Basic Menulis 5 W 1 H
Menulis adalah sesuatu yang menyenangkan, mengasikan dan memberikan banyak inspirasi bagi
penulisnya. Sebelum membahas lebih lanjut saya akan bercerita terlebih dahulu awal mulanya
saya menyukai menulis artikel di kompasiana.com
Saya mengawali menulis berangkat dari tujuan untuk berbagi cerita, gagasan, ide, ilmu
pengetahuan dan informasi yang saya miliki untuk siapa saja yang memerlukan informasi sesuai
dengan topik yang saya jadikan tulisan.
Saya memulai menulis dari apa yang saya lihat, saya rasakan dan fenomena yang terjadi
disekeliling saya yang kemudian saya jadikan topik tulisan dengan maksud berbagi dengan para
pembaca blog saya.
Secara teori untuk membuat sebuah tulisan diperlukan syarat mengandung 5 (W) 1 (H) yaitu :
1. What (apa)
2. When (kapan)
3. Where (dimana)
4. Who (siapa)
5. Why (Mengapa)
How (bagaimana)
Untuk menjadi penulis harus menguasai teori dasar 5 W 1 H ini. Karena jika tidak mengerti
konsep 5 W 1 H maka tulisannya kita menjadi kurang menarik untuk dibaca yuuk kita bahas satu
persatu arti 5 W 1 H tersebut.
What (apa)
WHAT memiliki arti apa, maksudnya adalah topik atau tema apa yang akan kita jadikan topik
atau tema tulisan.
When (kapan)
[SPENDUKUTSEL JURNALIST CLUB 2012] I Made Priyana Ginada
When dalam bahasa Indonesia diartikan kapan yang merupakan periode waktu dari what diatas.
Kapan kejadinya misalnya terjadinya tahun 2011 maka jika dikaitkan dengan what di atas
menjadi “Apakah penanggulangan kemiskinan tahun 2011 memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap penurunan angka kemiskinan?”
Where (dimana)
Dimana kejadiannya. Kejadiannya di Indonesia maka jika kita menghubungkan dengan what di
atas maka menjadi “Apakah penanggulangan kemiskinan tahun 2011 memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap penurunan angka kemiskinan di Indonesia?”
Who (siapa)
Siapa berkaitan orang atau lembaga berkaitan dengan what diatas maka akan menjadi ” Apakah
program-program pemerintah di bidang penanggulangan kemiskinan tahun 2011 memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap penurunan angka kemiskinan di Indonesia?
Dalam bagian ini adalah bagian yang menjelaskan tema tulisan sebagai contoh “mengapa
program-program pemerintah di bidang penanggulangan kemiskinan tahun 2011 memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap penurunan angka kemiskinan di Indonesia”. Jawaban dari
kata mengapa merupakan bagian dari batang tubuh tulisan.
How
Jangan lupa jika ingin menulis maka kita juga harus rajin membaca karena membaca dan
menulis saling terkait dan terintegrasi. Tanpa membaca kita tidak dapat menulis dan sebaliknya
tanpa penulis kita tidak akan dapat membaca.
Awali menulis hal yang paling sederhana dan kembangkan terus untuk menjadi tulisan yang
lebih kompleks dan terstruktur … Selamat mencoba dan mengawali tulisan Anda …
Semoga bermanfaat….
[SPENDUKUTSEL JURNALIST CLUB 2012] I Made Priyana Ginada
Lupakan dulu kategorisasi yang memusingkan kepala. Karena sebagian besar jenis tulisan bisa
dikatakan baik dan benar bila memenuhi rumus baku yang sama. Yakni 5W + 1H. Itulah rumus
sakti yang menjadi pegangan saya ketika menjadi jurnalis di Bisnis Indonesia, majalah
PROSPEK dan terakhir di majalah SWA (ya, profesi awal saya adalah jurnalis, kurang lebih lima
tahun saya menjalaninya dengan penuh suka cita).
W1 = What
W2 = Who
W3 = When
W4 = Where
W5 = Why
H = How
WHAT adalah apa yang akan kita tulis. Tema apa yang ingin kita ungkapkan. Hal apa yang ingin
kita tuangkan dalam tulisan. What ini bisa apa saja. Bisa soal “Lumpur Lapindo yang tidak
selesai-selesai”, “Situs porno diharamkan dan akan diblokir Pemerintah”, “Bagaimana bisa
menjadi kaya, sukses sekaligus mulia?” atau topik yang sedang hot di dunia gosip: “Apakah anak
kandung Mayangsari juga anak kandung Bambang Tri?”.
What yang kita tentukan ini akan menjadi dasar untuk 4W lainnya. Mari kita ambil topik
mengenai Mayangsari saja. Mumpung masih hangat.
WHO adalah siapa tokoh yang menjadi tokoh utama di WHAT. Dalam studi kasus ini, who-nya
minimal bisa tiga tokoh: Mayangsari, Bambang Trihatmodjo, dan sang anak yang baru berusia
dua tahun: Khirani Siti Hartina Trihatmodjo. Yang pertama dan kedua sudah amat terkenal.
Sosok mereka sudah tertulis di mana-mana.
Meski Who is Mayangsari sudah banyak yang tahu, masih banyak sisi lain yang menarik untuk
dieksplorasi. Bahkan kebungkamannya mengenai tes DNA anaknya, menjadikan sosoknya
makin layak tulis, sampai-sampai bagaimana ia merayakan ulang tahun anaknya secara diam-
diam dan bagaimana ia menjenguk ibunya di rumah sakit dijadikan bahan pemberitaan.
Suasananya hati Mayangsari digali dengan baik sehingga makin menegaskan sosoknya dalam
menghadapi isu anak kandungnya.
[SPENDUKUTSEL JURNALIST CLUB 2012] I Made Priyana Ginada
Buat kita, yang tidak perlu jadi wartawan untuk bisa menulis sebaik mereka, Who harus menjadi
bagian yang berkaitan dengan What. Kalau kita ketemu Who yang tidak dikenal target pembaca
kita, maka kita harus mengupasnya dengan baik sehingga jelas keterkaitannya dengan What.
WHEN adalah waktu kejadian WHAT. Ini yang sering diabaikan oleh banyak penulis pemula.
Kapan kejadiannya akan memberi tambahan informasi dan imajinasi pembacanya.
WHERE adalah tempat kejadian WHAT. Meski kelihatannya sepele, tempat kejadian ini punya
makna. Ketika Jose Mourinho berkunjung ke Milan tiga hari lalu misalnya, segera merebak isu ia
mau pindah ke Inter Milan. Coba kalau ia perginya ke Bali, kemungkinan besar tak akan ada isu
itu.
WHY adalah mengapa terjadi WHAT. Ini yang paling menarik karena bisa dikupas dari berbagai
sudut. “Permintaan tes DNA keluarga mantan presiden Soeharto terhadap anak Mayangsari” bisa
dikupas dari sisi hukum, keluarga maupun pribadi. Bahkan kalau mau diseret jauh hingga ke
dunia mistis, misalnya minta diteropong oleh ahli nujum.
HOW adalah bagaimana WHAT terjadi, bagaimana prosesnya, lika-likunya, dan sejenisnya.
Yang jelas, dengan 5W+1H, tulisan kita dari segi kelengkapan informasi – sekali lagi:
kelengkapan informasi — tidak akan mengecewakan pembaca kita. Kalau ada yang kecewa itu
biasanya karena disebabkan oleh kekurangtepatan kita mengungkap WHY dan HOW-nya di
mata pembaca.
Jangan salah faham: rumus ini bukan hanya untuk nulis artikel, esai atau tulisan serius lain.
Bahkan surat lamaran kerja, undangan meeting, surat cinta bahkan diskusi pendek-pendek di
berbagai milis, rumus ini amat penting untuk menghindari kesalahpahaman dan
kekuranglengkapan informasi.
Cukupkah berbekal rumus baku di atas? Tidak. Bagi mereka yang ingin menulis dan mendapat
respon pembacanya, ada satu hal lagi yang tidak kalah pentingnya dari rumus 5W+1H. Yakni
“Daya Tarik Tulisan”.
Salah satu ciri khas tulisan jurnalistik, seperti berita di suratkabar, adalah padat dan informatif,
bukan bertele-tele apalagi berputar-putar. Sebab itulah dibuat formula “piramida terbalik” dan
rumus 5W+1H; dengan begitu pembaca bisa memahami tulisan dengan lebih mudah.
Tapi jangan mengira bahwa setiap wartawan otomatis sudah menguasai kedua teknik ini.
Faktanya, banyak wartawan — baik yang bertugas meliput di lapangan [reporter] maupun tukang
[SPENDUKUTSEL JURNALIST CLUB 2012] I Made Priyana Ginada
edit di kantor [redaktur] — yang tidak tahu apa itu piramida terbalik dan 5W+1H. Untuk
membuktikannya, setelah membaca artikel ini, silakan buka koran-koran lokal di daerahmu dan
lihatlah sendiri.
Piramida terbalik
Artikel berbentuk berita memiliki struktur unik: Inti informasi ditulis pada alinea awal [disebut
sebagai "lead" atau "teras berita"; biasanya satu hingga dua paragraf], data-data penting
menyusul pada alinea-alinea selanjutnya, lalu penjelasan tambahan, dan diakhiri dengan
informasi lain yang bukan bersifat informasi utama. Inilah yang disebut sebagai piramida
terbalik.
Bagi pembaca sebuah artikel, piramida terbalik memudahkannya menangkap inti cerita, sebab
informasi yang paling pokok langsung dibeberkan sejak alinea-alinea awal.
Sementara bagi redaktur di meja redaksi, piramida terbalik juga memberi keuntungan. Yaitu
ketika sebuah artikel harus diperpendek karena kolom terbatas sementara waktu [deadline] sudah
mepet, maka redaktur tinggal memotong bagian bawah. Kalimat-kalimat yang dibuang itu tidak
akan mengurangi makna artikel, asalkan ditulis dalam bentuk piramida terbalik.
5W+1H
Suatu ketika aku iseng-iseng bertanya pada seorang wartawan yang sudah 20 tahun lebih menulis
di sebuah koran besar, dan sering disebut sebagai wartawan senior.
5W+1H adalah unsur berita, bukan nilai berita. Sementara nilai berita adalah elemen-elemen
yang membuat sebuah peristiwa atau percakapan layak disebut sebagai berita — hal ini akan
kutulis pada kesempatan lain. Sekarang aku hanya ingin menulis soal unsur berita 5W+1H.
[SPENDUKUTSEL JURNALIST CLUB 2012] I Made Priyana Ginada
Itu adalah singkatan dari “what, who, when, where, why, how,” yang dalam bahasa Indonesia
menjadi “apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, bagaimana.” Semua unsur inilah yang harus
terkandung dalam sebuah artikel biasa atau berita biasa. Aku sengaja memakai istilah “artikel
biasa” karena dalam karya tulis bentuk lain, seperti feature dan esai, tidak semua unsur 5W+1H
harus dipenuhi.
Memasukkan keenam unsur ini ke dalam tulisan adalah mudah, sama saja ketika kita berbicara
secara lisan dengan seseorang. Misalkan engkau baru tiba di kantor lalu bercerita pada rekanmu
tentang kecelakaan yang kaulihat di jalan.
“Waduh, lo tahu nggak, tadi tuh, sekitar pukul 7 [KAPAN], dekat lampu merah Jalan SM Raja
[DI MANA], ada kecelakaan langsung terjadi di depan mata gua. Satu mobil sedan nabrak motor
[APA]. Sopirnya [SIAPA] nggak apa-apa, tapi yang punya motor [SIAPA] tewas di tempat.
Yang salah sih si korban. Gua sempat lihat, dia nggak peduli lampu merah, malah dia tancap gas
motornya. Nah, waktu menerobos lampu merah itu, mobil sedan dari arah kanan juga sedang
kencang, dia ketabrak dan jatuh, kepalanya berdarah [BAGAIMANA]. Kasihan banget. Gua
sempat berhentikan motor gua, lalu bantu geser motor korban. Nggak lama polisi datang.
Menurut polisi, ternyata motor dia tuh lagi putus rem [MENGAPA]. Padahal tadi sempat gua
kira dia sengaja ngebut.”
Cerita di atas sudah cukup jelas. Kawanmu pasti paham apa sebenarnya inti dari ceritamu. Tapi
coba bayangkan apabila salah satu unsur cerita itu tidak kausebutkan, misalnya unsur DI MANA,
pasti kawanmu akan bertanya-tanya, “Lo gimana sih, dari tadi asyik cerita tabrakan tapi nggak
bilang di mana tempat kejadiannya.”
Kita lihat contoh dari W5 + H1 di dalam praktek. Pemilihan judul tulisan juga benar2 menarik minat
orang untuk membaca. Tulisan ini singkat , jelas dan murni menerapkan dalil tsb:
Pergaulan bebas sering dikonotasikan dengan sesuatu yang negatif seperti seks bebas, narkoba,
kehidupan malam, dan lain-lain. Memang istilah ini diadaptasi dari budaya barat dimana orang bebas
untuk melakukan hal-hal diatas tanpa takut menyalahi norma-norma yang ada dalam masyarakat.
Berbeda dengan budaya timur yang menganggap semua itu adalah hal tabu sehingga sering kali kita
mendengar ungkapan “jauhi pergaulan bebas”.
[SPENDUKUTSEL JURNALIST CLUB 2012] I Made Priyana Ginada
Kapan itu terjadinya? “ pada saat para anak-anak laki atau perempuan mulai mengalami perubahan
bentuk badan atau bisa di bilang juga memasuki frase remaja atau pemrosesan menjadi anak remaja
secara perlahan seperti bentuk lekuk badan yang berubah,seperti lelaki misalnya ketika dia sudah di
sunat mengalami perubahan bentuk postur tubuhnya yang semakin membesar,dan timbulnya sebuah
rangsangan ketika berhadapan dengan wanita yang sama seperti itu beranjak dewasa,dan perubahan
pada wanita nampak signifikan sekali seperti buah dada yang semakin membesar,pinggul yang
berbentuk semakin melekuk,dll
“Karena bagi para anak-anak yg beranjak dewasa sangatlah rentan kepada pendiriannya,,mudah
terpengaruh buruk dlm pergaulan bebas.Dan kalau tidak ada tindakan antisipasi bisa hancur penerus
generasi anak muda di negeri ini untuk kedepannya.
Pendidikan yang cukup,pengawasan orangtua yang tak pernah berhenti,serta jangan lupa untuk
beribadah untuk mempertebal iman para anak remaja tersebut.