenangan izin ke
A. Simpulan provinsi, akhirnya semakin mempersempit ruang
gerak pemerintah daerah. Mereka sudah tidak
1. Kurang optimalnya pemda dalam melakukan memiliki peran yang signifikan terkait kegiatan
perlindungan hukum terhadap Kawasan karst pertambangan di daerah.
Gombong Selatan dari kegiatan pertambangan,
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : 2. Sebagai upaya perlindungan hukum dalam
faktor dari dalam masyarakat/sosial, seperti rangka pengelolaan Kawasan Karst Gombong,
masih minimnya kesadaran masyarakat untuk maka selain dengan menegakan aturan-aturan
berizin, mayoritas penambangan adalah terkait perlindungan Kawasan Karst Gombong,
penduduk asli kawasan karst tersebut, yang berupa UU No. 32 Tahun 2009 tentang
kurangnya kesadaran masyarakat tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
pentingnya melindungi kawasan lindung karst, Hidup, Perda Provinsi Jawa Tengah No. 6
serta masyarakat yang tidak mau bersusah Tahun 2010 tentang RTRW Provinsi Jawa
payah mengurus terkait izin pemanfaatan batu Tengah, Perda Kabupaten Kebumen No. 23
gamping di luar Kawasan Bentang Alam Karst tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten
yang boleh ditambang, ditambah dengan Kebumen, serta Kepmen ESDM Nomor 3873 K /
beralihnya kewenangan perizinan 40 / MEM / 2014, tentang Penetapan Kawasan
pertambangan rakyat ke provinsi. Adapun faktor Bentang Alam Karst (KBAK) Gombong,
yang menyebabkan ketidakoprimalan pemerintah juga telah berupaya dengan secara
perlindungan hukum oleh pemerintah daeraha rutin mengadakan sosialisasi dan pembinanaan
ialah disebabkan dari dalam peemerintahan itu kepada masyarakat di 3 kecamatan Karst
sendiri, dimana adanya unsur dilematis gombong tersebut. pembinaan lebih
pemerintah dalam menerapkan aturan hukum di dimaksudkan agar masyarakat beralih profesi
Kawasan Karst Gombong tersebut,sehingga dari tambang ke sektor usaha yang lain, namun
masih ada toleransi yang diberikan bagi nyatanya upaya ini belum banyak membuahkan
penambang yang menambang untuk kebutuhan hasil. Oleh karena itu penting adanya penguatan
sehari-hari. Selain itu pengaruh atas berlakunya kembali secara kelembagaan, aturan

141
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 12, Nomor 1, Tahun 2016 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

(khususnya terkait pengelolaan kawasan karst), 2) Bagi Pemerintah Daerah


serta kultur atau budaya taat hukum di kawasan Untuk menciptakan kepastian dan penegakan
tersebut, sehingga hukum dapat berfungsi aturan hukum yang baik dan tegas terkait
dengan baik dan lebih efektif. Penguatan perlindungan dan pengelolaan Kawasan Karst
kelembagaan ini juga tentunya dengan merujuk Gombong ini, maka sangat diperlukan adanya
pada asas-asas hukum yang telah diatur dalam pembenahan secara kelambagaan. Lembaga
Pasal 2 UU No. 32 tahun 2009, sehingga harus lebih memperkuat struktur di dalamnya,
diharapkan akan lebih terwujud upaya agar aturan hukum yang berlaku dapat
perlindungan hukum, baik secara preventif diterapkan secara lebih tegas dan optimal.
maupun represif yang efektif dan memberikan Pembenahan di bidang aturan pun sangat
kepastian hukum bagi Kawasan Bentang Alam diperlukan, mengingat perlindungan hukum
Karst Gombong. secara represif di dalam perda tampaknya
B. Saran masih kurang. Penumbuhan kultur atau budaya
taat hukum di kawasan tersebut pun tidak kalah
1) Bagi Masyarakat pentingnya di sini. Dengan adanya budaya
Kepekaan masyarakat dalam memeahami hak hukum yang kuat, maka tentu hukum terkait
dan kewajibannya khususnya untuk berizin dan perlindungan dan pengelolaan Kawasan Karst
menambang dengan bijak masih kurang. Oleh Gombong akan dapat berjalan lebih efektif dan
karena itu, agar terwujud pembangunan optimal.
berkelanjutan yang seimbang dan berwawasan 3) Bagi Akademik
lingkungan, maka perlu kiranya masyarakat Fenomena ini semakin memperkuat pentingnya
lingkar tambang untuk mengubah pola pikirnya pendekatan sosio-legal dengan analisis yang
dalam memanfaatkan karst yang merupakan bersifat induktif dalam kajian hukum, mengingat
sumber daya alam yang tidak dapat analisis induktif sangat mengandalkan fakta-
diperbaharui agar tidak semena-mena dan tetap fakta yang terjadi di lapangan. Fakta-fakta yang
dengan memperhatikan prinsip-prinsip ekologi terjadi di lapangan tersebut, sebenarnya
dalam pemanfaatannya. terdapat masukan-masukan yang berguna bagi
penyempurnaan aturan-aturan yang sudah ada
terkait dengan pengelolaan kawasan karst.

142
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 12, Nomor 1, Tahun 2016 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Inilah yang kemudian membuktikan, bahwa Lingkungan Indonesia, Penegakan Hukum


pentingnya sosio-legal dan analisis induktif, Administrasi, Hukum Perdata, dan Hukum
terutama dalam dunia akademik. Pidana Menurut Undang-Undang No.32 Tahun
2009, Yogyakarta, Graha Ilmu.
Daftar Pustaka
Peraturan Perundang-Undangan
Buku Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang
Amiruddin dan Zainal Asikin, 2004, Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Hidup.
Raja Grafindo Persada. Undang-Undang No.23 Tahun 2014 tentang
Ghony, M. Djunaidi dan Fauzan Almanshur, 2012, Pemerintahan Daerah.
Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta, Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6
Ar-Ruzz media. Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang
Kusumayudha, Sari B., 2005, Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-
Hidrogeologi Karst dan Geometri Fraktal di 2029.
daerah Gunung Sewu, Yogyakarta, Adicita Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 23
karya Nusa. Tahun 2012 tentang Rencana tata Ruang
Samekto, Adji, Pemahaman Dasar Metodologi Wilayah Kabupaten Kebumen Tahun 2011-
Penelitian Hukum, disampaikan sebagai 2031.
materi perkuliahan kelas akhir pekan Magister Keputusan Menteri ESDM No.3873 K/ 40 / MEM /
Ilmu Hukum Universitas Diponegoro, tanggal 2014 terkait Perubahan Keputusan Menteri
16 Oktober 2015. ESDM No. 3043 K / 40 / MEM / 2004 tentang
________________ , 2015, Pergeseran Pemikiran Penetapan Kawasan Bentang Alam Karst
Hukum di Era Yunani menuju Postmoderisme, (KBAK) Gombong.
Jakarta, Konstitusi Press.
________________ , 2005, Kapitalisme, Website
Modernisasi dan Kerusakan Lingkungan, Gregorius Magnus Finesso (editor:
Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Nasru Alam Aziz), “Tambang Liar
Machmud, Syahrul, 2012, Penegakan Hukum Ancam Kawasan Karst Gombong

143
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 12, Nomor 1, Tahun 2016 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Selatan”,http://regional.kompas.com
/read/2012/05/21/18504585/Tamba
ng.Liar.Ancam.Kawasan.Karst.Gom
bong.Selatan., (diakses tanggal 3 September
2015.

144

Anda mungkin juga menyukai