Anda di halaman 1dari 4

BAB IX

EKOLOGI DAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT VIRUS

Ekologi virus meliputi semua faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap daya hidupnya di alam,
antara lain;

1.) Kemampuan virus untuk cepat menyebar


2.) Cara dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyebarannya
3.) Apabila tidak tersedia tumbuhan inang atau insekta vektornya. Untuk itu virus harus;
a) Mempunyai lebih dari satu jenis inang untuk memperbanyak diri
b) Mampu menyebar secara efektif dan segera dapat menginfeksi tumbuhan sehat.
c) Selalu tersedia inang dan vektor di lapangan guna memperbanyak diri secara cepat, umtuk
keperluan hidup dan penyebaranya.

A. FAKTOR BIOLOGI
1. Stabilitas virus dan konsentrasinya dalam inang
2. Laju pergerakan dan perpindahannya dalam tumbuhan
3. Keparahan penyakit
4. Mutabilitas dan seleksi strain
5. Kisaran inang

B. PENYEBARAN VIRUS ANTAR TUMBUHAN ATAU DAERAH


Biasanya virus perlu carrier yang dapat menyebarkannya dan membawanya sampai pada petak
tanaman atau daerah lain. Virus yang berasal dari luar petak biasanya menginfeksi tanaman secara
acak melalui vektor airborne .

C. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA PENYEBARAN VIRUS


1. Sumber virus dan vektornya
a. Nonvektor selain penularan secara mekanik yaitu material tanam seperti benih.
b. Vektor pembawa virus serta tumbuhan terinfeksi virus yang masih bertahan hidup dari
pertanaman sebelumnya, keduanya terdapat pada lokasi yang sama. Keadaan ini berlaku
untuk virus soilborne dan persisten.
c. Vektor yang datang dari luar daerah pertanaman
d. Kemampuan vektor untuk mengkoloni inangnya.
2. Tipe tumbuhan
Penyebaran virus pada tumbuhan anual lebih cepat daripada tumbuhan perenial. Pada keadaan
yang tidak menguntungkan, beberapa tumbuhan perenial dapat berfungsi sebagai inang
reservoar dari vektor dan/virus.
3. Pola penyebaran virus di dalam pertanaman
Kecepatan penyebaran virus di dalam pertanaman dipenggaruhi oleh;
a) Kemampuan vektor berpindah
b) Pola dan gradien kejadian penyakit. Pola penyebarannya pada lahan luas dapat bersifat
menyeluruh, setempat-setempat (patches) atau pada bagian tepi atau bagian tenggah
saja.

4. Pola penyebaran virus antarpertanaman


a. Faktor inang dan cara bercocok tanam
b. Faktor ekologi yang berpengaruh pada penyebaran vektor dan virus
c. Vektor yang berbeda mempunyai efisiensi penularan yang berbeda
d. Virus yang mempunyai satu vektor

D. FAKTOR LINGKUNGAN FISIK


1. Curah hujan
Curah hujan sangat berperan penting dalam kehidupan virus yang mempunyai vektor soilborne
dan airborne, yaitu dalam hal pengaruhnya terhadap populasi vektor dan kelengasan udara.
2. Angin
Angin juga berpenggaruh pada penyebaran vektor insekta bersayap.
3. Suhu udara
Secara umum suhu udara pada pergerakan dan kecepatan memperbanyak diri vektor airborne.
4. Jenis tanah dan kelengasannya
Jenis, suhu dan kelengasan tanah berpengaruh pada kehidupan vektor soilborne. Tanah yang
subur dan banyak bahan organik selain merupakan tempat yang baik untuk bertahannya virus ,
juga disenangi mikroba lain serta vektor soilborne

E. KEMAMPUAN BERTAHAN HIDUP (SURVIVAL) MELALUI DAUR MUSIM


Di negara dengan empat musim, perubahan musim yang sangat ekstrim (dingin atau panas)
menyebabkan beberapa vektor dan jenis tumbuhan tertentu tidak dapat hidup, atau bertahan hidup
dalam kondisi laten. Setelah musim lewat, virus maupun vektornya mulai mencari inang yang sesuai
untuk memulai kehidupan baru, memperbanyak diri dan menyebar. Beberpa virus dapat bertahan
hidup melalui berbagai cara;
a. Tinggal dalam material propagasi tanaman
b. Virus harus memiliki kisaran inang yang luas
c. Memiliki inang sementara baik tumbuhan bienial, perenial atau gulma
d. Virus yang ditularkan oleh leaf-hopper ada yang dapat bertahan dalam telurnya
e. TMV atau virus lainnya dapat bertahan hidup lama dalam sisa tanaman inang yang sudah
tidak ada
f. Virus dapat bertahan lama pada spora istirahat yang tinggal di tanah sampai waktu cukup
lama.
g. Praktek bertani dapat menyebabkan virus bertahan hidup dalam suksesi pertanaman yang
dapat hidup pada musim yang berbeda.

F. PERAMALAN PENYAKIT
1. Pemantauan perkembangan penyakit
Pemantauan biasanya dilakukan lebih banyak untuk vektor insekta, terutama dari
golongan afid. Pemantauan vektor virus akan lebih mempermudah pemilihan jenis insektisida
dan waktu aplikasinya. Pada vektor yang terbang dapat dilakukan dengan membuat perangkap
secara berkala misalnya yellow-pan trap, vertical sticky trap, conical nets, atau suction trap.
Pemantauan dilakukan dengan menghitung jumlah koloni pada sebuah sampel tanaman
(terutama daun.
2. Model matematis epidemiologi
Model matematis untuk peramalan datamgnya penyakit telah banyak dikembangkan.
Ada dua tipe yaitu;
a. Model prediksi untuk menduga kemungkinan terjadinya epidemi
b. Model simulasi untuk memahami faktor-faktor yang dapat menimbulkan epidemi
dan cara mengendalikan situasi yang diakibatkannya.

BAB X

PENGENDALIAN PENYAKIT VIRUS

A. MENGHILANGKAN ATAU MENGINDARI SUMBER INFEKSI


1. Penggunaan material tanam bebas virus
a. Terapi panas
Virus umumnya menjadi inaktif atau tidak stabil bila dihadapkan pada kondisi yang tidak
sesuai, misalnya dengan perlakuan pemanasan.
b. Terapi kimia
Sampai sekarang masih sedikit informasi tentang senyawa kimia yang dapat
menghambat perbanyakan virus dalam tumbuhan yang terinfeksi secara sistematik.
Bebrapa aplikasi senyawa antivirus secara tunggal kurang berhasil, tetapi memberikan
hasil yang memuaskan bila penggunaan antivirus dikombinasikan misalnya,
a) Dengan perlakuan panas pada setek atau mata tunas, atau
b) Dalam kultur pucuk meristematik suatu tanaman yang berasal dari daerah
endemik.
c. Bibit bebas virus
Tanaman bebas virus dapa diperoleh dengan menggunakan setek bebas virus, atau bibit
yang berasal dari kultur meristem apikal atau pucuk tanaman.

2. Penghentian atau pencegahan penyebaran virus dan vektor ke atau di antara tanaman
a. Praktek bertani atau bercocok tanam (agricultural pratices)
Meliputi pengaturan jarak tanam, waktu tanam yang tepat dan serentak, menanam
tumbuhan perangkap vektor, rotasi tanaman, dan sistem multikultur.
b. Sanitasi atau roguing
c. Peraturan atau undang-undang karantina
3. Pengendalian vektor
a. Insektisida
Harus bersifat spesifik dan mudah di aplikasikan secara menyeluruh di seluruh areal
pertanaman.
b. Barier nonkimia untuk melawan serangan insekta virus
Cara ini dilakukan dengan cara;
a) Penanaman tanaman yang berukuran lebih tinggi dari tanaman utama
b) Penggunaan mulsa berwarna alumunium
c) Penggunaan pita plastik kunung berperekat di antara atau di sekelilng tanaman
d) Penggunaan jaring-jaring perangkap vektor berwarna putih
c. Tanaman tahan vektor
d. Penggunaan predator atau parasit insekta
Beberapa agen pengendali hayati untuk insekta vektor telah dikomersilkan misalnya
Bacillus thuringiensis (Bt), Nuclear drosis virus (NPV), atau jamur parasitik insekta
misalnya Beauveria spp. Untuk vektor soilborne, pengendalian vektor lebih banyak
ditekankan pada sterilisasi tanah secara kimiawi, misalnya dengan fungisida dan
nematisida atau dengan terapi panas.

B. PROTEKSI DARI INFEKSI SISTEMIK


1. Proteksi dengan introduksi tanaman tahan
a. Introduksi tanaman tahan
b. Introduksi tanaman toleran
2. Rekombinasi virus untuk proteksi silang
3. Tanaman transgenik
4. Bahan antiviral

Anda mungkin juga menyukai