Anda di halaman 1dari 3

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara mobilisasi


dini dengan proses penyembuhan luka pada pasien pasca laparotomi di bangsal
bedah pria dan wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang. Berdasarkan data yang
diperoleh menunjukan bahwa sebagian pasien pasca laparatomi mengalami proses
penyembuhan luka yang baik. Salah satu hal yang mempengaruhinya adalah karena
pasien melaksanakan mobilisasi dini. Mobilisasi dini adalah perawatan khusus yang
diberikan pasca tindakan medis seperti tindakan bedah. Tindakan ini dilakukan
dengan memberi latihan ringan seperti latihan pernapasan hingga menggerakan
tungkai kaki yang dilakukan di tempat tidur pasien. Akhir dari proses latihan ini
mengajak pasien untuk mau berjalan dan bergerak secara mandiri untuk sekedar ke
kamar mandi (Anggraeni, 2018).
Mobilisasi dini memiliki manfaat untuk melancarkan peredaran darah, statis
vena, mencegah kontraktur, dan meningkatkan fungsi pernapasan (Kiik, 2013).
Selain itu fungsi lain dari mobilisasi dini adalah untuk mengurangi aktivitas
mediator kimiawi dan mengurangi transmisi saraf nyeri menuju ke pusat (Nugroho,
2010). Nainggolan (2013) mengemukakan bahwa mobilisasi dini adalah salah satu
aspek penting yang dapat mempengaruhi percepatan penyembuhan pasien pasca
bedah. Selain itu, kegiatan ini juga sangat berguna untuk memperpendek masa
rawat dan menghindarkan pasien dari resiko komplikasi seperti kekakuan otot
hingga dekubitus.
Namun ada beberapa pasien yang melaksanakan mobilisasi dini, tetapi
proses penyembuhan lukanya tidak baik. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor lain,
yaitu usia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Semakin tua umur seseorang,
maka proses penyembuhannya akan semakin lama. Hal ini dipengaruhi oleh adanya
penurunan elastin dalam kulit, perbedaan penggantian kolagen yang mempengaruhi
penyembuhan luka, sehingga akan mempengaruhi lama perawatan pada pasien.
Jenis kelamin laki-laki lebih dapat menahan rasa nyeri dibandingkan dengan
perempuan. Kemudian seseorang dengan tingkat pendidikan yang tinggi
mempunyai daya serap yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang berpendidikan
rendah, sehingga penyampaian informasinya lebih mudah (Noer, 2010).
Namun pelaksanaan mobilisasi dini kurang diterapkan dengan baik di lahan
praktik. Hal itu dikarenakan tingkat pendidikan dan ketidaktahuan pasien akan
manfaat dan dampak yang ditimbulkan mobilisasi dini bagi dirinya. Adanya
anggapan pasien bahwa tidak boleh banyak bergerak jika dalam masa
penyembuhan menyebabkan pengaruh yang buruk untuk mobilisasi dini (Kiik,
2013). Padahal, jika pasien melakukan mobilisasi dini, apa yang menjadi keluhan
pasien seperti nyeri dan penurunan fungsi tubuh akan sedikit terhindarkan. Hasil
analisis bivariat menunjukkan bahwa responden yang berjumlah 31 orang, sebagian
besar responden mengalami proses penyembuhan luka yang baik dengan mobilisasi
dini terlaksana, yaitu sebanyak 14 orang (82,4%) dan sebagian kecilnya adalah
responden dengan mobilisasi dini tidak terlaksana yang mengalami proses
peyembuhan luka yang baik, yaitu sebanyak 3 responden (17,6%). Hasil ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Nainggolan (2013) bahwa dari 15 responden
yang terlibat 13 (86,6%) diantaranya tidak melakukan mobilisasi dini dan
mengalami masa penyembuhan yang lambat, sedangkan 2 (13,4%) pasien lain
melakukan mobilisasi dini dengan lebih teratur. Hasilnya, 2 pasien tersebut
mengalami masa penyembuhan yang lebih cepat dibanding mereka yang tidak
melakukan.
Artinya, proses penyembuhan luka akan semakin cepat apabila seorang
pasien melakukan mobilisasi dini. Adanya anggapan bahwa pasien tidak
diperkenankan bergerak selama masa penyembuhan adalah opini yang tidak
terbukti secara klinis dan tidak benar-benar terbukti dalam penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, R. (2018). Pengaruh penyuluhan manfaat mobilisasi dini terhadap


pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien pasca pembedahan laparatomi.
Jurnal Ilmiah Indonesia, 3 (2), 107-121.
Kiik, S.M. (2013). Pengaruh mobilisasi dini terhadap waktu pemulihan peristaltik
usus pada pasien pasca operasi obdomen di ruang ICU RSUD Labuang
Baji Makassar. Jurnal Kesehatan, 1(1):13-20.
Nainggolan, E. (2013). Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Llamanya
Penyembuhan Luka Pascaoperasi Apendiktomi. Jurnal Keperawatan
HKBP Belige, 1. (2). 98.105.
Noer, N.A. (2010). Faktor-faktor yang berhubungan dengan lama hari rawat pada
pasien pasca operasi laparatomi di rumah sakit umum daerah Labuang Baji
Makassar. Tersedia dari: URL: HYPERLINK
https://app.box.com/s/83103e737c60e4bb29c9
Nugroho, T. (2010). Buku Ajar Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta:
Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai