Anda di halaman 1dari 149

PERAN STAKEHOLDER PARIWISATA DALAM

PENGEMBANGAN PULAU SAMALONA


SEBAGAI DESTINASI WISATA BAHARI

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana


pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

RESKI AMALYAH
NIM. 115030800111023

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS
PROGRAM STUDI PARIWISATA
KONSENTRASI DESTINASI
MALANG
2016
RINGKASAN

Reski Amalyah, 2016, Peran Stakeholder Pariwisata dalam


Pengembangan Pulau Samalona Sebagai Destinasi Wisata Bahari. Dr. Drs.
Djamhur Hamid, Dipl. Bus., M.Si, Luchman Hakim, S.Si.,M.Agr.Sc.,Ph.D.

Pulau Samalona terletak di Selat Makassar yang merupakan salah satu dari
beberapa pulau di dalam gugusan Kepulauan Spermonde yang ada di Kota
Makassar. Pengembangan Pulau Samalona melibatkan stakeholder pariwisata
yang terdiri dari pihak pemerintah, pihak swasta, dan pihak masyarakat.
Keterlibatan stakeholder pariwisata dalam pengembangan Pulau Samalona
diharapkan menjadikan Pulau Samalona sebagai destinasi wisata bahari yang
berdaya saing di Sulawesi Selatan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu (1)
Bagaimana profil daya tarik dan atraksi wisata di Pulau Samalona? (2) Bagaimana
peran stakeholder dalam kegiatan pengembangan Pulau Samalona? dan (3) Apa
saja faktor pendukung dan penghambat peran stakeholder dalam kegiatan
pengembangan Pulau Samalona?. Sumber data penelitian diperoleh dari informan,
observasi, dokumen, dan dokumentasi. Analisis data penelitian menggunakan tiga
tahapan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Pulau Samalona merupakan pulau yang memiliki potensi bahari sehingga
kegiatan utama yang dilakukan wisatawan yaitu snorkeling. Pengembangan Pulau
Samalona melibatkan Stakeholder pariwisata yang terdiri dari pemerintah melalui
Disparekraf Kota Makassar, pelaku usaha pariwisata, dan masyarakat lokal Pulau
Samalona. Peran stakeholder dalam pengembangan Pulau Samalona berupa
penyediaan sarana prasarana, pembinaan sumber daya manusia, pemberdayaan
masyarakat lokal, promosi, dan CSR (Corporate Social Responsibility). Faktor
pendukung pengembangan Pulau Samalona adalah keterlibatan masyarakat lokal
Pulau Samalona dalam pengelolaan dan dukungan pihak swasta. Faktor
penghambat pengembangan Pulau Samalona yaitu peran Disparekraf belum
maksimal, masyarakat lokal sebagai pelaku wisata belum profesional, dan
kurangnya koordinasi dari berbagai stakeholder menyebabkan pengembangan
menjadi terhambat dan kurang maksimal.
Berdasarkan hasil penelitian, rekomendasi peneliti terkait pengembangan
Pulau Samalona yaitu memaksimalkan kinerja pemerintah, meningkatkan
kompetensi dan kualitas SDM, meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar
stakeholder.

Kata Kunci: Stakeholder Pariwisata, Pulau Samalona, Pengembangan Wisata


Bahari

iv
SUMMARY

Reski Amalyah, 2016, The Role of Stakeholders in the Development of


Samalona Island as a Maritime Travel Destinations. Dr. Drs. Djamhur Hamid,
Dipl. Bus., M.Si, Luchman Hakim, S.Si.,M.Agr.Sc.,Ph.D.

Samalona island located in the Makassar Strait, which is one of the several
islands in the cluster of Spermonde islands in the Makassar city. Development in
Samalona island involves the tourism stakeholders consisting of government,
private sector, and the community. Stakeholder involvement in the development
of Samalona Island is expected to make the Samalona island as competitiveness
maritime destinations in South Sulawesi.
This research uses descriptive method with qualitative approach. The
problem in this study, are (1) What is the profile and attractiveness of tourist
attractions on the Samalona island? (2) How does the role of stakeholders in
tourism development in the Samalona Island? and (3) What are the supporting and
inhibiting factors in Stakeholder roles of tourism development in the Samalona
Island ?. Source of research data was obtained from informants, observation,
documents, and documentation. Research data analysis using three stages of data
reduction, data presentation, and conclusion.
Samalona Island is an island that has the potential of maritime so main
travelers activities are snorkeling. The development of the Samalona island
involves the tourism stakeholders consisting of government through the
Disparekraf Makassar, tourism businesses and local communities. The
stakeholders roles in the development of Samalona island include the provision of
infrastructure, human resource development, local development, promotion, and
CSR (Corporate Social Responsibility). Supporting factors in Samalona Island
development is involvement of local communities in the management and support
of the private sector. Inhibiting factors in the development of the Samalona island
are Disparekraf roles is not maximized, local communities as a professional tour
players are still lacking, and lack of coordination of the various stakeholders lead
to the development be obstructed and not maximal.
Based on the research results, recommendations related to the Samalona
island development are maximizing the government performance, improve the
competence and quality of human resources, improving the stakeholders
coordination and cooperation.

Keywords: Stakeholders, Samalona Island, Marine Tourism Development

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul Peran Stakeholder Pariwisata dalam Pengembangan

Pulau Samalona Sebagai Destinasi Wisata Bahari.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat

dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Bisnis pada Fakultas Ilmu

Administrasi Universitas Brawijaya Malang.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud

tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang

terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS selaku dekan Fakultas Ilmu

Administrasi Universitas Brawijaya

2. Ibu Prof. Dr. Endang Siti Astuti, M.Si selaku Ketua Jurusan Administrasi

Bisnis Fakultas Ilmu Administrasi, Univesitas Brawijaya Malang.

3. Bapak Yusri Abdillah, M.Si., Ph.D selaku Ketua Progam Studi Pariwisata

Fakultas Ilmu Administrasi, Univesitas Brawijaya Malang.

4. Dr. Drs. Djamhur Hamid, Dipl. Bus., M.Si selaku dosen pembimbing yang

telah meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan

semangat kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.

vi
5. Luchman Hakim, S.Si.,M.Agr.Sc.,Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan

semangat kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.

6. Seluruh Dosen Prodi Pariwisata Fakultas Ilmu Administrasi, yang telah

memberikan ilmu yang bermanfaat bagi peneliti.

7. Amiruddin dan Agustina selaku orang tua, serta adik yang telah memberikan

doa dan dukungan penuh kepada peneliti.

8. Disparekraf Kota Makassar dan masyarakat lokal Pulau Samalona yang telah

bersedia menjadi informan.

9. Teman-teman mahasiswa Prodi Pariwisata angkatan 2011, Fakultas Ilmu

Administrasi Universitas Brawijaya Malang.

10. Seluruh pihak yang turut membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun

sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat

memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan

Malang, 18 Mei 2016

Penulis

vii
DAFTAR ISI

TANDA PERSETUAN SKRIPSI ...................................................................... ii


PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ................................................... iii
RINGKASAN ..................................................................................................... iv
SUMMARY ............................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1


A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 8
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 8
D. Kontribusi Penelitian ........................................................................ 9
E. Sistematika Pembahasan ................................................................. 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA .......................................................................... 12


A. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 12
B. Kepariwisataan ................................................................................ 14
1. Pariwisata ................................................................................... 15
2. Objek dan Daya Tarik Wisata .................................................... 19
3. Prasarana dan Sarana Pariwisata ................................................ 21
4. Wisata Bahari ............................................................................. 25
C. Stakeholder Pariwisata .................................................................... 30
D. Pengembangan Pariwisata .............................................................. 35
1. Pengertian Pengembangan ......................................................... 35
2. Upaya Pengembangan Pariwisata .............................................. 37

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................43


A. Jenis Penelitian ............................................................................... 43
B. Fokus Penelitian ............................................................................. 43
C. Lokasi .............................................................................................. 45
D. Sumber data dan Jenis Penelitian .................................................... 46
E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 47
F. Instrumen Penelitian ....................................................................... 49
G. Analisis Data ................................................................................... 50
H. Keabsahan Data .............................................................................. 53

viii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 54
A. Hasil Penelitian .............................................................................. 54
1. Gambaran Umum Kota Makassar dan Potensi Wisata ............ 54
a. Gambaran Umum Kota Makassar ..................................... 54
b. Potensi Wisata Kota Makassar .......................................... 58
2. Gambaran Umum Pulau Samalona .......................................... 59
3. Gambaran Umum Disparekraf Kota Makassar ....................... 69
B. Penyajian Data ............................................................................... 72
1. Peran stakeholder pariwisata dalam kegiatan pengembangan
Pulau Samalona ....................................................................... 72
a. Peran Pemerintah ............................................................... 72
b. Peran Swasta ...................................................................... 81
c. Peran Masyarakat .............................................................. 86
2. Faktor pendukung dan penghambat peran stakeholder dalam
kegiatan pengembangan Pulau Samalona ................................ 89
a. Faktor Pendukung .............................................................. 91
b. Faktor Penghambat ............................................................ 93
C. Pembahasan ................................................................................... 99
1. Peran stakeholder pariwisata dalam kegiatan pengembangan
Pulau Samalona ....................................................................... 99
a. Peran Pemerintah ............................................................... 99
b. Peran Swasta .................................................................... 102
c. Peran Masyarakat ............................................................ 104
2. Faktor pendukung dan penghambat peran stakeholder dalam
kegiatan pengembangan Pulau Samalona .............................. 105
a. Faktor Pendukung ............................................................ 107
b. Faktor Penghambat .......................................................... 111

BAB V PENUTUP ........................................................................................ 126


A. Kesimpulan .................................................................................. 126
B. Saran ............................................................................................ 129

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 132

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Makassar 56


Tabel 2 Jumlah Objek Wisata/Daya Tarik Wisata Menurut Jenisnya di 58
Kota Makassar
Tabel 3 Peran Disparekraf Kota Makassar dalam Pengembangan Pulau 81
Samalona
Tabel 4 Peran Pihak Swasta dalam Pengembangan Pulau Samalona 86

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Lokasi Pulau Samalona 46

Gambar 2 Kerangka Analisis Data Interaktif 52

Gambar 3 Lambang Kota Makassar 55

Gambar 4 Peta Kota Makssar 57

Gambar 5 Pulau Samalona 59

Gambar 6 Pemilik Pulau Samalona 61

Gambar 7 Pantai Pasir Putih Pulau Samalona 63

Gambar 8 Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 72

Gambar 9 Dermaga Pulau Samalona 74

Gambar 10 Penginapan Milik Warga di Pulau Samalona 77

Gambar 11 Tempat Istirahat (Bale-bale) 78

Gambar 12 Stand Promosi Disparekraf di JCC 80

Gambar 13 Resort Samalona PT. Comextra Majora 82

Gambar 14 Perahu Motor di dermaga Popsa 83

Gambar 15 Tempat Ibadah (Mushollah) di Pulau Samalona 84

Gambar 16 Rehabilitasi Terumbu Karang Pulau Samalona 85

Gambar 17 Penyewaan Peralatan Snorkeling di Pulau Samalona 87

Gambar 18 Kantin dan Losmen Samalona 88

Gambar 19 Lokasi Pembakaran sampah di Pulau Samalona 94

Gambar 20 Fasilitas Keselamatan di Pulau Samalona 97

xi
DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Surat Keterangan Penelitian ................................................................... 136


2. Pedoman Wawancara ............................................................................. 137
3. Curriculum Vitae................................................................................................ 140

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pariwisata merupakan salah satu bagian dari sektor industri di

Indonesia yang memiliki potensi dan peluang untuk dikembangkan. Menurut

Sunaryo (2013:129) pembangunan pariwisata merupakan suatu proses

perubahan pokok yang dilakukan oleh manusia secara terencana pada suatu

kondisi kepariwisataan tertentu yang dinilai kurang baik, yang diarahkan

menuju ke suatu kondisi kepariwisataan tertentu yang dianggap lebih baik atau

diinginkan. Saat ini dikenal adanya pembangunan pariwisata berbasis

masyarakat yang merupakan bentuk nyata dari penerapan pembangunan

pariwisata berkelanjutan dengan prinsip memberdayakan masyarakat lokal

secara maksimal di suatu kawasan wisata. Pariwisata berbasis masyarakat

sebagai sebuah pendekatan pemberdayaan yang melibatkan dan meletakkan

masyarakat sebagai pelaku penting dalam konteks paradigma baru

pembangunan yakni pembangunan yang berkelanjutan (sustainable

development paradigma) pariwisata berbasis masyarakat merupakan peluang

untuk menggerakkan segenap potensi dan dinamika masyarakat, guna

mengimbangi peran pelaku usaha pariwisata skala besar (Sastrayuda, 2010).

Pembangunan pariwisata dilakukan untuk meningkatkan pendapatan

devisa negara dan secara tidak langsung membuka kesempatan kerja bagi

masyarakat untuk ikut terlibat langsung dalam kegiatan pariwisata. Hal ini

1
2

dapat memberikan dampak baik bagi perekonomian masyarakat. Pariwisata

harusnya mampu mendorong masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif

dalam rangka mencapai tujuan kesejahteraan yang diinginkan dengan cara

pemberdayaan. Perkembangan pariwisata di Indonesia mengalami kemajuan

sejak pemerintah memutuskan mengandalkan pariwisata sebagai salah satu

sektor penghasil devisa terbesar bagi negara. Sektor pariwisata merupakan

salah satu penyumbang devisa terbesar setelah minyak dan gas, batu bara, serta

kelapa sawit. Pada tahun 2013 sektor pariwisata menyumbang devisa sebesar

US$ 10 miliar mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya yang

memperoleh US$ 9,12 miliar (Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,

2015).

Pendapatan devisa negara dari sektor pariwisata yang mengalami

peningkatan setiap tahun menjadi bukti bahwa pariwisata sangat berperan

dalam meningkatkan perekonomian negara dan kesejahteraan masyarakat.

Peningkatan perolehan devisa tersebut tidak lepas dari usaha pemerintah dalam

mengembangkan pariwisata di Indonesia (Dewi, 2013). Pengembangan

pariwisata dapat membangkitkan aktivitas bisnis yang bermanfaat bagi negara

secara sosial dan ekonomi. Potensi yang dimiliki Indonesia sangat banyak

sehingga perlu dilakukan pengembangan untuk memaksimalkan potensi yang

dimiliki serta meningkatkan kualitas dan nilai jual.

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

17.508 pulau dengan panjang garis pantai 81.000 km (Tuwo, 2011:13).

Potensi wisata yang dimiliki berupa kondisi alam, keberagaman seni dan
3

budaya, agama, peninggalan sejarah dan purbakala, serta berbagai jenis flora

dan fauna yang tersebar di Indonesia. Indonesia memiliki kekayaan sumber

daya alam yang melimpah yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi

destinasi wisata. Kekayaan alam yang dimiliki yaitu berbagai jenis pegunungan

seperti gunung merapi, hutan, air terjun, danau, pantai, keindahan bawah laut,

dan lain sebagainya.

Setiap daerah di Indonesia memiliki kekayaan alam, budaya dan sejarah

yang berbeda-beda sehingga setiap daerah dapat mengembangkan potensi

tersebut sebagai atraksi wisata. Salah satu daerah yang memiliki potensi wisata

yang dapat di kembangkan yaitu Kota Makassar. Kota Makassar merupakan

kota terbesar ke-empat di Indonesia dan terbesar di Kawasan Timur Indonesia

(KTI) memiliki luas areal 199,26 km² dengan penduduk mencapai 1,4 juta

jiwa, sehingga Kota Makassar menjadi kota terbesar kedua di luar Pulau Jawa,

setelah Kota Medan. Makassar terletak di pesisir barat daya pulau Sulawesi dan

berbatasan dengan Selat Makassar di sebelah barat, Kabupaten Kepulauan

Pangkajene di sebelah utara, Kabupaten Maros di sebelah timur dan Kabupaten

Gowa di sebelah selatan. Secara demografis, kota Makassar tergolong tipe

multi etnik atau multi kultur dengan beragam suku bangsa. Potensi

pengembangan sektor pariwisata di Kota Makassar mempunyai prospek yang

cukup potensial karena mempunyai berbagai jenis wisata meliputi: wisata

alam, wisata tirta, kekayaan khasanah sejarah keunikan seni budaya dan

kekhasan cenderamata (Dirjen Cipta Karya, 2004).


4

Kota Makassar disamping sebagai daerah transit para wisatawan yang

akan menuju ke Tana Toraja dan daerah-daerah lain di Sulawesi Selatan, Kota

Makassar juga memiliki potensi wisata alam seperti : Tanjung Bunga, Pantai

Losari, Pantai Akkarena, Pulau Lae-lae, Pulau Kayangan, Pulau Samalona,

Desa Wisata Delta Lakkang, dan lain-lain. Wisata peninggalan sejarah seperti:

Museum Lagaligo, Benteng Somba Opu, Makam Syech Yusuf, Makam

Pangeran Diponegoro, Makam Raja-raja Tallo. Selain itu, Kota Makassar juga

memiliki beberapa wisata buatan, agro, dan wisata religi. Selain wisata alam

dan budaya, Kota Makassar juga memiliki potensi wisata bahari yang dapat di

kembangkan.

Salah satu objek wisata bahari yang sedang populer di Kota Makassar

yaitu Pulau Samalona. Menurut masyarakar setempat jumlah pengunjung yang

datang ke Pulau Samalona mengalami peningkatan setiap tahun, sehingga

masyarakat yang sebelumnya berprofesi sebagai nelayan beralih profesi

sebagai pelaku wisata yang mengelola Pulau Samalona sebagai tempat wisata.

Potensi yang dimiliki berupa pantai pasir putih yang membentang di sisi utara,

timur laut dan barat serta barat laut menjadi pesona tersendiri untuk aktivitas

pariwisata. Terdapat dua titik penyelaman (diving) yang ada di sebelah selatan

Pulau Samalona dengan kedalama sekitar 15 meter sampai dengan 20 meter.

Beragam kegiatan yang dapat dilakukan wisatawan yang berkunjung ke Pulau

Samalona selain diving yaitu berjemur, snorkeling, sightseeing (menikmati

pemandangan dengan cara mengelilingi pulau), olahraga pantai, dan


5

memancing. Berdasarkan potensi yang ada, Pulau Samalona sangat layak untuk

di kembangkan menjadi destinasi wisata bahari unggulan di Kota Makassar.

Pengembangan wisata di Pulau Samalona saat ini masih belum

maksimal terlihat dari prasarana wisata yang belum memadai seperti dermaga

yang butuh perbaikan karena kondisinya yang sudah tidak layak, dan pemilik

transportasi bersifat perseorangan yang belum terorganisir dengan baik. Selain

itu, kondisi sarana atau fasilitas penunjang kegiatan wisata di Pulau Samalona

terbilang lengkap tapi dengan kondisi seadanya. Beberapa sarana yang ada di

Pulau Samalona yaitu penginapan, warung makan, tempat beristirahat (bale-

bale), toilet umum, dan tempat ibadah. Terdapat pula fasilitas persewaan alat

snorkeling, diving, dan banana boat.

Pengembangan wisata Pulau Samalona sebagai destinasi wisata bahari

memerlukan pengetahuan tentang kondisi dan potensi yang ada di Pulau

Samalona. Hal ini bertujuan untuk menyesuaikan kondisi pulau sesuai dengan

keinginan wisatawan dan memaksimalkan berbagai potensi yang ada. Posisi

pulau yang dekat dengan Kota Makassar harusnya lebih menarik pihak swasta

untuk melakukan investasi, akan tetapi masih ada beberapa keterbatasan seperti

pendidikan, kesehatan, aksesibilitas, sarana dan prasaranan dasar (listrik, air

bersih, telekomunikasi). Permasalahan tersebut merupakan peran dari

stakeholder pariwisata seperti pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat lokal

yang tinggal di pulau.

Demi mencapai kesuksesan dalam pembangunan wisata di suatu daerah

khususnya Pulau Samalona, maka diperlukan adanya kontribusi dan kerjasama


6

dari para pemangku kepentingan (stakeholder) pariwisata. Menurut Hetifah

(2003:3) stakeholder dimaknai sebagai individu, kelompok atau organisasi

yang memiliki kepentingan, terlibat, atau dipengaruhi (secara positif maupun

negatif) oleh kegiatan atau program pembangunan. Setiap pemangku

kepentingan memiliki peran yang berbeda yang perlu dipahami sedemikian

rupa agar pengembangan objek dan daya tarik wisata di suatu daerah dapat

terwujud dan terlaksana dengan baik.

Ada tiga stakeholder pariwisata yang sangat berperan dalam

pengembangan suatu objek wisata termasuk wisata bahari yaitu pemerintah,

swasta, dan masyarakat (Rahim, 2012:1). Peran pemerintah dalam

pembangunan pariwisata yaitu membuat kebijakan dan perencanaan yang

sistematis. Sebagai contoh, pemerintah menyediakan dan membangun

infrastruktur pendukung kegiatan pariwisata, meningkatkan kualitas sumber

daya manusia yang bekerja sebagai tenaga kerja di sektor pariwisata, dan lain-

lain. Selain pihak pemerintah, pihak swasta sebagai pelaku bisnis mempunyai

peran dalam menyediakan sarana pendukung pariwisata. Kepariwisataan

membutuhkan banyak sarana pendukung seperti restoran, akomodasi, biro

perjalanan, transportasi, dan lain-lain (Yoeti, 1996).

Keberadaan pihak swasta dalam sektor pariwisata sebagai penyedia

sarana pendukung sangat dibutuhkan dalam pengembangan wisata. Peran

swasta dipentingkan bukan hanya dalam bentuk charity melalui CSR

(corporate social responsibility) namun harus berupa kemitraan yang mampu

mendorong jiwa kewirausahaan masyarakat dan sekaligus mampu


7

mengembangkan usaha masyarakat (Hermantoro, 2011:193). Contoh kemitraan

antara swasta dan masyarakat yaitu dalam bentuk kerja sama paket wisata

antara biro perjalanan bersama masyarakat lokal dengan cara memanfaatkan

fasilitas lokal seperti penginapan dan workshop setempat, atau memberdayakan

pemandu wisata yang dididik oleh swasta tersebut sebelumnya.

Selain melibatkan pemerintah dan pihak swasta, pengembangan

pariwisata juga harus melibatkan masyarakat lokal yang berada di sekitar

destinasi wisata, karena masyarakat lokal yang memiliki banyak pengetahuan

tentang kondisi wilayahnya. Oleh karena itu pengetahuan tentang sadar wisata

dan pelayanan prima sangat penting untuk dipahami dan diterapkan oleh

masyarakat lokal, karena secara tidak langsung masyarakat lokal yang akan

menyambut dan sekaligus memberikan pelayanan kepada wisatawan. Selain

sebagai pemilik dan pengelola, masyarakat lokal juga menjadi bagian dari

atraksi wisata untuk menarik wisatawan yaitu dengan cara memperkenalkan

kebudayaan dan kebiasaan sehari-hari yang menjadi keunikan dan ciri khas

dari objek wisata tersebut (Suwantoro, 2004:23).

Peran stakeholder dalam pengembangan Pulau Samalona menjadi

sangat penting karena Pulau Samalona merupakan salah satu wisata bahari

yang saat ini sedang populer di Kota Makassar namun belum ditunjang dengan

fasilitas dan pengelolaan yang baik. Kondisi ini dapat diketahui dari sarana

prasarana yang ada belum terkelola dan terpenuhi dengan baik serta kualitas

sumber daya manusia (masyarakat lokal) masih kurang sehingga pelayanan

yang diberikan juga kurang memuaskan. Maka dari itu, diperlukan suatu solusi
8

agar peran masing-masing stakeholder yang terlibat dapat teridentifikasi dan

permasalahan-permasalahan yang ada dapat terselesaikan seperti

memaksimalkan kinerja stakeholder yang terlibat serta terjalin suatu koordinasi

dan kerjasama yang baik antara stakeholder.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana profil daya tarik dan atraksi wisata di Pulau Samalona?

2. Bagaimana peran stakeholder dalam kegiatan pengembangan Pulau

Samalona?

3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat peran stakeholder dalam

kegiatan pengembangan Pulau Samalona?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Mengetahui profil daya tarik dan atraksi wisata di Pulau Samalona

2. Mengetahui dan menjelaskan peran stakeholder dalam pengembangan

Pulau Samalona.

3. Mengetahui, menjelaskan, dan menganalisis faktor pendukung dan

penghambat dalam pengembangan Pulau Samalona.


9

D. Kontribusi Penelitian

Kontribusi yang diharapkan adalah sebagai berikut:

1. Secara Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

teoritis bagi dunia akademik khususnya yang berkaitan dengan teori

pengembangan wisata untuk mengembangankan ilmu pengetahuan yang

berhubungan dengan peran stakeholder dalam pengembangan wisata di

suatu daerah, sehingga dikemudian hari akan lahir inovasi terkait

pengembangan wisata yang mampu mengatasi permasalahan sosial, dan

memberikan manfaat untuk kehidupan masyarakat baik secara ekonomi,

sosial maupun terhadap lingkungan.

2. Secara Praktis

Diharapkan penelitian ini berguna bagi:

a. Menjadi masukan bagi pemerintah Kota Makassar khususnya Dinas

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam menjalin kerjasama dan

koordinasi yang baik dengan stakeholder yang terkait guna tercapai

keberhasilan pengembangan wisata pulau Samalona sebagai destinasi

wisata bahari.

b. Masukan bagi masyarakat lokal dan pihak swasta mengenai peran

masing-masing pihak dalam pengembangan wisata khususnya Pulau

Samalona.
10

E. Sistematika Pembahasan

Adapun sistematika pembahasan dalam penyusunan skripsi ini adalah

sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang penelitian,

perumusan masalah, tujuan penelitian, kontribusi penelitian serta

sistematika penelitian.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini diuraikan teori-teori yang melandasi dan

mendukung pelaksanaan penelitian. Penjelasan mengenai dafinisi

dan batasan-batasan pengertian yang digunakan peneliti dapat

dilihat pada bab ini.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan tentang metode penelitian yang

digunakan dan memuat tentang jenis penelitian, fokus penelitian,

lokasi penelitian, sumber data, pengumpulan data, instrumen

penelitian, serta metode analisis data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian yang merupakan olahan

bahan-bahan dan data oleh peneliti setelah melakukan penelitian

di lapangan.
11

BAB V : PENUTUP

Dalam bab ini berisi kesimpulan dari keseluruhan pembahasan

analisis masalah dan saran yang diberikan oleh penulis pada

permasalahan yang diangkat dalam penelitian.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan

beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan diantaranya:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Pradibtya, 2014 dengan judul Strategi

Pengembangan Pariwisata Daerah dan Dampak Sosial Ekonomi pada

Masyarakat (studi pada Pariwisata Telaga Ngebel Kabupaten Ponorogo).

Tujuan penelitian untuk mengetahui dan mendeskribsikan strategi

pengembangan oleh Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Ponorogo terhadap pariwisata Telaga Ngebel dan dampak

pengembangan terhadap sosial ekonomi masyarakat. Penelitian ini

merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan

kualitatif. Analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis

SWOT. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa Dinas

Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga diantaranya perlu

meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana pariwisata,

meningkatkan promosi pariwisata, meningkatkan sumber daya manusia

sebagai pengelola, dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam

pengembangan pariwisata dengan cara memberi memberikan

keterampilan dan pelatihan wirausaha.

12
13

2. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi, 2013 dengan judul Partisipasi

Masyarakat Dalam Pengembangan Objek Wisata Bahari Di Pulau

Kapoposang Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Tujuan penelitian

untuk mengetahui pengembangan Pulau Kapoposang, potensi sosial

budaya yang dimiliki oleh masyarakat, dan mengetahui bentuk partisipasi

masyarakat dalam pengembangan. Analisis data dilakukan melalui tiga

tahap yaitu tahap reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Penelitian yang dilakukan meliputi empat tahapan yaitu tahap persiapan,

pengumpulan data, analisi data dan penyusunan laporan. Berdasarkan

hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pengembangan wisata bahari di

Pulau Kapoposang sudah banyak dikembangkan tapi keterlibatan

masyarakat masih berkisar pada kelompok-kelompok masyarakat dan

penyediaan sarana prasarana oleh pihak swasta. Masyarakat hanya

dilibatkan sebatas perencanaan sedangkan pada proses pelaksanaan dan

pemanfaatan masyarakat sudah tidak terlibat sehingga pengembangan

Pulau Kapoposang sebagai wisata bahari masih belum mendatangkan

keuntungan ekonomi bagi dan masyarakat setempat pada umumnya.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Saruni, 2010 dengan judul Kajian

Pemanfaatan Sumberdaya Terumbu Karang bagi wisata Snorkling di

Pulau Samalona Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Tujuan penelitian

untuk mengidentifikasi potensi terumbu karang, mengkaji potensi dampak

yang ditimbulkan, menyusun alternatif strategi pengelolaan wisata

snorkling di Pulau Samalona. Metode yang digunakan dalam penelitian


14

ini adalah metode winkler, metode LIT, Analisis Kesesuaian Lahan

(IKW), Analisis Daya Dukung Kawasan (DDK), dan Analisis SWOT.

Hasil dari penelitian menunjukkan terumbu karang yang ditemukan di

Pulau Samalona adalah coral massive, acropora digitate, acropora

tubulate, acropora submassive, coral encrusting, acropora branching,

soft coral. Dampak posistif yang terjadi adalah meningkatnya pendapatan

masyarakat dengan adanya kegiatan penyewaan alat, wisatawan

mempunyai alternatif atraksi wisata serta terpeliharanya terumbu karang

sebagai daya tarik utama dalam wisata snorkling. Dampak negatif dari

kegiatan ini adalah terjadinya gangguan pada ekosistem terumbu karang

akibat ulah wisatawan maupun perahu yang ditambatkan pada area

terumbu karang dan hilangnya spesies ikan tertentu akibat dari rusaknya

terumbu karang. Dari hasil penelitian ini didapatkan strategi alternatif

yang bisa dilakukan yaitu rehabilitasi terumbu karang, pembentukan suatu

badan kerja dimana penduduk, LSM, dan pemerintah melakukan

pengawasan dalam pengembangan wisata snorkling, dan peningkatan

pengelolaan bekerja sama dengan penduduk dan lintas instansi.

B. Kepariwisataan

Hunzieker dan Krapt dalam Yoeti (1997) memberikan batasan tentang

pengertian kepariwisataan yaitu keseluruhan dari pada gejala-gejala yang

ditimbulkan oleh perjalanan dan pendiaman orang-orang asing serta

penyediaan tempat tinggal sementara, asalkan pendiaman itu tidak tinggal


15

menetap dan tidak memperoleh penghasilan dari aktifitas yang bersifat

sementara itu. Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang

kepariwisataan, yang dimaksud dengan kepariwisataan adalah keseluruhan

kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta

multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara

serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan,

Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.

1. Pariwisata

Pariwisata dalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara

sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian diantara orang-orang

dalam suatu negara itu sendiri/diluar negeri, meliputi pendiaman orang-

orang dari daerah lain untuk sementara waktu mencari kepuasan yang

beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya, dimana ia

memperoleh pekerjaan tetap (Salah Wahab dalam Yoeti 1996:116).

Menurut Yoeti (1997:63) pariwisata adalah suatu perjalanan yang suatu

perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, dari suatu tempat ke

tempat lain, dengan maksud tujuan bukan berusaha (business) atau

mencari nafkah di tempat yang ia kunjungi, tetapi semata-mata sebagai

konsumen menikmati perjalanan tersebut untuk memenuhi keinginan yang

bermacam-macam.

Dari berbagai pengertian tentang pariwisata di atas dapat di tarik

kesimpulan bahwa pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan oleh


16

individu maupun kelompok dari suatu tempat ke tempat lain yang bersifat

sementara waktu dengan tujuan bukan untuk bekerja. Cara seseorang

melakukan perjalanan wisata beragam karena alasan atau motivasi yang

mendorong untuk melakukan perjalanan wisata juga berbeda. Pariwisata

terdiri dari berbagai jenis yang dapat dikelompokkan berdasarkan motivasi

dan tujuan perjalanannya. Menurut Spillane (1991:29) jenis wisata dapat

dibedakan menjadi beberapa jenis pariwisata khusus sebagai berikut:

a. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism)

Bentuk pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan

tempat tinggalnya untuk melakukan suatu perjalanan, semata-mata

untuk menikmati tempat-tempat atau alam lingkungan yang berbeda

antara satu dengan yang lainnya.

b. Pariwisata untuk rekreasi (recreation tourism)

Merupakan jenis pariwisata yang dilakukan oleh orang-orang yang

ingin memanfaatkan waktu libur, dengan mengunjungi tempat-tempat

rekreasi dengan tujuan untuk beristirahat atau memperoleh

kenikmatan dan kenyamanan termasuk karena alasan kesehatan.

c. Pariwisata untuk kebudayaan (cultural tourism)

Jenis pariwisata yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki

motivasi untuk bisa melihat dan lebih mengenal unsur-unsur

kebudayaan yang ada pada suatu tempat atau daerah lain, sehingga

kegiatan wisatanya sarat akan nilai budaya.

d. Pariwisata untuk olahraga (sport torism)


17

Jenis pariwisata ini dibagi kedalam dua kategori:

1) Big sports event, yaitu kegiatan wisata untuk menyaksikan

peristiwa-peristiwa olahraga besar yang peristiwa tersebut dapat

menarik banyak perhatian penonton.

2) Sporting tourism of the practitioners, yaitu bentuk pariwisata

yang dilakukan dengan berlatih dan memperkenalkan sendiri

berbagai jenis olahraga yang menarik.

e. Pariwisata untuk urusan usaha dagang (business tourism)

Perjalanan usaha ini adalah bentuk profesional travel karena berkaitan

dengan pekerjaan atau jabatan yang tidak memberikan pilihan kepada

pelakunya baik pilihan daerah tujuan maupun pilihan waktu

perjalanan. Kaum pengusaha tidak hanya bersikap dan bertindak

sebagai konsumen, namun di sela-sela tertentu sering bertindak

sebagai wisatawan dengan mengambil dan memanfaatkan keuntungan

dari atraksi yang terdapat di negara yang dikunjungi.

f. Pariwisata untuk berkonvensi (convention tourism)

Penyelenggaraan konvensi atau konferensi internasional sering diikuti

oleh berbagai tawaran dari touris resort atau daerah-daerah wisata

untuk menjadi tempat konferensi.

Penyelenggaraan berbagai jenis pariwisata tersebut dapat

mendatangkan banyak manfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam

pelaksanaanya. Beberapa keuntungan dari industri pariwisata seperti yang

dikemukakan oleh Spillane (1991:138), sebagai berikut:


18

a. Membuka Kesempatan Kerja

Industri pariwisata merupakan kegiatan mata rantai yang sangat

panjang, sehingga banyak membuka kesempatan kerja bagi

masyarakat sekitarnya.

b. Menambah Pendapatan atau Pemasukan Masyarakat Daerah

Di daerah pariwisata tersebut, masyarakat dapat menambah

pendapatan dengan menjual barang dan jasa. Misal: restoran, hotel,

biro perjalanan, pramuwisata, dan barang-barang souvenir.

c. Menambah Devisa Negara

Dengan makin banyaknya wisatawan asing yang datang, maka akan

semakin banyak devisa yang akan diperoleh.

d. Merangsang Pertumbuhan Kebudayaan Asli Suatu Daerah

Kebudayaan suatu daerah dapat lestari dan tumbuh karena adanya

pariwisata. Wisatawan asing banyak yang ingin melihat kebudayaan

asli yang tidak ada duanya. Dengan demikian, kebudayaan asli dapat

lestari dan berkembang dengan suburnya.

e. Menunjang Gerak Pembangunan Daerah

Di daerah tujuan pariwisata, banyak timbul pembangunan jalan, hotel,

dan restoran, sehingga pembangunan di daerah lebih maju.

Berbagai penjelasan tersebut di atas tentang manfaat pariwisata

dapat disimpulkan bahwa pengembangan pariwisata merupakan suatu hal

sangat penting untuk dilakukan karena dapat mendatangkan manfaat bagi

suatu daerah maupun negara. Pembangunan pariwisata dapat


19

meningkatkan devisa suatu negara dan dapat mendorong pembangunan

suatu daerah serta membuka kesempatan kerja terutama bagi masyarakat

lokal. Selain itu, dengan adanya pengembangan pariwisata, maka dapat

memperkenalkan alam, adat istiadat dan budaya lokal. Sehingga dapat

tercipta pariwisata unggulan dengan adanya partisipasi dari pihak

pemerintah, swasta, maupun masyarakat yang mampu bekerjasama dalam

mengelola dan mengembangakan potensi wisata tersebut dengan baik.

2. Objek dan Daya Tarik Wisata

Keberadaan objek dan daya tarik wisata menjadi alasan utama bagi

para wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah. Daya tarik wisata juga

disebut objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong

kehadiran wisatawan kesuatu daerah tujuan wisata (Suwantoro, 2004:19).

Pengusahaan objek dan daya tarik wisata meliputi kegiatan membangun

dan mengelola objek dan daya tarik wisata beserta prasarana dan sarana

yang diperlukan atau kegiatan mengelola objek dan daya tarik wisata yang

telah ada (Muljadi, 2012:57). Jenis-jenis objek wisata menurut Sammeng

(2001:223), antara lain:

a. Objek Wisata Budaya

Suatu objek atau daya tarik wisata yang bersumber dari aset-aset

budaya meliputi:

1) Peninggalan sejarah dan purbakala yaitu benda-benda yang

bergerak maupun yang tidak bergerak yang dibuat manusia dan


20

umurnya 50 tahun lebih serta dianggap memiliki nilai sejarah,

prasejarah, dan kesenian.

2) Museum yaitu bangunan atau tempat yang menyimpan, merawat,

dan memamerkan benda-benda sejarah, purbakala, seni

antropologi, yang dimanfaatkan sebagai arena pameran.

3) Art Gallery yaitu bangunan atau tempat yang menyimpan koleksi

benda-benda yang bernialai seni dan dapat dimanfaatkan sebagai

area pameran juga.

4) Taman Budaya merupakan suatu bangunan atau pusat kegiatan

seni yang dibangun disetiap provinsi atau daerah.

5) Jenis Pertunjukan yaitu suatu jenis keseniaan yang dipentaskan

baik dipanggung terbuka maupun tertutup.

6) Desa Kerajinan yaitu suatu desa sebagai pusat pengumpulan dan

pengelolaan benda-benda seni kerajinan.

b. Objek Wisata Alam

Segala kegiatan perjalanan wisata yang daerah tujuan wisatanya

berkaitan dengan alam dan berbagai macam bentuknya, meliputi:

1) Iklim

2) Alam Laut

3) Perairan dan Garis Pantai

4) Flora dan Fauna

5) Kawasan alami indah yang dapat dimanfaatkan untuk golf, ski air,

selancar angin, fasilitas rekreasi, dan sebagainya.


21

c. Objek Wisata Minat Khusus

Suatu objek wisata yang digunakan untuk kepentingan dan tujuan

tertentu, seperti tempat olahraga, pusat pertokoan, dan lain-lain.

Sebuah objek wisata harus memiliki potensi atau daya tarik yang

menjadi pendorong wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan

wisata. Suatu daerah untuk menjadi DTW (Daerah Tujuan Wisata) yang

baik harus dikembangkan tiga hal agar daerah itu menarik untuk

dikunjungi yaitu:

a. Adanya something to see, sesuatu yang menarik untuk dilihat.

b. Adanya something to buy, sesuatu yang menarik dan khas untuk dibeli

c. Adanya something to do, sesuatu aktivitas yang dapat dilakukan di

tempat itu.

Ketiga hal tersebut merupakan unsur-unsur yang kuat untuk daerah

tujuan wisata. Objek wisata di bedakan kedalam beberapa kategori untuk

lebih memudahkan dalam membedakan objek wisata yang ada. Setiap

jenis objek wisata mempunyai karakteristik yang berbeda yang menjadi

tujuan wisatawan untuk berkunjung.

3. Prasarana dan Sarana Pariwisata

Prasarana dan sarana wisata merupakan komponen yang sangat

penting bagi daerah tujuan wisata khususnya bagi objek wisata yang akan

dikembangkan. Prasarana pariwisata adalah sumber daya alam dan sumber

daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam


22

perjalanannya di daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air,

telekomunikasi, terminal, jembatan, dan lain sebagainya (Suwantoro,

2004: 21). Prasarana pariwisata harus dibangun dan disesuaikan dengan

lokasi dan kondisi objek wisata yang akan dikembangkan untuk kesiapan

objek wisata tersebut dikunjungi oleh wisatawan. Pembangunan prasarana

pariwisata harus mempertimbangkan kondisi dan lokasi objek wisata

sehingga akan meningkatkan aksebilitas dan daya tarik objek wisata itu

sendiri.

Kreck dalam Yoeti (1996:172) membagi prasarana pariwisata

menjadi dua kelompok, yaitu :

a. Prasarana Perekonomian, terdiri dari :

1) Pengangkutan atau transportasi, yang dapat membawa wisatawan

menuju dari suatu tempat wisata ke tempat wisata yang lain.

2) Prasarana komunikasi, yang mendorong wisatawan agar

mengadakan perjalanan jarak jauh. Dengan adanya komunikasi

maka wisatawan tetap bisa berkomunikasi dengan keluarganya di

negara/daerah asalnya.

3) Sistem perbankan, pelayanan bank yang lancar dan baik agar

wisatawan mendapat jaminan untuk mempermudah mengirim dan

menerima uangnya.

4) Kelompok utilities, yaitu kelompok prasarana yang sifatnya

mendasar. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah penerangan

listrik, persediaan air minum, dan sumber energi.


23

b. Prasarana Sosial, terdiri dari :

1) Sistem pendidikan, adanya lembaga-lembaga pendidikan yang

mengkhususkan pendidikan pariwisata. Upaya tersebut bertujuan

untuk meningkatkan pelayanan bagi para wisatawan, memelihara

dan mengawasi.

2) Pelayanan kesehatan, seperti tersedianya rumah sakit, klinik

kesehatan, apotik, dan dokter yang menjamin pelayanan

kesehatan bagi wisatawan.

3) Faktor keamanan dan petugas yang langsung melayani

wisatawan, seperti polisi, tour guide, dan pramuwisata.

Peran pemerintah dalam pembangunan prasarana pariwisata lebih

dominan karena pemerintah dapat mengambil manfaat ganda dari

pembangunan tersebut, seperti meningkatkan arus informasi, arus lalu

lintas ekonomi, arus mobilitas penduduk antar daerah, dan lain lain, yang

dapat meningkatkan kesempatan berusaha dan bekerja masyarakat.

Pembangunan prasarana pariwisata memerlukan dukungan dari berbagai

instansi yang terkait yang dimulai dari perencanaan yang dilanjutkan

dengan koordinasi di tingkat pelaksanaan. Selain prasarana pariwisata hal

lain yang perlu di siapkan yaitu sarana pariwisata.

Sarana pariwisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata

yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati

perjalanan wisata. Pembangunan sarana pariwisata di suatu daerah tujuan

wisata atau objek wisata harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan


24

dan mengikuti selera pasar (trend). Sarana pariwisata yang disediakan di

suatu objek wisata tidak harus sama atau lengkap. Pengadaan sarana

pariwisata harus sesuai dengan standar jumlah dan kualitas yang telah

ditetapkan baik secara nasional dan internasional. Berbagai sarana wisata

yang harus disediakan di daerah tujuan wisata yaitu akomodasi

(penginapan), alat transportasi, biro perjalanan, restoran dan rumah makan,

serta sarana pendukung lainnya. Ada 3 (tiga) bagian yang penting dalam

sarana kepariwisataan (Yoeti, 1996:199), yaitu :

a. Sarana Pokok Pariwisataan (Main Tourism Suprastructure)

Yang dimaksud dengan sarana kepariwisataan adalah perusahaan yang

hidup dan kehidupannya sangat tergantung kepada kedatangan orang

yang melakukan perjalanan wisata, yang termasuk di dalamnya

adalah: Travel Agent, Tour Operator, Perusahaan Transportasi,

Restoran, Bar, objek dan atraksi wisata.

b. Sarana Pelengkap Pariwisataan (Supplementing Tourism

Suprastructure)

Perusahaan yang menyediakan fasilitas untuk rekreasi yang fungsinya

tidak hanya melengkapi sarana pokok kepariwisataan, tetapi yang

terpenting adalah untuk membuat agar para wisatawan dapat lebih

lama tinggal, di tempat atau daerah yang dikunjunginya. Yang

termasuk dikelompok ini adalah: lapangan tenis, lapangan golf,

lapangan bola kaki, kolam renang, bilyard, dan lain sebagainya.

c. Sarana Penunjang Pariwisataan (Supporting Tourism Suprastructure)


25

Perusahaan yang menunjang sarana pokok dan sarana pelengkap yakni

fasilitas-fasilitas yang diperlukan wisatawan khususnya tourism

business yang berfungsi untuk membuat para wisatawan lebih lama

tinggal di daerah yang dikunjungi agar lebih banyak mengeluarkan

atau membelanjakan uangnya di daerah tersebut. Yang termasuk ke

dalam kelompok ini adalah: Night Club, Casino, Steambath.

4. Wisata Bahari

Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah bahari dapat berarti

dahulu kala, kuno, tua sekali, indah, elok sekali, mengenai laut, atau yang

dilindungi. Sedangkan kebaharian berarti segala sesuatu yang berhubungan

dengan laut, kelautan. Menurut Suwantoro wisata bahari (marine tour)

yaitu suatu kunjungan ke objek wisata, khususnya untuk menyaksikan

keindahan lautan, wreck-diving (menyelam) dengan perlengkapan selam

lengkap (Suwantoro, 2004:17). Wisata bahari sangat erat kaitannya dengan

laut, jenis kegiatan yang dapat dilakukan saat berwisata bahari kebanyakan

berkaitan dengan olahraga air.

Dari berbagai jenis pariwisata yang ada, wisata bahari menjadi

salah satu alternatif wisata yang berbeda dan menarik. Daya tarik wisata

bahari terletak pada ekosistem yang termasuk pada wilayah laut dan

pesisir. Dahuri dalam Tuwo (2011:40) menguraikan bahwa ada lima belas

ekosistem yang saling terkait di wilayah pesisir dan laut, yaitu: (1) tujuh

ekosistem daerah daratan, yakni ekosistem pertanian, air tawar, rawa-rawa,


26

danau, sungai, anak sungai, dan kolam; (2) empat ekosistem daerah pantai,

yakni hutan pantai, rawa pasang surut, mangrove, dan eustaria; dan (3)

empat ekosistem daerah laut, yakni ekosistem Padang Lamun, Karang,

Pelagis, dan Demersal. Sektor pariwisata bahari merupakan sektor yang

dapat mendatangkan nilai ekonomi yang tinggi karena sumberdaya alam

yang besar dan beragam di wilayah pesisir dan laut. Oleh karena itu,

pengembangan wisata bahari dinilai dapat membawa dampak langsung

terhadap pendapatan masyarakat lokal maupun pemerintah daerah.

Rencana pengembangan kawasan wisata bahari harus dikaitkan

dengan berbagai kepentingan seperti pemberdayaan masyarakat pesisir.

Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang memiliki banyak pengetahuan

tentang kondisi wilayahnya. Pengembangan kawasan wisata bahari harus

dimulai dengan pendekatan terhadap masyarakat setempat sebagai suatu

model pendekatan perencanaan partisipatif yang menempatkan masyarakat

pesisir untuk saling berbagi, meningkatkan pengetahuan mereka tentang

bahari dan kehidupan pesisir, serta membuat rencana dan bertindak

(Sastrayuda, 2010).

Pembangunan yang berpusat pada masyarakat lebih menekankan

pada pemberdayaan, yang menjadikan potensi masyarakat sebagai sumber

daya utama dalam pembangunan dan memandang kebersamaan sebagai

tujuan yang akan dicapai dalam proses pembangunan. Masyarakat pesisir

adalah termasuk masyarakat hukum adat yang hidup secara tradisional di

dalam kawasan pesisir maupun di luar kawasan pasisir (Sastrayuda, 2010).


27

Oleh karena itu dalam rangka pengelolaan kawasan wisata bahari maka

prinsip dasar yang harus dikembangkan adalah:

a. Prinsip co-ownership yaitu bahwa kawasan wisata bahari adalah milik

bersama untuk itu ada hak-hak masyarakat di dalamnya yang harus

diakui namun juga perlindungan yang harus dilakukan bersama.

b. Prinsip co-operation/co management yaitu bahwa kepemilikan

bersama mengharuskan, pengelolaan pesisir untuk dilakukan bersama-

sama seluruh komponen stakeholder yang terdiri dari pemerintah,

masyarakat dan pihak swasta yang harus bekerja sama.

c. Prinsip co-responsibility yaitu bahwa keberadaan kawasan wisata

bahari menjadi tanggung jawab bersama karena pengelolaan kawasan

wisata bahari merupakan tujuan bersama.

Ketiga prinsip tersebut dilaksanakan secara terpadu, sehingga

fungsi kelestarian pesisir tercapai dengan melibatkan secara aktif

masyarakat sekitar pesisir. Agar masyarakat mampu berpartisipasi, maka

perlu dukungan ekonomi, sosial dan pendidikan. Sehingga tujuan

pengembangan dapat tercapai dan memberi manfaat terhadap masyarakat.

Oleh karena itu, menurut Dahuri dalam Whardono (2014:2-7) agar

pariwisata bahari benar-benar menjadi salah satu penopang perekonomian

negara secara berkelanjutan (an economically sustainable area/ecosytem),

maka pariwisata bahari harus di bangun dengan strategi yang terencana

dan bervisi jangka panjang :


28

a. Strategi pertama, dalam pengelolaan pariwisata bahari tersebut

pemerintah harus mengubah dari pendekatan dari sistem birokrasi

yang berbelit menjadi sistem pendekatan entrepreurial. Dimana

pemerintah dituntut untuk tanggap dan selalu bekerja keras dalam

melihat peluang dan memanfaatkan peluang tersebut sebesar-besarnya

untuk kemakmuran rakyat. Dalam hal ini pemerintah sebagai

pemegang kebijakan harus meyiapkan sebuah regulasi/kebijakan yang

mendukung pengembangan pariwisata bahari. Kebijakan tersebut

antara lain, menciptakan kawasan ekonomi khusus di kawasan yang

sedang mengembangkan pariwisata bahari, misalnya memberikan

kebijakan bebas visa pada wisatawan yang akan berkunjung dll.

b. Kedua, melakukan pemetaan terhadap potensi pariwisata bahari yang

dimiliki, yaitu berupa nilai, karakteristiknya, infarstruktur

pendukungnya, dan kemampuannya dalam menopang perekonomian.

Dengan demikian dapat ditentukan parawisata bahari mana yang harus

segera dibangun dan mana yang hanya perlu direvitalisasi. Selain itu

kita juga perlu memetakan lingkungan yang terkait dengan pariwisata

bahari baik lingkungan internal maupun ekternal. Lingkungan

internalnya yang perlu dipetakan adalah sejauh mana kekuatan dan

kelemahan (strength and weakness) pariwisata bahari tersebut.

Sedangkan lingkungan eksternal yang perlu dipetakan adalah :

1) sosial-budaya, politik/kebijakan,

2) ekonomi-pasar, dan
29

3) kemampuan teknologi.

Selain itu juga perlu diketahui sejauh mana negara-negara lain

melangkah dalam pengembangan pariwisata bahari, sehingga kita bisa

belajar dari keberhasilan dan kegagalan mereka dalam

mengembangkan pariwisata bahari.

c. Ketiga, menyusun rencana investasi dan pembangunan atas berbagai

informasi yang telah kita dapatkan dari pemetaan diatas. Yang perlu

diperhatikan dalam penyusunan ini adalah, bahwa kita tidak hanya

akan membangun sebuah pariwisata bahari saja, namun juga perlu

diperhatikan faktor pendukungnya seperti akses transportasi,

telekomunikasi dll. Dengan demikian rencana pengembangan

pariwisata bahari dapat terukur dan tetap sasaran.

d. Keempat, menciptakan kualitas SDM yang tangguh di bidang

pariwisata bahari, baik :

1) skill-nya,

2) kemampuan dalam inovasi,

3) adaptabilitas dalam menghadapi berbagai perubahan lingkungan

eksternal,

4) budaya kerja dan tingkat pendidikan, serta

5) tingkat pemahaman terhadap permasalahan strategis dan konsep

yang akan dilaksanakannya.

Karena di masa mendatang keunggulan SDM dalam berinovasi

akan sangat penting setara dengan pentingnya SDA dan permodalan.


30

Hal ini terkait dengan perkembangan teknologi yang pesat, khususnya

teknologi informasi.

e. Kelima, melakukan strategi pemasaran yang baik, seperti yang

dilakukan negara tetangga kita Thailand yang memasarkan objek

wisatanya di televisi-televisi internasional dan berbagai media seperti

internet, majalah dan pameran-pameran pariwisata di tingkat

internasional.

Kelima strategi ini kiranya dapat membantu bangsa ini dalam

rangka memaksimalkan peran pariwisata bahari. Namun tetap saja,

strategi-strategi ini tidak akan berarti jika pemerintah, investor/swasta,

perbankkan, dan masyarakat tidak bersatu-padu dalam membangun

pariwisata bahari untuk kemakmuran rakyat.

C. Stakeholder Pariwisata

Pengertian stakeholder menurut Hetifah (2003:3) dimaknai sebagai

individu, kelompok atau organisasi yang memiliki kepentingan, terlibat, atau

dipengaruhi (secara positif maupun negatif) oleh kegiatan atau program

pembangunan. Pemangku kepentingan dapat dibedakan dalam berbagai jenis

berdasarkan hubungan bisnis, seperti pemangku kepentingan internal,

contohnya yaitu pemilik dan karyawan, atau pemangku kepentingan eksternal

seperti pelanggan, pemasok atau kelompok kepentingan khusus. Selanjutnya

Hetifah (2003:25) menjelaskan dalam penerapan pemerintah terdapat tiga

stakeholder bahwa:
31

“ada tiga stakeholder utama yang saling berinteraksi dan menjalankan


fungsinya masing-masing, yaitu state (negara atau pemerintah),
private sector (sektor swasta atau dunia usaha) dan society
(masyarakat). Institusi pemerintah berfungsi menciptakan lingkungan
politik dan hukum yang kondusif, sektor swasta menciptakan
pekerjaan dan pendapatan, sedangkan masyarakat berperan dalam
membangun interaksi sosial, ekonomi, dan politik termasuk mengajak
kelompok-kelompok masyarakat untuk berpartisipasi dalam aktivitas
ekonomi, sosial, dan politik”.

Unsur-unsur stakeholder meliputi individual, organisasi, institusi, dan

kelompok sosial, yang keberadaannya sangat penting bagi terciptanya tata

pemerintahan yang efektif (Sjamsuddin, 2006:24-27). Unsur-unsur tersebut

dapat dikelompokkan kedalam tiga bagian, yaitu :

1. Negara (State)

Pengertian negara/pemerintah dalam hal ini secara umum mencakup

keseluruhan lembaga politik dan sektor publik. Peranan dan tanggung

jawab negara atau pemerintahan adalah meliputi penyelenggaraan

pelayanan publik, penyelenggaraan kekuasaan untuk memerintah, dan

membangun lingkungan yang kondusif bagi tercapainya tujuan

pembangunan baik pada level lokal, nasional, maupun internasional dan

global.

2. Sektor Swasta (Private Sector)

Pelaku sektor swasta mencakup perusahaan yang aktif dalam interaksi

sistem pasar, seperti: industri pengolahan (manufacturing), perdagangan,

perbankan, dan koperasi termasuk juga kegiatan sektor swasta informal.

Peranan sektor swasta sangat penting dalam pola kepemerintahan dan

pembangunan, karena perannya sebagai peluang untuk meningkatkan


32

produktivitas, penyerapan tenaga kerja, sumber penerimaan, investasi

publik, pengembangan usaha, dan pertumbuhan ekonomi. Peran sektor

swasta sangat menonjol untuk menciptakan konsisi kemakmuran rakyat

melalui penyerapan tenaga kerja melalui penyediaan lapangan kerja,

peningkatan produksi, peningkatan penerimaan pemerintah.

3. Masyarakat Madani (Civil Society)

Masyarakat madani meliputi perseorangan dan kelompok masyarakat yang

berinteraksi secara sosial, politik, dan ekonomi. Masyarakat madani tidak

hanya melakukan check and balance terhadap kewenangan kekuasaan

pemerintah dan sektor swasta tetapi juga memberikan kontribusi dan

memperkuat kedua unsur yang lain, seperti membantu memonitor

lingkungan, penipisan sumber daya, polusi dan kekejaman sosial,

memberikan kontribusi pada pembangunan ekonomi, dengan membantu

mendistribusikan manfaat pertumbuhan ekonomi yang lebih merata dalam

masyarakat, dan menawarkan kesempatan bagi individu untuk

memperbaiki standar hidup mereka. Jadi, peran civil society adalah

memantau kinerja pemerintah dan swasta terkait kewenangan mereka.

Apabila terjadi penyelewengan kekuasaan, maka civil society dapat

bertindak sesuai dengan batas kewenangannya.

Pengembangan objek dan daya tarik wisata di suatu daerah

memerlukan kontribusi dan kerjasama dari para pemangku kepentingan

(stakeholder) pariwisata. Menurut Pitana dan Diarta (2009: 86) ada delapan
33

pemangku kepentingan di bidang pariwisata yang berperan penting dalam

pengembangan pariwisata yaitu:

1. Staff dari industri pariwisata

2. Konsumen

3. Investor dan developer

4. Pemerhati dan penggiat lingkungan

5. Pemerhati dan penggiat warisan dan pelestarian budaya

6. Masyarakat tuan rumah

7. Pemerintah

8. Pelaku ekonomi lokal dan nasional

Menurut Suwantoro (2004:32) dalam kepariwisataan, masyarakat

diidentifikasikan ke dalam empat komponen pokok yang memiliki fungsi

yang terjalin erat satu sama lain , yaitu :

1. Komponen pemerintah, bercirikan mampu meningkatkan sumber dana

terutama sumber devisa sebanyak-banyaknya serta menciptakan lapangan

kerja dan berusaha seluas-luasnya bagi seluruh warganya.

2. Komponen penyelenggara pariwisata, cenderung bertujuan agar usahanya

dapat terselenggara dengan lancar dan berikan keuntungan yang sebesar-

besarnya.

3. Komponen masyarakat penerima pariwisata, sebagai pemilik wilayah dan

pendukung serta pelaku budaya setempat cenderung bertujuan

mengupayakan kelestarian wilayah dan kehidupan di alam budayanya

agar tidak terancam dan tidak tercemar.


34

4. Komponen wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara, cenderung

berkeinginan untuk mendapatkan kepuasan dan kenyamanan selama

berwisata.

Setiap pemangku kepentingan memiliki peran yang berbeda yang

perlu dipahami sedemikian rupa agar pengembangan objek dan daya tarik

wisata di suatu daerah dapat terwujud dan terlaksana dengan baik. Peran

pemerintah dalam pembangunan pariwisata bertugas membuat kebijakan dan

perencanaan yang sistematis. Sebagai contoh, pemerintah menyediakan dan

membangun infrastruktur pendukung kegiatan pariwisata, meningkatkan

kualitas sumber daya manusia yang bekerja sebagai tenaga kerja di sektor

pariwisata, dan lain-lain.

Pihak swasta sebagai pelaku bisnis mempunyai peran dalam

menyediakan sarana pendukung pariwisata. Kepariwisataan membutuhkan

banyak sarana pendukung seperti restoran, akomodasi, biro perjalanan,

transportasi, dan lain-lain (Yoeti, 1996). Keberadaan pihak swasta dalam

sektor pariwisata sebagai penyedia sarana pendukung sangat dibutuhkan

dalam pengembangan objek dan daya tarik wisata.

Pemahaman baik dari sisi pemerintah selaku regulator maupun dari

sisi pengusaha selaku pelaku bisnis sangat diperlukan. Pemerintah harus

memperhatikan dan memastikan bahwa pembangunan pariwisata itu akan

mampu memberikan keuntungan sekaligus menekan biaya sosial ekonomi

serta dampak lingkungan sekecil mungkin. Di sisi lain, pebisnis yang lebih

terfokus dan berorientasi keuntungan tentu tidak bisa melakukan segala


35

sesuatu demi mencapai keuntungan, tetapi harus menyesuaikan dengan

kebijakan dan regulasi dari pemerintah. Seperti melalui peraturan tata ruang,

perijinan, lisensi, akreditasi, dan perundang-undangan (Pinata dan Diarta,

2009:113).

Pengembangan pariwisata harus melibatkan masyarakat lokal yang

berada di sekitar objek wisata. Masyarakat lokal merupakan pemilik yang

lebih mengetahui mengenai objek wisata tersebut. Maka dari itu pengetahuan

tentang sadar wisata dan pelayanan prima sangat penting diketahui oleh

masyarakat lokal karena masyarakat lokal sekitar objek wisata yang akan

menyambut dan sekaligus memberikan pelayanan kepada wisatawan. Selain

sebagai pemilik dan pengelola, masyarakat lokal dapat menjadi bagian dari

atraksi wisata untuk menarik wisatawan dengan cara mengenalkan

kebudayaan dan kebiasaan sehari-hari yang menjadi keunikan dan ciri khas

dari objek wisata. Keberhasilan pengembangan objek wisata dapat dilihat dari

harmonisasi interaksi antar stakeholder pariwisata yang terlibat dalam

kegiatan-kegiatan pengembangan.

D. Pengembangan Pariwisata

1. Pengertian Pengembangan

Pengembangan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari

kata dasar “kembang” yang berarti menjadi besar, luas, banyak atau

menjadi bertambah sempurna. Pengembangan berarti proses, cara, atau

perbuatan mengembangankan. Menurut Yoeti (1997:273) pengembangan


36

adalah usaha/cara untuk memajukan serta mengembangkan sesuatu yang

sudah ada. Pengembangan pariwisata dilakukan guna meningkatkan atau

memajukan sektor pariwisata di suatu negara. Pengembangan pariwisata

merupakan segala kegiatan dari usaha yang terkoordinasi untuk menarik

wisatawan menyediakan sarana dan prasarana barang, jada dan fasilitas

yang digunakan untuk melayani kebutuhan wisatawan. Segala kegiatan

pengembangan mencakup segi-segi yang amat luas, serta menyangkut

berbagai segi kehidupan dalam masyarakat mulai dari kegiatan angkutan,

akomodasi, atraksi wisata, makanan, dan minuman, cinderamata,

pelayanan, suasana kenyamanan dan keamanan.

Pengembangan adalah suatu proses atau cara menjadikan sesuatu

menjadi maju, baik, sempurna, dan berguna (Suwantoro, 2004).

Suwantoro (2004:74) menyebutkan beberapa bentuk produk pariwisata

alternatif yang berpotensi untuk dikembangkan, yaitu: Pariwisata budaya

(cultural tourism), ekowisata (ecotourism), pariwisata bahari (marine

tourism), pariwisata petualangan (adventure tourism), pariwisata agro

(agrotourism), pariwisata pedesaan (village tourism), gastronomi (culinary

tourism), pariwisata spiritual (spiritual tourism) dan lainnya. Menurut

Sunaryo (2013:129) pembangunan pariwisata merupakan suatu proses

perubahan pokok yang dilakukan oleh manusia secara terencana pada

suatu kondisi kepariwisataan tertentu yang dinilai kurang baik, yang

diarahkan menuju ke suatu kondisi kepariwisataan tertentu yang dianggap

lebih baik atau diinginkan. Keberhasilan pengembangan pariwisata


37

ditentukan oleh tiga faktor, sebagaimana yang dikemukakan oleh Yoeti

(1996), sebagai berikut:

a. Tersedianya objek dan daya tarik wisata

b. Adanya fasilitas accessibility yaitu sarana dan prasarana, sehingga

memungkinkan wisatawan mengunjungi suatu daerah atau kawasan

wisata.

c. Terjadinya fasilitas amenities yaitu sasaran kepariwisataan yang

dapat memberikan kenyamanan kepada masyarakat.

Untuk pengembangan suatu daerah tujuan wisata harus ada

beberapa hal yang harus diperhatikan (Yoeti, 1996:178), antara lain:

a. Harus mampu bersaing dengan objek wisata yang ada dan serupa

dengan objek wisata di tempat lain.

b. Harus tetap, tidak berubah dan tidak berpindah-pindah kecuali dari

bidang pembangunan dan pengembangan.

c. Harus memiliki sarana dan prasarana yang memadai serta

mempunyai ciri-ciri khas tersendiri.

d. Harus menarik dalam pengertian secara umum (bukan pengertian

dari subjektif) dan sadar wisata masyarakat setempat.

2. Upaya Pengembangan Pariwisata

Unsur pokok yang harus mendapat perhatian guna menunjang

pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata yang menyangkut


38

perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan pengembangannya meliputi

lima unsur (Suwantoro, 2004:19), yaitu:

a. Objek dan daya tarik wisata

b. Prasarana wisata

c. Sarana wisata

d. Tata laksana/ infrastruktur

e. Masyarakata/lingkungan

Upaya pengembangan pariwisata dapat dilakukan dengan berbagai

langkah atau cara seperti mengembangkan objek dan daya tarik wisata,

pengembangan sarana dan prasarana, pengembangan aksesibilitas, dan

sebagainya.

a. Pengembangan objek dan daya tarik wisata

Keberadaan objek wisata harus ditunjang dari something to see

yaitu segala sesuatu yang dapat dilihat pada suatu objek wisata,

something to do yaitu segala sesuatu yang dapat dilakukan di suatu

objek wisata, dan something to buy yaitu segala sesuatu yang dapat

dibeli seperti souvenir, makanan, dan minuman pada lokasi wisata

tersebut. Menurut UU No. 10 tahun 2009 dalam pasal 1 tentang

Kepariwisataan, menjelaskan bahwa daya tarik wisata adalah segala

sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa

keanekaragam kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang

menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Daya tarik wisata


39

adalah suatu objek ciptaan Tuhan maupun hasil karya manusia yang

menarik minat orang lain untuk berkunjung dan menikmati.

Suwantoro (2004:19) menjelaskan bahwa “daya tarik

pariwisata yang juga disebut objek wisata merupakan potensi yang

menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan

wisata”. Lebih lanjut Suwantoro menjelaskan bahwa “daya tarik

wisata harus dirancang dan dibangun atau dikelola sevara profesional

sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang. Untuk membangun

suatu objek wisata harus dirancang sedemikian rupa berdasarkan

kriteria tertentu. Umumnya daya tarik wisata berdasarkan pada

(Suwantoro, 2004:19):

1) Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang,

indah, nyaman, bersih.

2) Adanya aksesbilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.

3) Adanya ciri khusus atau spesifikasi yang bersifat langka.

4) Adanya sarana atau prasarana penunjang untuk melayani para

wisatawan yang hadir.

5) Objek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena

keindahan alam pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan dan

sebagainya.

6) Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena

memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-


40

upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu objek

buah karya manusia pada masa lampau.

Suatu daerah perlu mengembangkan sumber daya yang

dimiliki baik itu sumber daya alam, sumber daya budaya, maupun

sumber daya minat khusus untuk dijadikan suatu objek wisata yang

berdaya saing dan memiliki daya tarik bagi wisatawan. Adanya daya

tarik tersebut maka wisatawan yang datang dapat terkesan dan merasa

puas dengan objek dan daya tarik wisata yang ada. Banyaknya

wisatawan yang datang akan memberikan dampak yang baik bagi

masyarakat lokal di sekitar objek wisata khususnya secara finansial.

Selain pengembangan objek dan daya tarik wisata, pengembangan

sarana dan prasarana juga diperlukan sebagai penunjang keberadaan

objek wisata tersebut.

b. Pengembangan sarana dan prasarana pariwisata

Pengembangan sarana dan prasarana bertujuan untuk

menunjang keberadaan objek wisata sebagai penyedia berbagai

kebutuhan wisatawan sehingga wisatawan mendapat kemudahan dan

kenyamanan pada saat melakukan kegiatan wisata. Menurut Christie

Mill dalam Sammeng (2001:86) sarana pariwisata merupakan

kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani

kebutuhan wisatwan dalam menikmati perjalanan wisatanya. Sarana

wisata tersebut meliputi sarana pokok, sarana pelengkap, dan saranan

penunjang pariwisata.
41

1) Sarana Pokok Wisata

Sarana pokok wisata merupakan fasilitas minimal yang harus

terdapat pada suatu daerah tujuan wisata meliputi sarana

perhubungan, sarana angkutan wisata, hotel, restoran, dan jenis

akomodasi lainnya.

2) Sarana Pelengkap Wisata

Sarana pelengkap wisata merupakan sarana-sarana yang dapat

melengkapi sarana pokok sehingga fungsi sarana pelengkap ini

dapat membuat wisatawan lebih lama tinggal didaerah atau

tempat yang dikunjungi. Contohnya fasilitas olahraga.

3) Sarana Penunjang Wisata

Sarana penunjang wisata yaitu fasilitas yang diperlukan untuk

menunjang sarana pokok dan sarana pelengkap yang fungsinya

agar wisatawan lebih banyak membelanjakan uangnya di tempat

yang dikunjunginya. Sarana pelengkap ini meliputi night club,

souvenir shop, bioskop, dan fasilitas yang dapat membuat

wisatawan merasa betah di tempat objek wisata tersebut.

Pembangunan sarana wisata di daerah tujuan wisata maupun

objek wisata tertentu harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan

baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Sarana wisata kuantitatif

menunjukkan jumlah sarana wisata yang harus diusahakan dan secara

kualitatif menunjukkan mutu pelayanan yang diberikan dan yang

tercermin pada kepuasan wisatawan yang memperoleh pelayanan.


42

Sedangkan prasaran wisata merupakan sumber daya alam dan sumber

daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam

perjalanannya ke daerah tujuan wisata seperti: jalan, air, listrik,

telekomunikasi, terminal, apotek, dan sebagainya (Suwantoro,

2004:21).

Pengembangan berbagai jenis sarana dan prasarana sangat

penting manfaatnya terutama untuk mendukung keberhasilan

pengembangan suatu objek wisata. Oleh karena itu, suatu objek wisata

yang masih belum memenuhi sarana dan prasarana yang baik perlu

melakukan pengembangan agar menimbulkan rasa kepuasan dan

kenyamanan bagi wisatawan.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah penelitiaan deskriptif dengan

pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2012:4)

mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data daskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan perilaku yang dapat diamati. Penggunaan jenis penelitian deskriptif

dengan pendekatan kualitatif mengarah kepada latar dan individu yang diteliti

secara holistik (utuh).

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk

mengetahui peran masing-masing stakeholder pariwisata yang terlibat dalam

pengembangan wisata Pulau Samalona dan menjelaskan bentuk-bentuk

kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat lokal, dan pihak swasta.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena permasalahan penuh

makna, holistik, kompleks dinamis, sehingga peneliti mampu memahami

situasi sosial secara mendalam.

B. Fokus Penelitian

Agar penelitian ini lebih terarah dan mudah dalam pencarian data, maka

ditetapkan fokus penelitian yakni:

1. Mendeskripsikan Pulau Samalona

43
44

2. Menjelaskan peran stakeholder pariwisata dalam kegiatan pengembangan

Pulau Samalona meliputi:

a. Pemerintah, yang dimaksud pemerintah dalam penelitian ini adalah

semua lembaga pemerintah yang terlibat khususnya Dinas Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif Kota Makassar yang berperan dalam membuat

kebijakan dan program pengembangan wisata, pemasaran, pemenuhan

sarana dan prasarana.

b. Swasta, yang dimaksud swasta dalam penelitian ini adalah semua

pemilik usaha pariwisata yang terkait dengan aktivitas pariwisata di

Pulau Samalona.

c. Masyarakat, yang dimaksud masyarakat dalam penelitian ini adalah

masyarakat lokal yang tinggal di Pulau Samalona sebagai pemilik dan

pengelola Pulau Samalona.

3. Aspek-aspek terkait pendukung dan penghambat peran antar stakeholder

pariwisata dalam kegiatan pengembangan Pulau Samalona meliputi:

a. Aspek-aspek terkait pendukung peran stakeholder dalam kegiatan

pengembangan Pulau Samalona:

1) Peran aktif dan kesadaran masyarakat lokal dalam pengelolaan

Pulau Samalona.

2) Kerjasama pihak swasta yang medukung pengembangan Pulau

Samalona

b. Aspek-aspek terkait penghambat peran stakeholder dalam kegiatan

pengembangan Pulau Samalona:


45

1) Pengetahuan masyarakat lokal tentang layanan jasa wisata dan

pengelolaan lingkungan masih kurang

2) Peran Disparekraf Kota Makassar masih belum maksimal

3) Kerjasama dan koordinasi antar stakeholder pariwisata masih

kurang

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat peneliti akan melakukan penelitian

untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan. Adapun lokasi yang

dijadikan tempat penelitian adalah Pulau Samalona yang terletak di Kota

Makassar. Pemilihan terhadap lokasi penelitian tersebut berdasarkan

pertimbangan bahwa Kota Makassar merupakan kota terbesar keempat di

Indonesia dan terbesar di Kawasan Timur Indonesia yang berperan sebagai

pusat kegiatan industri namun belum memaksimalkan potensi pariwisata yang

ada. Pulau Samalona sebagai salah satu pulau dari 11 pulau yang ada di

Makassar memiliki potensi dan daya tarik yang dapat dikembangkan sebagai

destinasi wisata bahari yang berdaya saing.


46

Gambar 1. Lokasi Pulau Samalona


Sumber: www.indonesiadivedirectory.com

D. Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data sebagai

berikut:

1. Data Primer

Data primer membutuhkan data atau informasi dari sumber yang

pertama, biasanya kita sebut dengan responden. Data atau informasi

diperoleh melalui hasil observasi lapangan serta hasil wawancara dengan

para informan di Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Makassar,

masyarakat lokal di Pulau Samalona, pemilik usaha transportasi, dan

wisatawan.

2. Data Sekunder

Data sekunder menggunakan bahan yang bukan dari sumber

pertama sebagai sarana untuk memperoleh data atau informasi untuk


47

menjawab masalah yang diteliti. Data sekunder yang dipergunakan dalam

penelitian ini, yaitu :

a. Arsip-arsip atau dokumen resmi

b. Foto

c. Informasi lain yang relevan dengan penelitian yakni melalui data online

atau internet seperti melalui jurnal.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam

penelitian ini adalah:

1. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui

pengamatan secara langsung dari dekat fenomena objek yang diteliti,

sehingga metode observasi sumber informasinya berupa penampakan

suasana atau perilaku yang diamati oleh peneliti serta direkam dalam

bentuk lembaran-lembaran yang isian didalamnya terdapat penampakan

keadaan suasana atau problem. Peneliti melakukan pengamatan di sekitar

kawasan objek wisata Pulau Samalona, dermaga Popsa, dan yang terkait

dengan penelitian, dengan cara melihat dan mencatat hal-hal yang dianggap

penting yang berkaitan dengan topik penelitian.

2. Wawancara

Wawancara adalah komunikasi langsung antara peneliti dengan

narasumber atau orang-orang yang berkaitan erat dengan objek-objek


48

penelitian. Dalam studi wawancara bersifat terstruktur dan semi-terstruktur

yang dilakukan dengan menggunakan interview guide sesuai dengan

pertanyaan yang telah disusun. Aspek-aspek yang ditanyakan dalam

penelitian ini antara lain meliputi: (1) peran stakeholder dalam

pengembangan; (2) faktor pendukung dan penghambat dalam

pengembangan.

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan bagian

pengembangan usaha pariwisata dan bagian pemasaran Disparekraf kota

Makassar mengenai siapa saja pihak yang terlibat dalam pengembangan,

peran pemerintah terhadap pengembangan Pulau Samalona. Pada tempat

wisata, wawancara dilakukan dengan pengelola objek wisata dan pihak

swasta yang terlibat tentang peran masing-masing pihak dan dampak yang

dirasakan. Sebagai pelengkap data, peneliti melakukan wawancara kepada

wisatawan sebagai pihak yang melakukan kegiatan wisata, sehingga dapat

menilai pelayanan secara menyeluruh. Penelitian ini menggunakan

wawancara terbuka yaitu informan diperbolehkan untuk menjawab dengan

bebas namun tetap diberikan batasan. Daftar pertanyaan wawancara

(interview guide) dapat dilihat pada bagian lampiran.

3. Dokumentasi

Dalam memperoleh data yang bersifat sekunder peneliti

menggunakan teknik dokumentasi. Dokumentasi merupakan teknik

pengumpulan data dengan mencatat dan memanfaatkan data-data yang ada

yang berkaitan dengan penelitian yang berupa dokumen-dokumen atau


49

arsip-arsip yang berhubungan dengan tujuan penelitian. Peneliti

mengumpulkan data atau informasi hasil dari pengamatan yang dilakukan

di Pulau Samalona. Mencari data yang sifatnya tertulis seperti struktur

organisasi, deskripsi wilayah dan program atau kegiatan dari Dinas

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Makassar.

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen penelitian atau alat

penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti sebagai instrumen meliputi

validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan

wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki

objek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. Peneliti sendiri

yang melakukan validasi, melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman

terhadap metode kualitatif, penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang

yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan (Sugiyono,

2010:305). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

a. Peneliti sendiri, dengan melakukan wawancara dengan individu dan

kelompok sasaran yang berkaitan dengan fokus penelitian yaitu

stakeholder terkait dalam pengembangan pulau Samalona.

b. Pedoman wawancara (interview guide), berupa daftar pertanyaan.

c. Pedoman observasi, berupa panca indera dan alat tulis yang meliputi buku

tulis, bolpoint, dan alat perekam wawancara.


50

d. Pedoman dokumentasi, berupa dokumen, alat tulis, alat perekam, dan

fotocopy dokumen; dan

e. Catatan lapangan (field note), berisi catatan hasil wawancara dan observasi

yang telah dilakukan peneliti di lapangan.

G. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan mengikuti kaedah analisis

data kualitatif. Analisis data penelitian dilakukan pada saat pengumpulan data

berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.

Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban

yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah analisis terasa

belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai

tahap tertentu, deperoleh data yang dianggap kredibel (Sugiyono, 2010:337).

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah

Analisis Data Interaktif yang disampaikan oleh Miles dan Hubberman (1992)

dalam Usman dan Setiadi (2009:88) terdapat tiga hal utama dalam analisis

interaktif yakni, reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan/verifikasi sebagai sesuatu yang jalin-menjalin pada saat sebelum,

selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar, untuk

membangun wawasan umum yang disebut dengan “analisis” . Kegiatan analisis

data dapat dilakukan melalui beberapa tahapan, antara lain:


51

1. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan transformasi data “kasar”

yang muncul dari catatan tulisan di lapangan (field note), dimana reduksi

data berlangsung secara terus-menerus selama penelitian yang berorientasi

kualitatif berlangsung.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Dengan penyajian data, maka akan memudahkan untuk

memahami apa yang terjadi untuk menganalisis lebih lanjut suatu

tindakan, yang didasarkan atas pemecahan tersebut.

3. Verifikasi

Verifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan sebagian dari

suatu kegiatan dan konfigurasi yang utuh. Kesimpulan awal yang

dikemukakan masih bersifat sementara,dan akan berubah bila tidak

ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan

konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka

kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan

temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.


52

Pengumpulan
Data

Penyajian Data

Reduksi Data

Kesimpulan:
Penarikan/Verifikasi

Gambar 2. Kerangka Analisis Data Interaktif


Sumber: Miles dan Huberman (dalam Usman dan Setiadi, 2009:88)

Pada gambar tersebut tampak adanya ketiga kegiatan yang saling terkait

dan merupakan rangkaian yang tidak berdiri sendiri. Penyajian data selain

berasal dari hasil reduksi, perlu juga dilihat kembali dalam proses

pengumpulan data untuk memastikan bahwa tidak ada data penting yang

tertinggal. Demikian pula jika dalam verifikasi ternyata ada kesimpulan yang

masih meragukan dan belum disepakati kebenarannya maknanhya, maka

kembali ke proses pengumpulan data. Tindakan menvalidasi data sangat

penting dalam penarikan kesimpulan (Usman dan Setiadi, 2009:88).


53

H. Keabsahan Data

Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan peneliti dalam

penelitian ini yaitu teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong,

2012:330). Peneliti menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data

menggunakan triangulasi dengan sumber dan triangulasi dengan metode.

Triangulasi sumber yaitu dengan cara membandingkan apa yang dikatakan

oleh subyek dengan yang dikatakan informan dengan maksud agar data yang

diperoleh dapat dipercaya karena tidak hanya diperoleh dari satu sumber saja

yaitu subyek penelitian, tetapi juga data diperoleh dari beberapa sumber lain

(Patton dalam Moleong, 2012:330). Sedangkan triangulasi metode, yaitu

dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara dan membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen

yang berkaitan (Patton dalam Moleong, 2012:330).

Dalam penelitian ini, untuk memenuhi keabsahan data dilakukan teknik

triangulasi dengan sumber, yaitu peneliti membandingkan hasil wawancara

yang diperoleh dari masing-masing sumber atau informan penelitian sebagai

pembanding untuk mengecek kebenaran informasi yang didapatkan. Selain itu

dilakukan teknik triangulasi dengan metode, yaitu peneliti melakukan

pengecekan hasil penelitian dengan teknik pengumpulan data yang berbeda

yakni wawancara, observasi, dan dokumentasi sehingga derajat kepercayaan

data dapat valid.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Kota Makassar dan Potensi Wisata

a. Gambaran Umum Kota Makassar

Kota Makassar terletak di wilayah Sulawesi selatan dan ibu

kota dari Provinsi Sulawesi Selatan. Kota Makassar merupakan kota

terbesar keempat di Indonesia dan terbesar di Kawasan Timur

Indonesia. Sebagai pusat pelayanan di KTI, Kota Makassar berperan

sebagai pusat perdagangan dan jasa, pusat kegiatan industri, pusat

kegiatan pemerintahan, simpul jasa angkutan barang dan penumpang

baik darat, laut maupun udara dan pusat pelayanan pendidikan dan

kesehatan. Berdasarkan konstribusi sektoral, perekonomian Kota

Makassar sebagian besar disumbang oleh sektor perdagangan hotel dan

restoran dengan konstribusi sebesar 28.44% ditahun 2005, 29.29%

ditahun 2008, dan 29.86% ditahun 2012 (BPS Kota Makassar).

Pemerintahan Kota Makassar didukung oleh visi dan misi Kota

Makassar sebagai berikut:

Visi :

“MEWUJUDKAN KOTA DUNIA UNTUK SEMUA, TATA

LORONG BANGUN KOTA DUNIA"

54
55

Misi:

1. Merekonstruksi nasib rakyat menjadi masyarakat sejahtera standar


dunia
2. Merestorasi tata ruang kota menjadi kota nyaman kelas dunia
3. Mereformasi tata pemerintahan menjadi pelayanan publik kelas
bebas korupsi

Gambar 3. Lambang Kota Makassar


Sumber: www.makassarkota.go.id

Arti lambang Kota Makassar:

1. Perisai putih sebagai dasar melambangkan kesucian.


2. Perahu yang kelima layarnya sedang terkembang melambangkan
bahwa Kota Makassar sejak dahulu kala adalah salah satu pusat
pelayaran di Indonesia.
3. Buah padi dan kelapa melambangkan kemakmuran.
4. Benteng yang terbayang di belakang perisai melambangkan
kejayaan Kota Makassar.
5. Warna Merah Putih dan Jingga sepanjang tepi perisai
melambangkan kesatuan dan kebesaran Bangsa Indonesia.
6. Tulisan “Sekali Layar Terkembang, Pantang Biduk Surut Ke
Pantai”, menunjukan semangat kepribadian yang pantang mundur.

Secara geografis Kota Makassar terletak di pesisir pantai barat

Sulawesi Selatan pada koordinat 119°18'27,97" 119°32'31,03" Bujur


56

Timur dan 5°00'30,18" - 5°14'6,49" Lintang Selatan dengan luas

wilayah 175.77 km² dengan batas-batas, batas utara Kabupaten

Pangkajene Kepulauan, batas selatan Kabupaten Gowa, batas timur

Kabupaten Maros, batas barat Selat Makasar. Masyarakat Kota

Makassar terdiri dari beberapa etnis seperti etnis Bugis, etnis Makassar,

etnis Cina, etnis Toraja, etnis Mandar dll. Secara administrasi kota

Makassar terdiri dari 14 kecamatan dan 143 kelurahan. Kecamatan

dengan luas terbesar adalah Biringkanaya (27.43%) dan terkecil adalah

Mariso (1.04%). Luas wilayah menurut kecamatan di Kota Makassar di

gambarkan melalui tabel sebagai berikut:

Tabel 1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Makassar


No Kecamatan Luas (Km²)
1 Mariso 1.82
2 Mamajang 2.25
3 Tamalate 20.21
4 Rappocini 9.23
5 Makassar 2.52
6 Ujung Pandang 2.63
7 Wajo 1.99
8 Bontoala 2.10
9 Ujung Tanah 5.94
10 Tallo 5.83
11 Panakkukang 17.05
12 Manggala 24.14
13 Biringkanaya 48.22
14 Tamalanrea 31.84
Makassar 175.77
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Makasar, 2015
57

Gambar 4. Peta Kota makassar


Sumber: www.makassarkota.go.id

Berdasarkan Gambar 4 Kota Makassar mempunyai posisi

strategis karena berada di persimpangan jalur lalu lintas dari arah

selatan dan utara dalam propinsi di Sulawesi, dari wilayah kawasan

Barat ke wilayah kawasan Timur Indonesia dan dari wilayah utara ke

wilayah selatan Indonesia. Wilayah kota Makassar berada pada

ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari permukaan laut. Kota

Makassar merupakan daerah pantai yang datar dengan kemiringan 0-5

derajat ke arah barat, diapit dua muara sungai yakni sungai Tallo yang

bermuara di bagian utara kota dan sungai Jeneberang yang bermuara di

selatan kota. Luas wilayah kota Makassar seluruhnya berjumlah kurang


58

lebih 175,77 Km² daratan dan termasuk 11 pulau di selat Makassar

ditambah luas wilayah perairan kurang lebih 100 Km².

b. Potensi Wisata Kota Makassar

Kota Makassar merupakan daerah transit para wisatawan

sebelum melanjutkan perjalanan menuju Tanah Toraja, Bira, atau

daerah obyek wisata lainnya di Sulawesi Selatan. Untuk mendukung

pembangunan kepariwisataan yang mampu menggalakan kegiatan

ekonomi, termasuk kegiatan sektor lain yang terkait, maka perlu upaya

pengembangan dan pendayagunaan berbagai sarana pariwisata. Di Kota

Makassar jumlah obyek dan daya tarik wisata ada sebanyak 95 obyek

yang terdiri dari wisata budaya dan sejarah, wisata alam (pulau, sungai,

dan pantai), wisata belanja, wisata pendidikan, fasilitas olahraga, wisata

kuliner, dan wisata religi. Secara lengkap mengenai potensi wisata Kota

Makassar dapat dilihat pada Tabel 2

Tabel 2. Jumlah Objek Wisata/Daya Tarik Wisata Menurut


Jenisnya di Kota Makassar
No Jenis Objek Wisata/Daya Tarik Wisata Jumlah
1 Objek Wisata Pulau 12
2 Objek Wisata Sungai/Kanal 3
3 Objek Wisata Pantai/Pelabuhan 4
4 Objek Wisata Budaya dan Sejarah 19
5 Objek Wisata Belanja/Niaga 8
6 Objek Wisata Pendidikan 4
7 Objek Wisata Olahraga 4
8 Objek Wisata Kuliner 33
9 Objek Wisata Religi 8
Jumlah 95
Sumber: Data Disparekraf, 2012
59

2. Gambaran Umum Pulau Samalona

Pulau Samalona pertama kali ditempati penduduk karena rencana

pemerintah dalam menempatkan beberapa orang di pulau-pulau sekitar

Kota Makassar sebagai tembok pertahanan dalam menghadapi serangan

Jepang. Pulau Samalona terletak di Selat Makassar yang merupakan salah

satu dari beberapa pulau di dalam gugusan Kepulauan Spermonde. Secara

geografis Pulau Samalona terletak pada 119°20’33,4” – 119°20’38,3” BT

dan 05°07’27,9” – 05°07’33,2” LS. Secara administratif Pulau Samalona

termasuk dalam wilayah Kecamatan Mariso Kota Makassar. Bentuk Pulau

Samalona relatif bulat dengan luas wilayah 2,34 hektar tapi sewaktu-waktu

bisa berubah akibat abrasi (Disparekraf Kota Makassar, 2015).

Gambar 5. Pulau Samalona


Sumber: Hasil Dokumentasi Peneliti, 2015
60

Di bagian utara Pulau Samalona berbatasan dengan Pulau Barang

Caddi, di bagian selatan dan timur berbatasan dengan Kota Makassar, di

bagian barat berbatasan dengan Pulau Kodinggareng. Pulau Samalona

berjarak 3,45 mil laut (± 7 Km) dari Kota Makassar. Secara umum keadaan

topografi dari pulau berada pada dataran yang landai sekitar 3m-8m di atas

permukaan laut. Berdasarkan asal usul terjadinya pulau, Pulau Samalona

berasal dari pulau karang timbul dengan morfologi pantai berpasir. Pada

daratan tumbuh pepohonan pelindung yang tingginya hingga 20 m

(Disparekraf Kota Makassar, 2015).

Perairan sisi selatan, timur, utara dan barat memiliki kedalaman

mencapai 10 m bahkan lebih, pada sisi barat laut terdapat mercusuar,

sedangkan gosong terdekat berada pada perairan sisi tenggara yaitu taka

bako (± 1 mil). Pasir putih yang membentang di sisi utara, timur laut dan

barat serta barat laut menjadi pesona tersediri untuk aktivitas pariwisata.

Berdasarkan hasil pengamatan, Pulau Samalona di klaim milik

tujuh orang yang masih mempunyai keterkaitan persaudaraan dan berasal

dari Suku Makassar. Jumlah kepala keluarga yang tinggal di Pulau

Samalona sebanyak 12 kepala keluarga dengan jumlah penduduk yang

menetap mencapai 82 jiwa dan seluruh masyarakat yang tinggal di pulau

beragama Islam. Kosentrasi penduduk merata pada sisi tengah pulau,

dengan bangunan rumah panggung. Secara umum mata pencaharian

masyarakat berasal dari sektor pariwisata dan nelayan. Untuk sarana

transportasi masyarakat, beberapa keluarga memiliki perahu sendiri (perahu


61

jukung) tapi sebagian begian besar masyarakat menggunakan perahu motor

sewa.

Gambar 6. Pemilik Pulau Samalona


Sumber: Hasil Dokumentasi Peneliti, 2015

Secara administratif di Pulau Samalona hanya terdapat seorang RT

yang diangkat berdasarkan strata umur dalam keluarga besar tersebut.

Karakteristik yang menonjol adalah adalah sifat paternalistik yang

mewarnai pengambilan keputusan bersama. Tokoh masyarakat menjadi

tumpuan utama dalam mengkomunikasikan berbagai permasalahan sosial

yang terjadi diantara mereka.

Pulau Samalona sebagai salah satu destinasi wisata bahari andalan

di Kota Makassar memiliki potensi yang dapat di klasifikasikan dalam tiga

aspek yaitu:
62

a. Something to see

Pulau Samalona sebagai salah satu wisata snorkeling dan

diving di Sulawesi Selatan memiliki tingkat kecerahan air yang

jernih dan juga memiliki habitat terumbu karang serta ikan-ikan yang

menyebar di sekitar pulau sehingga Pulau Samalona memiliki

beberapa spot atau lokasi untuk kegiatan penyelaman dan snorkeling.

Pulau Samalona hampir seluruhnya dikelilingi oleh terumbu karang

kecuali pada bagian selatan yang sebagian besar hanya terdiri dari

pasir putih. Penelitian yang dilakukan oleh Arifin dkk tahun 2010

(data Disparekraf, 2014) mendapatkan 116 jenis dari 25 genera

karang keras (Scleractinia) pada stasiun pengamatan terumbu karang

Pulau Samalona. Keragaman jenis karang yang tinggi dan komunitas

karang dalam kondisi stabil.

Karang yang dominan terlihat dari jenis-jenis Acropora baik

yang bercabang maupun yang tabulate (bentuk meja). Disamping

kehadiran karang Echynopora, Pocllopora dan Porites yang banyak

tidak mengurangi Tingkat Keragaman jenis karang. Pulau Samalona

juga menyimpan sejuta misteri tentang karamnya sejumlah kapal

peninggalan Perang Dunia Ke-II. Ada sekitar 7 buah kapal yang

karam di kawasan pulau, di antaranya: kapal Maru, kapal perang

milik Jepang yang karam pada kedalaman sekitar 30 meter; kapal

Lancaster Bomber yang juga karam pada kedalaman sekitar 30

meter; kapal selam pemburu (gunboat) milik Jepang kapal kargo


63

Hakko Maru buatan Belanda; serta kapal selam milik Jepang. Kapal-

kapal yang karam tersebut telah berubah wujud menjadi karang dan

menjadi tempat tinggal bagi ratusan biota laut yang beraneka ragam

bentuk, dan jenis serta warna yang sangat mengagumkan.

Daya tarik Pulau Samalona selain habitat bawah laut yaitu

pengunjung dapat menikmati pemandangan pulau-pulau sekitar dan

pemandangan Kota Makassar dari Pulau Samalona. Salah satu

atraksi utama yang dimiliki Pulau Samalona yaitu pemandangan

matahari terbit dan matahari terbenam. Wisatawan juga dapat

melihat kapal-kapal yang berasal maupun menuju pelabuhan

Soekarno-Hatta Makassar karna letak pulau yang berada di dekat

jalur pelayaran menuju Kota Makassar.

Gambar 7. Pantai Pasir Putih Pulau Samalona


Sumber: Hasil Dokumentasi Peneliti, 2015
64

Pada bagian selatan pulau terdapat pantai pasir putih yang

letaknya jauh dari pemukiman warga sehingga penujung dapat

merasakan keberadaanya seperti terisolasi dari keramaian dan

memberikan dampak relaksasi bagi pengunjung atau wisatawan

tersebut. Beberapa pohon yang terdapat di Pulau Samalona yaitu

pohon kelapa, pohon cina, dan pohon tammate. Sedangkan pada sisi

barat laut terdapat daerah yang cukup luas yang tidak ditumbuhi

pohon, masyarakat setempat dan pengunjung memanfaatkannya

sebagai tempat untuk melakukan berbagai kegiatan.

b. Something to buy

Ciri khas yang ada di Pulau Samalona yaitu kuliner berupa

berbagai macam seafood segar yang dimasak dengan cara yang

cukup unik, yaitu diletakkan di atas tempurung kelapa kemudian

ditutupi dengan daun pohon yang tumbuh di sekitar pulau Samalona.

Dengan cara demikian, aroma asap arang tempurung kelapa tersebut

melekat pada makanan sehingga menambah selera makan karena

adanya wangi khas tersebut. Seafood tersebut berupa ikan dan

kepiting hasil tangkapan masyarakat setempat dan sebagian di beli

langsung di Kota Makassar. Selain hidangan seafood, masyarakat

juga menyediakan masakan rumahan sederhana yang di masak

sendiri dengan berbagai jenis olahan makanan. Harga makanan yang

ditawarkan berkisar antara Rp 25.000,- hingga Rp 50.000,- per porsi.


65

c. Something to do

Berbagai macam kegiatan yang dapat dilakukan wisatawan

di Pulau Samalona adalah:

1) Memancing

Sekeliling Pulau Samalona sangat berpotensi untuk

kegiatan memancing bagi pengunjung. Lokasi memancing juga

dapat dilakukan di dermaga serta di sekitar pulau dengan

menggunakan perahu yang disewakan oleh masyarakat

setempat dengan jasa sewa seharga Rp 150.000,-. Kapal

tersebut akan mengantar wisatawan ke spot-spot pemancingan

yang ada disekitar pulau.

2) Snorkeling

Snorkeling dapat dilakukan di daerah sekitar pantai

pasir putih sebelah barat daya pulau. Pulau Samalona sangat

cocok bagi wisatawan pecinta snorkeling karena secara umum

kecerahan perairan di sekitar pulau tergolong tinggi mencapai

dasar perairan. Terdapat tujuh jenis karang hidup, tiga jenis

biota laut, dan 16 spesies ikan yang dapat ditemukan di Pulau

Samalona. Bagi wisatawan yang tidak membawa peralatan

snorkeling, terdapat persewaan peralatan snorkeling oleh

masyarakat setempat dengan harga sewa Rp 50.000,- hingga

Rp 100.000 tergantung dari kelengkapan peralatan yang ingin

disewa. Jika ingin snorkeling di spot-spot terbaik disekitar


66

pulau maka wisatawan dapat menyewa kapal yang disediakan

oleh masyarakat setempat dengan harga Rp 150.000,-

3) Diving

Daerah sekitar Pulau Samalona memiliki dua titik

penyelaman yang diminati oleh para penyelam yang berada di

sekitar sebelah selatan dari pulau ini. Kedalaman penyelaman

sekitar 15 meter sampai dengan 20 meter. Para ahli sejarah

mengatakan ada sekitar tujuh buah kapal dari masa Perang

Dunia II yang tenggelam di sekitar Pulau Samalona. Kapal-

kapal perang ini menjadi telah penuh lumut dan menjadi

karang akibat tergerus air laut serta menjadi rumah bagi aneka

jenis ikan dan biota laut lainnya. Sebagian besar wisatawan

yang bertujuan untuk diving di Pulau Samalona membawa

peralatan diving sendiri jadi biasanya hanya akan menyewa

jasa kapal pengantar untuk mengatar ke spot penyelaman.

4) Berjemur

Kegiatan berjemur di Pulau Samalona sangat ideal

dilakukan di sekeliling pantai karena banyak ruang yang

tersedia bagi wisatawan atau pengunjung. Kebanyakan

pengunjung yang datang di Pulau Samalona adalah wisatawan

domestik maka sangat jarang ditemui wisatawan yang

berjemur di pulau ini. Namun bagi wisatwan yang ingin

menikmati suasana pantai sambil berjemur dapat menyewa


67

kursi pantai dan payung dibagiam selatan dan barat pulau

dengan harga Rp 50.000,-.

5) Olahraga Pantai dan Permainan

Pulau ini memiliki pantai yang cukup luas untuk tempat

bermain berbagai macam olahraga pantai seperti bola voli

pantai, sepak bola pantai atau jogging sekeliling pantai.

Kegiatan team building juga sangat ideal dilakukan di pulau ini

dengan berbagai macam permainan yang menggunakan air

atau pasir.

6) Sightseeing

Kegiatan tour keliling pulau dapat dilakukan untuk

menikmati pemandangan alam sekeliling pulau, menikmati

matahari terbit saat pagi hari atau menikmati matahari

terbenam pada sore hari. Wisatawan dapat berkeliling pulau

dengan menyusuri jalan setapak di dalam pulau untuk melihat

pemukiman masyarakat setempat dan pemandangan di sekitar

pulau.

7) Barbeque

Pengunjung dapat melakukan barbeque di pulau ini

karena tersedianya tempat atau fasilitas bagi pengunjung.

Selain itu penduduk setempat juga dapat menyediakan ikan

hasil tangkapan untuk dapat dikonsumsi saat barbeque.


68

8) Berenang

Garis pantai yang cukup bersih sekeliling pulau dan

keadaan laut yang cukup dangkal memungkinkan bagi

wisatawan untuk berenang di pinggiran pantai. Tidak hanya

itu, kondisi permukaan air laut yang tenang membuat

wisatawan aman untuk berenang di pinggir pantai.

Fasilitas pendukung kegiatan wisata bahari di Pulau Samalona

sudah ada dan terbilang cukup lengkap di banding dengan pulau-pulau

disekitarnya namun masih belum maksimal. Sarana yang sudah ada saat

ini yaitu berbagai jenis penginapan seperti rumah panggung, cottage

dan resort. Tersedia juga pondokan (bale-bale), warung makan, toilet

umum yang dipergunakan untuk MCK (mandi cuci kakus), tempat

ibadah (mushola), tempat penyewaan alat snorkeling. Kebutuhan utama

seperti air bersih dan listrik masih belum terpenuhi dengan baik. Pulau

Samalona tidak memiliki mata air tawar yang dapat dikonsumsi atau

dijadikan sarana air bersih. Terdapat mata air payau yang berasal dari

tanah/sumur galian dengan kedalaman 3-5 meter dan air tersebut hanya

digunakan untuk kegiatan MCK oleh warga dan pengunjung, sedangkan

air bersih untuk dikonsumsi dibeli langsung di Kota Makassar

seminggu sekali oleh masyarakat lokal Pulau Samalona.

Untuk fasilitas listrik hanya tersedia dari pukul 18.00 hingga

pukul 22.00 menggunakan alat pembangkit listrik dari PLN. Wisatawan

dapat menggunakan listrik hingga pagi hari dengan biaya tambahan


69

sesuai kesepakatan dengan pemilik penginapan. Pemilik penginapan

menyediakan listrik tambahan dengan menggunakan gentset (alat

pembangkit listrik dengan bahan bakar fosil). Fasilitas komunikasi yang

tersedia di Pulau Samalona saat ini yaitu jaringan operator Telkomsel.

Lokasi yang sangat dekat dengan pusat kota menjadikan

aksesibilitas menuju ke Pulau Samalona menjadi lebih mudah. Pulau

Samalona berjarak 3,45 mil laut (± 7 Km) dari Kota Makassar dengan

waktu tempuh sekitar 20-30 menit. Pulau Samalona memiliki dermaga

untuk berlabunya perahu (kapal kayu dan speed boat) yang berukuran

sedang. Transportasi untuk menuju ke pulau dapat ditempuh dari Kota

Makassar dengan menggunakan perahu sewa yang tersedia di Dermaga

Kayu Bangkoa dan Dermaga Popsa yang terletak di depan Benteng

Ford Rotterdam. Tarif perahu motor dari dermaga menuju Pulau

Samalona berkisar antara Rp 400.000,- hingga Rp 800.000,- pulang

pergi. Perahu motor tersebut berukuran sedang dengan kapasitas

maksimal 10 penumpang.

3. Gambaran Umum Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota

Makassar

Sebagai Dinas Teknis yang menangani pariwisata dan ekonomi

kreatif, Dinas Pariwisata mempunyai tantangan yang sangat kuat untuk

memenuhi kedua tugas tersebut. Untuk memenuhi hasil yang maksimal dan

memberikan hasil yang terbaik kepada masyarakat sekaligus mewujudkan


70

visi Kota Makassar maka diperlukan upaya-upaya pengembangan segenap

potensi dan sumber daya sebagai kekuatan internal yang saling bersinergi

secara optimal dalam rangka peningkatan manajemen Dinas Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif telah menetapkan Visi sebagai berikut:

“Terwujudnya Kota Makassar sebagai Destinasi Pariwisata Dunia”

Makna pokok yang terkandung dalam Visi Dinas Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif Kota Makassar tersebut merupakan hasil pendalaman dari

rangkaian antara kegiatan dan substansi tupoksi serta jati diri pelayanan

yang merupakan eksistensi dari Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Kota Makassar yang diwujudkan dalam peningkatan kinerja untuk

mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan. Pokok-pokok Visi Dinas

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Makassar yaitu :

Terwujudnya Kota Makassar sebagai Destinasi Pariwisata Destinasi

Pariwisata : tugas dan tanggung jawab Dinas Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif Kota Makassar didasarkan pada upaya meningkatkan minat

kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara melalui perencanaan dan

pembangunan terpadu dari alam, budaya, dan sejarah masyarakat sehingga

terbentuk ikon pariwisata yang berdaya saing dan unggul dalam

menggerakkan pembangunan ekonomi Kota Makassar.


71

Dunia: artinya bahwa pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif Kota

Makassar harus memiliki daya saing yang unggul dan terkemuka sehingga

mampu mengembalikan citra Kota Makassar sebagai bandar dunia yang

menarik dikunjungi oleh wisatawan mancanegara dan nusantara melalui

penyediaan dan pengembangan aksesibilitas, atraksi wisata, aktifitas

wisata, akomodasi dan sarana prasarana penunjang kegiatan wisata yang

berkualitas, ramah lingkungan, berkelanjutan dan berkelas dunia.

Untuk mewujudkan visi yang ditetapkan dalam 5 (lima) tahun

kedepan (2014-2019), Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah

menetapkan misi sebagai pernyataan dalam upaya atau cara mencapai visi

yang dirumuskan sebagai berikut :

a. Peningkatan promosi dan pemasaran pariwisata yang terarah dan

terencana;

b. Penataan dan pengembangan usaha industri pariwisata dalam

meningkatkan daya saing;

c. Peningkatan kompetensi dan daya saing SDM pariwisata dan ekonomi

kreatif yang berstandar internasional.

d. Peningkatan kapasitas kelembagaan Dinas Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif

Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan

misi Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Makassar, yaitu sesuatu

(apa) yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu lima tahun

kedepan. Sedangkan sasaran merupakan penjabaran dari tujuan Dinas


72

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Makassar, yaitu hasil yang akan

dicapai secara nyata dalam rumusan yang lebih spesifik, terperinci, dapat

di ukur dan dapat di capai, serta dalam kurun waktu yang lebih pendek

dari tujuan.

Gambar 8. Kantor Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Makassar


Sumber: Hasil Dokumentasi Peneliti, 2015

B. Penyajian Data

1. Peran stakeholder pariwisata dalam kegiatan pengembangan Pulau

Samalona

a. Peran Pemerintah

Pemerintah dalam penelitian ini adalah Dinas Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif Kota Makassar (Disparekraf), dalam pengembangan

Pulau Samalona memiliki peran untuk:


73

1) Penyediaan Sarana dan Prasarana Pariwisata

Salah satu tugas utama pemerintah dalam pengembangan

pariwisata yaitu menyediakan sarana dan prasarana untuk

menunjang keberadaan tempat wisata sebagai penyedia berbagai

kebutuhan wisatawan sehingga wisatawan mendapat kemudahan

dan kenyamanan pada saat melakukan kegiatan wisata. Selain itu

pemerintah dapat mengambil manfaat ganda dari pembangunan

tersebut, seperti meningkatkan arus informasi, arus lalu lintas

ekonomi, arus mobilitas penduduk antar daerah, dan lain lain yang

dapat meningkatkan kesempatan berusaha dan bekerja masyarakat.

Beberapa upaya penyediaan sarana dan prasarana yang telah

dilakukan oleh pemerintah yaitu :

a) Rehabilitasi dermaga Pulau Samalona

Dermaga merupakan salah satu prasarana yang terdapat

pada sebuah pulau untuk kelancaran aksesibilitas keluar masuk

pulau. Keberadaan dermaga mempengaruhi banyaknya alat

transportasi seperti perahu motor untuk mengangkut para

wisatawan yang ingin mendatangi Pulau Samalona. Dermaga

yang sebelumnya dibangun oleh pemerintah kota bekerjasama

dengan PT. Aksa berada di bagian timur laut dengan kondisi

yang kurang layak. Oleh karena itu, pemerintah melakukan

rehabilitasi dermaga sehingga dermaga tersebut layak untuk

digunakan.
74

Adanya rehabilitasi dermaga yang dilakukan oleh

Disparekraf memungkinkan kapal yang berukuran lebih besar

dapat sandar ke dermaga. Selain itu, wisatawan yang akan

pulang ke Kota Makassar akan dijemput di dermaga pulau.

Namun rehabilitasi hanya dilakukan dibagian depan dermaga

sehingga bagian belakang dermaga yang terbuat dari kayu

kondisi kayunya sudah lapuk dan beberapa bagian seperti atap

dan tangga untuk naik sudah rusak. Kondisi tersebut

mengakibatkan wisatawan yang datang ke pulau diturunkan di

bibir pantai sehingga dermaga Pulau Samalona tidak berfungsi

sebagaimana mestinya.

Gambar 9. Dermaga Pulau Samalona


Sumber: Data Disparekraf, 2013

b) Pembangunan tanggul penahan ombak

Salah satu permasalahan yang dihadapi Pulau

Samalona yaitu terjadinya abrasi yang mengakibatkan luas

pulau semakin menyempit setiap tahunnya. Seperti yang di


75

jelaskan oleh Bapak B, masyarakat lokal Pulau Samalona,

bahwa:

“Dulu daratan jauh lebih luas, tapi sekarang tinggal


seperti ini. Daratan perlahan mulai terkikis dan di
beberapa lokasi bahkan hasil timbunan warga, dengan
tanah diambil berasal dari pulau juga. Dulu pantai agak
masuk ke dalam, tapi warga segera timbun.” (wawancara
pada tanggal 13 Juni 2015 pukul 12.00 WITA di Pulau
Samalona)

Hal ini sejalan dengan pendapat Bapak K selaku Kepala

Bidang Pengembangan Usaha Pariwisata bahwa ancaman

abrasi menjadi permasalahan yang serius karena menyangkut

penyusutan luas pulau.

“Dahulu luas pulau ini mencapai dua hektar lebih.


Perlahan luas daratan pulai ini menyempit akibat abrasi
beberapa tahun silam. Jika tidak ada tindakan lanjutan
yang dilakukan maka tidak menutup kemungkinan Pulau
Samalona akan menghilang dalam beberapa tahun
kedepan.” (wawancara pada tanggal 08 Juni 2015 pukul
10.00 WITA di Kantor Dinas Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif Kota Makassar)

Pada tahun 2013 Disparekraf Kota Makassar

bekerjasama dengan Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian dan

Peternakan Kota Makassar membangun tanggul penahan

ombak untuk mengatasi masalah abrasi yang terjadi di Pulau

Samalona. Pembangunan tanggul penahan ombak merupakan

salah satu solusi pemerintah untuk mengurangi dampak abrasi

dan kerusakan akibat cuaca. Rumah dan penginapan milik

masyarakat yang sebagian besar berbentuk rumah panggung

mengalami kerusakan akibat terpaan angin dan ombak pada


76

waktu musim penghujan sehingga pembangunan tanggul

tersebut mengurangi dampak kerusakan yang akan timbul.

Pembuatan tanggul tersebut juga merupakan salah satu upaya

pemerintah dalam mencegah abrasi atau pengikisan pulau di

bagian barat dan selatan untuk keberlangsungan Pulau

Samalona sebagai salah satu destinasi wisata bahari di Kota

Makassar.

c) Rehabilitasi penginapan milik warga

Pemerintah melakukan rehabilitasi terhadap beberapa

penginapan milik warga yang kondisinya sudah tidak layak.

Kebanyakan penginapan milik masyarakat berbentuk rumah

panggung sehingga rentan mengalami kerusakan karena faktor

cuaca seperti pada saat musim hujan dan angin barat. Adanya

rehabilitasi penginapan dan perumahan milik masyarakat

membuat penginapan yang kondisinya kurang layak di tempati

wisatawan menjadi layak. Namun rehabilitasi harus rutin

dilakukan untuk menjaga penginapan agar kondisinya tetap

layak untuk ditempati. Seperti yang di jelaskan oleh Ibu A

masyarakat lokal Pulau Samalona, bahwa :

“kebanyakan rumah disini terbuat dari kayu jadi cepat


rusak karena angin kencang kalo lagi musim baratan,
walaupun sudah ada tanggul tapi kalo ombaknya tinggi,
rumah yang di pinggir pulau dindingnya dan atapnya
terkena biasa terkena hempasan ombak” (wawancara
pada tanggal 13 Juni 2015 pukul 11.00 WITA di Pulau
Samalona)
77

Gambar 10. Penginapan Milik Warga di Pulau Samalona


Sumber: Data Disparekraf, 2013

d) Penyediaan prasarana dan sarana pendukung

Sarana pendukung yang disediakan oleh pemerintah di

Pulau Samalona yaitu beberapa tempat duduk dari kayu dan

bambu (bale-bale) yang dapat dijadikan tempat untuk

beristirahat oleh wisatawan yang tidak ingin menginap di

pulau. Bale-bale tersebut berada di bibir pantai sebelah timur

Pulau Samalona. Sarana lain yang disediakan oleh pemerintah

yaitu yaitu toilet umum yang difungsikan sebagai MCK oleh

wisatawan dan juga dipergunakan oleh masyarakat lokal

penghuni pulau dalam kegiatan sehari-hari. Selain itu, terdapat

empat buah mesin pembangkit listrik hasil instalasi listrik dari

PLN yang beroperasi antara pukul 18.00-22.00 WITA.

Bantuan sarana dan prasarana dasar sangat membantu


78

masyarakat tidak hanya untuk melayani wisatawan namun

bermanfaat bagi kegiatan sehari-hari.

Gambar 11. Tempat Istirahat (Bale-bale)


Sumber: Hasil Dokumentasi Peneliti, 2015

2) Pembinaan Sumber Daya Manusia

Disparekraf Kota Makassar mengadakan workshop

terhadap masyarakat lokal Pulau Samalona sebagai upaya

pembinaan sumber daya manusia. Pembinaan tersebut bertujuan

menambah pengetahuan masyarakat tentang pariwisata secara

umum, pengelolaan objek wisata, dan mengimplementasikan sapta

pesona sehingga wisatawan yang datang merasa nyawan dan puas

atas pelayanan yang diberikan oleh masyarakat lokal. Workshop

hanya dilakukan sekali sehingga tidak berdampak kepada

masyarakat. Masyarakat masih belum siap menjadi pelaku wisata

dari segi pelayanan dan pihak Disparekraf merasa kurang mampu


79

untuk mengarahkan masyarakat karena stigma atau pemikiran

masyarakat bahwa pemilik Pulau Samalona adalah masyarakat.

Hal ini merupakan salah satu faktor penghambat dalam

pengembangan Pulau Samalona.

3) Promosi Pariwisata

Promosi merupakan salah satu alat yang penting untuk

dilakukan oleh perusahaan atau instansi pemerintah dalam

memasarkan produknya. Upaya Disparekraf dalam

memperkenalkan Pulau Samalona kepada masyarakat yaitu dengan

melakukan berbagai macam kegiatan promosi. Kegiatan promosi

yang dilakukan oleh Disparekraf yaitu mengadakan event seperti

lomba foto bertema wisata bahari Makassar, festival bahari, dan

ikut serta dalam berbagai pameran di tingkat provinsi dan nasional.

Untuk memudahkan wisatawan dalam berwisata di Kota Makassar

pemerintah juga membuat aplikasi untuk smartphone yang berisi

tentang informasi tempat wisata dan fasilitas pendukung wisata

yang ada di Kota Makassar termasuk informasi tentang Pulau

Samalona. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak R selaku Kepala

Bidang Promosi dan Pemasaran Disparekraf, bahwa:

“Disparekraf aktif dalam mengikuti pameran yang diadakan


oleh Kementrian Pariwisata. Seperti pameran Gebyar Wisata
dan Budaya Nusantara yang di adakan oleh Kementrian
Pariwisata di JCC, Jakarta Pusat. Animo masyarakat terhadap
stand promosi Disparekraf cukup tinggi termasuk pengunjung
asing. Kalo di tingkat provinsi biasanya Disparekraf Sulsel
mengadakan pameran di Benteng Fort Rotterdam dan di
80

Pantai Losari. Selain mengikuti pameran kami juga sering


mengadakan event yang bertema bahari untuk
mempromosikan wisata bahari Kota Makassar. Adapun yang
termasuk dalam wisata bahari Kota Makassar yaitu beberapa
pantai dan 11 pulau.” (wawancara pada tanggal 16 Juni 2015
pukul 10.30 WITA di Kantor dinas Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif Kota Makassar)

Gambar 12. Stand Promosi Disparekraf di JCC


Sumber: Data Disparekraf, 2013

Pulau Samalona sudah populer untuk wisatawan domestik

sehingga promosi yang dilakukan oleh pemerintah hanya promosi

secara umum tidak terfokus ke Pulau Samalona saja. Dari hasil

wawancara kepada masyarakat lokal menunjukkan adanya

peningkatan kunjungan wisatawan setiap tahunnya ke Pulau

Samalona. Namun kebanyakan wisatawan yang datang merupakan

wisatwan domestik yang berasal dari Kota Makassar dan sekitarnya

sehingga promosi perlu ditingkatkan hingga keluar daerah.


81

Tabel 3. Peran Disparekraf Kota Makassar dalam Pengembangan Pulau


Samalona

No Peran Pemerintah Kegiatan


1 Penyediaan sarana dan
prasarana :
1.1 Rehabilitasi pembangunan Melakukan renovasi terhadap dermaga
dermaga Pulau Samalona Pulau Samalona sehingga kapal yang
berukuran lebih besar dapat sandar

1.2 Pembangunan tanggul Membangun tanggul di sisi selatan


penahan ombak dan barat pulau untuk mencegah
terjadinya abrasi yang disebabkan
terpaan ombak dan arus gelombang

1.3 Rehabilitasi penginapan Melakukan renovasi terhadap


milik warga penginapan milik warga yang
kondisinya sudah tidak layak

1.4 Penyediaan prasarana dan 1. Membuat tempat istirahat (bale-


sarana Pendukung bale)
2. Pengadaan toilet umum yang
difungsikan sebagai MCK
3. Instalasi listrik
2 Pembinaan sumber daya Mengadakan workshop untuk
manusia meningkatkan kemampuan dan
pengetahuan masyarakat lokal sebagai
pelaku pariwisata.
3 Promosi Pariwisata Memperkenalkan Pulau Samalona
dengan cara membuat event bertema
bahari dan mengikuti pameran
pariwisata
Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2015

b. Peran Swasta

Pihak swasta yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

perusahaan-perusahaan maupun individu yang berkontribusi dalam

kegiatan pengembangan wisata di Pulau Samalona. Peran pihak swasta

yaitu meningkatkan produktifitas pariwisata di Pulau Samalona dengan


82

adanya pengadaan sarana pariwisata, penyerapan tenaga kerja, CSR

(Corporate Social Responsibility), pengembangan usaha dan kemitraan

dengan masyarakat lokal pemilik usaha pariwisata. Salah satu sarana

akomodasi yang disediakan oleh pihak swasta yaitu Resort Samalona

milik PT. Comextra Majora yang terletak di sebelah selatan pulau. PT.

Comextra Majora menyerahkan pengelolaan dan perawatan Resort

Samalona sepenuhnya kepada masyarakat lokal dengan fasilitas yang

sudah lengkap. Seperti yang di sampaikan oleh Ibu A masyarakat lokal

yang tinggal di dekat Resort Samalona, bahwa :

“Kalo mau pesan Resort bisa di pesan lewat email atau langsung
di telfon saja, bisa di liat kontaknya di dekat pintu Resort. Harga
sewanya Rp 5.000.000,- semalam untuk 15 sampai 20 orang,
sudah termasuk makan 2 kali, alat snorkeling dan permainan
banana boat. Di dalam fasilitasnya lengkap ada tempat tidur, AC,
kursi, kamar mandi, dapur, dan gazebo tempat barbeque di depan
resort. Sudah termasuk juga transportasi antar jemput dari
dermaga Kayu Bangkoa. Dari dulu kalo ada yang menyewa
Resort masyarakat disini yang melayani menyambut tamu,
menyiapkan makanan, membersihkan resort, dan siapkan
kebutuhannya tamu." (wawancara pada tanggal 13 Juni 2015
pukul 11.00 WITA di Pulau Samalona)

Gambar 13. Resort Samalona PT. Comextra Majora


Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2015
83

Tidak hanya akomodasi, pihak swasta juga berperan dalam

pengadaan jasa transportasi yaitu perahu motor dan speedboat yang

berukuran sedang. Kebanyakan kapal yang disewakan merupakan usaha

individu dan dapat ditemukan di dermaga Kayu Bangkoa dan dermaga

Popsa. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak L pemilik usaha transportasi,

bahwa :

“saya sudah menyewakan kapal selama kurang lebih 8 (delapan)


tahun. Anak saya Andi yang mencari pelanggan di depan dermaga
Popsa dan saya yang mengantar ke pulau. Kebanyakan orang-
orang yang menyewa kapal tujuannya ke Pulau Samalona, selain
itu ada yang ke Pulau Kayangan juga. Jika masih pagi, biasanya
kami menawari paket ke Pulau Samalona dan Kodingareng Keke”
(wawancara pada tanggal 13 Juni 2015 pukul 09.30 WITA di
dermaga Popsa)

Gambar 14. Perahu Motor di Dermaga Popsa


Sumber: Hasil Dokumentasi Peneliti, 2015

Wisatawan dapat menuju ke Pulau Samalona melalui dermaga

Kayu Bangkoa dan dermaga Popsa dengan cara menyewa perahu motor
84

(pappalimbang atau jollorok) berkapasitas maksimal 10 orang. Jumlah

perahu motor yang tersedia terbilang cukup banyak sehingga tidak

terjadi penumpukan wisatawan di dermaga meski pada saat musim

liburan tiba. Tapi pemilik perahu motor yang tidak terorganisir dengan

baik menyebabkan wisatawan kebingungan karena pemilik kapal

berebut untuk mendapatkan pelanggan dan harga yang di tawarkan

sangat tinggi sehingga wisatawan harus melakukan tawar menawar

kepada pemilik perahu motor untuk memperoleh harga yang rendah.

Seperti yang jelaskan oleh Bapak A wisatawan domestik yang

berkunjung ke Pulau Samalona, bahwa :

“pemilik kapal berebutan menawarkan kapal mereka mulai saat


kami di depan dermaga hingga masuk ke parkiran. Membuat
kurang nyaman karena terkesan di paksa dan kami harus tawar
menawar dulu sampai dapat harga paling rendah. Awalnya
mereka bilang Rp 800.000 hingga sepakat Rp 400.000. sedikit
ribet dan merepotkan kalo harus tawar menawar dulu”
(wawancara pada tanggal 13 Juni 2015 pukul 13.00 WITA di
Pulau Samalona)

Gambar 15. Tempat Ibadah (Mushollah) di Pulau Samalona


Sumber: Hasil Dokumentasi Peneliti, 2015
85

Sarana pelengkap lain yang tersedia yaitu tempat ibadah berupa

Musholla yang didirikan oleh Hotel Purnama pada tahun 2002 terletak

di tengah-tengah Pulau Samalona. Selain itu, dari hasil wawancara

diketahui bahwa terdapat tanggul pemecah ombak di sebelah selatan

pulau yang di bangun oleh seorang pecinta pulau asal Kota Makassar

sebagai bentuk kepedulian terhadap kondisi Pulau Samalona. Beberapa

kelompok dan lembaga pecinta alam melakukan kegiatan rehabilitasi

terumbu karang dengan cara budidaya terumbu karang.

Gambar 16. Rehabilitasi Terumbu Karang Pulau Samalona


Sumber: Hasil Dokumentasi Peneliti, 2015

Pada tahun 2012, Yayasan Kalla bekerja sama dengan Dinas

Kelautan Perikanan Pertanian dan Peternakan Kota Makassar dan

Puslitbang Laut Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Universitas Hasanuddin

melakukan kegiatan rehabilitasi terumbu karang. Kegiatan serupa juga

dilakukan oleh Balai Pengelola Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL)


86

Makassar yang bekerjasama dengan Marinir dan Ekspedisi Nusantara

Jaya. Seperti yang di jelaskan oleh Bapak K masyarakat lokal Pulau

Samalona, bahwa :

“bantuan banyak datang dari pihak luar yang peduli terhadap


Pulau Samalona. Seperti mushollah sumbangan dari Hotel
Purnama sekitar tahun 2002 dan tanggul penahan ombak bantuan
dari seorang pecinta pulau dari kota. Sekitar tahun 2012 yang lalu
ada utusan dari Kementrian Kelautan dan Perikanan yang
mengajak masyarakat ikut membudidayakan terumbu karang
disekitar pulau ” (wawancara pada tanggal 13 Juni 2015 pukul
13.30 WITA di Pulau Samalona)

Tabel 4. Peran Pihak Swasta dalam Pengembangan Pulau Samalona

No Peran Swasta Kegiatan


1 PT. Comextra Majora 1. Penyediaan akomodasi Resort
Samalona untuk wisatawan
2. Pemberdayaan masyarakat sebagai
pengurus resort
3. Pemanfaatan usaha masyarakat lokal
sebagai fasilitas penginapan
2 Hotel Purnama Pembangunan tempat ibadah
(Mushollah) di Pulau Samalona
3 Yayasan Kalla Rehabilitasi terumbu karang dengan cara
budidaya terumbu karang
4 Pengusaha Transportasi Menyediakan transportasi untuk
memperlancar aksesibilitas dari Kota
Makassar menuju Pulau Samalona
5 Biro Perjalanan Mempromosikan Pulau Samalona
dengan membuat paket wisata
Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2015

c. Peran Masyarakat

Masyarakat dalam penelitian ini adalah masyarakat lokal pulau

Samalona. Pengembangan pariwisata harus melibatkan masyarakat

lokal yang berada di sekitar kawasan wisata. Masyarakat lokal yang


87

lebih mengetahui mengenai kondisi kawasan wisata tersebut.

Masyarakat dalam penelitian ini adalah masyarakat lokal yang tinggal

di Pulau Samalona. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan pariwisata di

Pulau Samalona sangat besar karena sumber mata pencaharian utama

berasal dari sektor pariwisata. Hampir semua fasilitas yang ada di Pulau

Samalona disediakan dan dikelola sendiri oleh masyarakat. Seperti yang

sampaikan oleh Bapak R masyarakat lokal sekaligus pemilik salah satu

usaha penginapan, bahwa:

“Kebanyakan teman-teman bekerja melayani pengunjung yang


datang liburan kesini, ada yang menyewakan bale-bale, alat
snorkeling, banana boat, mengurusi penginapan, membuka
warung, menyewakan alat diving dan mengantar ke titik
penyelaman. Ibu-ibu biasanya menjual makanan seperti pisang
goreng, ubi goreng, ikan bakar ciri khasnya masyarakat sini.”
(wawancara pada tanggal 8 Juni 2015 pukul 11.30 WITA di
Pulau Samalona)

Gambar 17. Penyewaan Peralatan Snorkeling di Pulau Samalona


Sumber: Hasil Dokumentasi Peneliti, 2015
88

Peningkatan jumlah wisatawan setiap tahunnya menyebabkan

masyarakat lebih memilih untuk mengelola pulau sebagai tempat wisata

karena penghasilan yang di dapat dari sektor pariwisata lebih besar

daripada hanya berprofesi sebagai nelayan. Karena inisiatif dan

kesadaran masyarakat lokal terhadap kegiatan pariwisata menyebabkan

peningkatan pendapatan dari segi ekonomi. Seperti yang dijelaskan oleh

Bapak K masyarakat lokal Pulau Samalona, bahwa:

“Dulu kita kan masih melaut, tapi sekarang ikan sudah kurang.
Pengunjung sekarang sudah semakin banyak. Dari 12 KK (Kartu
Keluarga) ada sekitar 82 orang anggota keluarga yang hidup dari
pengunjung” (wawancara pada tanggal 13 Juni 2015 pukul 13.30
WITA di Pulau Samalona)

Gambar 18. Kantin dan Losmen Samalona


Sumber: Hasil Dokumentasi Peneliti, 2015

Pendapat Bapak K di dukung oleh pendapat Ibu D masyarakat

lokal pemilik penginapan dan menjual makanan menjelaskan, bahwa :

“Biasanya saya dapat sekitar Rp 4.000.000,- setiap bulan dari


menyewakan penginapan dan menyediakan makanan.
89

Makanannya saya jual seharga Rp 35.000,- sepiring, pengunjung


memilih sendiri apa yang mau dimakan ada sayur, lauk ikan,
ayam, sambal” (wawancara pada tanggal 13 Juni 2015 pukul
10.30 WITA di Pulau Samalona)

Selain sebagai pengelola objek wisata Pulau Samalona,

masyarakat setempat biasanya menangkap ikan dan hasilnya akan dijual

langsung kepada wisatawan yang ada dipulau atau di konsumsi sendiri.

Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian dan Peternakan Kota Makassar

melakukan kegiatan pemberdayaan dan pengelolaan hasil laut terhadap

masyarakat lokal Pulau Samalona. Pengelolaan hasil laut tersebut

berupa pembuatan tambak untuk rumput laut dan ikan guna

memberdayakan masyarakat lokal dan menambah penghasilan

masyarakat selain dari sektor pariwisata. Selain sebagai pemilik Pulau

Samalona, masyarakat lokal terlibat penuh dalam kegiatan wisata di

Pulau Samalona sebagai pengelola pulau dan penyedia sarana

pariwisata merupakan salah satu faktor pendukung dalam

pengembangan Pulau Samalona. Namun masyarakat lokal juga menjadi

faktor penghambat pengembangan karena kemampuan masyarakat lokal

sebagai pengelola wisata belum kompeten.

2. Faktor pendukung dan penghambat peran stakeholder dalam kegiatan

pengembangan wisata Pulau Samalona

Terdapat tiga stakeholder pariwisata yang terlibat dalam

pengembangan Pulau Samalona yaitu pemerintah, pihak swasta, dan

masyarakat. Pemerintah yang dimaksud yaitu Dinas Pariwisata dan


90

Ekonomi Kreatif Kota Makassar (Disparekraf). Pemerintah melalui

Disparekraf memiliki wewenang dan tanggung jawab terhadap

pengembangan Pulau Samalona, seperti membuat kebijakan berupa

program dan kegiatan yang mendukung pengembangan. Diaprekraf dalam

mengembangkan Pulau Samalona mendapat bantuan dari pihak swasta

yaitu perusahaan-perusahaan maupun individu yang berkontribusi dalam

kegiatan pengembangan pariwisata di Pulau Samalona. Peran pihak swasta

yaitu meningkatkan produktifitas pariwisata di Pulau Samalona dengan

pengadaan sarana pariwisata, promosi, penyerapan tenaga kerja, CSR

(Corporate Social Responsibility), pengembangan usaha dan kemitraan

dengan masyarakat lokal pemilik usaha pariwisata.

Selain peran Disparekraf dan pihak swasta, dalam pengembangan

pariwisata sangat penting untuk melibatkan masyarakat lokal disekitar

objek wisata yaitu masyarakat lokal Pulau Samalona. Masyarakat lokal

berperan dalam pengelolaan pulau dan ketersediaan fasilitas penunjang

kegiatan wisata di Pulau Samalona. Namun dalam hal pelayanan,

masyarakat masih belum profesional sebagai pelaku wisata saat

memberikan pelayanan kepada wisatawan.

Berdasarkan peran masing-masing stakeholder yang terlibat maka

dapat dilakukan analisis untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan

penghambat dalam pengembangan Pulau Samalona sebagai destinasi

wisata bahari, yaitu:


91

a. Faktor Pendukung

1) Peran aktif dan kesadaran masyarakat lokal dalam pengelolaan

Pulau Samalona.

Faktor pendukung yang pertama yaitu masyarakat terlibat

aktif dalam kegiatan wisata di Pulau Samalona. Keterlibatan

masyarakat dengan cara berpartisipasi secara langsung dalam

mengelola Pulau Samalona. Peran masyarakat yaitu menyediakan

sarana pariwisata dan melayani wisatawan. Terdapat beberapa

sarana pariwisata yang disediakan oleh masyarakat yaitu

penginapan, warung makan, tempat istirahat (bale-bale), persewaan

alat snorkeling, permainan bananaboat, tour guide bagi yang ingin

snorkeling, memancing, diving, dan keliling pulau dengan perahu.

Dapat dikatakan bahwa masyarakat mengelola Pulau Samalona

secara mandiri karena hampir semua sarana pariwisata yang tersedia

merupakan milik masyarakat lokal dan dikelola sendiri oleh

masyarakat. Seperti yang dijelaskan oleh K selaku Kepala Bidang

Pengembangan Usaha Pariwisata Disparekraf bahwa:

“pengelolaan semuanya dilakukan oleh masyarakat.


Masyarakat berpikir mereka yang punya (pemilik) pulau jadi
kami hanya mengarahkan saja. Semua aktivitas wisata di
Pulau Samalona masyarakat semua yang mengurus. Banyak
masyarakat yang akhirnya membuka usaha karena banyak
wisatawan yang datang” (wawancara pada tanggal 8 Juni
2015 pukul 10.00 WITA di Kantor Dinas Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif Kota Makassar)

Pengelolaan Pulau Samalona sepenuhnya dikelola oleh

masyarakat lokal yang tinggal di Pulau Samalona. Tidak banyak


92

campur tangan dari pemerintah maupun swasta karena adanya klaim

dari masyarakat tentang kepemilikan pulau sehingga hal tersebut

menyebabkan pengelolaan Pulau Samalona masih kurang

profesional. Namun di luar dari itu , masyarakat juga aktif turut

serta dalam mengikuti berbagai kegiatan operasional pantai seperti

budidaya terumbu karang dan menjaga kebersihan pantai.

2) Kerjasama pihak swasta yang medukung pengembangan Pulau

Samalona

Keterlibatan pihak swasta sangat membantu dalam

pengembangan wisata di Pulau Samalona. Seperti dalam hal

aksesibilitas, terdapat usaha transportasi berupa perahu motor yang

memudahkan wisatawan untuk mencapai pulau. Tidak hanya itu

dengan adanya transportasi tersebut juga memperlancar aksesibilitas

dari kota ke pulau dan masyarakat juga di mudahkan dalam hal

pemenuhan kebutuhan. Seperti yang dijelaskan oleh Ibu D

masyarakat lokal pemilik usaha penginapan dan usaha makanan,

bahwa :

“biasanya kalo ada keperluan mendadak seperti bahan


makanan kami ikut sama kapal yang baru datang bawa
penumpang dan ingin kembali lagi ke kota, kemudian kalo
pulang juga ikut sama kapal yang mau ke pulau buat
mengantar atau menjemput penumpang” (wawancara pada
tanggal 13 Juni 2015 pukul 10.30 WITA di Pulau Samalona)

Selain transportasi, pihak swasta juga berperan dalam

pengadaan akomodasi dan pemenuhan fasilitas yang ada di pulau.


93

Terdapat sebuah resort dengan fasilitas lengkap milik PT. Comextra

Majora yang mempekerjakan masyarakat lokal sebagai pengurus

resort. Keberadaan resort tersebut memberdayakan masyarakat

sebagai tenaga kerja sekaligus memenuhi kebutuhan wisatawan

akan tempat tinggal selama melakukan kegiatan wisata. Pemenuhan

fasilitas oleh pihak swasta berupa tempat ibadah serta pembuatan

tanggul pemecah ombak dan budidaya terumbu karang sebagai

bentuk kepedulian terhadap keberlanjutan Pulau Samalona sebagai

tempat wisata. Seperti yang telah dijelaskan oleh Bapak W

wisatawan domestik yang berkunjung ke Pulau Samalona, bahwa:

“dibanding sewaktu saya snorkeling pertama kali tahun 2011


yang lalu di tempat ini terumbu karangnya sudah terlihat
lebih sehat sekarang, saya sempat membaca berita ada
peremajaan terumbu karang di Pulau samalona, mungkin
itulah yang saya lihat” (wawancara pada tanggal 13 Juni 2015
pukul 12.30 WITA di Pulau Samalona)

b. Faktor Penghambat

1) Pengetahuan masyarakat lokal tentang layanan jasa wisata dan

pengelolaan lingkungan masih kurang

Pulau Samalona masih dikelola secara sederhana oleh

masyarakat lokal karena pengetahuan masyarakat tentang pariwisata

masih sangat terbatas terutama tentang wisata bahari. Kemampuan

masyarakat (softskill) sebagai pelaku pariwisata masih sangat

kurang seperti kemampuan berbahasa asing dan pertunjukan

kebudayaan, pelayanan prima, dan pengetahuan tentang wisata


94

bahari. Pemikiran masyarakat lokal masih cenderung pada

keuntungan finansial tanpa menilai kepuasan wisatawan dengan

pelayanan yang diberikan. Seperti yang telah dijelaskan oleh Ibu S

wisatawan domestik yang berkunjung ke Pulau Samalona, bahwa:

“sewaktu datang kami duduk di bale-bale untuk beristirahat


sejenak, beberapa saaat kemudian kami memutuskan untuk
berkeliling tapi tiba-tiba ada ibu yang menagih kami uang
sewa untuk bale-bale itu, saya merasa tidak adil karena kami
tidak tahu bahwa tempat itu disewakan, tidak ada
pemberitahuan sebelumnya mengenai tarif sewa dan tidak
ada kesepakatan bahwa kami akan menyewanya”
(wawancara pada tanggal 13 Juni 2015 pukul 14.00 WITA di
Pulau Samalona)

Gambar 19. Lokasi Pembakaran Sampah di Pulau Samalona


Sumber: Hasil Dokumentasi Peneliti, 2015

Masih rendahnya peran serta masyarakat akan sadar wisata

dan sapta pesona merupakan salah satu kendala bagi pengembangan

Pulau Samalona menjadi destinasi wisata bahari di Kota Makassar.

Selain itu, kepedulian dan kesadaran masyarakat tentang lingkungan


95

juga masih kurang. Beberapa kendala tersebut yaitu pengelolaan

sampah seadanya yang dibiarkan menumpuk di sebelah utara pulau

dan dibakar. Kondisi seperti itu menyebabkan pemandangan pulau

yang kurang indah untuk di pandang, polusi udara akibat asap

pembakaran, serta pencemaran lingkungan. Hal tersebut juga akan

berdampak pada kenyamanan wisatawan yang sedang berwisata di

pulau. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang

wisata bahari dan dampaknya terlihat dari masyarakat yang tidak

memberikan arahan atau informasi kepada wistawan yang datang ke

pulau mengenai informasi pulau atau tata cara snorkeling yang

benar sehingga dapat meminimalisir resiko kerusakan terumbu

karang yang ada disekitar pulau. Seperti yang telah dijelaskan oleh

Bapak W wisatawan domestik yang berkunjung ke Pulau Samalona,

bahwa:

“ada beberapa terumbu karang yang sudah mati dan terlihat


beberapa sampah di sela-sela terumbu karang. Terumbu
karang yang mati sebagian besar terdapat di lokasi perairan
dangkal yang berjarak dekat dengan pulau, mungkin tidak
sengaja di injak oleh wisatawan” (wawancara pada tanggal
13 Juni 2015 pukul 12.30 WITA di Pulau Samalona)

2) Peran Disparekraf Kota Makassar masih belum maksimal

Peran Disparekraf Kota Makassar dalam pengembangan

Pulau Samalona sebagai destinasi wisata bahari masih belum

maksimal. Program dan kegiatan pengelolaan pembangunan

pariwisata Kota Makassar yang tercantum dalam Rencana Strategis


96

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata periode 2009-2014 sudah

terlaksana dengan baik namun hasilnya belum maksimal khususnya

pada Pulau Samalona. Sarana prasarana pariwisata yang ada di

Pulau Samalona belum terpenuhi dengan baik seperti air bersih

yang diharus di usahakan sendiri oleh masyarakat dengan cara

membeli langsung di kota setiap minggu. Ketersediaan listrik juga

masih terbatas hanya beroperasi pada pukul 18.00-22.00 WITA.

Sarana komunikasi nirkabel yang tersedia hanya satu jaringan

operator yaitu Telkomsel, sementara jaringan komunikasi dapat

dikatakan sebagai salah satu kebutuhan utama wisatawan karena

jika ingin kembali ke kota maka wisatawan harus menghubungi

pemilik kapal untuk di jemput di pulau. Seperti yang telah

dijelaskan oleh Ibu S wisatawan domestik yang berkunjung ke

Pulau Samalona, bahwa:

“saya ingin pulang tapi kesusahan mencari jaringan untuk


menghubungi pemilik kapal, yang tersedia hanya jaringan
Telkomsel sementara saya kan bukan pengguna operator
Telkomsel” (wawancara pada tanggal 13 Juni 2015 pukul
14.00 WITA di Pulau Samalona)
97

Gambar 20. Fasilitas Keselamatan di Pulau Samalona


Sumber: Hasil Dokumentasi Peneliti, 2015

Belum tersedia fasilitas kesehatan dan keselamatan yang

memadai di Pulau Samalona. Fasilitas keselamatan yang tersedia

hanya pelampung yang disediakan oleh masyarakat. Selain

beberapa sarana prasarana yang masih perlu di benahi, sumber daya

manusia yaitu masyarakat yang tinggal di Pulau Samalona masih

harus di tingkatkan kompetensi dan kualitasnya sebagai pelaku

pariwisata. Pemahaman masyarakat tentang sadar wisata dan sapta

pesona yang masih kurang juga harus dibenahi, salah satu

penyebabnya yaitu kurangnya kontrol dan pengawasan dari pihak

Disparekraf terhadap masyarakat lokal Pulau Samalona. Seperti

yang dijelaskan oleh Bapak K masyarakat lokal Pulau Samalona,

bahwa:

“orang-orang dari dinas pariwisata jarang datang kesini, baru


datang kalo ada yang mau di bangun atau diperbaiki, seperti
perbaikan dermaga beberapa tahun yang lalu. Pernah juga
datang kasi sosialisasi sama masyarakat disini” (wawancara
98

pada tanggal 13 Juni 2015 pukul 13.30 WITA di Pulau


Samalona)

3) Kerjasama dan koordinasi antar stakeholder pariwisata masih

kurang

Kerjasama dan kooordinasi antara stakeholder pariwisata

dalam pengembangan Pulau Samalona masih kurang, baik antara

masyarakat dan pemerintah, masyarakat dan pihak swasta, maupun

pemerintah dan pihak swasta. Pertama, antara masyarakat dan pihak

pemerintah yaitu Disparekraf yang mengalami kesulitan dalam

mengarahkan dan memberi pemahaman tentang sadar wisata

kepada masyarakat lokal Pulau Samalona. Adanya klaim dari

masyarakat bahwa Pulau Samalona merupakan milik masyarakat

menjadi salah satu penyebab masyarakat susah untuk menerima

masukan. Hal tersebut juga menyebabkan pemerintah jarang terlihat

di Pulau Samalona sehingga kontrol dan pengawasan terhadap

pengelolaan Pulau Samalona sangat kurang. Seperti yang telah

dijelaskan Bapak K selaku Kepala Bidang Pengembangan Usaha

Pariwisata, bahwa:

“masyarakat susah untuk diberitahu karena merasa sebagai


pemilik Pulau Samalona, kami sudah menyediakan sarana
yang layak seperti tempat istirahat (bale-bale), toilet umum,
renovasi penginapan, demaga dan lain-lain tapi tetap saja
masyarakat memasang harga yang tinggi. Jika harga yang
ditawarkan tinggi maka wisatawan kurang berminat untuk
tinggal berlama-lama disana dan berpikir dua kali untuk
datang lagi. Disparekraf juga sudah melakukan sosialisasi
sapta pesona kepada masyarakat, tapi sangat susah untuk
99

mengubah pemikiran masyarakat” (wawancara pada tanggal


8 Juni 2015 pukul 10.00 WITA di Pulau Samalona)

Kedua, antara masyarakat dan pihak swasta yaitu tidak ada

kemitraan antara pihak swasta dan masyarakat yang mendorong

jiwa kreatifitas dan kewirausahaan masyarakat. Posisi pulau yang

dekat dengan Kota Makassar harusnya lebih menarik pihak swasta

untuk melakukan investasi karena saat ini masih ada beberapa

keterbatasan seperti pendidikan, kesehatan, aksesibilitas, sarana dan

prasaranan dasar (listrik, air bersih, telekomunikasi). Ketiga, antara

pemerintah dan pihak swasta yaitu tidak ada upaya yang dilakukan

oleh pemerintah khususnya disparekraf untuk menertibkan pemilik

perahu motor yang berebutan penumpang di Dermaga Popsa. Jika

dibiarkan seperti itu tidak menutup kemungkinan terjadi

perselisihan antara para pemilik perahu motor. Wisatawan juga

merasa kurang nyaman karena cara menawarkan terkesan memaksa

dan harus tawar menawar untuk memperoleh tarif yang lebih

murah.

C. Pembahasan

1. Peran stakeholder pariwisata dalam kegiatan pengembangan Pulau

Samalona

a. Peran Pemerintah

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam

mengembangkan objek wisata yang ada di Kota Makassar khususnya


100

Disparekraf dengan cara membuat kebijakan berupa rencana strategis

sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas. Disparekraf Kota

Makassar telah melaksanakan berbagai program dan kegiatan

pengelolaan dan pembangunan sesuai dengan Rencana Strategis

periode 2009-2014. Upaya pengembangan Pulau Samalona yang telah

dilakukan oleh Disparekraf diantaranya yaitu pembangunan dan

rehabilitasi sarana dan prasarana pariwisata seperti rehabilitasi

dermaga dan penginapan milik masyarakat, pembangunan tanggul

penahan ombak, dan sarana pendukung. Selain itu, Disparekraf juga

berupaya meningkatkan kompetensi dan kualitas SDM dengan cara

melakukan pembinaan sumberdaya manusia pada masyarakat lokal,

dan melakukan promosi wisata melalui pameran dan mengadakan

event.

Prasarana pariwisata adalah sumber daya alam dan sumber

daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam

perjalanannya di daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air,

telekomunikasi, terminal, jembatan, dan lain sebagainya (Suwantoro,

2004:21). Prasarana yang tersedia di Pulau Samalona yaitu dermaga,

instalasi listrik oleh PLN, telekomunikasi, air bersih. Kondisi

prasarana yang tersedia di Pulau Samalona masih seadanya tapi cukup

lengkap di bandingkan dengan pulau lain yang ada di wilayah Kota

Makassar. Menurut Christie Mill dalam Sammeng (2001:86) sarana

pariwisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang


101

diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati

perjalanan wisatanya. Ada tiga bagian yang penting dalam sarana

kepariwisataan (Yoeti, 1996:199), yaitu sarana pokok pariwisata,

sarana pelengkap pariwisata, dan sarana penunjang pariwisata. Sarana

yang tersedia di Pulau Samalona terbilang lengkap namun masih

sebatas sarana pokok seperti akomodasi, warung makan, persewaan

alat snorkeling, toilet umum, dan lain sebagainya.

Berdasarkan UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan,

pasal 30 bahwa pemerintah kabupaten/kota berwenang

menyelenggarakan bimbingan masyarakat sadar wisata. Dijelaskan

bahwa sangat penting agar masyarakat lokal paham tentang sadar

wisata maka sudah menjadi tugas pemerintah untuk melakukan

bimbingan kepada masyarakat lokal. Disparekraf mengadakan

workshop bersama masyarakat Pulau Samalona untuk memberikan

pemahaman kepada masyarakat tentang pariwisata khususnya sadar

wisata. Workshop tersebut juga menjadi salah satu upaya dari

Disparekraf untuk mewujudkan langkah strategis dalam rangka

membangun daya saing yaitu menjadi tuan rumah yang baik bagi

wisatawan, memperlakukan wisatawan secara baik, menyiapkan dan

membangun nuansa dan kawasan wisata yang nyaman.

Promosi merupakan salah satu kegiatan penting yang harus

dilakukan untuk memperkenalkan objek dan daya tarik wisata kepada

masyarakat luas. Salah satu upaya pengembangan yang dilakukan


102

pemerintah yaitu melakukan kegiatan promosi wisata sebagai bentuk

publikasi agar Pulau Samalona dapat dikenal oleh masyarakat. Bentuk

kegiatan promosi yang dilakukan Disparekraf yaitu mengadakan event

dan ikut serta dalam berbagai pameran. Kegiatan promosi merupakan

salah satu langkah strategi Disparekraf untuk membangun daya saing.

b. Peran Swasta

Parisipasi pihak swasta sangat penting dalam pengembangan

wisata sebagai pelaku di bidang usaha pariwisata. Peran pihak swasta

yaitu meningkatkan produktifitas pariwisata dengan pengadaan

sarana prasarana pariwisata, penyerapan tenaga kerja, CSR

(Corporate Social Responsibility), pengembangan usaha dan

kemitraan dengan masyarakat lokal pemilik usaha pariwisata.

Keterlibatan pihak swasta diharapkan menjadi salah satu solusi untuk

mengatasi permasalahan yang ada di Pulau Samalona. Pihak swasta

yang terlibat dalam pengembangan Pulau Samalona yaitu individu dan

perusahaan.

Keterlibatan pihak swasta dalam pengembangan Pulau

Samalona terdapat dalam PERDA Kota Makassar No. 5 tahun 2011

tentang tanda daftar usaha pariwisata, pasal 9 bahwa Setiap

pengusaha pariwisata berhak mendapatkan kesempatan yang sama

dalam berusaha dibidang kepariwisataan. Bentuk kontribusi pihak

swasta terhadap pengembangan Pulau Samalona yaitu pembangunan


103

Resort Samalona yang dilakukan oleh PT.Comextra Majora,

dukungan pemasaran dari biro perjalanan (travel agent) dengan

membuat paket wisata, dan pengadaan transportasi berupa perahu

motor oleh individu yaitu masyarakat Kota Makassar. Pihak swasta

juga memberikan bantuan sarana berupa tempat ibadah (musholla)

yang dibangun di tengah pulau oleh Hotel Purnama.

Dari hasil wawancara kepada masyarakat lokal diketahui

bahwa terdapat tanggul pemecah ombak di sebelah selatan pulau dari

seorang pecinta pulau dari Kota Makassar yang peduli terhadap

keberlanjutan Pulau Samalona sebagai salah satu tujuan wisata bahari.

Selain itu, pihak swasta yang terdiri dari beberapa kelompok dan

lembaga pecinta alam melakukan kegiatan rehabilitasi terumbu karang

dengan cara budidaya terumbu karang sebagai bentuk kepedulian

terhadap kelestarian sumberdaya alam. Pada tahun 2012, Yayasan

Kalla bekerja sama dengan Dinas Kelautan Perikanan Pertanian dan

Peternakan Kota Makassar bersama Puslitbang Laut Pesisir dan Pulau-

Pulau Kecil Universitas Hasanuddin melakukan kegiatan rehabilitasi

terumbu karang. Kegiatan serupa juga dilakukan oleh Balai Pengelola

Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar yang bekerjasama

dengan Marinir dan Ekspedisi Nusantara Jaya.


104

c. Peran Masyarakat

Tujuan pengembangan pariwisata di suatu daerah salah

satunya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di

daerah tersebut. Rencana pengembangan kawasan wisata bahari

dikaitkan dengan berbagai kepentingan seperti pemberdayaan

masyarakat lokal. Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang

memiliki banyak pengetahuan tentang kondisi wilayahnya.

Pengembangan kawasan wisata bahari harus dimulai dengan

pendekatan terhadap masyarakat setempat sebagai suatu model

pendekatan perencanaan partisipatif yang menempatkan masyarakat

pesisir untuk saling berbagi, meningkatkan pengetahuan mereka

tentang bahari dan kehidupan pesisir, serta membuat rencana dan

bertindak (Sastrayuda, 2010).

Masyarakat pesisir dalam penelitian ini adalah masyarakat

lokal yang tinggal di Pulau Samalona. Peran masyarakat dalam

kegiatan pariwisata di Pulau Samalona sangat besar karena sumber

mata pencaharian utama masyarakat berasal dari sektor pariwisata.

Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan wisata di Pulau Samalona

dilakukan atas inisiatif masyarakat sendiri karena profesi sebagai

nelayan dirasa kurang produktif lagi sementara jumlah wisatawan

yang berkunjung ke Pulau Samalona mengalami peningkatan setiap

tahunnya. Terdapat 12 keluarga dengan total 82 orang yang


105

mengandalkan sektor pariwisata sebagai sumber penghasilan untuk

menopang hidup sehari-hari.

Menurut Wearing dalam Sunaryo (2013:218) masyarakat

sebagai salah satu stakeholder penting untuk dilibatkan dalam

pembangunan kepariwisataan sebagai tolak ukur keberhasilan jangka

panjang suatu industri pariwisata yang tergantung pada penerimaan

dan dukungan masyarakat lokal. Masyarakat lokal berperan dalam

pengelolaan Pulau Samalona dengan menyediakan sarana pariwisata

dan memberikan pelayanan. Selain sebagai pengelola Pulau

Samalona, masyarakat setempat biasanya menangkap ikan dan

hasilnya akan dijual langsung kepada wisatawan yang ada dipulau

atau di konsumsi sendiri. Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian dan

Peternakan Kota Makassar melakukan kegiatan pemberdayaan dan

pengelolaan hasil laut terhadap masyarakat lokal Pulau Samalona.

Pengelolaan hasil laut tersebut berupa pembuatan tambak untuk

rumput laut dan ikan guna memberdayakan masyarakat lokal dan

menambah penghasilan masyarakat selain dari sektor pariwisata.

2. Faktor pendukung dan penghambat peran stakeholder dalam kegiatan

pengembangan Pulau Samalona

Pengembangan pariwisata melibatkan stakeholder yang ada dan

terkait sehingga sangat penting untuk mengetahui stakeholder yang terlibat

berdasarkan peran dan fungsinya masing-masing. Stakeholder yang


106

pertama yaitu pemerintah mempunyai fungsi yaitu sebagai penyedia

layanan (fasilitator) yang berorientasi kepada masyarakat dan lingkungan,

sebagai regulator atau pembuat peraturan, dan pengkoordinasian atau

mensinergikan ketiga stakeholder. Disparekraf dalam mengembangkan

Pulau Samalona harus mengetahui peran dan menjalankan fungsinya

dengan baik.

Kedua yaitu pihak swasta sebagai pelaku usaha pariwisata yang

memiliki sumber daya, modal dan jaringan dapat menjalankan peran dan

fungsinya sebagai pengembang dan pelaksana pembangunan kegiatan

kepariwisataan. Kerjasama pihak swasta dalam pengembangan Pulau

Samalona tidak hanya berorientasi kepada keuntungan ekonomi melainkan

berperan dalam promosi, pemberdayaan masyarakat, dan CSR. Ketiga

yaitu masyarakat lokal sebagai pengelola Pulau Samalona harus siap

menjadi pelaku wisata yang profesional. Pemberian pelayanan yang baik

oleh masyarakat lokal sebagai tuan rumah akan memberikan kesan baik

kepada wisatawan yang berkunjung.

Stakeholder dalam menjalankan peranannya masing-masing

terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi faktor pendukung

pengembangan dan akan timbul kendala-kendala yang menjadi faktor

penghambat pengembangan Pulau Samalona sebagai destinasi wisata

bahari, yaitu:
107

a. Faktor Pendukung

3) Peran aktif dan kesadaran masyarakat lokal dalam pengelolaan

Pulau Samalona

Pengembangan kawasan wisata bahari berpusat pada

masyarakat dan lebih menekankan pada pemberdayaan, yang

menjadikan potensi masyarakat sebagai sumber daya utama dalam

pembangunan dan memandang kebersamaan sebagai tujuan yang

akan dicapai dalam proses pembangunan. Dalam rangka

pengelolaan kawasan wisata bahari maka salah satu prinsip dasar

yang harus dikembangkan adalah prinsip co-ownership yaitu bahwa

kawasan wisata bahari adalah milik bersama untuk itu ada hak-hak

masyarakat di dalamnya yang harus diakui namun juga

perlindungan yang harus dilakukan bersama (Sastrayuda, 2010).

Sudah menjadi hak masyarakat lokal untuk turut

berpartisipasi dalam kegiatan wisata di Pulau Samalona dalam

mengambil keuntungan namun tetap memperhatikan nilai-nilai adat

dan budaya yang berlaku serta menjaga kelestarian lingkungan.

Masyarakat mengelola Pulau Samalona secara mandiri karena

hampir semua sarana pariwisata yang tersedia merupakan milik

masyarakat lokal dan dikelola sendiri oleh masyarakat. Adanya

kegiatan parwisata di Pulau Samalona menumbuhkan kreatifitas

masyarakat lokal dalam menciptakan usaha di bidang pariwisata.

Seperti yang telah di jelaskan oleh Hadiwijoyo (2012:1) bahwa


108

pariwisata hendaknya mampu mendorong masyarakat untuk

berpartisipasi secara aktif dalam rangka mencapai tujuan

kesejahteraan yang diinginkan. Semua masyarakat yang tinggal di

Pulau Samalona terlibat dalam aktifitas pariwisata dengan cara

membuat usaha pariwisata dan mengelolanya. Beberapa keluarga

memiliki dua rumah dan menjadikan salah satu rumah sebagai

penginapan, sementara beberapa keluarga hanya menyewakan

kamar. Selain penginapan, masyarakat juga membuka usaha

kuliner, persewaan alat snorkeling, sebagai guide bagi yang ingin

melakukan snorkeling dan diving.

Masyarakat juga berperan dalam memeliharaan kebersihan

pantai, membuat jalan setapak untuk memudahkan wisatawan

untuk berkeliling pulau, terlibat dalam berbagai kegiatan yang di

adakan di pulau seperti kegiatan rehabilitasi terumbu karang.

Karena inisiatif dan kesadaran masyarakat lokal terhadap kegiatan

pariwisata menyebabkan peningkatan pendapatan dari segi

ekonomi. Bentuk keterlibatan masyarakat dalam pengembangan

tidak hanya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

melainkan berguna untuk membangun pribadi dan pemikiran

masyarakat yang lebih berkembang.


109

4) Kerjasama pihak swasta yang medukung pengembangan Pulau

Samalona

Tidak dapat di pungkiri bahwa pihak swasta merupakan

salah satu stakeholder yang memiliki peran penting dalam

pengembangan kawasan wisata bahari. Pelaku sektor swasta

mencakup perusahaan yang aktif dalam interaksi sistem pasar,

seperti: industri pengolahan (manufacturing), perdagangan,

perbankan, dan koperasi termasuk juga kegiatan sektor swasta

informal. Peranan sektor swasta sangat penting dalam pola

kepemerintahan dan pembangunan, karena perannya sebagai

peluang untuk meningkatkan produktivitas, penyerapan tenaga

kerja, sumber penerimaan, investasi publik, pengembangan usaha,

dan pertumbuhan ekonomi. Peran sektor swasta sangat menonjol

untuk menciptakan konsisi kemakmuran rakyat melalui penyerapan

tenaga kerja melalui penyediaan lapangan kerja, peningkatan

produksi, peningkatan penerimaan pemerintah (Sjamsuddin, 2006:

24-27).

Seperti dalam hal aksesibilitas, terdapat usaha transportasi

berupa perahu motor yang memudahkan wisatawan untuk mencapai

objek wisata. Tidak hanya itu dengan adanya transportasi tersebut

juga memperlancar aksesibilitas dari kota ke pulau dan masyarakat

juga di mudahkan dalam hal pemenuhan kebutuhan. Selain

tansportasi, pihak swasta juga berperan dalam pengadaan


110

akomodasi dan pemenuhan fasilitas yang ada di pulau. Terdapat

sebuah resort dengan fasilitas lengkap milik PT. Comextra Majora.

Pemenuhan fasilitas oleh pihak swasta berupa tempat ibadah serta

pembuatan tanggul pemecah ombak dan budidaya terumbu karang

sebagai bentuk kepedulian terhadap keberlanjutan Pulau Samalona

sebagai tempat wisata.

Salah satu peran pihak swasta terdapat pada PERDA Kota

Makassar No. 5 tahun 2011 tentang tanda daftar usaha pariwisata,

pasal 13 bahwa setiap pengusaha pariwisata berkewajiban

mengutamakan penggunaan produk masyarakat setempat, produk

dalam negeri, dan memberikan kesempatan kepada tenaga kerja

lokal. PT. Comextra Majora melakukan kesepakatan kepada

masyarakat lokal dan memberdayakan masyarakat sebagai tenaga

kerja yang mengurus Resort Samalona dan memberi pelayanan

kepada wisatawan. Penyewaan Resort Samalona sudah termasuk

permainan bananaboat dan perlengkapan snorkeling, makanan, dan

transportasi. Seluruh fasilitas yang diperoleh merupakan milik

masyarakat lokal kecuali Resort. Pemanfaatan fasilitas milik

masyarakat merupakan suatu dukungan dari pihak PT.Comextra

Majora terhadap keberadaan usaha masyarakat lokal.


111

b. Faktor Penghambat

1) Pengetahuan masyarakat lokal tentang layanan jasa wisata dan

pengelolaan lingkungan masih kurang

Kontribusi masyarakat dalam sektor pariwisata harus

didukung dengan kemampuan individu yang berkualitas di bidang

pariwisata. Menurut Dahuri dalam Whardono (2014:2-7) agar

pariwisata bahari benar-benar menjadi salah satu penopang

perekonomian negara secara berkelanjutan (an economically

sustainable area/ecosystem), maka pariwisata bahari harus di

bangun dengan strategi yang terencana dan bervisi jangka panjang.

Salah satunya yaitu menciptakan kualitas SDM yang tangguh di

bidang pariwisata bahari, baik skill-nya, kemampuan dalam inovasi,

adaptabilitas dalam menghadapi berbagai perubahan lingkungan

eksternal, budaya kerja dan tingkat pendidikan, serta tingkat

pemahaman terhadap permasalahan strategis dan konsep yang akan

dilaksanakannya.

Salah satu program pemerintah yang terdapat dalam Renstra

Disbudpar periode 2009-2014 yaitu meningkatkan kompetensi dan

kualitas SDM agar mampu melaksanakan program secara optimal

dengan kompetensi pelayanan publik yang tinggi. Namun saat ini

Pulau Samalona masih dikelola secara sederhana oleh masyarakat

lokal karena pengetahuan masyarakat tentang pariwisata masih

sangat terbatas terutama tentang wisata bahari. Kemampuan


112

(softskill) masyarakat lokal Pulau Samalona sebagai pelaku

pariwisata masih sangat kurang seperti kemampuan berbahasa

asing, pelayanan prima, sadar wisata (sapta pesona), potensi budaya

daerah, dan pengetahuan tentang wisata bahari. Pemikiran

masyarakat lokal masih cenderung pada keuntungan finansial

sehingga pelayanan yang diberikan kurang memuaskan bagi

wisatawan.

Masih rendahnya peran serta masyarakat akan sadar wisata

dan sapta pesona merupakan salah satu kendala bagi pengembangan

Pulau Samalona menjadi destinasi wisata bahari di Kota Makassar.

Sementara itu, Sapta Pesona merupakan penjabaran dari konsep

sadar wisata yang terkait dengan dukungan dan peran masyarakat

sebagai tuan rumah atau penyelenggara pariwisata dalam upayanya

menciptakan lingkungan yang mendukung dan suasana yang

kondusif agar mampu mendorong tumbuh dan berkembangnya

industri pariwisata melalui perwujudan tujuh unsur yang terdapat

dalam sapta pesona. Sapta Pesona terdiri dari tujuh unsur yaitu

aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah tamah dan kenangan. Sapta

Pesona dan tujuan pelaksanaanya begitu luas dan tidak untuk

kepentingan pariwisata semata. Memasyarakatkan dan

membudidayakan Sapta Pesona dalam kehidupan sehari-hari

mempunyai tujuan yang jauh lebih luas, yaitu untuk meningkatkan

disiplin nasional dan jati diri bangsa yang juga akan meningkatkan
113

citra baik bangsa. Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan

pendekatan yang tepat kepada masyarakat lokal Pulau Samalona

sehingga masyarakat dapat memahami dan menerapkan Sapta

Pesona dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu solusi untuk mengatasi lemahnya pengelolaan

Pulau Samalona yaitu dengan membuat sebuah lembaga masyarakat

atau kelompok sadar wisata dengan struktur organisasi pengelola

yang jelas dan terbagi dalam beberapa kelompok kerja. Dengan

demikian maka tugas dan tanggung jawab masyarakat sebagai

pengelola menjadi lebih jelas karena terorganisir dengan baik. Hal

tersebut juga memudahkan pihak pemerintah dan pihak swasta

untuk berkomunikasi dan mengarahkan masyarakat masyarakat.

Tanggung jawab masyarakat tidak hanya dalam hal

pelayanan dan pengelolaan melainkan harus menjaga kelestarian

kawasan wisata sebagai sumber daya alam. Dalam rangka

pengelolaan kawasan wisata bahari maka salah satu prinsip dasar

yang harus dikembangkan adalah prinsip co-responsibility yaitu

bahwa keberadaan kawasan wisata bahari menjadi tanggung jawab

bersama karena pengelolaan kawasan wisata bahari merupakan

tujuan bersama (Sastrayuda, 2010). Pengetahuan dan kesadaran

masyarakat lokal Pulau Samalona tentang wisata bahari dan

dampaknya masih kurang, terlihat dari masyarakat yang kurang

peduli dengan tidak memberikan arahan atau informasi kepada


114

wistawan yang datang ke pulau mengenai informasi pulau atau tata

cara snorkeling yang benar sehingga dapat meminimalisir resiko

kerusakan terumbu karang yang ada disekitar pulau. Seharusnya

pengembangan kawasan wisata bahari menjadi satu bentuk

pengelolaan kawasan wisata yang berupaya untuk memberikan

manfaat. Manfaat yang utama bagi upaya perlindungan dan

pelestarian serta pemanfaatan potensi dan lingkungan sumber daya

kelautan. Sementara itu, pihak masyarakat dapat merasakan

manfaatnya secara langsung pada usaha pariwisata melalui

terbukanya kesempatan kerja dan usaha yang akan mampu

meningkatkan pendapatan masyarakat dan kualitas hidup

masyarakat.

2) Peran Disparekraf Kota Makassar masih belum maksimal

Pemerintah sesuai dengan tugas dan kewenangannya

menjalankan peran dan fungsinya sebagai fasilitator dan pembuat

peraturan (regulator) dalam kegiatan pembangunan kepariwisataan.

Program dan kegiatan pengelolaan pembangunan pariwisata Kota

Makassar yang tercantum dalam Rencana Strategis Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata periode 2009-2014 sudah terlaksana

dengan baik namun hasilnya belum maksimal khususnya Pulau

Samalona. Kinerja yang belum maksimal dapat dilihat dari segi


115

kondisi sarana prasarana, sumberdaya manusia, promosi pariwisata

dan pengemasan objek dan daya tarik wisata.

Salah satu kegiatan Disparekraf yaitu pengembangan sarana

dan prasarana yang layak bagi sebuah kawasan wisata. Kontribusi

pemerintah khususnya Disparekraf dalam pengadaan prasarana

tidak begitu banyak. Dermaga Pulau Samalona tidak direhabilitasi

secara total melainkan hanya bagian depan dermaga saja sehingga

wisatawan yang datang ke pulau yang seharusnya di turunkan di

dermaga harus turun di bibir pantai. Bagian tengah dan belakang

dermaga yang terbuat dari kayu kondisinya sudah tidak layak

karena sebagian besar bagian dermaga yang terbuat dari kayu sudah

hilang atau hancur akibat cuaca dan usia dermaga yang memang

sudah tua. Kondisi serupa terjadi pada Dermaga Popsa dan

Dermaga Kayu Bangkoa yang kondisinya kurang layak karena

sudah lama tidak direhabilitasi. Seharusnya pemerintah lebih

memperhatikan hal ini karena aksesibilitas merupakan salah satu

unsur pariwisata yang harus terpenuhi. Selain itu, Dermaga Popsa

dan Dermaga Kayu Bangkoa berfungsi sebagai penghubung Kota

Makassar dan Kepulauan Spermonde yang berguna bagi

aksesibilitas wisatawan dan masyarakat yang tinggal di Kepulauan

Spermonde. Oleh karena itu, pemerintah seharusnya melalukan

rehabilitasi secara menyeluruh pada ketiga dermaga tersebut

sehingga dapat dipergunakan sesuai dengan fungsinya.


116

Instalasi listrik yang dilakukan PLN sangat membantu

karena awalnya masyarakat menggunakan gentset (alat pembangkit

listrik dengan bahan bakar fosil) untuk memenuhi kebutuhan listrik

masyarakat lokal dan wisatawan. Namun ketersediaan listrik masih

terbatas hanya beroperasi pada pukul 18.00-22.00 WITA. Jaringan

telekomunikasi yang tersedia hanya operator Telkomsel yang

berasal dari Kota Makassar karena jarak Pulau Samalona yang tidak

jauh dari Kota Makassar. Jaringan komunikasi dapat dikatakan

sebagai salah satu kebutuhan utama wisatawan karena jika ingin

kembali ke kota maka wisatawan harus menghubungi pemilik kapal

untuk di jemput di pulau. Sedangkan air bersih harus diupayakan

sendiri oleh masyarakat dengan cara membeli langsung di Kota

Makassar dan terdapat mata air payau yang berasal dari sumur

galian. Untuk memudahkan masyarakat dalam pemenuhan

kebutuhan air bersih sebaiknya pemerintah mengirim pasokan air

bersih ke Pulau Samalona setiap seminggu sekali sehingga

masyarakat hanya perlu membayar tanpa harus ke Kota.

Belum tersedia fasilitas kesehatan dan keselamatan yang

memadai di Pulau Samalona. Fasilitas keselamatan yang tersedia

hanya pelampung yang disediakan oleh masyarakat. Seharusnya

pemerintah menyediakan fasilitas kesehatan dan keselamatan

berupa perlengkapan P3K yang lengkap dan memberikan pelatihan

kepada masyarakat sebagai pengelola pulau tentang tindakan apa


117

saja yang harus dilakukan jika terjadi kecelakaan di tempat wisata.

Meminimalisir terjadinya kecelakaan dapat dilakukan dengan

mempercayakan beberapa orang sebagai penjaga pantai.

Pengembangan sarana dan prasarana bertujuan untuk

menunjang keberadaan kawasan wisata sebagai penyedia berbagai

kebutuhan wisatawan sehingga wisatawan mendapat kemudahan

dan kenyamanan pada saat melakukan kegiatan wisata.

Pembangunan sarana wisata di daerah tujuan wisata harus

disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan baik secara kuantitas

maupun kualitas. Sarana wisata kuantitatif menunjukkan jumlah

sarana wisata yang harus diusahakan dan secara kualitatif

menunjukkan mutu pelayanan yang diberikan dan yang tercermin

pada kepuasan wisatawan yang memperoleh pelayanan. Sedangkan

prasaran wisata merupakan sumber daya alam dan sumber daya

buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam

perjalanannya ke daerah tujuan wisata seperti: jalan, air, listrik,

telekomunikasi, terminal, apotek, dan sebagainya (Suwantoro,

2004:21).

Upaya Disparekraf dalam meningkatkan kualitas dan

kuantitas masyarakat lokal Pulau Samalona sebagai pelaku usaha

dengan cara mengadakan kegiatan workshop. Namun dalam

pelaksanaannya Disparekraf hanya melaksanakan workshop sekali

dan tidak melakukan pengawasan dan evaluasi sehingga masyarakat


118

masih kurang paham sehingga penerapan pada kegiatan sehari hari

tidak terlaksana. Masyarakat merupakan salah satu unsur terpenting

dalam pengembangan pariwisata bahari oleh karena itu diperlukan

pendekatan yang tepat untuk memberi pemahaman kepada

masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah sebaiknya melakukan

pendekatan terhadap masyarakat untuk memberi arahan dan

pemahaman yang dilakukan secara rutin.

Kegiatan promosi yang dilakukan oleh pemerintah belum

optimal bagi pengembangan Pulau Samalona sebagai destinasi

wisata bahari. Event dan pameran yang diikuti bertujuan untuk

memasarkan semua pariwisata bahari di Kota Makassar sehingga

dampak terhadap Pulau Samalona sendiri kurang terasa. Selama ini

belum ada kegiatan promosi yang dilakukan Disparekraf khusus

untuk memperkenalkan potensi Pulau Samalona sebagai destinasi

wisata bahari di Kota Makassar. Kegiatan promosi yang perlu

dilakukan tidak hanya yang bersifat umum namun harus difokuskan

terhadap Pulau Samalona. Kegiatan promosi yang dapat dilakukan

yaitu membuat event bahari bertema Pulau Samalona dan event

yang berlokasi di Pulau Samalona. Menggunakan media internet

untuk mempromosikan Pulau Samalona secara global, seperti

melalui website dan sosial media.

Menurut Suwantoro (2004:19) unsur pokok yang harus

mendapat perhatian guna menunjang pengembangan pariwisata di


119

daerah tujuan wisata yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan

pembangunan dan pengembangannya meliputi objek dan daya tarik

wisata, prasarana wisata, sarana wisata, tata laksana/infrastruktur,

dan masyarakat/lingkungan. Dari kelima unsur pokok tersebut,

Disparekraf belum mengemas daya tarik wisata Pulau Samalona

sebagai destinasi wisata bahari snorkeling dengan baik. Belum ada

upaya dari Disparekraf untuk mengangkat keunikan budaya dan

kegiatan snorkeling yang menjadi daya tarik utama Pulau

Samalona. Menurut Suwantoro (2004:23) selain sebagai pemilik

dan pengelola, masyarakat lokal dapat menjadi bagian dari atraksi

wisata untuk menarik wisatawan dengan cara mengenalkan

kebudayaan dan kebiasaan sehari-hari yang menjadi keunikan dan

ciri khas dari objek wisata. Pemerintah dapat mengangkat budaya

masyarakat dengan menjadikan budaya masyarakat Pulau Samalona

sebagai atraksi wisata.

Untuk memaksimalkan kinerja pemerintah khususnya

Disparekraf dalam pengembangan Pulau Samalona dapat dilakukan

dengan membuat kebijakan, melakukan monitoring, evaluasi dan

lebih menfokuskan pengembangan pada Pulau Samalona sebagai

destinasi wisata bahari. Adanya kebijakan pengembangan tersebut

akan lebih memfokuskan program dan kegiatan Disparekraf

terhadap pengambangan Pulau Samalona sebagai wisata bahari.

Dengan demikian maka masalah-masalah yang menjadi


120

penghambat dalam pengembangan Pulau Samalona dapat teratasi

seperti ketersediaan dan kelayakan sarana prasarana wisata, promosi

wisata, dan kualitas sumberdaya manusia selaku pengelola Pulau

Samalona.

3) Kerjasama dan koordinasi antar stakeholder pariwisata masih

kurang

Kerjasama dan kooordinasi antara stakeholder pariwisata

dalam pengembangan Pulau Samalona masih kurang, baik antara

masyarakat dan pemerintah, masyarakat dan pihak swasta, maupun

pemerintah dan pihak swasta. Pertama, antara masyarakat dan pihak

pemerintah yaitu Disparekraf yang mengalami kesulitan dalam

mengarahkan dan memberi pemahaman tentang pariwisata kepada

masyarakat Pulau Samalona. Pitana dan Diarta (2009) menjelaskan

bahwa regulasi merupakan suatu usaha dari instansi (pemerintah)

yang telah diberi wewenang atau otoritas untuk mengatur aktivitas

tertentu yang berada dalam wilayah yuridikasinya. Hal ini berarti

pemerintah memberlakukan aturan tertentu yang mendikte aktifitas

pihak lain. Dalam kaitannya dengan pariwisata, regulasi merupakan

alat bagi pemerintah dalam menjamin stakeholder pariwisata yang

ditetapkan. Dari penjelasan tersebut maka sudah menjadi tugas

Disparekraf untuk mengatur dan menjamin kesiapan stakeholder

yang terlibat dalam pengembangan Pulau Samalona termasuk


121

masyarakat lokal Pulau Samalona. Untuk meningkatkan kerjasama

dan koordinasi antara stakeholder yang terlibat maka perlu

dilakukan forum komunikasi melalui seminar dan diskusi yang

melibatkan pihak pemerintah, swasta, dan masyarakat yang terlibat

dalam pengembangan Pulau Samalona agar peran masing-masing

stakeholder yang terlibat dapat teridentifikasi dan permasalahan-

permasalahan yang ada dapat terselesaikan seperti memaksimalkan

kinerja stakeholder yang terlibat serta terjalin suatu koordinasi dan

kerjasama yang baik antara stakeholder. Sehingga ketiga

stakeholder tersebut dapat bersinergi dan beriringan dalam upaya

pengembangan Pulau Samalona.

Kedua, antara masyarakat dan pihak swasta yaitu tidak ada

kemitraan antara pihak swasta dan masyarakat yang mendorong

jiwa kreatifitas masyarakat. Peran swasta dipentingkan bukan hanya

beriorentasi pada keuntungan semata atau dalam bentuk charity

melalui CSR (corporate social responsibility) namun harus berupa

kemitraan yang mampu mendorong jiwa kewirausahaan masyarakat

dan sekaligus mampu mengembangkan usaha masyarakat

(Hermantoro, 2011:193). Karena di masa mendatang keunggulan

SDM dalam berinovasi akan sangat penting setara dengan

pentingnya SDA dan permodalan. Kemitraan antara pihak swasta

dan masyarakat terdapat pada PERDA Kota Makassar No. 5 tahun

2011 tentang tanda daftar usaha pariwisata, pasal 13 bahwa setiap


122

pengusaha pariwisata berkewajiban mengembangkan kemitraan

dengan usaha mikro, kecil dan koperasi setempat yang saling

memerlukan, memperkuat dan menguntungkan. Salah satu contoh

kemitraan dalam bentuk kerjasama paket wisata antara biro

perjalanan dan masyarakat dengan cara memanfaatkan fasilitas

lokal. Pihak swasta juga dapat meningkatkan kreatifitas masyarakat

dengan cara melakukan kegiatan pelatihan dalam membuat

kerajinan tangan atau cinderamata karena belum ada cinderamata

khas di Pulau Samalona.

Ketiga, antara pemerintah dan pihak swasta yaitu tidak ada

upaya yang dilakukan oleh pemerintah khususnya Disparekraf

untuk menertibkan pemilik perahu motor yang berebutan

penumpang di Dermaga Popsa. Selain itu belum ada upaya dari

pemerintah untuk mengajak pihak swasta untuk berinvestasi sebagai

upaya pengembangan Pulau Samalona. Posisi pulau yang dekat

dengan Kota Makassar harusnya lebih menarik pihak swasta untuk

melakukan investasi karena saat ini masih ada beberapa

keterbatasan seperti pendidikan, kesehatan, aksesibilitas, sarana dan

prasaranan dasar (listrik, air bersih, telekomunikasi). Pemahaman

baik dari sisi pemerintah selaku regulator maupun dari sisi

pengusaha selaku pelaku bisnis sangat diperlukan. Upaya yang

dapat dilakukan pemerintah untuk mengatur pemilik transportasi

yaitu membuat kebijakan tentang penetapan tarif yang berlaku dan


123

melakukan pembinaan tentang cara berkomunikasi yang baik

dengan wisatawan (pelayanan prima). Selain itu, pemerintah

baiknya mengajak pemilik kapal untuk membentuk kelembagaan

khusus pemilik kapal sehingga lebih mudah untuk di atur karena

akan terorganisir oleh kelembagaan tersebut. Untuk mengatasi

keterbatasan sarana prasarana, pemerintah secara aktif untuk

mengajak investor untuk mengembangkan Pulau Samalona baik

melalui forum, pameran, dan lain sebagainya.

Keberhasilan pengembangan Pulau Samalona dapat dilihat

dari harmonisasi interaksi antar stakeholder pariwisata yang terlibat

dalam kegiatan-kegiatan pengembangan. Partisipasi ketiga

stakeholder yang terlibat secara langsung dalam berbagai aktifitas

kepariwisataan di Pulau Samalona memperlihatkan keterkaitan

antar stakeholder pada pengembangan Pulau Samalona. Masing-

masing stakeholder tidak dapat berdiri sendiri, namun harus

bersinergi dan melangkah bersama-sama untuk mencapai dan

mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan yang disepakati

(Rahim, 2012:2). Kemitraan antara pemerintah dengan swasta

merupakan suatu upaya yang dapat dilakukan untuk menutupi

keterbatasan yang dimiliki oleh pemerintah dalam memberikan

pelayanan yang profesional dan menyediakan fasilitas pendukung

pariwisata.
124

Disparekraf Kota Makassar selaku pembuat kebijakan

dalam pengembangan Pulau Samalona mendapat dukungan dari

pihak swasta dalam pemenuhan fasilitas penunjang wisata seperti

akomodasi, transportasi, dan sebagainya. Sementara itu, pihak

swasta yaitu pelaku usaha pariwisata mendapat keuntungan

finansial dari produk yang di jual. Pembangunan pariwisata

membutuhkan pemahaman yang baik dari pemerintah selaku

regulator maupun dari pengusaha selaku pelaku bisnis. Disparekraf

harus memastikan bahwa pengembangan Pulau Samalona mampu

memberikan keuntungan terhadap masyarakat lokal serta dampak

lingkungan sekecil mungkin. Pihak swasta yang lebih fokus dan

berorientasi terhadap keuntungan harus menyesuaikan dengan

kebijakan dan regulasi dari pemerintah.

Saat ini dikenal adanya pengembangan pariwisata berbasis

masyarakat, konsep tersebut sangat cocok untuk diterapkan dalam

pengembangan Pulau Samalona. Disparekraf dapat melakukan

pemberdayaan kepada masyarakat lokal Pulau Samalona sebagai

pelaku wisata yang profesional sehingga tersedia sumberdaya

manusia yang kompeten di Pulau Samalona sebagai pengelola

pulau. Keterlibatan masyarakat dalam pengembangan Pulau

Samalona dapat memberikan peluang dan akses kepada masyarakat

lokal untuk mengembangkan usaha dan potensi yang dimiliki

seperti budaya setempat. Dukungan masyarakat lokal berupa


125

partisipasi aktif dan kreatif akan mendatangkan manfaat ekonomi

untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat.

Kemitraan swasta dan masyarakat sangat penting untuk

mendorong jiwa kewirausahaan masyarakat dan sekaligus mampu

mengembangkan usaha masyarakat. Peran pihak swasta dalam

pengembangan Pulau Samalona salah satunya yaitu pemberdayaan

masyarakat dengan cara mempekerjakan masyarakat lokal sebagai

tenaga kerja. Partisipasi pelaku usaha pariwisata juga memberikan

keuntungan bagi masyarakat dengan mempergunakan fasilitas dan

jasa yang disediakan masyarakat lokal.

Keterlibatan ketiga stakeholder pariwisata dalam

pengembangan Pulau Samalona dapat mendatangkan keuntungan

tersendiri bagi semua pihak dan keberhasilan dalam proses

pengembangan. Pengembangan Pulau Samalona sebagai destinasi

wisata bahari dengan menggunakan konsep pengembangan berbasis

masyarakat menjadikan masyarakat lokal memiliki kedudukan dan

peran penting dalam keberhasilan pengembangan. Masing-masing

stakeholder mempunyai peran dan fungsi yang berbeda dan sama

pentingnya dalam pengembangan Pulau Samalona sehingga

diperlukan kerjasama dan koordinasi yang baik antar stakeholder

sehingga pengembangan Pulau Samalona sebagai destinasi wisata

bahari dapat terwujud dan terlaksana dengan baik.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Potensi Pulau Samalona yaitu tingkat kecerahan air yang jernih dan juga

memiliki habitat terumbu karang serta ikan-ikan yang menyebar di sekitar

pulau sehingga Pulau Samalona memiliki beberapa spot atau lokasi untuk

kegiatan penyelaman dan snorkeling. Salah satu atraksi utama yang Pulau

Samalona yaitu pemandangan matahari terbit dan matahari terbenam.

Wisatawan dapat melihat kapal-kapal yang berasal maupun menuju

pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar karena letak pulau yang berada di

dekat jalur pelayaran menuju Kota Makassar. Pantai pasir putih dan

permukaan air laut yang tenang dan cukup dangkal membuat wisatawan

aman untuk berenang.

2. Peran stakeholder dalam pengembangan Pulau Smalona sebagai destinasi

wisata bahari, yaitu:

a. Pemerintah melalui Disparekraf telah melaksanakan program dan

kegiatan pengembangan pada Pulau Samalona berupa pengembangan

sarana prasarana, pembinaan sumber daya manusia, dan promosi

pariwisata atas dasar Rencana Strategis Dinas Pariwisata periode 2009-

2014. Kegiatan pengembangan yang telah direalisasikan yaitu

rehabilitasi dermaga Pulau Samalona, rehabilitasi penginapan milik

masyarakat, pembangunan tanggul penahan ombak, pengadaan fasilitas

126
127

pendukung seperti toilet umum, tempat istirahat (bale-bale), instalasi

listrik, pembinaan masyarakat lokal melalui workshop, dan melakukan

promosi melalui pameran dan event pariwisata.

b. Keterlibatan pihak swasta dalam pengembangan Pulau Samalona

membantu aksesibilitas menuju Pulau Samalona dengan banyaknya

pengusaha individu yang menyediakan transportasi berupa perahu

motor. Pihak swasta juga berperan dalam pemberdayaan masyarakat

lokal dan pemanfaatan fasilitas lokal dengan adanya Resort Samalona,

melakukan promosi terhadap Pulau Samalona oleh biro perjalanan

dengan menawarkan paket wisata, melakukan CSR dengan membangun

sarana prasarana yang di butuhkan masyarakat dan melakukan aktivitas

peduli lingkungan yaitu budidaya terumbu karang.

c. Masyarakat terlibat dalam pengembangan Pulau Samalona sebagai

pengelola pulau dan membuka usaha pariwisata. Masyarakat mampu

mengembangkan berbagai kegiatan ekonomi di Pulau Samalona seperti

penyediaan makanan dan minuman, penginapan, jasa pemandu dan

persewaan perlengkapan wisata bahari.

3. Faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan Pulau Samalona

sebagai destinasi Wisata Bahari yaitu:

a. Faktor pendukung dalam pengembangan Pulau Samalona:

Faktor pendukung dalam pengembangan Pulau Samalona yaitu

kesadaran dan peran aktif masyarakat dalam pengelolaan Pulau

Samalona. Masyarakat sangat mendukung aktifitas pariwisata di Pulau


128

Samalona karena pariwisata sudah menjadi sumber mata pencaharian

utama masyarakat. Adanya kegiatan usaha yang dilakukan oleh

masyarakat sangat membantu dalam pemenuhan sarana di Pulau

Samalona sehingga wisatawan lebih dimudahkan pada saat berwisata di

Pulau Samalona. Selain itu, kerjasama pihak swasta dalam mendukung

kegiatan pengembangan yaitu penyediaan akomodasi, pemberdayaan

masyarakat sebagai pelayan dan pemanfaatan fasilitas milik

masyarakat, pihak swasta juga melakukan kegiatan peduli lingkungan

seperti rehabilitasi terumbu karang dan pembangunan tanggul penahan

ombak.

b. Faktor penghambat dalam pengembangan Pulau Samalona:

Beberapa faktor yang menjadi penghambat dalam pengembangan Pulau

Samalona yaitu peran disparekraf belum maksimal terbukti dengan

sarana prasarana masih belum memadai seperti dermaga, air bersih,

telekomunikasi, fasilitas kesehatan dan keselamatan, pemilik

transportasi yang tidak terorganisir dengan baik. Masyarakat lokal

sebagai pelaku wisata belum profesional karena masyarakat tidak

mempunyai pengetahuan tentang pelayanan dan manajemen

pengelolaan yang baik sehingga masyarakat dapat dikatakan masih

belum siap menjadi pelaku wisata. Kurangnya koordinasi antar

stakeholder menyebabkan pengembangan menjadi terhambat dan

kurang maksimal karena masing-masing stakeholder berjalan sendiri

tidak bersinergi antara satu dengan yang lainnya.


129

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan di lapangan, maka saran

yang dapat diberikan oleh peneliti yaitu:

1. Dinas Pariwisata

a. Memaksimalkan kinerja Disparekraf kota Makassar dengan membuat

kebijakan terkait pengembangan Pulau Samalona sebagai destinasi

wisata bahari sehingga program dan kegiatan pengembangan lebih

terfokus pada Pulau Samalona.

b. Meningkatkan kompetensi dan kualitas masyarakat lokal mengenai

pariwisata khususnya manajemen pengelolaan objek wisata, pelayanan

prima, sadar wisata dan sapta pesona, pariwisata bahari, serta

menjadikan masyarakat sebagai bagian dari atraksi wisata dengan cara

pertunjukan budaya dan kegiatan sehari-hari masyarakat.

c. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap perkembangan Pulau

Samalona dari segi pelayanan masyarakat, jumlah kunjungan, kepuasan

wisatawan, dan kondisi lingkungan (SDA). Sehingga akan

memudahkan Disparekraf dalam membuat program dan kegiatan

lanjutan.

d. Kegiatan promosi yang dilakukan tidak hanya yang bersifat umum

namun harus difokuskan terhadap Pulau Samalona. Kegiatan promosi

yang dapat dilakukan yaitu membuat event bahari bertema Pulau

Samalona dan event yang berlokasi di Pulau Samalona. Menggunakan


130

media internet untuk mempromosikan Pulau Samalona secara global,

seperti melalui website dan sosial media.

e. Disparekraf lebih aktif dalam mengajak pihak swasta selaku investor

untuk mengembangkan Pulau Samalona sehingga sarana dan prasarana

dapat terpenuhi dengan baik dan pelayanan yang diberikan sesuai

dengan standar pelayanan prima..

2. Pihak Swasta

a. Memberikan strandarisasi pelayanan prima bagi masyarakat khususnya

yang dipekerjakan di Resort Samalona sehingga mampu memberikan

layanan yang berkualitas bagi wisatawan.

b. Menjalin kerjasama dengan pemerintah untuk melakukan pembinaan

terhadap masyarakat untuk meningkatkan kreatifitas masyarakat dalam

menciptakan usaha seperti cinderamata khas Pulau Samalona.

c. Biro perjalanan perlu melakukan kerjasama dengan masyarakat lokal

yaitu pemanfaatan fasilitas lokal dalam pembuatan paket wisata seperti

akomodasi, transportasi, guide dan fasilitas pendukung sehingga

mendatangkan keuntungan ekonomi bagi masyarakat.

3. Masyarakat

a. Meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat dalam

menjaga kelestarian Pulau Samalona sebagai destinasi wisata bahari

dengan cara memelihara kebersihan pulau dan menjaga ekosistem

bawah laut seperti terumbu karang.


131

b. Membuat sebuah lembaga masyarakat atau kelompok sadar wisata

dengan struktur organisasi yang jelas dan terbagi dalam beberapa

kelompok kerja. Adanya kelembagaan akan memperjelas tugas dan

tanggung jawab masyarakat dalam pengelolaan Pulau Samalona.


DAFTAR PUSTAKA

Hadiwijoyo, S.S. 2012. Perencanaan Pariwisata Perdesaan Berbasis


Masyarakat. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Hermantoro. 2011. Creative-Based Tourism: Dari Wisata Rekreatif Menuju


Wisata Kreatif. Depok : Aditri.

Hetifah, S.J. 2003. Inovasi, Partisipasi, dan Good Governance: 20 Prakarsa


Inovatif dan Partisipatif di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Moleong, J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Muljadi, A.J. 2012. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

Pitana dan Diarta. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: C.V Andi
Offset

Sammeng, A.M. 2001. Cakrawala Pariwisata. Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Umum

Sjamsuddin, S. 2006. Kepemerintahan dan Kemitraan. Malang: CV Sofa Mandiri

Spillane, J. 1991. Ekonomi Pariwisata: Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta:


Kanisius.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sunaryo, B. 2013. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep dan


Aplikasinya di Indonsia. Yogyakarta: Gava Media.

Suwantoro, G. 2004. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: ANDI

132
133

Tuwo, A. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut. Surabaya: Brilian


Internasional.

Usman H. dan A.P Setiadi. 2009. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi
Aksara.

Yoeti, O.A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa

------------------. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: PT.


Pradnya Paramita

Artikel Lain:

Badan Pusat Statistik Kota Makassar. 2015. Makassar Dalam Angka (Makassar
In Figures 2015). Makassar: UD ARESO.

Dewi, O.A. 2013. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Objek Wisata


Bahari Di Pulau Kapoposang Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.
Universitas Hasanuddin Makassar, Makassar: Skripsi.

Disparekraf. 2014. Data dan Dokumentasi Pulau Samalona

Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 5 Tahun 2011 tentang Tanda Daftar
Usaha Pariwisata, diakses pada tanggal 5 Februari 2016.

Pradibtya. 2014. Strategi Pengembangan Pariwisata Daerah dan Dampak Sosial


Ekonomi pada Masyarakat (studi pada Pariwisata Telaga Ngebel
Kabupaten Ponorogo). Universitas Brawijaya, Malang: Skripsi.

Rahim, F. 2012. Pedoman Pokdarwis. Jakarta: Direktur Jenderal Pengembangan


Destinasi Pariwisata Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Rencana Strategis Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Makassar periode


2009-2014
134

Saruni, Z. 2010. Kajian Pemanfaatan Sumberdaya Terumbu Karang bagi Wisata


Snorkeling di Pulau Samalona Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Institut
Pertanian Bogor, Bogor: Skripsi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang


Kepariwisataan. Diakses pada tanggal 18 April 2015.

Internet:

Dinas Komunikasi dan Komunikasi Kota Makassar. 2014. Profil Kota Makassar,
diakses pada tanggal 2 Oktober 2015 dari http://www.makassarkota.go.id.

Direktorat Jendral Cipta Karya. Profil Kabupaten/Kota – Kota Makassar Sulawesi


Selatan, diakses pada tanggal 17 Maret 2015 dari http://ciptakarya.pu.go.id

Indonesia Dive Directory. 2011. Makassar Dive Site, Indonesia, diakses tanggal
21 Februari 2016 dari http://www.indonesiadivedirectory.com/dive-
area/makassar

Kemenpar. 2015. Pariwisata Kini Jadi Andalan Pendulang Devisa Negara,


diakses pada tanggal 28 Maret 2015 dari http://www.kemenpar.go.id

Sastrayuda, G. 2010. Konsep Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pariwisata


(Community Based Tourism), diakses pada tanggal 18 Februari dari
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/LAINNYA/GUMELAR_S/HAND_OU
T_MATKUL_KONSEP_RESORT_AND_LEISURE/PEMBERDAYAAN
_MASYARAKAT_BERBASIS_PARIWISATA.pdf

Sastrayuda, G. 2010. Konsep Pengembangan Kawasan Wisata Bahari, diakses


pada tanggal 21 April 2015 dari http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/LAINN
YA/GUMELAR_S/HAND_OUT_MATKUL_KONSEP_RESORT_AND_
LEISURE/KONSEP_PENGEMBANGAN_KAWASAN_WISATA_BAH
ARI.pdf.
135

Whardono, F.I. 2014. Kumpulan Artikel Terkait Pariwisata Bahari, diakses pada
tanggal 11 Januari 2016 dari http://www.slideshare.net/fitriwardhono
/kumpulan-artikel-terkaitpariwisata-bahari.
137

PEDOMAN WAWANCARA

A. Pedoman Wawancara Disparekraf kota Makassar


 Terkait Pengembangan :
1. Apa saja potensi wisata yang dimiliki pulau Samalona sehingga layak
untuk dikembangkan?
2. Bagaimana strategi pengembangan objek wisata pulau Samalona yang
diterapkan oleh disparekraf Kota Makassar?
3. Bagaimanakah strategi pengembangan sarana dan prasarana pariwisata
yang telah dilakukan oleh Disparekraf kota makassar?
4. Bagaimana strategi pengembangan sarana dan promosi pariwisata yang
telah dilakukan oleh Disparekraf saat ini?
5. Sejauh manakah pelaksanaan strategi pengembangan yang dilakukan oleh
Disparekraf Kota Makassar?

 Terkait Stakeholder:
1. Siapa saja para pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat dalam
pengembangan objek wisata pulau Samalona?
2. Apa saja peran dan kontribusi dari para pemangku kepentingan
(stakeholder) terhadap pengembangan pulau Samalona?
3. Bagaimana bentuk kerja sama antar pemerintah daerah swasta dan
masyarakat dalam mengembangkan objek wisata pulau samalona?

 Terkait Pengembangan Pulau Samalona:


1. Apa yang menjadi kendala/hambatan dalam pengembangan objek wisata
pulau Samalona menurut Disparekraf Kota Makassar?
2. Bagaimana upaya Disparekraf Kota Makassar dalam mengatasi
kendala/hambatan dalam rangka pengembangan objek wisata pulau
Samalona?
138

3. Apakah ada faktor yang menjadi pendukung dari pengembangan objek


wisata pulau Samalona?

 Terkait Hasil Pengembangan :


1. Indikator apa saja yang dijadikan penilaian Disparekraf Kota Makassar
mengenai keberhasilan dari pengembangan pulau Samalona?
2. Adakah data konkrit mengenai perkembangan objek wisata pulau
Samalona sejak dicanangkannya program pengembangan oleh Disparekraf
kota Makassar?
3. Apa sajakah hasil-hasil yang telah dicapai dalam pengembangan pulau
Samalona sejauh ini?

B. Pedoman Wawancara Masyarakat dan Pengelola Objek Wisata Pulau


Samalona
1. Bagaimana kondisi potensi objek wisata pulau samalona saat ini?
2. Apa saja peran dan tugas dari pengelola objek wisata dalam rangka
pengembangan pulau Samalona?
3. Sarana pokok apa saja yang telah tersedia di objek wisata pulau Samalona?
4. Apa yang menjadi kendala/hambatan yang dirasakan pengelola dalam
pengembangan objek wisata pulau Samalona?
5. Bagaimana upaya dari pengelola dalam mengatasi kendala/hambatan dalam
rangka pengembangan pulau Samalona?
6. Adakah yang menjadi faktor pendukung yang dirasakan pengelola dari
pengembangan pulau Samalona?
7. Apakah ada sosialisasi/penyuluhan tentang program pengembangan objek
wisata pulau Samalona yang dilakukan oleh pemerintah daerah terhadap
masyarakat dan pengelola?
8. Apa dampak (positif dan negatif) yang dirasakan pengelola dan masyarakat
sejauh ini setelah program pengembangan dilaksanakan?
139

C. Pedoman Wawancara Pihak Swasta dan Wisatawan


1. Pemilik usaha penginapan:
a. Berapa jumlah kamar yang tersedia di penginapan ini?
b. Berapa tarif per malam yang ditetapkan di penginapan ini?
c. Pada waktu kapan wisatawan ramai menginap di penginapan ini?
d. Apakah sejauh ini ada bantuan atau perhatian dari pemerintah daerah
terhadap usaha penginapan di pulau samalona?
e. Dampak apa yang di rasakan sejauh ini setelah program pengembangan
objek wisata pulau Samalona dilaksanakan?

2. Pemilik usaha transportasi kapal:


a. Sudah berapa lama pemilik kapal menjalani profesinya dalam
menyediakan transportasi kapal ke pulau Samalona?
b. Berapa tarif angkutan (pulang-pergi) dari dermaga menuju pulau
Samalona?
c. Berapa jumlah maksimal daya angkut wisatawan di kapal tersebut?
d. Berapa waktu tempuh yang diperlukan dari dermaga Kayu Bangkoa
menuju ke Pulau Samalona?
e. Adakah dampak yang dirasakan sejauh ini setelah program
pengembangan objek wisata pulau samalona dilaksanakan?
3. Wisatawan :
a. Dari manakah anda mendapat informasi mengenai objek wisata pulau
Samalona?
b. Apa pendapat anda mengenai potensi yang ada di objek wisata pulau
Samalona?
c. Bagaimana kualitas pelayanan yang yang ada di pulau Samalona secara
keseluruhan?
d. Apa pendapat anda mengenai sarana yang tersedia di pulau Samalona?
e. Apa yang masih harus dibenahi pada objek wisata pulau Samalona?
140

CURRICULUM VITAE

Nama : Reski Amalyah

Nomor Induk Mahasiswa : 115030800111023

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat Rumah : Jl. Uraha Sura III 6K.14 Sawojajar 2 Malang

Tempat dan Tanggal Lahir : Soppeng, 11 Agustus 1993

Email : reskiamalyah@gmail.com

Pendidikan Formal :

1. SDN 91 Pacongkang (1999-2005)

2. SMP 1 Lilirilau (2005-2008)

3. SMA 1 Liliriaja (2008-2011)

Anda mungkin juga menyukai