Anda di halaman 1dari 6

2.

4 Pemeriksaan Limbah Rumah Potong Hewan


2.4.1 Air Limbah Rumah Potong Hewan
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah berbagai jenis
limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air buangan dari
berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water)(Bappenas,2008). Limbah Rumah Pemotong
Hewan (RPH) berasal dari penyembelihan, pemindahan, pembersihan bulu, pengaturan,
pemerosesan dan pembersihan (Sanjaya et al., 1996). Limbah Rumah Potong Hewan (RPH)
dapat berupa feses, urine, isi rumen atau isi lambung, darah, afkiran daging atau lemak, dan air
pencucian.

Limbah cair RPH mengandung larutan darah, protein, lemak dan padatan tersuspensi
yang menyebabkan tingginya bahan organik dan nutrisi, tingginya variasi jenis dan residu yang
terlarut ini akan memberikan efek mencemari sungai dan badan air (Kundu et al., 2013). Dalam
proses pembusukan dalam air, limbah tersebut dapat mengakibatkan kandungan NH3 dan H2S
berada di atas maksimum kriteria kualitas air. Kedua gas tersebut menimbulkan bau yang tidak
sedap yang dapat menyebabkan gangguan pada saluran pernapasan disertai mual dan kehilangan
selera makan sebagai reaksi fisiologis tubuh. Selain itu, dapat juga menimbulkan adanya
pemanfaatan oksigen terlarut berlebih yang mengakibatkan kekurangan oksigen bagi biota air
ditandai dengan meningkatnya Biochemical Oxygen Demand (BOD) (Widya, 2007dalam
Roihatin,2008).

Menurut Kusnoputranto (1995) limbah akan berdampak pada kualitas fisik air yaitu warna
dan pH disamping itu total padatan terlarut, padatan tersuspensi, kandungan lemak, BOD5,
ammonium, nitrogen, fosfor akan mengalami peningkatan. Sedangkan Tjiptadi (1990)
mengatakan bahwa limbah terbesar berasal dari darah dan isi perut (rumen) dan usus akan
meningkatkan jumlah padatan. Limbah cair RPH dapat bertindak sebagai media pertumbuhan
dan perkembangan mikroba sehingga limbah tersebut mudah mengalami proses dekomposi atau
pembusukan. Proses pembusukannya di dalam air menimbulkan bau yang tidak sedap yang dapat
mengakibatkan gangguan pada saluran pernapasan manusia yang ditandai dengan reaksi
fisiologik tubuh berupa rasa mual dan kehilangan selera makan. Selain menimbulkan gas berbau
busuk, penggunaan oksigen terlarut yang berlebihan oleh mikroba dapat mengakibatkan
kekurangan oksigen bagi biota air (meningkatkan BOD).
Menurut Kusnoputranto (1985) berdasarkan karakteristiknya, air limbah RPH dapat
digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Karakteristik fisik, terdiri dari 99,9% air serta sejumlah kecil bahan-bahan padat tersuspensi.
Air buangan rumah tangga biasanya sedikit berbau sabun atau minyak dan bewarna suram
seperti larutan sabun, biasanya terdapat sisa-sisa kertas, sabun serta bagian-bagian dari tinja;
2. Karakteristik kimia, air buangan mengandung campuran zat-zat kimia anorganik yang berasal
dari air bersih serta bermacam-macam zat organik yang berasal dari bahan-bahan buangan
dari proses produksi. Biasanya bersifat basa pada saat limbah baru dibuang dan cenderung
bersifat asam apabila limbah sudah mulai membusuk. Substansi organik dalam air buangan
dapat digolongkan menjadi dua gabungan. Kedua substansi tersebut adalah gabungan yang
mengandung nitrogen, yang terdiri dari urea, protein, dan asam amino, serta gabungan yang
tidak mengandung nitrogen, yang terdiri dari lemak, sabun dan karbohidrat jenis sellulosa;
3. Karakteristik biologis, kandungan bakteri patogen serta organisme golongan coli juga
terdapat dalam air limbah tergantung darimana sumbernya, namun keduanya tidak berperan
dalam proses pengolahan air limbah industri. Untuk mencegah atau mengurangi dampak
negatif tersebut, perlu diperhatikan kondisi sistem pembuangan air limbah yang memenuhi
syarat sehingga air limbah tersebut tidak mengkontaminasi sumber air minum, tidak
mengakibatkan pencemaran permukaan tanah, tidak menyebabkan pencemaran air untuk
mandi, perikanan, air sungai, atau tempat-tempat rekreasi, tidak dapat dihinggapi serangga
dan tikus dan tidak menjadi tempat berkembangbiaknya berbagai bibit penyakit dan vektor;
baunya tidak mengganggu masyarakat setempat.
2.4.2 Dampak Negatif Air Limbah Rumah Potong Hewan
Secara umum dampak negatif yang ditimbulkan dari limbah RPH dapat dibagi menjadi
dua, yaitu :
1. Terhadap badan air
Kandungan senyawa organik dalam badan air penerima akan meningkat, bila terjadi
kadar parameter menyimpang dari standar, maka akan terjadi penguraian yang tidak
seimbang dan akan menimbulkan kondisi septik (suatu keadaan dimana kadar oksigen
terlarut nol) dan timbul bau busuk (H2S). Kenaikan temperatur, kenaikan/penurunan pH
akan mengganggu kehidupan air, misalnya tumbuhan dan hewan akan punah. Bila air
tersebut mempunyai kesadahan tinggi atau partikel yang mengendap cukup banyak, hal
ini akan mengakibatkan pendangkalan, sehingga dapat menimbulkan banjir di musim
hujan. Selain itu, senyawa beracun/logam berat sangat membahayakan bagi masyarakat
yang mempergunakan air sungai sebagai badan air penerima yang dipergunakan sebagai
sumber penyediaan air bersih.
2. Terhadap Kesehatan Manusia
Air berperan dalam kelangsungan kehidupan.Air mengandung zat-zat organik dan
anorganik dalam batas-batas tertentu, oleh sebab itu, ada dua peranan air limbah dalam
kehidupan yakni peranan positif dan negatif. Peran positif apabila air limbah dengan
kualitas parameter yang dikandungnya sesuai dengan peruntukkannya antara lain untuk
irigasi, perikanan, perkebunan, perindustrian, rumah tangga, rekreasi dan sebagainya.
Peranan negatif air limbah secara umum dikatakan lebih banyak karena manusia tidak
merasa berkepentingan akan mengelola air limbah tersebut.
Air limbah dianggap air yang tidak berguna lagi, oleh karena itu, air limbah dibuang
sembarangan tanpa mempertimbangkan dampak negatif yang akan terjadi baik terhadap
sumber alam hayati dan non hayati yang berguna bagi kelangsungan kehidupan.
Peranan negatif tersebut termasuk pengaruhnya terhadap kesehatan manusia dan
lingkungannya baik secara langsung maupun tidak langsung. Badan air penerima air
limbah mempunyai potensi untuk mengganggu kesehatan antara lain gangguan saluran
pencernaan, keracunan makanan, penyakit kulit dan sebagainya. Adapun beberapa
penyakit yang dapat ditularkan melalui air limbah antara lain penyakit amoebiasis,
kecacingan, muntaber, leptospirosis, shigellosis, tetanus dan typus.
2.4.3. Parameter Air Limbah Rumah Pemotongan Hewan
Paramater air limbah yang ditetapkan di Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 02
Tahun 2006 meliputi:
- BOD (Biological Oxygen Demand)
BOD (Biological Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh tumbuhan
dan hewan air untuk dapat bertahan hidup di dalam air. Semakin banyak polutan organik di
dalam air maka akan semakin banyak oksigen yang dibutuhkan oleh organisme hidup akuatik
(Cech, 2005). Kadar BOD maksimum yang diperbolehkan bagi kegiatan rumah potong hewan
adalah 100 mg/l.
- COD (Chemical Oxygen Demand)
COD (Chemical Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengurai
seluruh bahan organik yang terkandung dalam air. Angka COD merupakan ukuran pencemaran
oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui proses mikrobiologi dan
mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air (Alaerts, 1984). Kadar COD
maksimum yang diperbolehkan bagi kegiatan rumah potong hewan adalah 200 mg/l.
- TSS (Total Suspended Solid)
TSS (Total Suspended Solid) adalah padatan yang tidak larut dan tidak dapat mengendap
langsung yang menyebabkan kekeruhan air (turbiditi). Padatan tersuspensi biasanya terdiri dari
partikel-partikel halus ataupun floks (lempung dan lanau) yang ukuran maupun berat partikelnya
lebih rendah dari sedimen pasir.Bahan-bahan kimia toksik dapat melekat pada padatan
tersuspensi ini.Kadar TSS maksimum yang diperbolehkan bagi kegiatan rumah potong hewan
adalah 100 mg/l.
- Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak yang mencemari air sering dimasukkan ke dalam kelompok padatan
yang mengapung di atas permukaan air.Pencemaran air oleh minyak sangat merugikan karena
dapat mereduksi penetrasi sinar matahari, menghambat pengambilan oksigen dari atmosfir, dan
mengganggu kehidupan tanaman dan satwa air.Komponen-komponen hidrokarbon jenuh yang
menyusun minyak yang mempunyai titik didih rendah diketahui dapat menyebabkan anestesi dan
narkosis pada berbagai hewan tingkat rendah dan jika terdapat pada konsentrasi tinggi dapat
mengakibatkan kematian.Kadar minyak dan lemak maksimum yang diperbolehkan bagi kegiatan
rumah potong hewan adalah 15 mg/l.
- NH3 (Ammonia)
NH3 biasanya muncul sebagai akibat dari pembusukan jaringan tanaman dan dekomposisi
kotoran hewan. Ammonia kaya akan nitrogen dan merupakan bahan pupuk yang baik. Adanya
ammonia dalam air limbah dapat menjadi indikasi adanya pencemaran senyawa organik yang
mengandung nitrogen.Kadar NH3 maksimum yang diperbolehkan bagi kegiatan rumah potong
hewan adalah 25 mg/l.
- pH (Derajat Keasaman)
Pengukuran pH yang berkaitan dengan proses pengolahan biologis karena pH yang kecil
akan lebih menyulitkan disamping akan mengganggu kehidupan dalam air bila dibuang ke
perairan terbuka. Kadar pH maksimum yang diperbolehkan bagi kegiatan rumah potong hewan
adalah 6-9.
2.4.4 Jenis Pengolahan Air Limbah Rumah Pemotongan Hewan
Di Indonesia sistem pengolahan air limbah termasuk limbah rumah potong hewan sudah
berkembang dan telah banyak mengadopsi cara – cara yang lebih efisien dan cepat. Di bawah ini
akan dibahas metode pengolahan air limbah yang umum digunakan pada rumah potong hewan
maupun limbah dari industri lainnya yang ada di Indonesia.

a. Pengenceran (dilution)
Pengenceran (dilution) air buangan dilakukan dengan menggunakan air jernih untuk
mengencerkan sehingga konsentrasi polutan pada air limbah menjadi cukup rendah untuk bisa
dibuang ke badan-badan air. Pada keadaan-keadaan tertentu pengenceran didahului dengan
proses pengendapan dan penyaringan. Kekurangan yang perlu diperhatikan dalam cara ini
adalah penggunaaan jumlah air yang banyak, kontaminasi pada badan-badan air,
danpendangkalan saluran air akibat adanya pengendapan.

b. Irigasi luas
Irigasi luas umumnya digunakan di daerah luar kota atau di pedesaan karena memerlukan
tanah yang cukup luas yang jauh dari pemukiman penduduk. Air limbah dialirkan ke dalam parit-
parit terbuka yang digali dan merembes masuk ke dalam tanah permukaan melalui dasar dan
dinding parit-parit tersebut. Air limbah RPH yang banyak mengandung ammonia atau bahan
pupuk dapat dialirkan ke lahan pertanian karena berfungsi untuk pemupukan.

c. Kolam oksidasi (Oxidation Ponds)


Empat unsur penting dalam proses pembersihan alamiah di kolam oksidasi adalah
sinar matahari, ganggang, bakteri dan oksigen. Ganggang dengan butir chlorophylnya
dalam air buangan mampu melakukan proses fotosintesis dengan bantuan sinar matahari
sehingga tumbuh dengan subur. Pada proses sintesis dibawah pengaruh sinar matahari terbentuk
O2 (oksigen). Oksigen ini digunakan oleh bakteri aerobik untuk melakukan dekomposisi zat-zat
organik yang terdapat dalam air buangan.Disamping itu terjadi pula penguraian dan flokulasi zat-
zat padat sehingga terjadi pengendapan. Pada gilirannya kadar BOD dan TSS dari air buangan
akan berkurang sampai pada tingkat yang relatif aman bila akan dibuang ke dalam badan-badan
air.

d. Instalasi pengolahan primer dan sekunder (primary and secondary treatment plant)
Instalasi ini biasanya merupakan fasilitas lengkap pengolahan air limbah yang besar
bagi sebuah kawasan pemukiman kota dan industri yang menghasilkan air limbah.
Pengolahan primer biasanya mencakup proses
mekanis untuk menghilangkan material padatan tersuspensi. Sedangkan proses selanjutnya
yaitu pengolahan sekunder biasanya meliputi proses biologiuntuk mengurangi BOD di dalam
air.

e. Elektrokoagulasi Aliran Kontinyu


Elektrokoagulasi merupakan proses destabilisasi suspensi, emulsi dan larutan yang
mengandung kontaminan dengan cara mengalirkan arus listrik melalui air, menyebabkan
terbentuknya gumpalan yang mudah dipisahkan. Namun pengolahan dengan cara
elektrokoagulasi seperti ini masih jarang diterapkan pada industri maupun rumah potong hewan,
karena masih dalam tahap penelitian lebih lanjut.
Berdasarkan penelitan yang telah dilakukan oleh Roihatin A., dan Kartika A. R., (2009)
menunjukkan bahwa tegangan elektrolosis, waktu elektrokoagulasi, dan susunan elektroda
sangat berpengaruh terhadap penurunan kadar COD, TDS, TSS dan turbiditas pada limbah.
Penambahan waktu elektrokoagulasi dan rapat arus cenderung menurunkan kadar COD, TDS,
TSS dan turbiditas limbah serta pH setelah proses elektrokoagulasi cenderung mendekati netral

f. Pemanfaatan Tumbuhan Eceng Gondok.


Salah satu cara pengolahan limbah rumah potong hewan secara biologis adalah dengan
menggunakan tumbuhan air, yaitu enceng gondok (Eichhornia crasspes (Mart) Solm) sebagai
teknologi sederhana, murah, ramah lingkungan, serta sangat mudah dalam penggunaannya,
sehingga biaya sabagai salah satu kendala utama dalam penanganan air limbah RPH dapat
diatasi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa eceng gondok dapat berperan sebagai metode
pemulihan lingkungan secara biologis, yang dibuktikan dari hasil penelitian bahwa eceng gondok
mampu menurunkan kadar pH, BOD, dan COD dari air limbah rumah potong hewan.

Anda mungkin juga menyukai