ABSTRAK
Kawasan Penambangan Batu Gamping di Gombong Selatan, Kabupaten Kebumen, Jawa tengah,
merupakan Kawasan Bentang Alam Karst, yang secara yuridis tidak boleh ditambang, namun faktanya
kawasan tersebut masih terus ditambang oleh masyarakat sekitar, sehingga banyak dampak kerusakan
lingkungan yang terjadi. Fenomena ini akhirnya memunculkan pertanyaan, mengapa pemerintah daerah
belum memberikan perlindungan hukum terhadap Kawasan Karst Gombong secara optimal. Beberapa
faktor yang mempengaruhi ketidakoptimalan pemerintah daerah dalam memberikan perlindungan hukum,
selain karena faktor ekonomi yang mendominasi, faktor dilematis pemerintah dalam menertibkan para
penambang yang hanya menambang skala kecil pun, akhirnya semakin menyebabkan regulasi yang ada
tidak berjalan secara optimal. Ditambah, dengan beralihnya kewenangan Izin Pertambangan Rakyat ke
provinsi, yang justru semakin mempersulit dan memperlemah pengawasan pemerintah daerah. Realita ini
menunjukkan bahwa masih lemahnya penegakan hukum di daerah tersebut, oleh karena itu penting
adanya penguatan kembali secara kelembagaan, aturan, serta budaya hukum, sehingga hukum dapat
berfungsi dengan baik dan lebih efektif.
132
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 12, Nomor 1, Tahun 2016 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
133
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 12, Nomor 1, Tahun 2016 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
134
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 12, Nomor 1, Tahun 2016 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
dapat diketahui bahwa terdapat beberapa faktor Faktor tersebut meliputi keseluruhan komponen
yang mempengaruhi. sistem hukum, yaitu faktor substansial, faktor
Pertama, faktor yang berasal dari struktural dan faktor kultural. Berdasarkan teori
masyarakat Kawasan karst Gombong Selatan, inilah, kemudian dapat kita lihat pada kasus
diantaranya seperti ; masih minimnya kesadaran maraknya penambangan ilegal pada kawasan karst
masyarakat (penambang) di Kawasan Karst Gombong Selatan, bahwa banyak faktor yang
Gombong Selatan untuk berizin. Hal ini tentu mempengaruhi berlakunya hukum di kawasan
merupakan salah satu faktor yang cukup rumit tersebut. Bisa jadi masyarakat penambang ilegal
pemecahannya, sebab menyangkut aspek yang masih belum sadar akan pentingnya berizin
kesadaran seseorang. Oleh karena itu untuk itu, disebabkan faktor ekonomi atau pendidikannya
mengkajinya tentu harus dilihat dari berbagai yang rendah, sehingga pengetahuan mengenai
aspek, baik sosial, ekonomi, maupun pendidikan. perizinan dan dampak yang ditimbulkan masih
Sebagaimana dikemukakan oleh William J. sangat kurang.
Chambliss dan Robert B. Seidman, dalam Teorinya Faktor kedua yakni penambang ilegal
tentang Berlakunya Hukum. merupakan penduduk yang secara turun temurun
Menurut Chambliss dan Seidman11, secara tinggal di Kawasan Karst Gombong selatan
garis besar bekerjanya hukum dalam masyarakat tersebut, sehingga mereka merasa bahwa lahan
akan ditentukan oleh beberapa faktor, artinya yang mereka tambang adalah milik mereka sendiri.
keberhasilan pelaksanaan suatu peraturan Hal ini diakui oleh Kabid Pengembangan
perundang-undagan di dalam masyarakat, sangat Infrastruktur dan Wilayah, Bapedda Kabupaten
tergantung banyak faktor. Kebumen, Joni Hermawan,12 menjadi dilema
tersendiri dalam menegakan aturan. Sebab rata-
rata alasan yang diutarakan para penambang ilegal
tersebut ialah untuk memenuhi kebutuhan hidup
11 Pendapat Chambliss dan Seidman dikutip dari Buku mereka sehari-hari, bukan bussines oriented.
Syahrul Machmud, Penegakan Hukum Lingkungan
Indonesia, Penegakan Hukum Administrasi, Hukum
Perdata, dan Hukum Pidana Menurut Undang-Undang 12 Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bidang
No.32 Tahun 2009, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2012, hlm. Pengembangan Infrastruktur dan Wilayah Bappeda, Joni
164. Hermawan (Kebumen, 30 November 2015)
136
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 12, Nomor 1, Tahun 2016 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
Berdasarkan pertimbangan itulah, akhirnya yang bersifat hayati maupun non–hayati. Ini
para penambang di Kawasan Karst Gombong yang menguatkan apa yang pernah disampaikan oleh
seharusnya tidak boleh ditambang, diberi toleransi Edith Brown Weiss mengenai teori “keadilan
untuk tetap menambang, meski tanpa izin. antargenerasi”nya. Edith Brown Weiss
Faktor kurangnya kesadaran pemahaman sebagaimana dikutip oleh Adji Samekto13,
tentang pentingnya melindungi kawasan lindung menyatakan bahwa secara garis besar ada tiga
karst pun, menjadi salah satu yang menyebabkan tindakan generasi dulu dan sekarang yang sangat
upaya perlindungan hukum pemerintah daerah merugikan generasi mendatang di bidang
kurang terrealisasikan dengan baik. Meski berulang lingkungan, yaitu :
kali dilakukan sosialisasi, pihak Bapedda, KLH, (1) konsumsi yang berlebihan terhadap
ESDM maupun Kehutanan, berusaha menghimbau sumber daya alam yang berkualitas, yang
agar para penambang batu gamping mau beralih membuat generasi mendatang harus membayar
profesi ke lain sektor, seperti pertanian atau mahal untuk mengkonsumsi sumber daya yang
peternakan, namun, mereka masih sulit untuk sama;
beralih dari sektor tambang. Pola pikir kegiatan (2) pemakaian sumber daya alam yang saat
penambangan merupakan matapencaharian yang ini belum diketahui manfaat terbaiknya secara
sangat efektif untuk mendapatkan keuntungan berlebihan, sangat merugikan kepentingan
secara langsung, dirasa lebih menjanjikan generasi mendatang, karena mereka harus
dibandingkan sektor lain yang harus memakan membayar in-efisiensi dalam penggunaan sumber
waktu lama untuk menikmati hasilnya. daya alam tersebut oleh generasi dulu dan
Faktor lain yang juga semakin sekarang;
mempengaruhi ketidakoptimalana pemerintah
daerah dalam menegakan aturan hukum ialah
kurangnya kesadaran pemahaman masyarakat
tentang pentingnya melindungi kawasan lindung
karst. Sebagian masyarakat penambang lebih
mementingkan kesejahteraan ekonomi mereka,
ketimbang memperhatikan kelestarian kawasan
lindung karst dan lingkungan di dalamnya, baik 13 Adji Samekto, Kapitalisme, Modernisme, dan Kerusakan
Lingkungan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hlm. 74.
137
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 12, Nomor 1, Tahun 2016 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
(3) pemakaian sumber daya alam secara habis- Kawasan karst yang tidak lagi mengalami proses
habisan oleh generasi dulu dan sekarang membuat karstifikasi dan tidak ada ekosokarst dan
generasi mendatang tidak memiliki keragaman endokarstnya boleh ditambang.14 Kendati demikian,
sumber daya alam yang tinggi. Dari ketiga masyarakat masih susah untuk ditertibkan,
penyebab kerusakan sumber daya alam tersebut, ditambah dengan berlakunya UU NO.23 tahun
maka dapat dilihat dari apa yang terjadi di Kawasan 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yang mana
Karst Gombong Selatan ini. Kurangnya kesadaran mengalihkan kewenangan Izin Pertamabangan
akan pentingnya karst sebagai kawasan lindung Rakyat ke provinsi. Hal ini justru semakin
akan berdampak buruk pada generasi selanjutnya. memperbesar angka ketidakmauan penambang
Faktor terakhir dari masyarakat, yaitu tidak dalam berizin, sebab banyaknya kendala yang
mau bersusah-payahnya masyarakat penambang dirasakan mareka ketika harus berizin dari daerah
dalam mengurus proses perizinan. Menurut Kabid ke provinsi.
PIW Bappeda, terkait pemanfaatan kawasan karst, Selain faktor yang berasal dari masyarakat, faktor
sebenarnya ada wilayah karst yang bisa ditambang, yang berasal dari pemerintah itu sendiri pun tidak
namun harus dengan izin. Kawasan karst tersebut kalah berpengaruhnya terhadap ketidakoptimalan
yaitu Kawasan Karst Gombong Selatan yang kinerja mereka. Lemahnya penegakan hukum dari
berada di luar Kawasan Bentang Alam Karst pemerintah, sebab adanya unsur dilematis dalam
(KBAK) yang telah ditetapkan Kepmen ESDM No. menerapkan aturan hukum, menjadi salah satu
3873 K/40/MEM/2014 tentang Penetapan Kawasan faktor yang sangat berpengaruh. Pemerintah
Bentang Alam Karst Gombong. Hal ini dikuatkan cenderung memberikan toleransi terhadap
oleh informasi dari Kabid Pemulihan Lingkungan masyarakat penambang yang berdalih menambang
Hidup Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten untuk kebutuhan sehari-hari di Kawasan Bentang
Kebumen, yang menjelaskan bahwa tidak semua Alam Karst tersebut.
kawasan karst yang termasuk dalam tiga
kecamatan (Buayan,Ayah dan Rowokele) itu
merupakan kawasan yang tidak boleh ditambang.
139
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 12, Nomor 1, Tahun 2016 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
Kepmen ESDM No. 3873 K / 40 / MEM / 2014 lingkungan dan pembangunan yang berwawasan
yang menyebutkan jumlah luasan geologi dan lingkungan, sebagian dari mereka menambang
hiderologi KBAK Gombong sebesar 40, 89 km2, dengan menggunakan bahan-bahan peledak yang
dan ketentuan sanksi-sanksi di dalam UU No.32 sudah tentu semakin memperparah kawasan
tahun 2009, Perda RTRW Jawa tengah maupun lindung tersebut.
Kebumen pun nyatanya tidak cukup Berdasarkan fakta-fakta di atas, maka menurut
”menggentarkan‟ penambang ilegal di kawasan Penulis, penting adanya penguatan kembali secara
tersebut. kelembagaan, aturan (khususnya terkait
Upaya-upaya pengendalian dan pengelolaan pengelolaan Kawasan Karst), serta kultur atau
oleh pemerintah daerah nyatanya juga telah budaya taat hukum di daerah tersebut. Hal ini agar
diberikan. Menurut pemerintah daerah, mereka hukum dapat berfungsi dengan baik dan berjalan
secara rutin, bekerjasama dengan instansi-instansi lebih efektif.
pemerintahan yang bertanggung jawab di bidang Penguatan kelembagaan ini pun tentunya
terkait, mengadakan sosialisasi-sosialisasi dan tetap dengan merujuk asas-asas hukum yang telah
pembinaan terhadap masyarakat di 3 kecamatan diatur dalam Pasal 2 UU No.32 tahun 2009 tentang
yang masuk dalam Kawasan karst Gombong perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
Selatan tersebut. Sosialisasi dan pembinaan ini sehingga diharapkan akan lebih terwujud upaya
terutama dimaksudkan agar masyarakat beralih perlindungan hukum, baik secara preventif maupun
profesi, dari sektor tambang ke sektor lainnya yang secara represif, yang optimal dan dapat
lebih ramah lingkungan. Upaya-upaya tersebut memberikan keadilan, antar generasi khususnya,
ternyata tidak cukup mengendalikan angka serta kepastian hukum bagi Kawasan Bentang
penambangan ilegal di kawasan tersebut, Alam Karst.
mengingat semakin hari justru kegiatan Apabila secara kelembagaan, aturan dan
penambangan batu gamping semakin marak budaya hukum di daerah tersebut kuat, seluruh
terjadi. Kendati masyarakat sekitar Kawasan Karst elemen menyadari dan taat pada hukum yang
mengetahui mana saja wilayah karst yang termasuk berlaku, maka akan sangat mungkin kiranya
dalam KBAK dan mana yang tidak, mereka tetap perlindungan dan pengelolaan lingkungan Kawasan
menambang kawasan tersebut, bahkan ironisnya Karst Gombong yang berkelanjutan dan
dengan minimnya kesadaran akan pentingnya berwawasan lingkungan terwujud dengan baik.
140
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 12, Nomor 1, Tahun 2016 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
141
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 12, Nomor 1, Tahun 2016 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
142
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 12, Nomor 1, Tahun 2016 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
143
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 12, Nomor 1, Tahun 2016 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
Selatan”,http://regional.kompas.com
/read/2012/05/21/18504585/Tamba
ng.Liar.Ancam.Kawasan.Karst.Gom
bong.Selatan., (diakses tanggal 3 September
2015.
144