Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PANCASILA

Eksistensi Kaum Minoritas, dibalik


Suksesnya Orang-orang Berdarah Tionghoa

Disusun dalam rangka pemenuhan tugas mata kuliah pancasila

Penyusun :

Arintis Wahyu Susanti 041511333124


Monicha Octaviani 041511333132
Christy Ulina Ginting 041511333143
Himma Achsani Arafatil Mawlia 041511333256
Olivia Berlinda Mayatika 041511333273

UNIVERSITAS AIRLANGGA
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam memahami eksistensi orang-orang keturunan
Tionghoa di Indonesia akhir-akhir ini.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena keterbatasan
pengalaman yang kami miliki. Oleh kerena itu kami berharap para pembaca dapat
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Surabaya, 8 Maret 2016

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 3

BAB I PENDAAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 4


1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 5
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 5

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Etnis Tionghoa .................................................................................... 6


2.2 Sejarah Etnis Tionghoa ...................................................................................... 6
2.3 Populasi Etnis Tionghoa .................................................................................... 10

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Tokoh-Tokoh Keturunan Tionghoa yang Sedang Eksis di Indonesia ............... 12


3.2 Karakter Penunjang Kesuksesan Orang-Orang Berdarah Tionghoa .................. 16
3.3 Respon Masyarakat Indonesia Terhadap Kehadiran Etnis Tionghoa
Atas Kesuksesan Mereka ................................................................................... 18

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 20


4.2 Saran ................................................................................................................... 20

Daftar Pustaka

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tidak hanya negara adidaya seperti Amerika yang memiliki masa


lalu kelam tentang diskriminasi warganya secara rasial. Indonesia, bangsa
yang menjunjung tinggi nilai-nilai keragaman yang sedari dulu tercermin
dalam semboyan agungnya bhinneka tunggal ika pun ternyata memiliki
sejarah kelam yang mendeskriminasikan salah satu ras di negeri ini. Etnis
Tionghoa dan keturunannya yang menetap dan lahir di Indonesia pernah
menjadi korban diskriminasi oleh masyarakat bahkan pemerintah Indonesia.
Sejak masa orde lama hingga sebelum reformasi berbagai kerusuhan rasial
mewarnai sejarah etnis Tionghoa di Indonesia. Bahkan pemerintah di masa
tersebut sempat mengeluarkan undang-undang yang membatasi orang-orang
keturunan Tionghoa dalam berkspresi dalam menjalani hidupnya. Pembatasan
mereka dalam beraktivitas terutama terlihat begitu tampak pada ranah politik.
Saat itu kaum tersebut dilarang untuk terjun langsung dalam ranah
perpolitikan Indonesia hanya karena anggapan mayoritas bahwa mereka akan
membumikan paham komunis sebab pemerintahan di negeri asal mereka
menganut paham tersebut dalam menjalankan pemerintahan.
Namun semenjak masa reformasi di negeri ini, berbagai macam
diskriminasi atas etnis Tinghoa pun mulai hilang seiring dengan semakin
bebasnya kaum minoritas tersebut berusaha dan bekerja dalam berbagai
bidang di dimensi kehidupan di Indodesia. Berbagai perayaan dan adat khas
Tionghoa pun mulai kembali boleh dilaksanakan secara terbuka di bumi
pertiwi. Seperti para pendahulunya di zaman sebelum kemerdekaan Indonesia
dulu, hingga kini tidak sedikit orang-orang keturunan Tionghoa mengusai
ranah perdagangan dan bisnis lainnya di negeri ini. Khususnya di beberapa
tahun terakhir, banyak perusahaan besar di Indonesia yang dipimpin oleh
orang-orang berdarah Tionghoa. Selain itu, dalam bidang olahraga, hiburan,

4
hingga bidang politik yang dulunya sangat dibatasi pun mulai muncul
berbagai tokoh yang begitu kompeten dalam bidangnya.
Mengingat bagaimana kisah kaum minoritas ini yang awalnya begitu
disisihkan, lalu dengan usaha yang begitu gigih hingga kini banyak dari kaum
mereka yang mencapai sukses di negeri ini, maka karya tulis ini mencoba
untuk membahas bagaimanakah sifat, sikap, dan karakter yang mereka miliki
yang dapat membuat mereka meraih kesusksesan meskipun awalnya mereka
adalah kaum yang selalu dilihat sebelah mata oleh masyarakat Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Siapa sajakah tokoh-tokoh berdarah Tionghoa di Indonesia yang mencapai
kesuksesannya?
2. Bagaimanakah karakter yang dimiliki orang Tionghoa sehingga dapat
mendorong mereka menuju kesuseksan?
3. Bagaimanakah respon masyarakat asli Indonesia atas kesuksesan orang-
orang berdarah Tionghoa di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengenal tokoh-tokoh berdarah Tionghoa di Indonesia yang berhasil
meraih kesuksesannya.
2. Mempelajari dan memahami karakter yang dimiliki orang-orang berdarah
Tionghoa yang dapat mendorong mereka menuju kesuksesan.
3. Mengetahui respon masyarakat asli Indonesia terhadap kesuksesan orang-
orang berdarah Tionghoa di Indonesia.

5
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Etnis Tionghoa

Etnis Tionghoa menurut Purcell adalah seluruh imigran negara


Tiongkok dan keturunannya yang tinggal dalam ruang lingkup budaya
Indonesia dan tidak tergantung dari kewarganegaraan mereka dan bahasa
yang mereka gunakan. Etnis Tionghoa adalah individu yang memandang
dirinya sebagai “Tionghoa” atau dianggap demikian oleh lingkungannya.
Pada saat bersamaan mereka berhubungan dengan etnis Tionghoa perantauan
lain atau negara Tiongkok secara sosial, tanpa memandang kebangsaan,
bahasa, atau kaitan erat dengan budaya Tiongkok. Sebenarnya penggunaan
kata "Tionghoa" digunakan pertama kali dalam pers Indonesia tahun 1950-an
untuk merujuk pada orang Cina dan Tionghoa. Istilah ini berasal dari bahasa
Hokkian.
Menurut Liem (2000) etnis Tionghoa di Indonesia yaitu orang
Indonesia yang berasal dari negara Tiongkok dan sejak generasi pertama telah
tinggal di negara Indonesia, berbaur dengan penduduk setempat, serta
menguasai satu atau lebih bahasa yang dipakai di Indonesia. tetapi hal ini
berbeda dengan yang disampaikan oleh Suryadinata. Menurut Suryadinata
(1981) istilah Tionghoa Indonesia digunakan merujuk pada etnis Tionghoa
yang tinggal di negara Indonesia yang memiliki nama keluarga (marga), tanpa
memandang kewarganegaraannya.

2.2 Sejarah Etnis Tionghoa di Indonesia

2.2.1 Awal Masuk Etnis Tionghoa ke Wilayah Indonesia

Menurut Suryadinata dan Sanjatmiko etnis Tionghoa bukanlah etnis


Pribumi. Rekaman sejarah juga memperlihatkan bahwa para imigran etnis
Tionghoa tiba dalam gelombang-gelombang yang berbeda, dan dalam jangka

6
waktu yang juga bervariasi. Mereka memakai bahasa mereka sendiri, dan
membawa teman-teman sedarah mereka, baik yang semarga maupun yang
bukan ke bumi Indonesia.
Gelombang etnis Tionghoa pertama kali datang ke Nusantara (Sebelum
berdirinya Indonesia) diperkirakan pada abad ke 16. Pada saat itu di wilayah
Nusantara telah berdiri kerajaaan-kerajaan yang telah melakukan kegiatan
ekonomi antar wilayah kekuasaannya. Sejarahwan MaHua menyebutkan
bahwa mayoritas awak kapal Cheng-Ho yang berlayar ke Mekkah adalah
muslim Hanafi. Hal ini diperkuat oleh Profesor Slamet Muljana (dalam Liem,
2000) yang menyatakan bahwa mayoritas kerajaan Jawa Utara pada abad ke
15 adalah pengikut Hanafi yang diperkenalkan oleh muslim Tionghoa melalui
kegiatan misi (damai) pada dinasti Ming.
Gelombang pendatang kedua dan yang paling padat tiba pada abad ke-
19. Ketika itu, banyak etnis Tionghoa terpaksa meninggalkan tanah airnya
akibat kebutuhan ekonomi yang mana pada waktu itu mereka di bawah
tekanan kolonialisme modern. Ribuan etnis Tionghoa yang merantau ini
diantaranya direkrut sebagai “kuli kontrak. Etnis Tionghoa yang datang pada
gelombang ini datang membawa serta keluarganya. Berbeda dengan Etnik
Tionghoa yang datang pada gelombang pertama, ketika sampai di nusantara
mereka secara fisik tidak mengadakan proses asimilasi. Mereka tetap
mempertahankan gaya hidupnya, dan karena itulah mereka disebut sebagai
Tionghoa totok.
Orang-orang Tionghoa di Indonesia umumnya berasal dari bagian
Tenggara China yang mana sekarang merupakan provinsi Fujian, Guangdong,
Hainan, dan sekitarnya.

2.2.2 Keberadaan Etnis Tionghoa Pada Masa Penjajahan Belanda hingga


Orde baru
Keberadaan etnis Tionghoa di Indonesia sejak zaman penjajahan
Belanda hingga masa Orde baru selalu mengalami tindakan rasisme serta
diskriminasi. Pada masa kolonial Belanda, warga keturunan Tionghoa tidak
boleh diikut sertakan dalam program politik Etis yang dicetuskan oleh

7
Douwes Dekker, Padahal dalam kesehariannya para warga Tionghoa
membayar pajak ganda kepada bpemerintah Belanda yang berupa pajak
kekayaan dan pajak penghasilan. Hambatan masyarakat Tionghoa untuk
bergerak diberbagai bidang pada masa kolonial juga terjadi karena adanya
passenstelsel (peraturan yang mengharuskan orang Tionghoa membawa kartu
pass jalan jika mengadakan perjalanan keluar daerah, yang berlaku sejak
1816. Bagi mereka yang tidak mendaftarkan diri dan kedapatan tidak
membawa kartu tersebut dalam perjalanan dikenai sanksi hukuman atau
denda 10 gulden.)

Pada masa pra kemerdekaan masyarakat Tionghoa memberikan


banyak bantuan dan pembelaan untuk merebut kemerdekaan Indonesia.
beberapa diantaranya adalah Djiaw Kie Siong di Rengasdengklok yang
rumahnya digunakan untuk mengamankan Soekarno dan Hatta dan Mayor J.
Liem yang menyelundupkan senjata dari Singapura untuk perang merenut
kemerdekaan. Selain itu pada proses perumusan kemerdekaan empat diantara
anggota BPUPKI adalah pnduduk keturunan Tionghoa. Liem Koen Hian, Tan
Eng Hoa, Oey Tiang Tjoe, Oey Tjong Hauw. Selain itu di Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) terdapat 1 orang Tionghoa yaitu Drs.Yap
Tjwan Bing.Liem Koen Hian yang meninggal dalam status sebagai
warganegara asing, sesungguhnya ikut merancang UUD 1945.

Setelah kemerdekaan Indonesia ada beberapa keturunan Tionghoa


yang mendapatkan posisi strategis dalam pemerintahan Indonesia pada masa
itu seperti seperti Oei Tjoe Tat, Ong Eng Die, Siauw Giok Tjhan yang
diangkat sebagai menteri. Bahkan Oei Tjoe Tat pernah diangkat sebagai salah
satu Tangan Kanan Ir. Soekarno pada masaKabinet Dwikora. Pada masa ini
hubungan Ir. Soekarno dengan beberapa tokoh dari kalangan Tionghoa dapat
dikatakan sangat baik. Tetapi, pada Orde Lama terdapat beberapa kebijakan
politik yang diskriminatif terhadap masyarakat Tionghoa seperti Peraturan
Pemerintah No. 10 tahun 1959 yang melarang WNA Tionghoa untuk
berdagang eceran di daerah di luar ibukota provinsi dan kabupaten.

8
Pada masa Orde Baru Warga keturunan Tionghoa juga dilarang
berekspresi. Sejak tahun 1967, warga keturunan dianggap sebagai warga
negara asing sehingga secara tidak langsung hak-hak asasi mereka terhapus.
Kesenian barongsai secara terbuka, perayaan hari raya Imlek, dan
pemakaianBahasa Mandarin dilarang, meski kemudian hal ini diperjuangkan
oleh komunitas Tionghoa Indonesia. Satu-satunya surat kabar berbahasa
Mandarin yang diizinkan terbit adalah Harian Indonesia yang sebagian
artikelnya ditulis dalam bahasa Indonesia. Harian ini dikelola dan diawasi
oleh militer (ABRI). bahkan Agama Konghucu juga di lanrang pada saat itu

Pemerintah Orde Baru berdalih bahwa warga Tionghoa yang


populasinya ketika itu mencapai kurang lebih 5 juta dari keseluruhan rakyat
Indonesia dikhawatirkan akan menyebarkan pengaruh komunisme di Tanah
Air. Orang Tionghoa dijauhkan dari kehidupan politik praktis. Sebagian lagi
memilih untuk menghindari dunia politik karena khawatir akan keselamatan
dirinya. Puncak deskriminasi terhadap Warga Tionghoa pada masa orde baru
terjadi pada tahun 1998, dimana pada saat itu terjadi krisis yang
menghancurkan perekonomian indonesia.

2.2.3 Etnis Tionghoa Pada Masa Reformasi

Reformasi yang digulirkan pada 1998 telah banyak menyebabkan


perubahan bagi kehidupan warga Tionghoa di Indonesia. Mereka berupaya
memasuki bidang-bidang yang selama 32 tahun tertutup bagi mereka.
Pemimpin era reformasi lebih toleran dibandingkan pemimpin masa orde
baru. Sejak masa pemerintahan B.J. Habibie melalui Instruksi Presiden No.
26 Tahun 1998 tentang Penghentian Penggunaan Istilah Pribumi dan Non-
Pribumi, seluruh aparatur pemerintahan telah diperintahkan untuk tidak lagi
menggunakan istilah pribumi dan non-pribumi untuk membedakan penduduk
keturunan Tionghoa dengan warga negara Indonesia pada umumnya.
Kalaupun ada perbedaan, maka perbedaan itu hanyalah menunjuk pada
adanya keragaman etnis saja. pada masa pemerintahan Gusdur, Instruksi

9
Presiden (Inpres) No 14/1967 yang melarang etnis Tionghoa merayakan pesta
agama dan penggunaan huruf-huruf China dicabut. Selain itu, Presiden
Abdurachman Wahid mengeluarkan Keppres yang yang memberi kebebasan
ritual keagamaan, tradisi dan budaya kepada etnis Tionghoa. Akibat dari
dilegalkannya Kepres tersebut Imlek menjadi hari libur nasional. Di bawah
kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono, agama Khonghucu diakui sebagai
agama resmi dan sah. Saat ini berbagai kalangan etnis Tionghoa mendirikan
partai politik, LSM dan organisasi lainnya.

2.3 Populasi Etnis Tionghoa di Indonesia

Populasi penduduk etnis Tionghoa di Indonesia pada tahun 1930


tercatat 2.5% dari total seluruh penduduk Indonesia. Kemudian pada tahun
1970, Mackie memperkirakan terdapat sekitar 3 juta kelompok etnis
Tionghoa di tengah 120 juta penduduk Indonesia. Kepadatan populasi etnis
tionghoa tahun tersebut masih sama dengan jumlah yang tercantum dalam
data sensus penduduk tahun 1930.
Pada tahun 1997 Dengan jumlah penduduk Indonesia 200,000,000.
perkiraan porsi penduduk etnis Tionghoa di Indonesia tetap 2.5 persen,
sehingga jumlah penduduk kelompok etnis Tionghoa di Indonesia untuk
tahun 1997 diperkirakan sekitar 5 juta jiwa. Namun demikian, mengingat
kejadian kawin campuran antara kelompok etnis Tionghoa dengan Pribumi,
dan dalam setiap perkawinan campuran tersebut kemungkinan terbesar anak-
anak mereka akan tergolong menjadi etnis Tionghoa juga, maka jumlah
tersebut adalah perkiraan minimal. Seharusnya jumlahnya jauh lebih besar,
tapi nyatanya tidak demikian.
Pada tahun 2000 pemerintah Republik Indonesia kembali melakukan
sensus penduduk dengan mencantumkan jati diri suku bangsa. Hasil sensus
tersebut telah diolah oleh Suryadinata dan kawan-kawan untuk mendapatkan
jumlah kelompok etnis Tionghoa yang benar. Ternyata, karena berbagai
hambatan mereka masih susah untuk mendapatkan angka tersebut. Dari 30
provinsi di Indonesia, hanya 11 propinsi yang mengeluarkan data tentang

10
jumlah penduduk etnis Tionghoa. Dari hasil survey ini prosentase penduduk
etnis tionghoa di Indonesia sebesar 1,3% dari total keseluruhan data.
Pada tahun 2010 BPS (Badan Pusat Statistik) mengadakan survey
mengenai persebaran penduduk di Indonesia bedasarkan suku bangsa. Dari
hasil servei tersebut menunjukkan bahwa jumlah penduduk etnis tionghoa
berjumlah 2.832.510 atau sekitar 1,2% dari jumlah penduduk Indonesia
secara keseleuruhan. Namun, tidak ada data resmi mengenai jumlah populasi
Tionghoa di Indonesia yang secara resmi dikeluarkan pemerintah sehingga
sulit didapatkan data yang valid. Secara kasar dari data survey yang
dipublikasi berbagai pihak, populasi etnis tionghoa di Indonesia sangat
sedikit.

11
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Tokoh-Tokoh Keturunan Tionghoa yang Sedang Eksis di Indonesia

Pada zaman dahulu masyarakat Tionghoa dikenal dengan


kemampuan berdagangnya yang sangat baik.Namun,sekarang masyarakat
Tionghoa telah banyak memasuki bidang yang lain misalnya
bisnis,politik,olahraga dan masih banyak lagi.Tokoh-tokoh Tionghoa yang
sekarang ini banyak menarik perhatian orang banyak adalah sebagai berikut:

1.Hary Tanoesoedibjo

Beliau merupakan pengusaha sukses asal Indonesia, julukannya


sebagai Raja Multimedia Indonesia dan termasuk dalam jajaran orang terkaya asal
Indonesia menurut majalah Forbes. Dikenal sebagai bos dari MNC Group Hary
Tanoesoedibjo dilahirkan di Kota Surabaya, Jawa Timur pada tanggal 26
September 1965.Hary tanoesoedibjo merupakan seorang keturunan Tionghoa.
Setelah menamatkan Sekolah Menengah Atas, ia kemudian memilih masuk ke
perguruan tinggi di negara Kanada yaitu Carleton University, Ottawa Kanada.
Kemudian setelah menamatkan pendidikan dan mendapatkan gelar Bachelor of
Commerce pada tahun 1988, Hary Tanoesoedibjo pun melanjutkan pendidikannya
di Universitas yang sama yaitu Carleton University dengan mengambil jurusan
magister untuk program Master of Business Administration pada tahun 1989.
Hary Tanoesedibjo memang terkenal amat pandai Gelar master of Business
Administration hanya ia capai dalam waktu satu tahun saja.

Hary Tanoesoedibjo kemudian mengusung ambisi ingin menjadi jawara


bisnis media penyiaran dan telekomunikasi. Dan, mimpi itu terbukti. Kini Hary
Tanoesoedibjo mempunyai banyak stasiun TV swasta seperti RCTI, MNC TV,
dan Global TV, perusahaan TV berlangganan Indovision, juga stasiun radio
Trijaya FM dan media cetak Harian Seputar Indonesia dan Majalah

12
Ekonomi.Sejak.Hary sejak dari awal ingin menjadi enterpreneurship. Kunci
sukses pertama, adalah fokus dengan apa yang ingin dicapai. Jangan menyerah
akan kegagalan, karena sukses itu tidak instan, sukses itu butuh proses. "Tujuan
kita harus jelas dan fokus dan jangan berhenti sebelum tujuan itu tercapai, tapi
kita harus ingat sukses besar adalah akumulasi dari sukses yang kecil-kecil.Kunci
kedua adalah berdoa karena spiritual adalah kekuatan.Kunci ketiga adalah
membangun karakter. Terakhir, kunci suksesnya untuk mencapai ini harus didari
disiplin yang komitmen. Karena komitmen yang kuat menghasilkan mental dan
fisik yang kuat. Hary telah membuktikan kemampuannya membangun dinasti
bisnis, dengan nilai aset US$ 7,2 miliar. Kinerja bisnis cemerlang itu ia lakukan
hanya dalam tempo 14 tahun.

2.Rio Haryanto

Rio Haryanto lahir di Solo pada 22 Januari 1993 dari pasangan Indah
Pennywati dan Sinyo Haryanto. Sebagai seorang pembalap veteran nasional, sang
ayah menanamkan sikap disiplin, rendah hati dan dermawan kepada Rio sejak
dini.Rio Haryanto adalah pembalap muda berbakat berkebangsaan Indonesia.
Mengawali karir balapnya di arena Gokart Nasional dan International sejak usia 6
tahun, Pada usia 15 tahun ia mengikuti ajang balap Formula Asia 2.0, dimana ia
kemudian menjadi juara umum kelas Asia. Di tahun berikutnya, ia berhasil
meningkatkan prestasinya dengan menjadi juara umum ajang Formula BMW
Pacific 2009. Pada usia 17 tahun ia telah memenuhi syarat untuk mendapatkan
super license formula 1 dari Virgin F1 racing pada test drive Formula 1 di Abu
Dhabi 2010. Kini ia membalap di ajang GP2 Series bersama tim EQ8 Caterham
Racing dan bertekad menjadi pembalap Indonesia pertama yang berlaga di
kejuaraan balap F1.

Rio kini tinggal di Singapura. Disana ia berkuliah di FTMS GLOBAL


SINGAPORE yang mempunyai link dengan Anglia Ruskin University UK,
menempuh jurusan Bisnis Management. Dalam kesehariannya, meski sedang
tidak berkompetisi, Rio tetap disiplin menjaga stamina dan kondisi fisiknya
dengan rajin berolahraga di pagi hari serta malam hari sepulang dari kuliahnya,
antara lain dengan berenang, jogging, atau sekedar berlatih di gym, kurang lebih 4

13
jam dalam sehari. Ia juga disiplin dalam menjaga dietnya dengan mengkonsumsi
makanan tinggi protein, semisal ikan salmon kesukaannya yang seringkali ia
masak sendiri.

Kesadaran Rio untuk tidak mengesampingkan pendidikan adalah agar ia


dapat menjadi teladan bagi para penggemarnya. Setiap sedang pulang ke tanah air,
iapun kerap menyempatkan diri mengunjungi panti asuhan di Solo untuk
membagikan kisah dan pengalaman tak ubahnya seorang kakak kepada adik-
adiknya. Ia selalu memotivasi dan berpesan agar tetap fokus dan pantang
menyerah demi menggapai sukses, ia berharap agar dapat menularkan semangat
dan kegigihannya kepada generasi muda nusantara, seperti cita-citanya untuk
berkeliling dunia menggaungkan nama Indonesia, berjuang demi bangsa dan
negara, mengharumkan nama Ibu Pertiwi di sirkuit balap dunia lewat
perjuangannya diajang balap F1 nantinya.

3. Basuki Tjahaja Purnama

Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok adalah etnis Tionghoa pertama yang
menduduki jabatan sebagai orang strategis di DKI Jakarta yaitu Wakil Gubernur
mendampingi Jokowi. Walau awalnya terdapat kontroversi akan latar belakang
etnis Ahok namun kemudian isu itu tak muncul lagi. Berikut ini akan dipaparkan
Biografi Basuki Tjahaja Purnama atau Biografi Ahok. Basuki Tjahaja
Purnama atau Ahok dilahirkan di Manggar, Belitung Timur pada tanggal 29 Juni
1966. Nama Tionghoa dari Basuki Tjahaja Purnama adalah Zhong Wanxie. Kedua
orang tuanya adalah etnis asli Tionghoa yaitu Bpk Indra Tjahaja Purnama alias
Zhong Kim Nam (Alm) dan Buniarti Ningsih (Bun Nen Caw).Ahok adalah anak
sulung dari empat bersaudara. Ketiga saudaranya yang lain adalah dr.Basuri
Tjahaja Purnama M.Gizi.Sp.Gk (dokter PNS dan Bupati di Kabupaten Belitung
Timur), Fifi Lety, S.H, L.L.M (Praktisi hukum), Harry Basuki, M.B.A (praktisi
dan konsultan bidang pariwisata dan perhotelan).

Ahok menghabiskan masa kecilnya di Belitung hingga SMA ia memilih


untuk melanjutkan di Jakarta. Ahok kemudian berkuliah di Universitas Trisakti
Jakarta dengan mengambil jurusan Teknik Geologi.Setelah menyandang gelar

14
sarjana, Ahok meneruskannya dengan meraih s2 di Sekolah Tinggi Manajemen
Prasetya Mulya Jakarta dengan gelar Magister Manajemen.Ahok kemudian
bekerja di perusahaan kontraktor yang menangani pembangunan pembangkit
listrik yaitu PT Simaxindo Primadaya. Di perusahaan tersebut Ahok menjabat
sebagai staf direksi bidang analisa biaya dan keuangan proyek.

Setelah cukup pengalaman bekerja dengan orang, Ahok keluar untuk


kemudian membangun perusahaan sendiri yaitu penambangan pasir kuarsa yang
bernaung dibawah PT Gravel Pack Sand (GPS). Tempat Ahok mendirikan pabik
itu kemudian bakalan menjadi kawasan industri dan pelabuhan yang kemudian
terkenal dengan Kawasan Industri Air Kelik atau KIK.

Masuk Politik
Pada dasarnya dorongan Ahok adalah masuk dunia politik bukan bisnis
layaknya orang Tionghoa lainnya. Setelah bisnisnya bisa autopilot. Ahok
kemudian masuk ke ranah politik dengan bergabung di PIB yaitu Partai
Perhimpunan Indonesia Baru dimana ia langsung ditunjuk sebagai ketua DPC
Kabupaten Belitung Timur. Ia kemudian terpilih sebagai anggota legislatif DPRD
Kabupaten Belitung Timur 2004-2009.
Ketika ada pemilihan Bupati Belitung Timur, Ahok mengjukan diri
dengann menggandeng Khairul Effendi. Pasangan inipun menag menjadi Bupati
untuk masa bakti 2005-2010. Tak lama menjabat Bupati, Ahok lalu mengajukan
diri sebagai calon Gubernur Bangka Belitung tahun 2007 dan terpilih. Namun
Ahok kalah dalam pemilihan ini.
Pada 2012, Ahok dipasangkan dengan Jokowi untuk menjadi Gubernur
dan Wakil Gubernur Jakarta. Pasangan ini kemudian menang dari Fauzi Bowo.
Mereka lalu dilantik pada 18 Oktober 2012 untuk masa jabatan 2012-2017.
Melihat kiprahnya, kita bisa mengatakan bahwa berpolitik ala Ahok adalah
berpolitik atas dasar nilai pelayanan, ketulusan, kejujuran, dan pengorbanan;
bukan politik instan yang sarat pencitraan.

15
3.2 Karakter Penunjang Kesuksesan Orang-Orang Berdarah Tionghoa

1.Paham Wu-Lun

Tersohornya kesuksesan orang besar yang datang dari etnis Tionghoa gak
bisa dilepaskan dari paham yang mereka anut. Konghucu atau lebih dikenal
dengan confucianism adalah sistem norma dan filosofi yang dianut oleh
kebanyakan etnis Tionghoa. Etnis Tionghoa terbiasa menempatkan diri mereka
secara tepat di berbagai jenis hubungan. Mereka tahu kapan harus profesional,
kapan harus menurut dan kapan perlu jadi hangat ke orang lain. Walau terkesan
kaku, namun “tahu kapan dan bagaimana menempatkan diri” bisa jadi pelajaran
penting yang layak diambil.

2. Mematuhi Rutinitas
Berbeda dengan orang kebanyakan yang rutinitasnya berubah-ubah,
mereka yang beretnis Tionghoa cenderung berpegang teguh pada jadwal ini.
Kebiasaan sederhana ini ternyata memang membawa banyak manfaat. Bangun
pagi dan berolahraga mampu menurunkan tingkat stres secara signifikan. Mandi
sebelum tidur memberikan sinyal pada tubuh agar beristirahat dan memberi
kesempatan agar bisa memanfaatkan waktu tidur secara optimal.

3. Tradisi bisnis “guanxi”


Guanxi adalah budaya Cina yang berarti membangun jejaring. Tradisi
Tionghoa menekankan pentingnya membangun jejaring, yang dapat membawa
keuntungan bagi semua pihak yang berada di dalam hubungan tersebut. Dan
memang benar, jejaring adalah kunci penting kesuksesan seseorang. Sepintar
apapun kamu, kalau gak bisa membangun hubungan dengan orang lain ya akan
sama aja seperti orang kebanyakan.
Sebagai contoh, tradisi ini menekankan pentingnya menjamu orang.
Sebaiknya, kamu tidak pelit mengeluarkan uangmu untuk mengajak rekan
kerjamu makan malam. Sebab suatu hari, uang itu akan kembali dalam bentuk
kemudahan yang lain. Karena menekankan pada “hubungan yang menguntungkan
kedua belah pihak” terkadang jadi terlihat pilih-pilih. Tapi jika bisa diambil sisi

16
positifnya, tradisi untuk terus membangun jejaring dengan siapapun ini perlu
banget kita tiru.

4. Menekankan pada “Chinese Ways” — Keunikan-Keunikan Cina


Dalam sebuah penelitian, disebutkan bahwa kultur Cina sebenarnya tidak
sesuai dengan nilai-nilai yang menentukan kesuksesan pebisnis. Jadi, mereka
tidak tumbuh dengan sendok emas di mulut. Sama seperti semua orang, mereka
juga berusaha agar menjadi kaya.Etnis Tionghoa tidak sepenuhnya “menyerah”
pada kebudayaan dan nilai turun-temurun mereka, dan itulah mengapa mereka
unik.Misalnya, hubungan hierarkis yang diatur dalam Wu-Lun seharusnya akan
membuat para penganutnya sulit beradaptasi, tapi para etnis Tionghoa mengikuti
budaya mereka dengan rasionalitas. Rasionalitas ini mencegah nilai-nilai tradisi
menghambat keluwesan mereka dalam bisnis.

5. Sedari Kecil, Mereka Dididik Dengan (Sangat) Keras


Kerja keras dan sifat tidak mudah mengeluh jadi hal yang telah diakrabi
sejak kecil. Dalam memoar berjudul Battle Hymn of a Tiger Mother diceritakan
bagaimana Amy Chua seorang ibu beretnis Tionghoa mendidik putri-putrinya.
Walau dianggap super keras dan melanggar hak asasi anak tapi didikan ini
memang mengantarkan anak-anaknya ke pintu gerbang kesuksesan. Ini nih yang
selalu dilakukan oleh ibu-ibu etnis Tionghoa:

 Tugas sekolah harus selalu diutamakan


 Nilai A- itu jelek. Yang bagus cuma nilai A
 Anak-anaknya harus 2 kali lebih pintar dari teman sekelas mereka
 Jangan pernah memuji anakmu di depan publik, nanti mereka
merasa bisa dan malas berusaha
 Kalau ada perselisihan antara guru dan anak, selalu dukung guru.
Mereka lebih tahu.
 Anak-anak cuma boleh ikut kegiatan yang bisa mereka menangkan.
Tak ada yang boleh dilakukan cuma untuk senang-senang.
 Mereka harus selalu juara 1 dimanapun

17
Didikan keras plus minimnya penghargaan di publik membuat
mereka haus akan pencapaian. Inilah sumber awal sifat kerja keras berasal.
Sampai mereka super sukses, mereka belum akan merasa cukup. Karena
sedari kecil selalu ditanamkan bahwa yang mereka lakukan belum ada
apa-apanya dibanding orang lain.

6. Selalu Optimis
Kegagalan jadi bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah proses menuju
kesuksesan. Untuk menghadapi kegagalan dengan gagah berani, dibutuhkan
optimisme tingkat tinggi. Inilah yang selalu dimiliki oleh mereka yang beretnis
Tionghoa. Dan kamu yang bukan pun juga pasti bisa melakukannya.
Mereka tidak pernah mengeluh pada kebijakan pemerintah yang
menyulitkan. Saat orang lain merasa nggak mungkin bisa, orang-orang ini akan
gigih berkata: “Aku pasti bisa!”.
7. Menjaga Reputasi dan Integritas
Etnis Tionghoa memiliki keyakinan kuat pada pentingnya menjaga
reputasi dan integritas. Budaya Timur membuat nama baik menjadi hal yang
sangat krusial untuk terus dijaga. Mereka selalu berupaya untuk menepati janji,
berlaku baik kepada orang lain dengan keyakinan bahwa semua hal baik yang
dilakukan akan kembali pada mereka.
Tidak hanya nama baik diri sendiri, integritas keluarga juga sangat perlu
terus dipertahankan. Kesuksesan selalu integral dengan sebuah keluarga yang
harmonis dan bahagia. Bagi mereka, sukses tidak akan ada artinya saat
keluargamu kacau balau. Rasa gengsi yang tinggi untuk terus menjaga nama baik
membuat mereka selalu berusaha untuk memberikan kualitas nomor 1 di setiap
pekerjaan yang dilakukan.

3.3 Respon Masyarakat Indonesia Terhadap Kehadiran Etnis Tionghoa Atas


Kesuksesan Mereka
Dewasa ini seiring dengan perkembangan bangsa
Indonesia,masyarakat Indonesia juga ikut berkembang dengan keanekaragaman
etnis dan budaya yang dimiliki.Indonesia memiliki etnis yang tersebar di seluruh
pelosok negeri tidak terkecuali etnis tionghoa.Dahulunya etnis tionghoa dianggap

18
sebagai etnis asing yang keberadaannya mengusik masyarakat indonesia karena
kebudayaan yang sangat berbeda dengan kepribadian bangsa Indonesia.Namun
seiring berjalannya waktu etnis tionghoa dapat melebur dengan masyarakat
Indonesia.Masyarakat indonesia banyak mengagumi cara kerja atau etos kerja
yang dimiliki etnis tionghoa sehingga itu menimbulkan adanya kerjasama pribumi
dan non pribumi.

Etnis Tionghoa banyak melibatkan diri dalam perdagangan.Namun bidang


seperti olahraga dan politik tidak luput dari tokoh Tionghoa. Kita dapat melihat
isu sekrang yang sedang hangantnya diperbincangkan mengenai “Ahok” yang
memimpin DKI Jakarta dengan segala kontoversialnya.Ahok dapat membuktikan
kinerjanya yang cemerlang terhadap bidang yang digelutinya.Berkaitan dengan
hal itu,masyarakat memberikan respon yang mengejutkan.Masyarakat sebagian
besar mendukung dan mengapresiasi kinerja ahok sebagai gubernur.Hal itu
membuktikan bahwa masyarakat Indonesia dapat hidup berdampingan dengan
etnis Tionghoa dengan harmonis.Masyarakat harus mengedepankan asas
kekeluargaan dan toleransi kepada etnis lain.

Nenek moyang kita mengajarkan Bhinneka Tunggal Ika kepada kita.


sehingga di masa lalu tidak ada prejudice diantara Keturunan Cina dan Pribumi di
Nusantara. Mari kita kembali pada hubungan harmonis yang telah tercipta jauh
sebelum Belanda-Belanda itu tiba di Nusantara. Kita harus kembali pada makna
kebhinekaan kita yang telah mempersatukan Indonesia. Kita memang diciptakan
berbeda oleh Tuhan, tetapi perbedaan itulah yang menyadarkan bahwa kita saling
membutuhkan.

19
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pada zaman dahulu masyarakat Tionghoa dikenal dengan kemampuan
berdagangnya yang sangat baik. Namun,sekarang masyarakat Tionghoa telah
banyak memasuki bidang yang lain misalnya bisnis,politik,olahraga dan masih
banyak lagi Tokoh-tokoh Tionghoa yang sekarang ini banyak menarik perhatian
orang banyak adalah Hary Tanoesoedibjo, Rio Haryanto, Basuki Tjahaja
Purnama, dan lain sebagainya.

Karakter penunjang kesuksesan etnis tionghoa antara lain paham wu-lun,


mematuhi rutinitas, tradisi bisnis guanxi, menekankan pada chinese way, didikan
keras sejak kecil, selalu optimis, menjaga integritas dan reputasi.

Dahulunya etnis tionghoa dianggap sebagai etnis asing yang


keberadaannya mengusik masyarakat indonesia karena kebudayaan yang sangat
berbeda dengan kepribadian bangsa Indonesia.Namun seiring berjalannya waktu
etnis tionghoa dapat melebur dengan masyarakat Indonesia.Masyarakat indonesia
banyak mengagumi cara kerja atau etos kerja yang dimiliki etnis tionghoa
sehingga itu menimbulkan adanya kerjasama pribumi dan non pribumi.Etnis
Tionghoa banyak melibatkan diri dalam perdagangan.Namun bidang seperti
olahraga dan politik tidak luput dari tokoh Tionghoa

4.2 Saran

Sebagai warga indonesia yang baik kita harus saling berbaur satu sama
lain, karena di indonesia ini memiliki berbagai macam budaya, suku, adat. Karena
dengan saling menjaga kerukunan akan tercipta negara yang kokoh dan maju.

20
Daftar Pustaka

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23488/3/Chapter%20II.pdf
(makalah)

http://www.tionghoa.info/suku-tionghoa-di-indonesia/

http://pariwisata-sumut.tripod.com/tionghoa.htm

http://www.tionghoa.info/sejarah-migrasi-dan-populasi-kelompok-etnis-tionghoa/

http://bobo.kidnesia.com/Bobo/Info-Bobo/Bobo-File/Keragaman-Agama-dan-
Suku

http://www.rioharyanto.com/site/profile/biography/

http://www.biografiku.com/2012/12/biografi-hary-tanoesoedibjo-si-raja.html

http://bio.or.id/biografi-ahok-basuki-tjahaja-purnama/

http://biografi-orang-sukses-dunia.blogspot.co.id/2013/12/biografi-basuki-tjahaja-
purnama.html

https://www.google.co.id/?gws_rd=cr,ssl&ei=mwzpVerLPIKq0ASHgLCACw#q=hubungan
+masyarakat+indonesia+dengan+tionghoa

21

Anda mungkin juga menyukai