Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Memasuki abad ke-21, masyarakat dunia mulai sadar bahaya yang ditimbulkan oleh
pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian. Orang semakin arif dalam memilih bahan
pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya hidup sehat dengan slogan
Back to Nature telah menjadi trend baru meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan
bahan kimia dan non kimia dan ada dua sistem untuk alami, seperti pupuk, pestisida kimia
sintetis dan hormon tumbuh dalam produksi pertanian. Maka dari itu sekarang banyak
pemupukan organik dan anorganik yang telah tersebar luas.
Sekarang banyak petani menggunakan pupuk kimia karena pupuk kimia sangat
praktis bagi petani dan untuk pupuk organik sangatlah sulit untuk pengaplikasiannya serta
para petani tidak mengerti dampak negatif dan positif atau kekurangan dan kelebihan kedua
macam pupuk tersebut, pupuk organik memiliki kelebihan diantaranya adalah mengandung
banyak unsur hara serta tidak merusak lingkungan dan kekurangannya adalah volumenya
lebih besar dari pupuk kimia serta sulit didapatkan dan untuk pupuk kimia memiliki
kelebihan sangat instan dan mudah sekali didapatkan dan juga memiliki kekurangan seperti
merusak struktur hara dalam tanah dan merusak tanaman yang ditanam.
Dengan penggunaan pupuk yang bijaksana dapat menjadikan kimia, fisika dan biologi
tanah menjadi lebih baik lagi, dan pupuk organik memiliki beberapa jenis diantaranya pupuk
kandang, pupuk kompos, pupuk hijau, semua pupuk tersebut memiliki kandungan yang baik
bagi media tanam dan tanaman itu sendiri, serta pupuk kimia juga memiliki beberapa jenis
diantaranya, NPK , TSP , ZA, dll semua pupuk ini jika digunakan terus menerus dapat
merusak lingkungan maka dari itu para petani sekarang sudah diberi pengarahan untuk
beralih ke pertanian organik yang pemupukanya menggunakan pupuk organik non kimia.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun Rumusan masalah dari makalah ini adalah membahas mengenai segala hal
yang berkaitan dengan pupuk dan pemupukan yang baik dan benar.

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi Pupuk.
2. Untuk mengetahui Definisi Pemupukan.
3. Untuk mengetahui Jenis Pupuk yang digunakan.
4. Untuk mengetahui cara kerja pemupukan dan penerapannya.
5. Untuk mengetahui waktu yang tepat dalam pemberian pupuk.
6. Untuk mengetahui dosis pengaplikasian pupuk.
7. Untuk mengetahui rumus perhitungan pupuk.

1
1.4 Manfaat
Adapun manfaat makalah ini adalah supaya mahasiswa dapat mengerti materi pupuk
dan pemupukan dalam mata kuliah Dasar Budidaya Pertanian, sehingga mahasiswa dapat
mengaplikasikannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari tentang cara dan proses
pemupukan yang baik dan benar serta yang efektif dan efesien bagi tanaman.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pupuk


Menurut Malayu (2008) pupuk adalah senyawa material khusus yang ditambahkan
pada media tanam, dalam media tanam bahkan organ tanaman yang bertujuan pupuk
ialah untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman. Dalam penerapannya,
pupuk berfungsi sebagai sumber zat hara buatan yang diperlukan untuk mengatasi
kekurangan nutrisi pada tanaman (sebagai cadangan makanan) dan untuk memicu
perbesaran tubuh tanaman agar kualitas dan kuantitas hasil panen menjadi maksimal.

2.2 Definisi Pemupukan


Pemupukan adalah kegiatan memasukan pupuk ke dalam media tanam, lubang tanam
ataupun ke dalam bagian organ tanaman. Adapun tujuan pemupukan menurut Gumbira
(1992) yaitu :
 Memperbaiki fisika, kimia & biologi tanah.
Merupakan kegiatan di dalam ilmu pertanian yang mengembalikan sifat fisika, kimia
& biologi tanah yang bertujuan agar proses pertumbuhan tanaman menjadi lebih
efektif pada tanah yang dijadikan media tanam tersebut.

 Mengganti kehilangan unsur hara pada tanaman.


Merupakan kegiatan memasukkan unsur hara yang baru yang tidak bisa ditemukan
oleh tanaman itu sendiri dalam proses pembuatan dan penyerapannya, sehingga
tanaman mendapat asupan nutrisi tambahan untuk menunjang pertumbuhannya agar
maksimal.

 Menambahkan unsur hara dalam tanah.


Merupakan kegiatan memasukkan unsur hara ke dalam tanah untuk menambah unsur
hara tanah, agar unsur hara dalam tanah memiliki kadar unsur hara yang cukup bagi
tanaman tersebut.

2.3 Senyawa Unsur Hara yang dibutuhkan Tanaman


Menurut Novizan (2005) unsur hara esensial untuk tanaman dibedakan menjadi dua,
yaitu elemen makro dan mikro.
a. Makronutrien
Merupakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar. Adapun contoh
dominannya yang terdapat dalam kadar pupuk ialah senayawa N, P, dan K. Fungsinya
yaitu :
N  Membentuk sel , jaringan , dan organ tanaman. Ia berfungsi sebagai sebagai
bahan sintetis klorofil , protein , dan asam amino.
P  sebagai komponen penyusun beberapa enzim , protein , ATP , RNA , dan DNA.
Selain itu juga berperan pada pertumbuhan benih , akar , bunga , dan buah.

3
K  Sebagai pengatur proses fisiologi tanaman seperti fotosintetis dan respirasi
dalam jaringan dan sel.

b. Mikronutrien
Merupakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah kecil.
Adapaun contoh dominannya yang terdapat dalam kadar pupuk ialah senyawa M, Ca,
S dan B. Fungsinya yaitu :
M  berperan dalam transportasi energi beberapa enzim di dalam tanaman. Unsur ini
untuk memperlancar proses fotosintesis di daun.
Ca  berperan adalah pertumbuhan sel sebagai komponen yang menguatkan &
mengatur daya tembus. Perannya sangat penting pada titik tumbuh akar.
S  Sebagai pembentuk asam asam amino sistin, sistein dan metionin. 90% S dalam
tanaman ditemukan dalam bentuk asam amino, sebagai penyusun protein
B  sebagai pembentuk , pembelahan, diferensiasi & pembagian tugas sel. Hal ini
terkait dengan perannya dalam sintetis RNA; bahan dasar pembentukan sel.

2.4 Dampak Unsur Makro yang Berlebih atau Kekurangan


Unsur makro merupakan unsur utama dalam kandungan pupuk. Pada proses
pemberian pupuk tunggal atau majemuk, maka sebaiknya dipertimbangkan terlebih
dahulu kadar apa saja yang berlebih dan kurang dalam suatu tanaman per hektarnya.
Tujuannya agar dosis pemberian pupuk menjadi efesien sesuai dengan kebutuhan
tanaman. Menurut Nurtika (2007) kondisi fisik tubuh tanaman dapat diperhatikan sebagai
berikut.
 Kelebihan N  Warna daun terlalu hijau.
 Kekurangan N  Daun kuning & produksi rendah.
 Kelebihan P  Penyerapan unsur mikro terganggu.
 Kekurangan P  Tepi daun kecokelatan.
 Kelebihan K  Defisiensi
 Kekurangan K  Daun menggulung ke bawah.

2.5 Jenis Pupuk


Menurut Warsino (2009) dalam penggunaannya sehari-hari, pupuk dibedakan sesuai
dengan proses terjadinya pupuk tersebut, yaitu pupuk alami yang sering disebut dengan
organik dan pupuk buatan yang sering disebut dengan kimia.

2.5.1 Pupuk Organik


a) Definisi dan macam-macamnya
Pupuk organik / Manure adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup,
seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat
berbentuk padat atau cair yang lebih cenderung digunakan untuk memperbaiki sifat
fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik
daripada kadar haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau,
dan pupuk kandang.

4
 Penggunaan pupuk hijau pada umumnya untuk menambah unsur hara tanah,
terutama unsur nitrogen karena pupuk hijau banyak mengandung unsur tersebut.
Akibatnya pupuk hijau dapat diberikan dekat waktu penanaman tanpa harus
mengalami proses pengomposan lebih dulu sebagaimana sisa-sisa tanaman pada
umumnya. Pupuk hijau didapatkan dari tumbuhan muda, terutama dari jenis
polong-polongan (leguminose), tanaman pagar dan tanaman pelindung.
i). Tanaman Legum
Tanaman dari kelurga Leguminosae terdapat perakaran bernodula yang
ditempeli oleh bakteri Rhizobium sp. atau Bacilus radicicola yang dapat
mengikat N dari udara. Salah satu alasannya digunakan tanaman legum yaitu
bahan organik mudah terdekomposisi. Contohnya adalah Vigna radiata
(Kacang Hijau).
ii). Tanaman pagar
Pupuk hijau bisa didapatkan dengan menanam tanaman sumber di sela-sela
tanaman inti. Para petani tanaman pangan biasa menanamnya di lorong antar
bedengan tanaman utama. Tanaman pagar akan bekerja efektif bila
memenuhi sifat-sifat (1) Prosentase pertumbuhan daun lebih besar dari pada
kayu, (2) Pertumbuhan cepat dan akar tidak bersaing dengan tanaman inti,
(3) Berkemampuan menambat nitrogen dan kandungan hara lain, (4) Tidak
berpotensi menjadi gulma.
Contohnya adalah Crotalaria juncea (Orok-orok), Tephrosia candida
(Krepo), Desmodium gyroides (Daun duduk) dan lain-lain.
iii). Tanaman Pelindung
Pupuk hijau bisa didapatkan dengan menanam tanaman pelindung di dekat
tanaman inti. Secara garis besar peran dan fungsi sebagai yaitu (1) Pada
musim kemarau dapat mengurangi intensitas sinar matahari, menjaga
kelembaban dan suhu di sekitar areal pertanaman (2) mencegah erosi dan
pencucian unsur hara oleh air hujan (3) Daun-daun yang gugur berperan
sebagai bahan organik yang dapat memperbaiki kesuburan dan struktur tanah
(4) Perakaran dalam pada pohon pelindung dapat menyerap unsur hara di
lapisan tanah bawah, kemudian melepaskan hara tersebut dalam bentuk
bahan organik (5) pohon yang daunnya lebat dapat menekan pertumbuhan
gulma atau tanaman pengganggu. Contohnya yaitu Leucaena glauca
(Lamtoro), Erythrina lithosperma (Dedep Serep), dan Pterocarpus indicus
(Angsana)

 Pupuk kandang. Pupuk kandang diperoleh dari kotoran hewan ternak, misalnya
sapi, ayam, kambing, dan lain-lain.
 Kompos. Pupuk kompos diperoleh dari bahan organik limbah pertanian, misalnya
jerami, batang jagung, atau sampah yang dibusukkan bersama pupuk kandang.
Pupuk kompos lebih banyak digunakan untuk menyuburkan tanaman-tanaman pot
atau holtikultura.

5
b) Kadar Unsur Pupuk Organik
Menurut Rosa (2015) kadar unsur persen N, P, dan K pada pupuk organik
bermacam-macam, diantaranya yaitu sebagai berikut

c) Keuntungan dan Kerugian Pupuk Organik


Menurut Rahel (2015) keuntungan dan kerugian pupuk organik yaitu (1) Perekat
butiran tanah, (2) Meningkatkan kemampuan tanah menahan air & hara dan (3)
sebagai sumber energi bagi jasad mikro di dalam tanah. Kerugiannya yaitu (1)
Bervolume besar, (2) distribusi lebih sulit dan (3) adanya kelarutan yang rendah
sehingga membuat tanaman sukar mengambil unsur-unsur yang terkandung di
dalam pupuk organik.

2.5.2 Pupuk Anorganik


a) Definisi dan Macam-macamnya
Pupuk anorganik / fertilizer merupakan pupuk buatan yang dibuat secara proses
kimiawi yang dibuat oleh pabrik. Bahan pembuatan pupuk anorganik berbeda beda
tergantung kandungan yang diinginkan. Pupuk anorganik sebagian besar bersifat
hidroskopis. Hidroskopis adalah kemampuan menyerap air diudara, sehingga
semakin tinggi higroskopis semakin cepat pupuk mencair. Adanya kelarutan yang
tinggi sehingga tanaman mudah mengambil unsur-unsur yang terkandung di dalam
pupuk anorganik. Tujuan penggunaan pupuk anorganik yang paling tepat yaitu
untuk memperbaiki sifat kimia tanah secara instan. Contohnya yaitu pupuk tunggal
dan pupuk majemuk, serta terdapat juga pupuk yang bersifat masam atau basa.
 Pupuk Tunggal merupakan pupuk yang dibuat dari satu unsur secara dominan.
Contohnya : Urea yang mengandung N, TSP atau SP36 dengan P, dan KCl atau
ZK dengan unsur K yang dominan.

6
 Pupuk Majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis unsur hara.
Contohnya yaitu (1) Pupuk DAP dan yang terbuat dari N dan P, (2) pupuk NPK
mengandung unsur N, P dan K. Pupuk majemuk juga bisa tersusun dari 3 unsur.
Produsen pupuk biasanya juga menambahkan unsur-unsur mikro seperti Fe, B,
Mo, Mn, dan Cu.
 Pupuk berdasarkan kadar pH merupakan pupuk yang memiliki derajat keasaman
tertentu yang berfungsi untuk mengubah pH kimia tanah menjadi asam, basa,
ataupun netral. Contohnya yaitu Pupuk ZA (bersifat masam), pupuk kapur CaCO3
(Netral) dan pupuk NaNO3 (Basa).

b) Kadar Unsur Pupuk Organik


Menurut Rosa (2015) kadar unsur persen N, P, K dan S pada pupuk tunggal
anorganik bermacam-macam, diantaranya yaitu sebagai berikut

Selain itu, ada juga kadar unsur persen N, P, K dan S pada pupuk majemuk, yaitu

7
c) Keuntungan dan Kerugian Pupuk Anorganik
Menurut Rahel (2015) keuntungan dan kerugian pupuk organik yaitu:
Keuntungan :
 Pengangkutan distribusi mudah
 Hasil cepat terlihat
 Kandungan unsur hara jelas bagi tanaman
 Kebutuhan dosis dapat dihitung
Kerugian
 Harga mahal
 Ketergantungan
 Penggunaan tidak bijaksana dapat merusak tanah

2.6 Cara Kerja Pemupukan


Pengaplikasian pupuk sebaiknya disesuaikan dengan bentuk fisik pupuk, pola tanam,
kondisi lahan, sifat fisik , kimia tanah & biologi tanah. Pada proses penggunaannya,
menurut Suwandi (2007) penggunaan cara kerja pemupukan menurut bentuknya dapat
dibedakan sebagai berikut :
 Pupuk Padat
Dapat berupa pupuk organik maupun non organik. Pupuk ini bersifat padatan dimana
kadar persen setiap unsurya lebih tinggi daripada pupuk cair. Pupuk ini mampu
memperbaiki sifat fisika tanah. Adapun waktu penggunaannya dan cara
penggunaannya yaitu yaitu (1) pupuk organik diberikan sebelum tanam atau paling
lambat bersamaan taman; dengan mencampur rata pada media tanam atau hanya pada
lubang tanam karena membutuhkan waktu yang lama untuk terdekomposisi, (2)
pupuk anorganik diberikan dengan memasukkan ke dalam tanah dan kemudian
ditutup agar pupuk kimia ini tidak mudah menguap, (3) tempatkan pupuk pada daerah
perakaran terluar, pada proyeksi garis luar kanopi. Keuntungannya yaitu jumlahnya
yang banyak sesuai berbanding dengan kebutuhan tanaman yang banyak pula.

 Pupuk Cair
Pupuk organik dan anorganik bukan hanya berbentuk padat, tetapi juga dapat
berbentuk cair seperti pupuk anorganik. Bahan baku pupuk cair dapat berasal dari
pupuk padat dengan perlakuan perendaman. Setelah beberapa minggu dan melalui
beberapa perlakuan, air rendaman sudah dapat digunakan sebagai pupuk cair.
Sebelum digunakan, biasanya dicampurkan ratakan dengan air terlebih dahulu. Pupuk
ini disemprotkan ke bagian daun dan batang tanaman. Pupuk cair lebih mudah
dimanfaatkan oleh tanaman karena unsur-unsur di dalamnya sudah terurai dan tidak
dalam jumlah yang terlalu banyak sehingga lebih cepat terasa dan pengaplikasiannya
bisa bersama dengan pestisida. Menurut waktu penggunaan, pupuk cair sebaiknya
digunakan saat pagi/sore hari saat intensitas matahari rendah untuk menghindari
penguapan yang sia-sia pada pupuk. Kekurangannya yaitu harus dilakukan secara
berulang-ulang karena sifatnya yang mudah terurai di alam.

8
2.7 Waktu yang Tepat dalam Pemupukan
Merupakan kegiatan pemberian pupuk sesuai dengan waktu relatif normal biasanya
agar pemberian pupuk menjadi efektif dan efesien, sehingga tanaman tidak keracunan
unsur hara yang berlebih dan tidak kekurangan unsur hara. Menurut Rahel (2005) cara
yang digunakan yaitu :
- Sesuai dengan masa kebutuhan hara pada setiap umur tanaman & kondisi iklim.
- Dilakukan pada awal musim hujan (tujuannya agar pupuk tidak cepat hilang pada
saat intensitas hujan tinggi) dan pada akhir musim kemarau (tujuannya agar pupuk
tidak cepat menguap ketika musim kemarau.)
- Harus pagi / sore hari saat intensitas matahari rendah. Tujuannya agar pupuk tidak
cepat menguap / hilang di alam.

2.8 Dosis Pupuk


Menurut Lingga dkk (2013), bahwa dosis pupuk digunakan pada tanaman dengan
tujuan memberikan unsur hara yang tepat dan efektif agar kebutuhan unsur hara tanaman
terjaga. Satuan dosis pupuk dapat berupa kg atau gr dalam bentuk pupuk padat, dan liter
atau ml pada bentuk pupuk cair. Contoh penggunaan pupuk sesuai dosis sebagai berikut :
Pada tanah normal, pemerintah merekomendasikan pupuk untuk tanaman padi sebagai
berikut urea sebesar 200 kg - 250 kg, SP36 100 kg - 150 kg dan KCl 75 kg - 100 kg. Jika
menggunakan NPK maka dosisnya adalah 300 kg. (Ini hanya dosis anjuran).

2.9 Perhitungan Pupuk


Menurut Donahue (1977) perhitungan pupuk merupakan angka hitungan berdasarkan
ketetapan rumus yang bertujuan dalam pemberian kadar dosis agar cocok pada proses
pengaplikasian di lapangan.
a) Menghitung kebutuhan pupuk dan unsur
 Jumlah tanaman
luas lahan efektif (m)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 =
jarak tanam (m)
 Kebutuhan pupuk per petak
luas lahan
𝑘𝑒𝑏. 𝑝𝑢𝑝𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 = x pupu𝑘 𝑟𝑒𝑘𝑜𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑠𝑖 (ℎ𝑎)
luas 1 Ha
 Kebutuhan pupuk per lubang tanam
kebutuhan pupuk per petak
𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑝𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 =
jumlah tanaman
 Kebutuhan unsur/ha
100
𝑥= 𝑥 𝑟𝑒𝑘𝑜𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑢𝑝𝑢𝑘
𝑝𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑢𝑛𝑠𝑢𝑟

9
b) Menghitung Kebutuhan yang harus diketahui
 HLO = Hasil Luas Olahan
 BI = Berat Isi
 LL = Luas lahan
 KLO = Kedalaman Lapisan Olah / Ukuran polybag
Langkah :
1) Menghitung HLO
KLO x BI x LL
2) Menghitung kebutuhan pupuk per polybag
ukuran polybag
𝑥= x rekomendasi pupuk
HLO

c). Mengkonversi (Jika ada)


 N dalam Urea = 45% x massa N
 P2O5 dalam SP36 = 36% x massa P2O5
 K2O dalam KCl = 60% x massa K2O

10
Contoh Soal :
1. Kebutuhan pupuk tanaman jagung dengan kebutuhan Urea = 300 kg/ha,
Sp36 = 200 kg/ha, KCl =150kg/ha. Luas lahan yang digunakan adalah
100 m x 50 m. Hitung kebutuhan pupuk Urea, Sp36, KCl per petak?
Jawaban :
luas lahan
𝑘𝑒𝑏. 𝑝𝑢𝑝𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 = x pupu𝑘 𝑟𝑒𝑘𝑜𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑠𝑖 (ℎ𝑎)
luas 1 Ha
100 𝑚 𝑥 50 𝑚
Kebutuhan pupuk per petak (urea) = x 300 kg/ha = 150 kg
10.000
100 𝑚 𝑥 50 𝑚
Kebutuhan pupuk per petak (Sp36) = x 200 kg/ha = 100 kg
10.000
100 𝑚 𝑥 50 𝑚
Kebutuhan pupuk per petak (KCl) = x 100 kg/ha = 50 kg
10.000

2. Kebutuhan pupuk tanaman jagung dengan kebutuhan N = 300 kg/ha,


P205 = 200 kg/ha, K2O =150kg/ha. Luas lahan yang digunakan adalah
100 m x 50 m. Hitung kebutuhan pupuk Urea, Sp36, KCl per petak ?
Jawaban :
DIKONVERSI
• N dalam Urea = 45 % x 300 kg/ha = 135 kg
• P205 dalam SP36 = 36 % x 200 kg/ha = 72 kg
• K2O dalam KCl = 60 % 100 kg/ha = 60 kg

luas lahan
𝑘𝑒𝑏. 𝑝𝑢𝑝𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 = x pupu𝑘 𝑟𝑒𝑘𝑜𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑠𝑖 (ℎ𝑎)
luas 1 Ha
100 𝑚 𝑥 50 𝑚
Kebutuhan pupuk per petak (Urea) = x 135 kg/ha = 67,5 kg
10.000
100 𝑚 𝑥 50 𝑚
Kebutuhan pupuk per petak (SP36) = x 72 kg/ha = 36 kg
10.000
100 𝑚 𝑥 50 𝑚
Kebutuhan pupuk per petak (KCl) = x 60 kg/ha = 30 kg
10.000

3. Apabila dalam suatu petak lahan jagung dengan luasan seperti nomor 1
dengan jarak tanam 70 cm x 30 cm memiliki kebutuhan Urea = 300 kg/ha,
Sp36 = 200 kg/ha, KCl =150kg/ha. Maka hitung :
a) Jumlah populasi tanaman ?

11
b) Kebutuhan pupuk per tanaman masing-masing unsure ?
Jawaban :
luas lahan efektif 100 m x 50 m 5000 𝑚2
a) 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 = = = =
jarak tanam 70 𝑐𝑚 𝑥 30 𝑐𝑚 0,21 𝑚2

23810 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛

kebutuhan pupuk per petak


𝑏) 𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑝𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 = jumlah tanaman

150 kg
𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑝𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 (𝑈𝑟𝑒𝑎) = = 0,0063 kg
23810
= 6.3 gr
100 kg
𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑝𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 (𝑆𝑝36) = = 0,0042 kg = 4,2 gr
23810
50 kg
𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑝𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 (𝐾𝐶𝑙) = = 0,0021 = 2,1 gr
23810

4. Beberapa kebutuhan pupuk Urea, SP36 dan KCL pada polybag volume 3
kg apabila diketahui kedalaman lapisan olah (KLO) 30 cm, BI tanah 1,1
gr/cm3 luasan yang dipakai seluas 1 Ha dan rekomendasi pupuk seperti
diatas jika diketahui Rekomendasi pupuk Urea = 300 kg/Ha, Sp36 = 200
kg/Ha, KCl = 150 kg/Ha ?
Jawab :
HLO = KLO x BI x LL
= 30 x 1.1 x 108
= 33 x 108
Kebutuhan Urea
ukuran polybag
𝑥= x Keb. pupuk
HLO
3000
= 33 x 108 x 300.000 = 0, 2727 gr

Kebutuhan SP36
ukuran polybag
𝑥= x Keb. pupuk
HLO
3000
= 33 x 108 x 200.000 = 0, 1818gr

Kebutuhan KCL

12
ukuran polybag
𝑥= x Keb. pupuk
HLO
3000
= 33 x 108 x 150.000 = 0,13635gr

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pupuk adalah bahan kimia / organisme yang menyediakan unsur hara bagi
kebutuhan tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu
tujuan proses pemupukan untuk Memperbaiki fisika, kimia & biologi tanah dan
menambahkan unsur hara dalam tanah. Pupuk dibagi menjadi 2 macam yaitu
pupuk organik dan pupuk anorganik dengan kelebihan dan kekurangan masing-
masing. Adapun senyawa unsur makro dan mikro terdapat dalam kandungan
pupuk sehingga dalam proses penggunaannya harus menggenakan ketentuan yang
telah ada, yaitu sesuai dengan cara pengaplikasiannya, tepat waktu dan tepat
dosis. Namun, dalam pengaplikasiannya harus digunakan rumus perhitungan
untuk memudahkan pemberian dosis pada tanaman per luas lahan.

3.2 Saran
Materi ini sangat membantu dalam mempelajari segala sesuatu tentang
pupuk dan pemupukan, sebaiknya dosen pengampu lebih dalam lagi menjelaskan
tentang materi ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Donahue, R.L., R.W. Miller, and J.C. Shickluna. 1977. Soils An Introduction to
Soils and Plant Growth Fourth Edition. Prentice Hall Inc, New Jersey.
Hasibuan, Malayu. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara :
Jakarta.
Lingga, Pilian. 2013. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Niaga Swadaya : Bandung.
Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan Efektif. Agromedia Pustaka : Jakarta.
Primantoro dan Fadhly, 2003. Pupuk Biokimia. IPB Press : Bogor.
Rahel, Talenta Putri Mariana Sianturi, 2005. Pupuk Biogen Organik. Suwignyo :
Pontianak.
Suwandi dan N, Nurtika, 2007. Pengaruh Pupuk Biokimia “Sari Humus” pada
tanaman kubis. Buletin Penelitian Hortikultura 15(20):213-218.
Warsino, Bayu. 2009. Pupuk Fosfor Berkhasiat. UNTAN : Pontianak.

15

Anda mungkin juga menyukai