Disusun Oleh:
Kelompok 4
Anissa Clarita 1506746374
Ratu Anissa Cahyani 1506746411
Sarah Vania Ghaisani 1506673233
LIST OF CONTENT.............................................................................................ii
LIST OF FIGURES..............................................................................................iv
LIST OF TABLES..................................................................................................v
BAB I.......................................................................................................................6
PENDAHULUAN..................................................................................................6
1.1 Latar Belakang.........................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................7
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................7
2.1 Karakteristik I-U CGDE..........................................................................7
BAB III..................................................................................................................19
KESIMPULAN....................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20
2 Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
LIST OF FIGURES
LIST OF TABLES
Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
Universitas Indonesia
anodik dengan sukses untuk menguraikan beberapa polutan organik yang
persisten
Untuk degradasi FP, studi sebelumnya berfokus terutama pada
monofluorofenol dan pentafluorophenol. Untuk yang terbaik dari pengetahuan
penulis, ini adalah laporan pertama degradasi enam senyawa difluorophenol
(DFP) oleh CGDE. Tujuan dari ini penelitian adalah untuk menyelidiki total
mineralisasi dan defluorinasi DFP, dan menentukan peran posisi substituen dari
fluor pada dekomposisi DFP. Itu rute dekomposisi DFP oleh CGDE juga
diusulkan berdasarkan identifikasi dari beberapa perantara.
1.2 Metode Percobaan
Gambar 1 menyajikan aparatus reaksi dan perakitan untuk eksperimen
CGDE anodik. sebuah sel kaca silinder, 48 mm dengan diameter bagian dalam,
digunakan. Anoda, dari mana debit dipancarkan, adalah kawat platinum runcing
(0,6 mm diameter) disegel dalam gelas tabung yang dimasukkan ke dalam sel.
Katoda adalah pelat baja anti karat yang ditempatkan di tabung gelas lain, ujung
bawah yang ditancapkan oleh disk kaca yang disinter dengan porositas sedang dan
direndam ke dalam 70 mL larutan fosfat berair (8,7 mmol / L kalium
dihidrogenphosphate dan 30,4 mmol / L disodium hydrogenphosphate, pH 7,4).
Ketinggian larutan fosfat berair di dalam sel sekitar 3,9 mm. Tegangan 500 V dari
catu daya DC (ELEPOS PS-1510) diaplikasikan di antara kedua elektroda untuk
memulai berlari. Kedalaman elektroda buang (anoda) dicelupkan ke dalam larutan
telah disesuaikan sehingga arus rata-rata mungkin 70 mA. Total arus listrik selama
elektrolisis dipantau menggunakan digital coulomb-meter (Hokuto Denko HF-
201). Solusinya diaduk lembut dengan batang magnet yang dilapisi dengan
Teflon. Reagen DFP tingkat dibeli dan digunakan sebagai diterima. CGDE
dihentikan secara teratur selama 20 detik setiap 30 menit, dan sampel larutan
reaksi diambil dari lubang pengambilan sampel di sumbat karet. Produk dalam
sampel, serta bahan awal yang tidak bereaksi, ditentukan oleh kromatografi cair
kinerja tinggi (HPLC, Shimadzu LC10A) menggunakan kolom GL Sciences
Inertsil ODS-4 V yang terhubung ke ultraviolet-visible (UV–VIS) detektor
(Shimadzu SPD-M10A). Sebuah kolom Shodex RSpak KC-811 digunakan untuk
menentukan karboksilat, terutama format dan oksalat. Selain itu, Shodex Ionpak
Universitas Indonesia
Kolom IC I-524A digunakan bersama dengan detektor konduktivitas (Shimadzu
CDD-6A) untuk analisis ion fluoride. Jumlah total karbon organik (TOC) dalam
larutan itu diukur menggunakan alat analisa TOC (Shimadzu TOC-VE). Produk
diidentifikasi oleh gas spektrometri kromatografi-massa (GC-MS) dan HPLC.
Titrasi dengan permanganate dilakukan untuk menentukan konsentrasi hidrogen
peroksida tanpa adanya DFP; iodometri menggunakan natrium iodida dalam 2-
propanol diadopsi untuk deteksi fraksional.
Universitas Indonesia
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
8 Universitas Indonesia
Gambar 2.1. Peralatan DFP dari CGDE. a anode; b cathode; c icewater bath; electrolytic
solution; e Teflon-coated magnet bar; f digital coulomb meter; g dc power supply; h sampling
hole;i rubber plug
2.2 Karakteristik Plasma
Di CGDE, sejenis tekanan atmosfer dc-excited non-termal plasma
dihasilkan pada fasa uap yaitu terbentuk diantara anoda platinum dan permukaan
larutan dalam kontak joule heating. Anoda platinum yang tidak meleleh selama
proses CGDE, menunjukkan suhu plasma mungkin lebih rendah dari titik leleh
platinum, 2045 K. Seperti disebutkan di atas, warna merah dari emisi kalsium
dalam plasma dapat diamati seperti pada gambar 2.3. Kalsium dengan jumlah
yang cukup hanya dapat dibawa ke fase uap dari larutan ketika temperaturnya
tinggi dari 1373 K. Karena itu, plasma suhu dalam CGDE harus dalam kisaran,
1272-2045 K.
9 Universitas Indonesia
Gambar 2.1.Karakteristik I–U
CGDE pada larutan buffer fosfat. AB conventional
electrolysis, BC intermittent
bubble region, CD vapour
blanket REgime, DE continuous plasma REgime
Bruggeman et al. memeriksa debit udara dc-excited atmospheric pressure
langsung yang serupa dalam fase uap larutan. Kondisi pembentukan plasma di
penelitian mereka sebanding dengan penelitian ini: tegangan-discharge dc sebesar
700 V dan arus 30,8 mA. Berdasarkan suhu rotasi N2 (C-B), mereka
memperkirakan suhu plasma dari jenis pelepasan dc-bersemangat dalam fase uap
menjadi 1600 ± 200 K, yang mirip dengan penelitian ini. Kepadatan elektron
dalam discharge dilaporkan (3–4) 9 1020 m-3. Oleh karena itu, kerapatan elektron
di CGDE di penelitian ini diasumsikan sama besarnya.
10 Universitas Indonesia
Gambar 2.3 Plasma yang tergenerasi dari CDGE dalam 60 mM larutan Calcium Nitrate
2.3 Spesies Ionik dalam Plasma dan Oksidan dalam Larutan
Spesies ionik utama dalam plasma adalah e -, H2O+, dan H+ sebagai hasil
ionisasi dari H2O seperti pada Persamaan 2.1 dan 2.2. Selanjutnya, H2O+ dan H+
yang terbentuk akan terakselerasi dengan tegangan ± 100eV menghasilkan ion
radikal (H2O+)∙ dan (H+)∙. Ion-ion radikal tersebut memisahkan H2O menjadi ion
radikal ∙OH seperti pada persamaan 2.3 dan 2.4, kemudian akan saling bereaksi
membentuk hidrogen peroksida (H2O2). Berikut adalah spesies-spesies ionic yang
terbentuk dalam plasma, beserta oksidan dalam larutan.
Pada daerah plasma,
ionisasi
H2O H2O+ + e- (2.1)
H2OCGDE
+
H+ + ∙OH
Pada daerah sekitar plasma dalam larutan elektrolit,
H2O+ (H2O+)∙ H3O+ + ∙OH (2.2)
H+ 100(H
eV+
)∙ +H
H + 2O
+ (H2O)∙ ∙H + ∙OH (2.3)
+
-H (2.4)
100 eV ∙OH+H 2O
+ ∙OH H2O2
(2.5)
H2O2 2H2O2 + O2
(2.6)
11 Universitas Indonesia
Grafik di bawah ini menunjukkan adanya pembentukan H 2O2 dalam
larutan penyangga dengan CGDE sebagai basis sebelum dilakukan percobaan
terhadap sampel defluorofenol.
12 Universitas Indonesia
Gambar 2.5. Grafik Konsentrasi DFP dan TOC terhadap Waktu
Gambar 2.5. menunjukkan adanya penurunan konsentrasi dari senyawa 2,4
defluorofenol (2,4-DFP) dan total karbon organik (total organic carbon/TOC)
secara simultan seiring bertambahnya waktu. Pada menit ke-240, dapat dilihat
bahwa seluruh senyawa 2,4-DFP dan sebagian besar total karbon organik dapat
dihilangkan dengan metode CGDE, sehingga metode ini dikatakan berhasil
memecahkan ikatan antara florin dengan atom-atom karbon sebagai ikatan yang
lebih kuat dibandingkan ikatan klorin dengan atom-atom karbon.
Pemecahan ikatan antara florin dan atom karbon yang terjadi
menyebabkan terbentuknya senyawa-senyawa organik seperti senyawa
karboksilat, khususnya senyawa oksalat dan format. Grafik di bawah ini
menunjukkan hubungan konsentrasi dari ion F-, oksalat, dan format terhadap
waktu.
13 Universitas Indonesia
Gambar 2.6. Grafik Konsentrasi a)ion F-, b)oksalat, dan c)format terhadap Waktu
Berikut ini data yield produk yang terbagi menjadi senyawa karbon dan florin.
Senyawa florin dilihat dari data ion F- yang terukur, adapun senyawa karbon
dilihat dari senyawa format, oksalat, dan karbon anorganik (inorganic carbon/IC).
Selain itu, senyawa-senyawa yang tidak terdefinisi namun terukur (disebut juga
ND) tetap diperhitungkan agar didapatkan kesetimbangan dari jumlah total
konversi yield produk.
14 Universitas Indonesia
Tabel 2.2. Yield Produk Degradasi Senyawa-Senyawa DFP dengan CGDE
15 Universitas Indonesia
Tabel 2.3. Produk Intermediae awal dari degradasi DCP
16 Universitas Indonesia
Gambar 2.6. (Skema 1) Keseimbangan ionisasi dan struktur resonansi dari DFP
Untuk ion fluorophenoxide, 3 dari 4 struktur yg berkontribusi (II-IV)
dapat mendonasi elektron oksigen yang tidak berpasangan pada posisi para atau
ortho ke kelompok OH fenol atau phenolic OH group. Sehingga serangan
elektrofilik dari radikal hidroksil akan lebih condong menyerang posisi para atau
ortho dan membentuk produk intermediate primer seperti yang dilihat pada tabel
2.3.
Selanjutnya terdapat 2 jalur yang menunjukan pembentukan produk utama
dan produk samping sebagai hasil degradasi 2,4-DFP. Jalur tersebut ditunjukan
pada gambar 2.7 dan 2.8.
Gambar 2.7. (Skema 2) Jalur pembentukan produk utama dan samping dari degradasi 2,4-DFP
pada CGDE
17 Universitas Indonesia
Pada skema 2, degradasi dari 2,4-DFP menghasil 3 produk utama, yaitu
(1). 2-fluro-hydroquinone; (2) 2-fluoro-quinones; (3) 4-fluoro-catechol dan 3
produk samping yaitu (4) oxalate; (5) formate, dan (6) F - . Sedangkan pada skema
2, produk samping 4-fluoro-catechol tidak dihasilkan.
Gambar 2.8. (Skema 3) Jalur pembentukan produk utama dan samping dari degradasi 2,4-DFP
pada CGDE
Berdasarkan kemungkinan jalur tersebut, degradasi dari larutan DFP di
CGDE dapat diasumsikan melalui mekanisme sebagai berikut :
(1). Hidroksilasi pada posisi orto dan/atau para untuk phenolic OH group dari
DFP yang akan menimbulkan produk primer
(2). Pembelahan cincin dari proses oksidasi yang menghasilkan pembentukan
karboksilat, seperti oksalat dan format
(3). Mineralisasi menjadi IC (CO2) dan F-
(4). Defluorinasi dari DFP melalui langkah-langkah diatas
Pemutusan ikatan karbon-karbon untuk cincin benzene dan rantai karbon
merupakan hal penting untuk mineralisasi DFP. Berdasarkan hasil penelitian, jalur
pemutusan ikatan karbon-karbon diusulkan seperti skema 4 berikut
18 Universitas Indonesia
Gambar 2.9. (Skema 4) Jalur pembentukan produk utama dan samping dari degradasi 2,4-DFP
pada CGDE
Pada struktur –CO-C (OH), karbon di kelompok karboksil mengalami
serangan nekleofilik oleh atom hidrogen di hydroxyl group, menghasilkan
pemutusan ikatan karbon-karbon.
Defluorinasi dari DFP dapat terjadi melalui langkah-langkah berikut :
(a) Eliminasi HF dari struktur –CF(OH)- untuk membentuk kelompok
karbonil (skema 5)
(b) Hidrolisis dari asam fluorides meninggalkan kelompok karboksil (skema
6)
19 Universitas Indonesia
C0
ln ( )
Ct
=kt
dengan,
Ct : konsentrasi selama t waktu
C0 : konsentrasi awal
k : konstanta laju reaksi
t : waktu reaksi
Ketika masing-masing data kinetik di plot sesuai dengan persamaan
diatas,, didapatkan trend kurva yang hampir linear, seperti dapat dilihat pada
Gambar 2.11. Hal ini sekali lagi membuktikan bahwa 2,4-DFP dan TOC
terdekomposisi mengikuti kinetika laju reaksi orde pertama.
Gambar 2.11. Plot kinetika orde satu dari dekomposisi (a) 2,4-DFB dan (b)TOC
Adapun formasi dari F- sebagai hasil oksidasi DFP mengikuti laju kinetika
eskponensial sebagai berikut
[ product ] =constant [ 1−exp (−k F , t) ]
Dan defluorinasi dari DFP mengikuti persamaan berikut
ln [ ( C T −C ) /C T ] =−t k dF
dengan,
CT : konsentrasi awal dari atom fluorine pada DFP dan konsentrasi akhir
dari fluoride (10 mM)
C : konsentrasi fluorine pada waktu t
k dF : konstanta laju reaksi defluorinasi
k F : konstanta laju reaksi pembentukan fluoride
20 Universitas Indonesia
Ketika data kinetic daridefluorinasi DFP di plot berdasarkan persamaan
diatas, didapatkan trend kurva linear seperti pada gambar 8. Hal ini
menunjukan bahwa defluorinasi dari DFP mengikuti kaidah laju reaksi orde 1.
Tabel 2.4 juga mennjukan korelasi antara nilai k dengan data pKa. Dapat
dilihat bahwa k DFP ,k TOC , k dF tidak terpengaruh oleh nilai pKa.Hubungan ini
dapat digambarkan pada gambar 2.13
21 Universitas Indonesia
Gambar 2.13. Hubungan nilai k DFP ,k TOC , k dF dengan pKa
22 Universitas Indonesia
BAB III
KESIMPULAN
23 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
24 Universitas Indonesia