Disusun Oleh :
Dosen Pengampuh :
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
D. Kepribadian
Berbicara tentang kepribadian sering diidentikkan dengan perilaku.
Hubungan antar kepribadian dengan perilaku memang agak rumit
dipahami oleh setiap manajer. Ketika kita berbicara mengenai kepribadian,
kita tidak memaksudkan bahwa seorang mempunyai pesona (charm), suatu
sikap positif terhadap hidup, wajah yang tersenyum. Bila para psikolog
bicara mengenai kepribadian, mereka maksudkan suatu konsep dinamis
yang menggambarkan pertumbuhan dan pengembangan dari sistem
psikologis keseluruhan dari seseorang. Bukannya memandang pada
bagian-bagian dari pribadi itu, kepribadian memandang pada keseluruhan
agregasi yang lebih besar daripada jumlah dari bagianbagian. Definisi
yang paling sering digunakan dari kepribadian oleh Gordon Allport
hampir 60 tahun yang lalu. Ia mengatakan bahwa kepribadian adalah “
organisasi dinamis pada masing-masing sistem psikofisik yang
menentukan penyesuaian unik terhadap lingkungannya” (Robbins, 2001 :
50).
E. Determinan Kepribadian
Argumentasi awal yang sering diperdebatkan dalam riset
kepribadian adalah apakah kepribadian seseorang merupakan hasil
keturunan atau lingkungan. Apakah kepribadian ditentukan sebelumnya
saat kelahiran, ataukah itu akibat dari interaksi individu itu dengan
lingkungannya? Jelas, tidak ada jawaban hitam putih yang sederhana.
Kepribadian tampaknya merupakan suatu hasil dari kedua pengaruh itu.
Tambahan pula, dewasa ini kita mengenali suatu faktor ketiga situasi.
Dengan demikian kepribadian seorang pada umumnya terbentuk oleh
faktor keturunan maupun lingkungan, yang diperlunak (moderated) oleh
kondisi situasi :
1. Keturunan
Keturunan merujuk ke faktor-faktor yang ditentukan pada saat
pembuahan. Sosok fisik, daya tarik wajah, kelamin, temperamen,
komposisi otot dan refleks, tingkat energi, dan ritme hayati merupakan
karakteristik yang umumnya dianggap sebagai atau sama sekali atau
sebagian besar dipengaruhi oleh siapa kedua orangtua anda, yaitu oleh
susunan hayati, faali (fisiologis) dan psikologis yang melekat.
Pendekatan keturunan berargumen bahwa penjelasan paling akhir dari
kepribadian seorang individu adalah struktur molekul dari gen, yang
terletak dalam kromosom. Lombroso ( dalam Sofyandi 2007:79),
seorang menjadi penjahat karena memang ia sudah dilahirkan sebagai
penjahat. Lombroso tidak tidak terlalu memperhatikan pengaruh
lingkungan. Menurutnya pengaruh bawaan atau turunan sangat
dominan membentuk kepribadian seseorang. Itulah sebabnya mengapa
paramanajer sangat memerlukan latar belakang kehidupan seseorang
ketika proses rekruiment.
2. Lingkungan
Faktor lain yang memiliki peran yang cukup signifikan pada
pembentukan kepribadian kita adalah budaya dimana kita dibesarkan.
Pengkondisian dini, norma-norma diantara keluarga, teman-teman, dan
kelompok–kelompok sosial,serta pengaruh– pengaruh lain yang kita
alami. Lingkungan yang dipaparkan pada kita memainkan suatu peran
yang cukup besar dalam membentuk kepribadian kita. Tokoh yang
sangat terkenal denga teori “Tabula Rasa” Jhon Locke, menurutnya
bahwa seorang bayi yang dilahirkan itu adalah ibarat selembar kertas
putih. Lingkunganlah yang dapat menentukan apakah kertas putih itu
akan menjadi hitam, kuning, merah atau apapun juga. Para ahli
sepakat bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh lingkungannya.
Jika seseorang dibentuk dalam rumah tangga yang bahagia, pola
perilaku akan bersikap baik misalnya dalam sifat-sifat yang positif
seperti peramah, gembira, sabar, toleran, mdah diajak kerja sama, tidak
egois danlain-lain. Sebaliknya, jika seseorang dibesarkan dalam
keluarga yang tidak bahagia dimana kedua orang tuanya yang sering
bertengkar maka sifat-sifat seperti digambarkan di atas tidak akan
nampak.
3. Situasi
Faktor ketiga, situasi, memepengaruhi dampak keturunan dan
lingkungan terhadap kepribadian. Kepribadian seseorang, walaupun
pada umumnya mantap dan konsisten, berubah dalam situasi yang
berbeda. Tuntutan yang berbeda dari situasi yang berlainan
memunculakn aspek-aspek yang berlainan darikepribadian seseorang.
Oleh karena itu hendaknya kita tidak melihat pola kepribadian dalam
keterpencilan (isolasi). Sementara tampaknya logis untuk
mengendalikan bahwa situasi akan mempengaruhi kepribadian
seseorang, untuk suatu bagan klasifikasi yang rapi akan mengatakan
kepada kita dampak berbagai tipe situasi sejauh ini tidak kita punyai.
BAB II
A. NILAI
Nilai adalah sebuah keyakinan dasar dari individu maupun
kelompok bahwa sebuah metode tindakan spesifik atau akhir dari
keberadaan lebih diinginkan secara pribadi atau sosial dibandingkan
metode tindakan atau akhir keberadaan lawannya atau kebalikannya. Nilai
mengandung elemen penilaian karena mengandung ide – ide seorang
individu mengenai apa yang benar, baik, atau diinginkan.
Nilai memberikan fondasi bagi pemahaman mengenai sikap dan
motivasi orang – orang serta pengaruh persepsi seseorang. Individu yang
memasuki satu kesatuan organisasi akan melihat ide – ide yang
ditanamkan pada organisasi mengenai apa yang seharusnya terjadi maupun
tidak terjadi berdasarkan nilai.
Menurut Milton Rokeach, nilai terbagi menjadi dua kategori yaitu
nilai terminal dan nilai instrumental. Nilai terminal adalah hasil akhir yang
diinginkan dari keberadaan; sasaran yang ingin dicapai seseorang dalam
hidupnya. Contohnya adalah kesejahteraan dan kesuksesan ekonomi,
kebebasan, kesehatan dan kebaikan, kedamaian dunia, serta arti hidup.
Sedangkan Nilai Instrumental adalah model perilaku yang lebih disukai,
atau alat untuk mencapai nilai terminal seseorang. Contoh – contoh nilai
instrumental adalah otonomi dan harapan diri, disiplin pribadi, kebaikan,
serta orientasi sasaran.
B. SIKAP
Sikap adalah pernyataan – pernyataan evaluatif baik
menyenangkan atau tidak menyenangkan mengenai objek, orang, atau
peristuwa. Sikap merefleksikan bagaimana perasaan individu tentang
sesuatu.
Komponen utama dari sikap terbagi menjadi tiga menurut para ahli
yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen perilaku.
Komponen kognitif memiliki arti dari sebuah sikap deskripsi dari atau
kepercayaan tentang suatu hal. Selanjutnya komponen afektif merupakan
segmen perasaan atau emosional dari suatu sikap yang direfleksikan dalam
pernyataan. Komponen terakhir yaitu komponen perilaku adalah sebuah
maksud untuk berperilaku tertentu terhadap seseorang atau sesuatu.
C. KEPUASAN KERJA
Kepuasan kerja adalah suatu perasaan positif tentang pekerjaan,
yang dihasilkan dari suatu evaluasi dari karakteristik – karakteristiknya.
Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi memiliki perasaan
yang positif mengenai pekerjaanya, sedangkan seseorang dengan tingkast
kepuasan kerja yang rendah memiliki perasaan negatif.
Kepuasan kerja seseorang pada dasarnya tergantung kepada selisih
antara harapan, kebutuhan atau nilai dengan apa yang menurut perasaan
atau persepsi telah diperoleh atau dicapai melalui pekerjaan. Seseorang
akan merasa puas jika tidak ada perbedaan antara yang diinginkan dengan
persepsinya atas kenyataan.Kepuasan kerja sangat berhubungan dengan
sikap dan perilaku individu seseorang karena kepuasan kerja seseorang
tercemin dari sikap dan perilaku tersebut. Meningkatkan kepuasan kerja
tentunya akan meningkatkan kinerja seseorang terhadap organisasi melalui
motivasi dan pemenuhan kebutuhan individu.
BAB III
A. KEPRIBADIAN
Kepribadian adalah jumlah total cara – cara dimana seorang
individu beraksi atas dan berinteraksi dengan orang lain. Kepribadian
seseorang dibentuk dan dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu keturunan (
hereditas ) individu dari lahir, lingkungan sosial individu tempat ia
bermukim.
Karakteristik – karakteristik kepribadian telah diklasifikasikan
menjadi beberapa bagian untuk generalisasi perilaku individu umumnya
digunakan sebagai alat pengambil keputusan organisasi. Ada dua tipe
karakteristik menurut para ahli yaitu Indikator Tipe Myers – Briggs dan
Model Lima Besar.
1. Indikator Tipe Myers – Briggs
A. Pengertian Motivasi
Kata motivasi (motivation) kata dasarnya adalah motif (motive)
yang berati dorongan, sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu.
Dengan demikian motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong atau
menjadi sebab seseorang melakukan suatu perbuatan/kegiatan yang
berlangsung secara sadar. Dari pengertian tersebut berarti pula semua teori
motivasi bertolak dari prinsip utama bahwa manusia (seseorang) hanya
melakukan suatu kegiatan yang menyenangkannya untuk dilakukan.
Prinsip itu tidak menutup kemungkinan bahwa dalam keadaan terpaksa
seseorang mungkin saja melakukan sesuatu yang tidak
disukainya.(Nawawi, 2000:351). Kast dan James (2002:398)
mengemukakan bahwa motif adalah apa yang menggerakkan seseorang
untuk bertindak dengan cara tertentu atau sekurang-kurangnya
mengembangkan suatu kecenderungan perilaku tertentu. Dorongan untuk
bertindak inidapat dipicu oleh suatu rangsangan luar, atau lahir dari dalam
diri orang itu sendiri dalam proses fisikologi dan pemikiran individu itu.
Perbedaan motivasi niscayalah merupakan factor terpenting untuk
memahami dan meramalkan perbedaan dan prilaku individual
B. Teori Motivasi
Ada enam teori motivasi yakni :
1) Teori kebutuhan (Need) dari Abraham Maslow
2) Teori dua faktor dari Frederic Herzberg.
3) Teori prestasi (Achevement) dari David McClland
4) Teori penguatan (Reinforcement).
5) Teori harapan (Expectetensy).
6) Teori tujuan sebagai motivasi.
1. Kesamaan
orang-orang memiliki nilai atau karakteristik yang sama
sebagaimana para anggota lainya dari organisasi mereka memiliki
level identifikasi kelompok yang lebih tinggi
2. Keunikan
orang-orang yang cenderung memperhatikan identitas yang
memperhatikan bagaimana mereka berbeda dari kelompok lainnya.
3. Status
oleh karena orang-orang menggunakan identitas untuk
mendefinisikan diri mereka sendiri dan meningkatkan penghargaan diri
sehingga masuk akal bahwa mereka tertatik dalam mengaitkan diri
mereka sendiri dengan kelompok yang memiliki status yang tinggi.
4. Penurunan yang tidak pasti
keanggotaan dalam sebuah kelompok juga membantu beberapa
orang memahami siapa mereka dan bagaimana mereka meenyesuaikan
diri ke dalam dunia.
1. Tahap membentuk
di golongkan sebagai sejumlah besar ketidakpastian
mengenai tujuan, struktur, dan kepemimpinan kelompok
2. Tahap mempeributkan
salah satu konflik intrakelompok, para anggota menerima
keberadaan kelompok tetapi menentang hambatan yang
memaksakan pada individualitas
3. Tahap menyusun norma
selesai ketika struktur kelompok mengeras dan kelompok
telah berasimilasi serangkaian ekspetasi umum mengenai apa yang
mendefinisikan perilaku anggota yang benar.
4. Mengerjakan
struktur pada poin ini sepenuhnya fungsional dan diterima.
Energi kelopok telah berpindah diri mengenal dan memahami satu
sama lain hingga mengerjakan tugas yang ada.
5. Membubarkan
adalah untuk mengakhiri kegiatan dan mempersiapakan diri
untuk pembubaran.
Properti Kelompok: Peranan, Norma, Status, Besaran, Kekompakan
dan Keragaman
1. Properti Kelompok
2. Norma
3. Status
4. Besaran
5. Kekompakan
6. Keragaman
Pemikiran Kelompok
1. Defenisi Team
Team adalah Satu kumpulan individu yang ada atau tergabung dalam satu
sistem sosial yang lebih besar, seperti organisasi. Mereka dapat dikenal
(identifikasi) oleh mereka sendiri dan juga pihak lain sebagai sebuah tim yang
memiliki tujuan bersama, kesepakatan bekerjasama dan standar kerja serta
prestasi disepakati. TIM di perlukan untuk yaitu:
MANFAAT
Lebih dapat menerima nilai-nilai informal dan baru (termasuk rekan kerja
yang baru)
Pendekatan pro-aktif
RESIKO
Dapat memakan waktu lebih lama bahkan tidak jarang tidak cukup waktu
Membutuhkan proses yang cukup lama dalam membentuk tim yang kuat
Perlu perhatian khusus dalam memelihara TIM KUAT
4. Tipe Team
Para Karyawan dari level hierarki yang kira-kira sama, tetapi dari area
kerja yang berbeda, yang datang bersama-sama untuk menyelesaikan suatu
tugas. Ataupun juga Tim fungsional silang dapat diartikan sebagai suatu
sarana efektif yang memungkinkan orang-orang dari area yang beragam di
dalam atau bahkan di anatar organisasi untuk saling bertukar informasi,
mengembangkan gagasan-gagasan baru, memecahkan permasalahan, dan
mengoordinasikan proyek-proyek yang rumit.
Suatu pengumpulan dua atau lebih tim yang saling bergantung yang
berbagi tujuan dari atasan; tim yang terdiri atas banyak tim.
Pilih cara yang paling ‘aman’; cari pola perilaku yang dapat saling
menerima
Perlu segera bergerak (pindah) dari “uji dan bukti” menjadi upaya
mencari jalan keluar dan seterusnya ke orientasi progresif
Tingkat moral yang tinggi dan loyalitas terhadap TIM semakin intensif/
mendalam
KOMUNIKASI
A. Fungsi-fungsi Komunikasi
Komunikasi menjalankan empat fungsi utama dalam organisasi atau
perusahaan yaitu:
1. Pengendalian
Fungsi komunikasi ini untuk mengendalikan perilaku anggota dengan
beberapa cara. Setiap organisasi mempunyai wewenang dan garis panduan
formal yang harus dipatuhi oleh pegawai.
2. Motivasi
Komunikasi memperkuat motivasi dengan menjelaskan ke para
pegawai apa yang harus dilakukannya.Seberapa baik mereka bekerja, dan apa
yang dapat dikerjakan untuk memperbaiki kinerja yang dibawah standar.
3. Pengungkapan emosi
Komunikasi yang terjadi di dalam kelompok atau organisasi
merupakan mekanisme fundamental dimana para anggota menunjukkan
kekecewaan dan kepuasan. Oleh karena itu, komunikasi memfasilitasi
pelepasan ungkapan emosi perasaan dan pemenuhan kebutuhan sosial.
4. Informasi
Komunikasi memberikan informasi yang diperlukan dan kelompok
untuk mengambil keputusan melalui penyampaian data guna mengenali dan
mengevaluasi pilihan-pilihan alternatif.
B. Proses Komunikasi
C. Arah Komunikasi
A. Ke Bawah
Komunikasi ke bawah yaitu komunikasi yang mengalir dari satu
tingkat dalam kelompok atau organisasi ke tingkat yang lebih bawah.
B. Ke Atas
Komunikasi ke atas yaitu komunikasi yang mengalir ke tingkat
yang lebih tinggi dalam kelompok atau organisasi. Komunikasi ini
digunakan untuk memberikan umpan balik ke atasan, menginformasikan
mereka mengenai kemajuan ke sasaran, dan menyampaikan masalah-
masalah yang dihadapi.
C. Lateral (Horizontal)
Komunikasi horizontal yaitu komunikasi yang terjadi antara
anggota kelompok kerja yang sama, baik antar sesama pekerja ataupun
antar sesama manajer. Komunikasi horizontal berfungsi untuk menghemat
waktu dan memudahkan koordinasi.
D. Komunikasi Organisasi
B. Selentingan
Selain system formal tersebut, dalam komunikasi dikenal juga
system informal yang disebut dengan selentingan.Selentingan merupakan
bagian penting dari komunikasi kelompok atau organisasi. Selentingan
menunjukkan kepada para manajer isu-isu yang membingungkan yang
dianggap oleh para karyawan dianggap penting dan memicu kecemasan.
Oleh karena itu, selentingan bertindak sebagai filter dan sebagai
mekanisme umpan balik, yang mengumpulkan isu-isu yang dianggap
relevan oleh para karyawan. Dan yang lebih penting lagi yaitu dari
perspektif manajerial, adanya kemungkinan menganalisis informasi
selentingan dan meramalkan arahnya.
E. Model Komunikasi
A. Komunikasi Lisan
Sarana utama satu individu melakukan komunikasi dengan
individu lainnya adalah melalui lisan dengan cara berbicara, berpidato,
mengobrol, diskusi kelompok dan lain sebagainya.
B. Komunikasi Tulisan
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sudah terbiasa melakukan
komunikasi secara tertulis. Diantara media yang sering digunakan untuk
melakukan komunikasi tertulis ini diantaranya memo, surat, email, fax,
sms, laporan berkala organisasi, pengumuman di papan, bulletin dan alat-
alat lain yang dikirimkan via kata-kata secara tertulis.
C. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata
dan komunikasi non verbal memberikan arti pada komunikasi verbal.
Yang termasuk komunikasi non verbal :
Ekspresi wajah, Wajah merupakan sumber yang kaya dengan
komunikasi, karena ekspresi wajah cerminan suasana emosi
seseorang.
Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi.
Dengan mengadakan kontak mata selama berinterakasi atau tanya
jawab berarti orang tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya
dengan kemauan untuk memperhatikan bukan sekedar mendengarkan.
Melalui kontak mata juga memberikan kesempatan pada orang lain
untuk mengobservasi yang lainnya.
Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan
lebih bersifat spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan
seperti perhatian yang sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih
sayang atau simpati dapat dilakukan melalui sentuhan.
Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk,
berdiri dan bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh
dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat
kesehatannya.
Sound (Suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah
satu ungkapan perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan
komunikasi. Bila dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi
non verbal lainnya sampai desis atau suara dapat menjadi pesan yang
sangat jelas.
Gerak isyarat, adalah yang dapat mempertegas pembicaraan.
Menggunakan isyarat sebagai bagian total dari komunikasi seperti
mengetuk-ngetukan kaki atau mengerakkan tangan selama berbicara
menunjukkan seseorang dalam keadaan stress bingung atau sebagai
upaya untuk menghilangkan stres.
2. Pemilihan persepsi
4. Emosi
Para individu yang berada pada suasana hati positif lebih percaya
diri mengenai opini mereka, setelah membaca sebuah pesan yang
persuasive, sehingga arguman yang dirancang dengan baik akan memiliki
dampak yang lebih kuat pada opini mereka. Orang-orang yang berada pada
suasana hati negative lebih cenderung untuk mengkritisi pesan dengan
lebih terperinci, sedangkan mereka yang berada pada suasana hati positif
cenderung untuk menerima komunikasi begitu saja.
5. Bahasa
6. Keheningan
.
6. Kekhawatiran komunikasi (communication apprehension)
7. Berbohong
G. Implikasi Global
Hambatan-hambatan budaya
KEPEMIMPINAN
A. DEFINISI KEPEMIMPINAN
Menurut George Terry (1986), Kepemimpinan adalah kegiatan
untuk mempengaruhi orang lain agar mau bekerja dengan suka rela untuk
mencapai tujuan kelompok
Kepimpinan merupakan penggunaan keterampilan seseorang dlm
mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan sesuatu dengan sebaik-
baiknya sesuai dg kemampuan (Sullivan & Decker, 1989)
Jadi dapat disimpulkan kepemimpinan (leadership) merupakan
kemampuan untuk memengaruhi suatu kelompok menuju pencapaian
sebuah visi atau tujuan yang ditetapkan.
B. TEORI SIFAT
Teori Sifat Kepemimpinan (Trait Theories of leadership) yaitu
Berfokus pada kualitas dan karakteristik personal. Pencarian atas
kepribadian, sosial, fisik, atau intelektual yang membedakan seorang
pemimpin dengan yang bukan pemimpin menjadi tahap awal dalam riset
kepemimpinan.
C. TEORI-TEORI MENGENAI PERILAKU
Teori Mengenai Perilaku Kepemimpinan (behavioral theories of
leadership) menyiratkan bahwa kita dapat melatih orang-orang untuk
menjadi para pemimpin. Teori yang sangat komprehensif dihasilkan dari
Studi Ohio State (Ohio State Studies) pada akhir tahun 1940, yang mana
berupaya untuk mengidentifikasi dimensi, studi-studi mempersempit
daftar menjadi dua yang pada dasarnya sangat diperhitungkan sebagai
perilaku kepemimpinan oleh para karyawan; memprakarsai struktur dan
keramahan.
Memprakarsai Struktur (intiating structure) adalah sampai
sejauh mana seorang pemimpin akan mendefinisikan serta
menstrukturisasi peranan dan para pekerjanya dalam pencapaian
tujuan. Hal ini meliputi perilaku yang berupaya untuk
mengorganisasi kerja, hubungan kerja, dan tujuan.
Keramahan (consideration) adalah sampai sejauh mana hubungan
pekerjaan seseorang dicirikan oleh rasa saling percaya,
menghormati gagasan dari para pekerja, dan menghargai perasaan
mereka. Seorang pemimpin yang sangat ramah akan membantu
para pekerja dengan permasalahan pribiadi, adalah seorang yang
ramah dan yang mudah untuk ditemui, memperlakukan para
karyawannya dengan sama, serta mengekspresikan penghargaan
dan dukungan.
Kepemimpinan Transformasional
Studi yang dilakukan oleh Ohio State, model Fiedler dan teori
jalur-tujuan menggambarkan para pemimpin yang transaksional, yang
membimbing para pengikut mereka menuju tujuan yang ditetapkan
dengan menjelaskan paran dan tugas yang dibutuhkan. Para pemimpin
yang transformasional menginspirasi para pengikut untuk melampaui
kepentingan diri sendiri mereka demi keuntungan organisasi. Para
pemimpin yang transformasional dapat memiliki pengaruh yang luar
biasa terhadap para pengikutnya. Para pemimpin yang
transformasional lebih efektif karena mereka kreatif, salain itu mereka
mendorong para pengikutnya agar menjadi kreatif.
A. KEKUASAAN
Dahl (1957) menyatakan bahwa ”A memiliki kekuasaan atas B
sehingga A dapat meminta B melakukan sesuatu yang tanpa kekuasaan A
tersebut tidak akan dilakukan B”. Definisi ini menyempitkan konsep
kekuasaan, juga menuntut seseorang untuk mengenali jenis-jenis perilaku
khusus.
Sedangkan Russel (1983) menyatakan bahwa power (kekuasaan)
adalah konsep dasar dalam ilmu sosial. Kekuasaan penting dalam
kehidupan organisasi, dan bahwa kekuasaan dalam organisasi terikat
dengan status seseorang.
Boulding (1989) mengemukakan gagasan kekuasaan dalam arti
luas, sampai tingkat mana dan bagaimana kita memperoleh yang kita
inginkan. Bila hal ini diterapkan pada lingkungan organisasi, ini adalah
masalah penentuan di seputar bagaimana organisasi memperoleh apa yang
dinginkan dan bagaimana para pemberi andil dalam organisasi itu
memperoleh apa yang mereka inginkan. Kita memandang kekuasaan
sebagai kemampuan perorangan atau kelompok untuk mempengaruhi,
memberi perintah dan mengendalikan hasil-hasil organisasi.
Tipe-tipe Kekuasaan
Menurut Tosi, Rizzo, dan Carrol (1990), ada lima tipe kekuasaan,
yaitu :
1. Reward Power
Tipe kekuasaan ini memusatkan perhatian pada kemampuan
untuk memberi ganjaran atau imbalan atas pekerjaan atau tugas
yang dilakukan orang lain. Kekuasaan ini akan terwujud
melalui suatu kejadian atau situasi yang memungkinkan orang
lain menemukan kepuasan. Dalam deskripsi konkrit adalah
jika anda dapat menjamin atau memberi kepastian gaji atau
jabatan akan meningkat, maka dapat menggunkan reward
power. Bahwa seseorang dapat melakukan reward power
karena ia mampu memberi kepuasan kepada orang lain.
2. Coercive Power
Kekuasaan yang bertipe paksaan ini, lebih memusatkan
pandangan kemampuan untuk memberi hukuman kepada orang
lain. Tipe koersif ini berlaku jika bawahan merasakan bahwa
atasannya yang mempunyai ‘lisensi’ untuk menghukum dengan
tugas-tugas yang sulit, mencaci maki sampai kekuasaannya
memotong gaji karyawan. Menurut David Lawless, jika tipe
kekuasaan yang poersif ini terlalu banyak digunakan akan
membawa kemungkinan bawahan melakukan tindakan balas
dendam atas perlakuan atau hukuman yang dirasakannya tidak
adil, bahkan sangat mungkin bawahan atau karyawan akan
meninggalkan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
3. Referent Power
Tipe kekuasaan ini didasarkan pada satu hubungan
‘kesukaan’ atau liking, dalam arti ketika seseorang
mengidentifikasi orang lain yang mempunyai kualitas atau
persyaratan seperti yang diinginkannya. Dalam uraian yang
lebih konkrit, seorang pimpinan akan mempunyai referensi
terhadap para bawahannya yang mampu melaksanakan
pekerjaan dan bertanggung jawab atas pekerjaan yang
diberikan atasannya.
4. Expert Power
Kekuasaan yang berdasar pada keahlian ini, memfokuskan
diri pada suatu keyakinan bahwa seseorang yang mempunyai
kekuasaan, pastilah ia memiliki pengetahuan, keahlian dan
informasi yang lebih banyak dalam suatu persoalan. Seorang
atasan akan dianggap memiliki expert power tentang
pemecahan suatu persoalan tertentu, kalau bawahannya selalu
berkonsultasi dengan pimpinan tersebut dan menerima jalan
pemecahan yang diberikan pimpinan. Inilah indikasi dari
munculnya expert power.
5. Legitimate Power
Kekuasaan yang sah adalah kekuasaan yang sebenarnya
(actual power), ketika seseorang melalui suatu persetujuan dan
kesepakatan diberi hak untuk mengatur dan menentukan
perilaku orang lain dalam suatu organisasi. Tipe kekuasaan ini
bersandar pada struktur social suatu organisasi, dan terutama
pada nilai-nilai cultural. Dalam contoh yang nyata, jika
seseorang dianggap lebih tua, memiliki senioritas dalam
organisasi, maka orang lain setuju untuk mengizinkan orang
tersebut melaksanakan kekuasaan yang sudah dilegitimasi
tersebut.
B. POLITIK
Dhal (1957) menyatakan politik adalah aktifitas untuk
mendapatkan, mengembangkan, menggunakan kekuasaan dan sumber-
sumber lannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan dalam situasi
dimana adanya ketidakpastian atau adanya ketidaksepakatan tentang suatu
pilihan. Politik didefinisikan sebagai “setiap pola hubungan yang kokoh
antarmanusia dan melibatkan secara cukup mencolok kendali, pengaruh,
kekuasaan dan kewenangan”.
Politik keorganisasian adalah serangkaian tindakan yang secara
formal tidak diterima dalam suatu organisasi dengan cara mempengaruhi
orang lain untuk mencapai tujuan individu (Greenberg dan Baron, 1997).
4. Polarizing Elements
Adakah ketidakcocokan antara Manajer dengan
bawahannya dan dalam hal apa sajakah itu terjadi, dalam
semua aktivitas organisasi atau hanya perbedaan yang tidak
prinsip saja.Timbulnya hubungan antar personal yang
saling berkompetisi sehingga mempengaruhi interaksi
emosional bila akan mempengaruhi pengambilan keputusan
maka akan menjadi kendala pelaksanaan tugas-tugas saja.
5. Informal Coalitions
Adakah grup manajer yang berkoalisi untuk
menolak keputusan atau mengambil keputusan yang lain
dengan yang sudah ditetapkan manajer atasnya. Dan sejauh
mana hal ini akan diteruskan.