Meteorologi7b Kelompok4
Meteorologi7b Kelompok4
Secara Lokasi
Lokal Medan Jakarta Palangkaraya Makassar Jayapura
K- 37 30 30 34.9 32
Index (Moderate TS) (Moderate TS) (Moderate TS) (Moderate TS) (Moderate TS)
S- -1.44 -2 -2 -0.65 -2
Index (Thundershower) (Thundershower) (Thundershower) (Thundershower) (Thundershower)
L- -3.9 -4 -4 -1.93 -3
Index (Moderate TS) (Moderate TS) (Moderate TS) (Weak TS) (Moderate TS)
Kesimpulan :
Kondisi secara global, mulai dari MJO, SOI, DMI, Surge Index, dan badai tropis tidak
berpengaruh di wilayah Indonesia. Untuk indeks Nino 3.4 menunjukkan adanya El Nino lemah
yang belum berpengaruh signifikan di wilayah Indonesia.
Untuk wilayah Medan, tekanan cenderung rendah daripada wilayah sekitarnya dengan
angin dari barat daya dan kelembapan relatif cukup tinggi dari lapisan 850 hingga 500 mb.
Labilitas atmosfer berdasarkan KI, SI, LI menunjukkan kondisi udara labil dengan peluang
terbentuknya awan kokvektif. Sehingga mengindikasikan adanya pasokan uap air yang dibawa
dari Samudera Hindia ke wilayah Medan yang bersifat basah dan terdistribusi di seluruh lapisan
dengan kondisi udara labil yang dapat mendukung proses konveksi.
Wilayah Jakarta, tekanan udara cenderung rendah dengan angin dari tenggara dan
kelembapan udara yang cenderung kering dan semakin rendah di lapisan atas. Terdapat pola
siklonik di perairan barat Bengkulu yang menyebabkan uap air terpusat di daerah siklonik
tersebut. Kondisi lalibitas udara berdasarkan KI, SI, LI menunjukkan kondisi udara labil namun
karena kondisi kelembapan udara relatif yang cenderung kering sehingga awan konvektif sulit
terbentuk.
Wilayah Palangkaraya, tekanan udara cenderung tinggi dibandingkan wilayah sekitarnya
sekitar 1012 mb, terdapat belokan angin dari tenggara ke utara dan kelembapan udara yang
relatif tinggi di lapisan bawah hingga menengah dan semakin rendah di lapisan atasnya.
Berdasarkan indeks KI, LI, dan SI menunjukkan kondisi udara labil dengan peluang
terbentuknya awan konvektif. Sehingga konvektifitas dapat terjadi namun mungkin tidak
terbentuk awan konvektif yang signifikan.
Wilayah Makassar, tekanan udara cenderung tinggi dibandingkan wilayah sekitarnya
dengan angin dari tenggara yang membawa masa udara kering dari Australia didukung dengan
kelembapan udara yang cenderung rendah di wilayah tersebut. Labilitas atmosfer menunjukkan
kondisi udara yang labil dengan peluang terbentuk awan konvektif rendah. Kondisi tekanan
tinggi dan kelembapan udara yang rendah dapat menyebabkan awan konvektif sulit terbentuk.
Wilayah Jayapura, tekanan udara cenderung rendah dan terdapat belokan angin kearah
pusat siklonik di Samudera Pasifik mengindikasikan adanya pemampatan masa udara di wilayah
tersebut. Kelembapan udara cenderung tinggi di setiap lapisan dari 850 sampai 500 mb. Labilitas
atmosfer berdasarkan KI, SI, dan LI menunjukkan kondisi udara labil disertai peluang
terbentuknya awan konvektif. Berdasarkan angin, distribusi kelembapan udara dan kondisi
labilitas atmosfer tersebut mendukung terbentuknya awan konvektif yang signifikan.
Secara Lokasi
Lokal Medan Jakarta Palangkaraya Makassar Jayapura
K- 37 30 30 34.9 32
Index (Moderate) (Moderate) (Moderate) (Moderate) (Moderate)
S- -1.44 -2 -2 -0.65 -2
Index (Thundershower) (Thundershower) (Thundershower) (Thundershower) (Thundershower)
L- -3.9 -4 -4 -1.93 -3
Index (Moderate) (Moderate) (Moderate) (Weak) (Moderate)
Kesimpulan :
Kondisi secara global, mulai dari MJO, SOI, DMI, Surge Index, dan badai tropis tidak
berpengaruh di wilayah Indonesia. Untuk indeks Nino 3.4 menunjukkan adanya El Nino lemah
yang belum berpengaruh signifikan di wilayah Indonesia.
Untuk wilayah Medan, tekanan cenderung rendah yang dipengaruhi oleh wilayah
Malaysia dengan angin dari barat daya dan kelembapan relatif cukup tinggi pada kisaran 70-90%
dari lapisan 850 hingga 500 mb. Labilitas atmosfer berdasarkan KI, SI, LI menunjukkan kondisi
udara labil dengan peluang terbentuknya awan konvektif. Sehingga mengindikasikan adanya
pasokan uap air yang dibawa dari Samudera Hindia ke wilayah Medan yang bersifat basah dan
terdistribusi di seluruh lapisan dengan kondisi udara labil yang dapat mendukung proses
konveksi yang signifikan.
Untuk wilayah Jakarta, tekanan udara cenderung tinggi dengan angin dari tenggara yang
membawa uap air kering dari Australia dan kelembapan udara cenderung kering dan semakin
rendah di lapisan atas. Serta terdapat pola siklonik di perairan barat Bengkulu yang
menyebabkan uap air tertarik ke daerah siklonik tersebut. Kondisi lalibitas udara berdasarkan KI,
SI, LI menunjukkan kondisi udara labil. Namun karena tekanan udara yang tinggi dengan
kondisi kelembapan udara relatif yang cenderung kering sehingga awan konvektif akan sulit
terbentuk.
Wilayah Palangkaraya, tekanan udara cenderung rendah dibandingkan wilayah sekitarnya
sekitar 1008 mb, terdapat belokan angin dari tenggara ke utara dan kelembapan udara yang
relatif cukup tinggi di lapisan bawah hingga menengah dan sedikit turun di lapisan atasnya.
Berdasarkan indeks KI, LI, dan SI menunjukkan kondisi udara labil dengan peluang
terbentuknya awan konvektif. Sehingga seluruh kondisi tersebut dapat memungkinkan terjadinya
konvektifitas.
Wilayah Makassar, tekanan udara cenderung tinggi dibandingkan wilayah sekitarnya
dengan angin dari tenggara yang membawa masa udara kering dari Australia didukung dengan
kelembapan udara yang semakin menurun terhadap ketinggian. Labilitas atmosfer menunjukkan
kondisi udara yang labil dan peluang terbentuk awan konvektif rendah. Sehingga dengan kondisi
kelembapan udara yang rendah dan tekanan udara yang tinggi menyebabkan awan konvektif sulit
terbentuk.
Wilayah Jayapura, tekanan udara cenderung rendah sebesar 1006 mb yang dapat
membawa uap air ke daerah tersebut dan terdapat belokan angin kearah pusat siklonik di
Samudera Pasifik mengindikasikan adanya pemampatan masa udara di wilayah tersebut.
Kelembapan udara cenderung tinggi di setiap lapisan dari 850 sampai 500 mb. Labilitas atmosfer
berdasarkan KI, SI, dan LI menunjukkan kondisi udara labil disertai peluang terbentuknya awan
konvektif. Berdasarkan belokan angin, distribusi kelembapan udara yang cukup tinggi dan
kondisi labilitas atmosfer tersebut mendukung terbentuknya awan konvektif yang signifikan.