Anda di halaman 1dari 16

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kromatografi, komponen-komponen terdistribusi dalam dua

fase. Salah satu fase adalah fase diam. Transfer massa antara fase

bergerak dan fase diam terjadi bila molekul-molekul campuran serap pada

permukaan partikel-partikel atau terserap di dalam pori-pori partikel atau

terbagi ke dalam sejumlah cairan yang terikat pada permukaan atau di

dalam pori.

Berbagai metode kromatografi memberikan cara pemisahan paling

kuat. Karena pemanfaatannya yang leluasa, dipakai secara luas untuk

pemisahan analitik dan preparative. Biasanya, kromatografi analitik

dipakai pada tahap permulaan untuk semua cuplikan dan kromatografi

preparative hanya dilakukan jika diperlukan fraksi murni dari campuran.

Pemisahan secara kromatografi dilakukan dengan cara mengotak-atik

langsung beberapa sifat fisika umum dari molekul. Pemisahan senyawa

biasanya menggunakan beberapa teknik kromatografi. Pemilihan teknik

kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan senyawa

yang akan dipisahkan dan mendapatkan senyawa murni. Berdasarkan

uraian tersebut, maka kita akan membahas tentang metode kromatografi

lapis tipis preparatif.

SULISTIAWATI YUNUS NURHIDAYA


150 2016 0031
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada parktikum kali ini yaitu :

1. Manakah fraksi sampel yang aktif pada fraksi daun waru sampel klika

kayu jawa (Lannea coromandelica) ?

2. Eluen perbandingan berapaka yang dapat memisahkan sampel

dengna baik ?

C. Maksud Praktikum

Adapun maksud dari peraktikum ini adalah untuk mengetahui dan

memahami carapemisahan senyawa pada fraksi sampel klika kayu jawa

(Lannea coromandelica) dengan menggunakan KLTP.

D. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk melakukan

pemisahan komponen kimia yang terdapat pada fraksi sampel klika kayu

jawa (Lannea coromandelica) dengan menggunakan metode KLTP.

E. Manfaat Praktikum

1. Manfaat Umum Praktikum

Adapun manfaat umum dari praktikum kali ini yaitu agar dapat

mengetahui cara memisahkan senyawa menggunakan metode

kromatografi lapis tipis preparatif terhadap fraksi sampel klika kayu jawa

(Lannea coromandelica)

SULISTIAWATI YUNUS NURHIDAYA


150 2016 0031
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

2. Manfaat Khusus praktikum

Adapun manfaat khusus praktikum kali ini yaitu agar dapat mengetahui

cara memisahkan senyawa menggunakan metode kromatografi lapis

tipis terhadap fraksi sampel klika kayu jawa (Lannea coromandelica)

dengan melihat pita/noda yang terbentuk pada lempeng KLTP.

SULISTIAWATI YUNUS NURHIDAYA


150 2016 0031
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

. BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman

1. Klasifikasi Tanaman (Integrated Taxonomic Information system, 2019)

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Classis : Dicotyledonane

Sub Classis : Dialypetalae

Ordo : Sapindales

Familia : Anacardiaceae

Genus : Lannea

Spesies : Lannea coromandelica

2. Nama Lain

Adapun nama simplisia dari kayu jawa yaitu Lanneae

coromandelica folium, dengan nama asing Lannea coromandelica. Di

daerah sulawesi dikenal dengan tamate, dari daerah jawa sering

disebut kudo atau jaranan, dan di daerah flores dikenal dengan Reo

3. Morfologi Tanaman

Kayu jawa (Lannea Coromandelica) atau dalam masyarakat

bugis dikenal dengan sebutan aju jawa adalah salah satu tanaman

obat tradisional yang masih sering digunakan oleh masyarakat bugis

SULISTIAWATI YUNUS NURHIDAYA


150 2016 0031
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

sampai sekarang ini karena khasiatnya yang dipercaya sangat ampuh

untuk mengobati luka dalam maupun luka luar. Selain itu, masyarakat

sering menggunakan tanaman ini untuk mengobati bintitan. Cara

penggunaan tanaman ini berbeda-beda tergantung tujuan

penggunaannya, misalnya untuk pengobatan muntah darah

masyarakat meminum rebusan kulit batang tanaman ini.Sedangkan

untuk mempercepat penyembuhan luka, masyarakat biasanya

langsung menggunakan kulit batang ini dengan menempelkannya ke

bagian luka.

Habitus pohon dengan batang berkayu, berwarna coklat

dengan corak putih, kokoh, silindris dengan diameter ±40cm,

permukaan kasar dan beralur. Daun majemuk menyirip gasal,

berwarna hijau, permukaan daun licin, tepi daun rata, anak helai daun

berhadapan, tulang daun menyirip, bangun daun bulat telur (ovatus),

ujung daun runcing dan basal daun tumpul (obtusus). Bunga

majemuk, perbungaan malai, dengan kelopak ±1mm berwarna hijau

muda, dan 4 mahkota berwarna kuning kehijauan, benang sari 8

berwarna kuning, putik 4 pendek. Buah buni, bulat, memanjang,

berwarna hijau dengan biji bulat, putih.

4. Kandungan kimia

Bahan kimia yang terkandung pada klika tanaman kayu jawa

(Lannea coromandelica) adalah saponin dan flavonoid serta memiliki

SULISTIAWATI YUNUS NURHIDAYA


150 2016 0031
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

sifat antioksidan, sedangkan pada getah pohon kayunya

mengandung alumina dan silika (Perdanakusuma D, 2007)

5. Khasiat Tanaman

Tanaman kayu jawa berkhasiat untuk penawar bisa racun, obat

tetes mata merah, belekan, antiseptik, dan obat luka sayat dan sakit

gigi (Perdanakusuma D. 2007)

B. Teori Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

Isolasi adalah proses pemisahan komponen kimia yang terdapat

dalam suatu ekstrak. Hal ini dilakukan ketika ingin mengambil bahan aktif

dari ekstrak kasar (Skalicka-Wozniak et al, 2008).

Kromatografi adalah proses melewatkan sampel melalui suatu

kolom, perbedaan kemampuan adsorpsi terhadap zat-zat yang sangat

mirip mempengaruhi resolusi zat terlarut dan menghasilkan apa yang

disebut kromatogram (Khopkar, 2008).

Dalam teknik kromatografi, sampel yang merupakan campuran dari

berbagai macam komponen ditempatkan dalam situasi dinamis dalam

sistem yang terdiri dari fase diam dan fase bergerak. Semua pemisahan

pada kromatografi tergantung pada gerakan relatif dari masing-masing

komponen diantara kedua fase tersebut. Senyawa atau komponen yang

tertahan (terhambat) lebih lemah oleh fase diam akan bergerak lebih

cepat daripada komponen yang tertahan lebih kuat. Perbedaan gerakan

(mobilitas) antara komponen yang satu dengan lainnya disebabkan oleh

perbedaan dalam adsorbs, partisi, kelarutan atau penguapan diantara

SULISTIAWATI YUNUS NURHIDAYA


150 2016 0031
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

kedua fase. Jika perbedaan-perbedaan ini cukup besar, maka akan terjadi

pemisahan secara sempurna. Oleh karena itu dalam kromatografi,

pemilihan terhadap fase bergerak maupun fase diam perlu dilakukan

sedemikian rupa sehingga semua komponen bisa bergerak dengan

kecepatan yang berbeda-beda agar dapat terjadi proses pemisahan (Ibnu,

2005).

Meski banyak terdapat metode seperti yang telah disebutkan di atas,

terdapat metode lain yang pembiayaannya paling murah dan memakai

peralatan paling dasar yaitu Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP).

Adsorben yang paling banyak digunakan yaitu silika gel yang dipakai

untuk pemisahan campuran lipofil maupun senyawa hidrofil. ketebalan

adsorben yang paling sering digunakan ialah 0,5–2 mm. Pembatasan

ketebalan lapisan dan ukuran plat sudah tentu mengurangi jumlah bahan

yang dapat dipisahkan dengan KLTP. Ukuran partikel dan porinya kurang

lebih sama dengan ukuran tingkat mutu KLT (Heftmann, 2003).

Proses isolasi kromatografi lapis tipis preparatif terjadi berdasarkan

perbedaan daya serap dan daya partisi serta kelarutan dari komponen-

komponen kimia yang akan bergerak mengikuti kepolaran eluen, oleh

karena daya serap adsorben terhadap komponen kimia tidak sama, maka

komponen bergerak dengan kecepatan yang berbeda sehingga hal inilah

yang menyebabkan pemisahan (Munson, 2010).

Adsorben yang paling banyak digunakan dalam kromatografi lapis

tipis adalah silika gel dan aluminium oksida. Silika gel umumnya

SULISTIAWATI YUNUS NURHIDAYA


150 2016 0031
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

mengandung zat tambahan Kalsium sulfat untuk mempertinggi daya

lekatnya. Zat ini digunakan sebagai adsorben universal untuk kromatografi

senyawa netral, asam dan basa. Aluminum iksida mempunyai

kemampuan koordinasi dan oleh karena itu sesuai untuk pemisahan

senyawa yang mengandung gugus fungsi yang berbeda. Aluminium okida

mengandung ion alkali dan dengan demikian bereaksi sebagai basa

dalam suspensi air. Disamping kedua adsorben yang sangat aktif ini

dalam hal tertentu dapat digunakan “kieselgur” yang kurang aktif sebagai

lapis sorpsi (Munson, 2010).

Pengembangan plat KLTP biasanya dilakukan dalam bejana kaca

yang dapat menampung beberapa plat. Koefisien pemisahan dapat

ditingkatkan dengan cara pengembangan berulang. Harus diperhatikan

bahwa semakin lama senyawa berkontak dengan penyerap maka

semakin besar kemungkinan penguraian (Nasution, 2010).

SULISTIAWATI YUNUS NURHIDAYA


150 2016 0031
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Alat

Adapun alat yang digunakan yaitu batang pengaduk, botol coklat,

cawan porselin, corong kaca, gelas kimia, klem, kolom kaca, pipet tetes,

sendok tanduk besi, statif, timbangan analitik dan vial.

B. Bahan

Adapun bahan yang digunakan yaitu aluminium foil, fraksi klika kayu

jawa (Lannea coromandelica) eluen n-Heksana, dan eluen etil asetat,

kapas, kertas saring, label, silika gel dan tissue.

C. Cara Kerja

Ekstrak ditotolkan berbentuk pita pada garis penotolan yang telah

dibuat sebelumnya. Lempeng yang digunakan biasanya berukuran 20x20

cm. setelah sampel ditotolkan pada lempeng, kemudian dikembangkan

dengan eluen yang sesuai dan dapat memisahkan komponen kimia

(Anonim, 2019).

Setelah pengembangan/elusi, pita-pita tersebut dideteksi dan diberi

tanda dan kemudian dikeruk yang selanjutnya disebut sebagai

isolat.Kemudian tiap-tiap isolat tersebut di totol pada lempeng KLT analitik

untuk melihat profil kromatogramnya.Selanjutnya dilakukan pengujian

antioksidan pada lempeng KLT dengan metode DPPH (Anonim, 2019).

SULISTIAWATI YUNUS NURHIDAYA


150 2016 0031
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Dari praktikum Kromatografi Kolom Konvensional didapatkan hasil

sebagai berikut :

Jumlah
Eluen Fraksi Pengamatan UV 366
pita
(N-heksan: etil asetat) KKK Kuning muda 1
(7 : 3) (84)
(N-heksan: etil asetat) KCV Kuning muda 1
(4 : 6) (9 : 1)

Kromatografi Lapis Tipis Preparatif merupakan proses isolasi yang

terjadi berdasarkanperbedaan daya serap dan daya partisi serta kelarutan

dari komponen-komponen kimia yangakan bergerak mengikuti kepolaran

eluen oleh karena daya serap adsorben terhadapkomponen kimia tidak

sama, maka komponen bergerak dengan kecepatan yang

berbedasehingga hal inilah yang menyebabkan pemisahan.

Metode kromatografi dapat dimanfaatkan secara luas untuk

pemisahan analitik danpreparatif. Biasanya, kromatografi analitik dipakai

pada tahap permulaan untuk semua cuplikan,dan kromatografi preparatif

SULISTIAWATI YUNUS NURHIDAYA


150 2016 0031
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

hanya dilakukan jika diperlukan fraksi murni dari campuran (biasanya

digunakan untuk pemurnian) seperti pada KLT preparatif.

Seperti halnya KLT secara umum, KLT Preparatif juga melibatkan

fase diam dan fasegerak. Dimana fase diamnya adalah sebuah plat

dengan ukuran ketebalan bervariasi. Untuk jumlah sampel 10-100 mg,

dapat dipisahkan dengan mengunakan KLT Preparatif dengan adsorben

silika gel atau aluminium oksida, dengan ukuran 20x20 cm dan tebal 1

mm, jika tebalnya di dua kalikan, maka banyaknya sampel yang dapat

dipisahkan bertambah 50% seperti halnya KLT biasa, adsorben yang

paling umum digunakan pada KLT Preparatif adalah silika gel.

Pada percobaan pertama praktikum dilakukan skrining eluen.

Pertama dipilih fraksi dari KKK dan KCV pada percobaan sebelumnya.

Dipilih fraksi dari KKK dan fraksi dari KCV, kemudian fraksi yang dipilih

tersebut di totolkan pada lempeng KLT yang berukuran 7x1 cm. Kemudian

dimasukkan kedalam chamber yang telah berisi eluen dari n-heksan : etil

asetat dengan perbandingan 3 : 7, kemudian dielusi. Setelah dielusi

lempeng tersebut diamati pada UV 366.

Pada percobaan kedua dilakukan skrining fraksi. Dimana fraksi yang

telah dipilih dari KKK dan KCV kemudian di totolkan pada lempeng KLT

yang berukuran 7x1 cm. Setelah ditotolkan lempeng tersebut dielusi

dimasukkan ke dalam chamber yang telah berisi perbandingan eluen n-

heksan : etil asetat (3 : 7). Setelah dielusi lempeng tersebut diamati pada

UV 366 kemudian disemprokan DPPH (2,2 Diphenyl Picrylhidrazyl).

SULISTIAWATI YUNUS NURHIDAYA


150 2016 0031
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

Kemudian dikeruk dan di sentrifuge selama 15 menit pada

kesepatan 3000 rpm, kemudian dipisahkan dan diambil supernatannya.

Alasan penggunaan n-heksan : etil asetat (3 : 7) yaitu karena

n-heksan dan etil asetat adalah salah satu fase gerak biner yang sering

dipakai pada pemisahan. Adapun kegunaan dari DPPH yaitu untuk

pengujian aktivitas antioksidan pada sampel fraksi yang digunakan DPPH

yaitu radikal bebas yang dapat bereaksi dengan senyawa. DPPH juga

digunakan sebagai pewarna (indikator) yang dapat menunjukkan

perubahan warna dari ungu ke kuning yang menandakan bahwa senyawa

tersebut dapat menangkal radikal bebas. Sedangkan bahaya dari

penggunaan DPPH yaitu karena sifatnya yang radikal bebas maka sangat

reaktif terhadap kerusakan fungsi sel sehingga harus digunakan secara

hati-hati.

Dari praktikum yang dilakukan ini didapatkan hasil dari KCV dan KKK

terbentuk masing masing 1 pita/noda untuk dikeruk dan selanjutnya

dimasukkan ke dalam vial dan dilakukan sentrifuge untuk mengetahui

senyawa yang terbentuk pada lempeng menggunakan perbandingan

pelarut kloroform dan metanol 1:1.

SULISTIAWATI YUNUS NURHIDAYA


150 2016 0031
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil dari

KKK terbentuk 1 pita/noda sedangkan pada KCV terbentuk 2 pita/noda.

B. Saran

Sebaiknya alat-alat di laboratorium harus ditambah agar dapat

mengefisienkan waktu praktikum. Terutama alat yang berhubungan

dengan praktikum ini.

SULISTIAWATI YUNUS NURHIDAYA


150 2016 0031
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2018, Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Fitokimia II,


Universitas Muslim Indonesia, Makassar.

Heftmann, E, 2003, Steroids Dalam Kromatografi, Fundamentals and


Aplication, Amsterdam.

Ibnu, 2005, Flora untuk Sekolah di Indonesia, PT. Pradnya Paramita,


Jakarta.

Khopkar, S.M, 2008, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI-Press, Jakarta.

Munson, 2010, Plant Resources of South East Asia, Edible Fruits and
Nuts, Prosea Foundation, Bogor.

Nasution, 2010, Pharmacochemical Investigation on Raw Materialsof


Passiflora Edulis Forma Flavicarpa, Planta Med.

Perdanakusuma, D, 2007, From Caringto Curing Pause Before You Use Gauze,
Airlangga University School of Medicine, Surabaya

Skalicka-Wozniak, 2008, Isolation of the new minor


constituentsdihydropyranochromone and furanocoumarin from
fruits of Peucedanum alsaticum L. by high-speed counter-
currentchromatography, Journal of Chromatography A 1216 (30),
5669 – 5675.

The Integrated Taxonomic Information System, Leea indica (Burm. f) Merr,


diakses 25 Maret 2019.

SULISTIAWATI YUNUS NURHIDAYA


150 2016 0031
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema Kerja

Fraksi yang aktif dari


metode KKK dan KCV

 Ditotolkan dengan bentuk garis lurus pada


lempeng KLTP ukuran 20x20 cm (10 cm untuk
KKK dan 10 cm untuk KCV)
 Dielusi dalam chember dengan perbandingan
eluen n-heksan : etil asetat (3 : 7)

Terbentuk pita

 Lempeng KLT sebagian di tutup dengan


aluminium foil
 Disemprot dengan DPPH
 Diamati pada UV 254 dan UV 366 nm
 Dikeruk pita dan dimasukkan ditabung
sentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama
15 menit
 Diambil supernatannya dan dimasukkan
kedalam vial

Isolat

SULISTIAWATI YUNUS NURHIDAYA


150 2016 0031
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

Lampiran.2 gambar Hasil Praktikum

Kromatografi kolom Kromatografi cair vakum


konvensional

Kromatogravi lapis tipis preparatif

SULISTIAWATI YUNUS NURHIDAYA


150 2016 0031

Anda mungkin juga menyukai