Anda di halaman 1dari 20

KRISTALISASI DAN UJI KEMURNIAN DENGAN KROMATOGRAFI

LAPIS TIPIS MULTI ELUEN DAN DUA DIMENSI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada umumnya semua metode kromatografi dapat dibedakan

menjadi dua kelompok pemisahan utama yakni kolom dan ruang (planar).

Kromatografi lapis tipis sebagai metode pemisahan ruang merupakan

teknik pemisahan yang paling sederhana jika dipertimbangkan dalam hal

peralatan dan kinerja.

Saat ini kromatografi merupakan teknik pemisahan yang paling

sering digunakan dalam bidang analisis dan dapat dimanfaatkan untuk

melakukan analisis. Teknik kromatografi telah berkembang dan telah

digunakan untuk memisahkan dan mengkuantifikasi berbagai macam

komponen yang kompleks baik komponen organik maupun komponen

anorganik.

Kromatografi ialah cara pemisahan berdasarkan perbedaan

kecepatan zat-zat terlarut yang bergerak bersama-sama dengan

pelarutnya pada permukaan suatu benda penyerap. Cara ini umum

dilakukan pada pemisahan zat-zat berwarna (bahasa Yunani: chromos =

warna).

Kristalisasi merupakan salah satu cara untuk analisis kemurnian dari

isolat dari hasil isolasi. Dimna kromatografi multieluen adalah alat yang

paling kuat untuk memisahkan campuran yangmengandung banyak

SULISTIAWATI YUNUS NURHIDAYA


15020160031
KRISTALISASI DAN UJI KEMURNIAN DENGAN KROMATOGRAFI
LAPIS TIPIS MULTI ELUEN DAN DUA DIMENSI

komponen dan kromatografi lapis tipis dua dimensi adalah salah satu

metode yang digunakan untuk pemisahan dan pemurnian kandungan

tumbuhan berdasarkan tingkat polaritas yang berbeda.

Adapun metode yang digunakan untuk pemisahan suatu campuran

yang mengandung banyak komponen berupa modifikasi yaitu metode KLT

dua dimensi dan pengujian kemurnian suatu isolat atau senyawa dapat

dilakukan dengan metode KLT multi eluen.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari praktikum ini yaitu bagaimana cara

pemisahan senyawa kimia tunggal dan kemurnian senyawa pada isolat

klika kayu jawa (Lannea coromandelica) dari metode KKK dan KCV

dengan menggunakan Kromatografi Tipis Multi Eluen dan Kromatografi

Lapis Tipis Dua Dimensi?

C. Maksud Praktikum

Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan

memahami cara pemisahan senyawa kimia tunggal dan kemurnian

senyawa pada isolat klika kayu jawa (Lannea coromandelica) dari

metode KKK dan KCV dengan menggunakan Kromatografi Tipis Multi

Eluen dan Kromatografi Lapis Tipis Dua Dimensi.

D. Tujuan Praktikum

1. Tujuan Umum Praktikum

Adapun tujuan umum dari percobaan ini adalah memperoleh

senyawa kimia tunggal dan kemurnian senyawa pada isolat klika

SULISTIAWATI YUNUS NURHIDAYA


15020160031
KRISTALISASI DAN UJI KEMURNIAN DENGAN KROMATOGRAFI
LAPIS TIPIS MULTI ELUEN DAN DUA DIMENSI

kayu jawa (Lannea coromandelica) dari metode KKK dan KCV

dengan menggunakan Kromatografi Tipis Multi Eluen dan

Kromatografi Lapis Tipis Dua Dimensi.

2. Tujuan Khusus Praktikum

Adapun tujuan khusus dari percobaan ini adalah memperoleh

senyawa kimia tunggal apa yang terdapat dalam sampel klika kayu

jawa (Lannea coromandelica).

E. Manfaat Praktikum

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil praktikum ini diharapkan dapat bermanfaat

untuk dijadikan sebagai sumber informasi senyawa kimia tunggal apa

yang terdapat di dalam tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica).

2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat

menginformasikan senyawa kimia tunggal apa yang terdapat pada

tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica).

SULISTIAWATI YUNUS NURHIDAYA


15020160031
KRISTALISASI DAN UJI KEMURNIAN DENGAN KROMATOGRAFI
LAPIS TIPIS MULTI ELUEN DAN DUA DIMENSI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman

1. Klasifikasi Tanaman (Integrated Taxonomic Information system, 2019)

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Classis : Dicotyledonane

Sub Classis : Dialypetalae

Ordo : Sapindales

Familia : Anacardiaceae

Genus : Lannea

Spesies : Lannea coromandelica

2. Nama Lain

Adapun nama simplisia dari kayu jawa yaitu Lanneae

coromandelica folium, dengan nama asing Lannea coromandelica. Di

daerah sulawesi dikenal dengan tamate, dari daerah jawa sering

disebut kudo atau jaranan, dan di daerah flores dikenal dengan Reo

(Perdanakusuma, 2007).

3. Deskripsi Tanaman

Kayu jawa (Lannea Coromandelica) atau dalam masyarakat

bugis dikenal dengan sebutan aju jawa adalah salah satu tanaman

SULISTIAWATI YUNUS NURHIDAYA


15020160031
KRISTALISASI DAN UJI KEMURNIAN DENGAN KROMATOGRAFI
LAPIS TIPIS MULTI ELUEN DAN DUA DIMENSI

obat tradisional yang masih sering digunakan oleh masyarakat bugis

sampai sekarang ini karena khasiatnya yang dipercaya sangat

ampuh untuk mengobati luka dalam maupun luka luar. Selain itu,

masyarakat sering menggunakan tanaman ini untuk mengobati

bintitan. Cara penggunaan tanaman ini berbeda-beda tergantung

tujuan penggunaannya, misalnya untuk pengobatan muntah darah

masyarakat meminum rebusan kulit batang tanaman ini.Sedangkan

untuk mempercepat penyembuhan luka, masyarakat biasanya

langsung menggunakan kulit batang ini dengan menempelkannya ke

bagian luka (Perdanakusuma, 2007).

Habitus pohon dengan batang berkayu, berwarna coklat

dengan corak putih, kokoh, silindris dengan diameter ±40cm,

permukaan kasar dan beralur. Daun majemuk menyirip gasal,

berwarna hijau, permukaan daun licin, tepi daun rata, anak helai daun

berhadapan, tulang daun menyirip, bangun daun bulat telur (ovatus),

ujung daun runcing dan basal daun tumpul (obtusus). Bunga

majemuk, perbungaan malai, dengan kelopak ±1mm berwarna hijau

muda, dan 4 mahkota berwarna kuning kehijauan, benang sari 8

berwarna kuning, putik 4 pendek. Buah buni, bulat, memanjang,

berwarna hijau dengan biji bulat, putih (Perdanakusuma, 2007).

4. Kandungan kimia

Bahan kimia yang terkandung pada klika tanaman kayu jawa

(Lannea coromandelica) adalah saponin dan flavonoid serta memiliki

SULISTIAWATI YUNUS NURHIDAYA


15020160031
KRISTALISASI DAN UJI KEMURNIAN DENGAN KROMATOGRAFI
LAPIS TIPIS MULTI ELUEN DAN DUA DIMENSI

sifat antioksidan, sedangkan pada getah pohon kayunya

mengandung alumina dan silika (Perdanakusuma, 2007).

5. Khasiat Tanaman

Tanaman kayu jawa berkhasiat untuk penawar bisa racun, obat

tetes mata merah, belekan, antiseptik, dan obat luka sayat dan sakit

gigi (Prawirodiharjo, 2014).

B. Uraian Kromatografi Lapis Tipis Multieluen Dan Dua Dimensi

Kromatografi lapis tipis adalah metode pemisahan fitokimia atau

merupakan salah satu metode identifikasi awal untuk menentukan

kemurnian senyawa yang ditemukan atau dapat menentukan jumlah

senyawa dari ekstrak kasar metabolit sekunder.Kromatografi lapis tipis

merupakan kromatografi adsorpsi dan adsorben bertindak sebagai fase

stasioner (Markham, 1988).

Kromatografi lapis tipis dapat digunakan untuk mengetahui apakah

senyawa hasil isolasi sudah murni.Apabila noda yang dihasilkan hanya

satu, maka kemungkinan hasil isolasi tertentu adalah murni.Akan tetapi

untuk memastikannya perlu dilakukan variasi pelarut yang digunakan

sebagai pengelusi.Jika elusi dengan variasi pelarut tetap memberikan

noda tunggal, maka dapat diperkirakan senyawa hasil isolasi sudah murni

(Markham, 1988).

Multi eluen adalah penggunaan eluen atau fase gerak yang berbeda

yang memungkinkan pemisahan analit dengan berdasarkan tingkat

polaritas yang berbeda (Ibnu, 2008).

SULISTIAWATI YUNUS NURHIDAYA


15020160031
KRISTALISASI DAN UJI KEMURNIAN DENGAN KROMATOGRAFI
LAPIS TIPIS MULTI ELUEN DAN DUA DIMENSI

Dalam multi eluen, setelah pengembang tunggal

menaik,kromatogram diangkat dari chamber dan dikeringkan, biasanya

selama 5-10 menit. Kromatogram tersebut kemudian dielusi lagi dalam

eluen segar dari pelarut yang sama dalam arah yang sama untuk jarak

yang sama.Proses ini, yang dapat diulang berkali-kali, meningkatkan

resolusikomponen dengan nilai RF bawah 0,5. Beberapa pengembang

dilakukandengan pelarut yang berbeda dalam arah yang sama, masing-

masingyang menjalankan jarak yang sama atau berbeda, disebut elusi

bertahap. Sebuah fase kurang polar dapat digunakan pertama, diikuti oleh

faseyang lebih polar, atau sebaliknya. Pemindahan material nonpolar

kebagian atas lapisan, meninggalkan zat terlarut polar terganggu

darimana dia berasal. Setelah kering, zat terlarut polar dipisahkan

olehpengembang dengan eluen (Fried,1999).

KLT 2 arah atau 2 dimensi ini bertujuan untuk meningkatkan resolusi

sampel ketika komponen-komponen solute mempunyai karakteristik kimia

yang hampir sama, karenanya nilai Rf juga hampir sama sebagaimana

dalam asam-asam amino. Selain itu, 2 sistem fase gerak yang sangat

berbeda dapat digunakan secara berurutan sehingga memungkinkan

untuk melakukan pemisahan analit yang mempunyai tingkat polaritas yang

berbeda (Ibnu, 2008).

Penentuan jumlah komponen senyawa dapat dideteksi dengan

kromatografi lapis tipis (KLT) dengan menggunakan plat KLT yang sudah

siap pakai. Terjadinya pemisahan komponen-komponen pada KLT

SULISTIAWATI YUNUS NURHIDAYA


15020160031
KRISTALISASI DAN UJI KEMURNIAN DENGAN KROMATOGRAFI
LAPIS TIPIS MULTI ELUEN DAN DUA DIMENSI

dengan Rf tertentu dapat dijadikan sebagai panduan untuk memisahkan

komponen kimia tersebut dengan menggunakan kolom kromatografi dan

sebagai fasa diam dapat digunakan silika gel dan eluen yang digunakan

berdasarkan basil yang diperoleh dari KLT dan akan lebih baik kalau

kepolaraan eluen pada kolom kromatografi sedikit dibawah kepolaran

eluen pada KLT (Lenny, 2006).

Faktor-faktor yang mempengaruhi harga Rf pada KLT, antara lain

(Sastrohamidjojo, 1991) :

a. Struktur kimia dari senyawa yang dipisahkan.

b. Sifat dari penyerap dan derajat aktivitasnya.

c. Tebal dan kerataan lapisan penyerap.

d. Derajat kemurnian fase gerak.

e. Derajat kejenuhan uap pengembang dalam bejana.

f. Jumlah cuplikan.

SULISTIAWATI YUNUS NURHIDAYA


15020160031
KRISTALISASI DAN UJI KEMURNIAN DENGAN KROMATOGRAFI
LAPIS TIPIS MULTI ELUEN DAN DUA DIMENSI

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

 Alat
Adapun alat yang digunakan yaitu alat penyemprot DPPH,

chamber, pipa kapiler, Lempeng KLT multi eluen 7 x 1 cm dan

lempeng klt 2 dimensi 5 x 5 cm, gelas ukur, pipet tetes.

 Bahan

Adapun bahan yang digunakan yaitu pereaksi DPPH, eluen n-


heksan:Etil asetat, eluen kloroform:methanol, isolat sampel klika kayu
jawa (Lannea coromandelica).
B. Prosedur kerja

1. KLT MULTI ELUEN


a) Penjenuhan chamber
1) Disiapkan chamber yang bersih lengkap dengan penutupnya.
2) Masing-masing chamber disi dengan eluen n-heksan:etil asetat
(3:7)
3) Kemudian masukkan potongan kertas saring yang panjangnya
lebih dari tinggi chamber dan kemudian ditutup.
4) Dibiarkan hingga eluen naik pada kertas saring hingga melewati
penutup kaa (chamber telah jenuh)
b) Penotolan dan pengembangan sampel
1) Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2) Isolat ditotolkan dengan menggunakan pipa kapiler pada lempeng.
3) Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan sebentar untuk
menguapkan pelarutnya lalu dielusi dengan eluen yang telah
disiapkan.
SULISTIAWATI YUNUS NURHIDAYA
15020160031
KRISTALISASI DAN UJI KEMURNIAN DENGAN KROMATOGRAFI
LAPIS TIPIS MULTI ELUEN DAN DUA DIMENSI

4) Lempeng diangkat setelah mencapau garis batas atas.


5) Amati dengan bercak UV 254 nm dan 366 nm
2. KLT DUA DIMENSI
Isolat ditotolkan pada lempeng KLT dengan ukuran 5 x 5 cm,
kemudian dielusi pertama dengan menggunakan eluen n-heksan:etil
asetat. Selanjutnya proses elusi yang kedua dilakukan dengan cara
memutar 900 C berlawanan arah jaruh jam sehingga hasil elusi yang
pertama menjadi titik awal pengelusian untuk proses elusi yang kedua.

SULISTIAWATI YUNUS NURHIDAYA


15020160031
KRISTALISASI DAN UJI KEMURNIAN DENGAN KROMATOGRAFI
LAPIS TIPIS MULTI ELUEN DAN DUA DIMENSI

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Hasil praktikum sampel klika kayu jawa (Lannea coromandelica)


Lampu Multi Eluen Dua Dimensi
UV 5:5 1:1 Sebelum diputar Setelah diputar
(N-heksana:Etil (Kloroform:Metanol) 90° 90°
asetat) 5:5 5:5
(N-heksana:Etil (N-heksana:Etil
asetat) asetat)
KKK KCV KKK KCV KKK KCV KKK KCV
UV Tidak Tidak Tidak Tidak terlihat terlihat terlihat terlihat
254 terlihat terlihat terlihat terlihat noda noda noda noda
noda noda noda noda (1 noda) (1 noda)

UV Tidak Tidak Tidak Tidak terlihat terlihat terlihat terlihat


366 terlihat terlihat terlihat terlihat noda noda noda noda
noda noda noda noda (1 noda) (1 noda)

Kromatografi merupakan cara pemisahan berdasarkan perbedaan

kecepatan zat-zat terlarut yang bergerak bersama-sama dengan

pelarutnya pada permukaan suatu benda penyerap. Dimana multi eluen

sendiri artinya yaitu fase gerak atau penggunaan eluen yang berbeda

yang dimana memungkinkan untuk pemisahan analit berdasarkan tingkat

polaritas atau kepolaran yang berbeda. Sedangkan KLT dua dimensi ialah

salah satu dari metode untuk mengetahui kemurnian suatu senyawa dari

hasil isolat. Prinsip dari metode ini yaitu adsorbsi dan partisi.

SULISTIAWATI YUNUS NURHIDAYA


15020160031
KRISTALISASI DAN UJI KEMURNIAN DENGAN KROMATOGRAFI
LAPIS TIPIS MULTI ELUEN DAN DUA DIMENSI

Dimana prinsip dari multi eluen dan KLT dua dimensi yaitu ”like

dissolve like” yang digunakan untuk pemilihan suatu pelarut dalam

menentukan jenis senyawa kimia yang mungkin terekstraksi dari

organisme. Yang dimana pelarut non polar akan mengestraksi senyawa-

senyawa non polar akan terekstraksi oleh pelarut polar, serta dapat juga

digunakan untuk menganalisis kemurnian suatu isolat atau senyawa kimia

yang diperoleh dari hasil isolasi dari bahan alam.

Dimana bertujuan untuk meningkatkan resolusi sampel ketika

komponen-komponen solute mempunyai karakterisktik kimia yang hampir

sama. Karena nilai Rf bergantung dari asam-asam amino, selain itu 2

sistem fase gerak yang sangat berbeda dapat digunakan secara

berurutan, sehingga memungkinkan untuk melakukan pemisahan analilt

yang mempunyai tingkat polaritas yang berbeda.

Adapun keuntungan dari penggunaan metode KLT 2 dimensi dan

multieluen yaitu untuk mendapatkan resolusi yang baik dari hasil KLT.

Memfokuskan zona pemisahan. KLT 2 dimensi memiliki potensi

pemisahan 150-300 komponen senyawa kimia. Sedangkan untuk KLT

multi eluen, cocok digunakan untuk sampel yang memiliki noda dengan

nilai Rf di bawah 0.5.

Dimana untuk mengetahui kemurnian senyawa hasil isolat dengan

metode KLT 2 dimensi dan multieluen yaitu dengan mengelusi noda pada

2 arah yang berbeda dan menggunakan eluen yang berbeda, isolate

dikatakan murni apabila noda yang dinampakkan adalah tunggal.

SULISTIAWATI YUNUS NURHIDAYA


15020160031
KRISTALISASI DAN UJI KEMURNIAN DENGAN KROMATOGRAFI
LAPIS TIPIS MULTI ELUEN DAN DUA DIMENSI

Dimana pada praktikum ini, kita ingin melihat faktor retensi (Rf) dari

suatu sampel isolat yang murni. Dimana faktor retensi (Rf) adalah jarak

yang ditempuh oleh komponen dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh

eluen. Dengan menggunakan rumus faktor retensi (Rf) dibawah ini

sebagai berikut :

Dimana nilai Rf dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya

perbedaan senyawa dalam sampel. Senyawa yang mempunyai Rf lebih

besar berarti mempunyai kepolaran yang rendah, begitu pula sebaliknya.

Hal ini dikarenakan fasa diam bersifat polar. Senyawa yang lebih polar

akan tertahan kuat pada fasa diam, sehingga menghasilkan nilai Rf yang

rendah. Rf KLT yang bagus berkisar antara 0,2 - 0,8. Jika Rf terlalu tinggi,

yang harus dilakukan adalah mengurangi kepolaran eluen, dan jika Rf

terlalu rendah, yang harus dilakukan adalah meningkatkan kepolaran

eluen,.

Pada praktikum KLT multieluen, hal pertama yang dilakukan

disiapkan lempeng KLT 7x1 cm kemudian disiapkan 2 eluen yang berbeda

yaitu n heksana:etil asetat dengan perbandingan 7: 3 masing-masing

dimasukkan ke dalam chamber kemudian dijenuhkan untuk mendapatkan

elusi yang optimal, setelah itu ditotolkan isolat yang diperoleh dari KKK

dan KCV masing-masing dimasukkan ke dalam chamber yang mempunyai

perbandingan 7:3. Selanjutnya di elusi sampai tanda batas kemudian di

SULISTIAWATI YUNUS NURHIDAYA


15020160031
KRISTALISASI DAN UJI KEMURNIAN DENGAN KROMATOGRAFI
LAPIS TIPIS MULTI ELUEN DAN DUA DIMENSI

lihat di UV 254 nm dan 366 nm. Setelah itu, disemprot menggunakan

DPPH dan diamati di UV 254 dan 366 nm.

Untuk praktikum KLT 2 dimensi, hal pertama yang dilakukan yaitu

disiapkan lempeng KLT 2 dimensi 5x5 cm kemudian disiapkan eluen yang

sesuai. Setelah itu, ditotol isolat hasil KLTP, lalu di elusi. Kemudian dilihat

di UV 254 nm dan 366 nm. Lempeng di elusi kembali pada arah ke dua

menggunakan eluen yang sama, kemudian dilihat di UV 254 nm, 366 nm

dan sinar tampak. Lalu, disemprot menggunakan DPPH dan diamati di UV

254 dan 366 nm.

Alasan digunakan kloroforom dan metanol 1: 1 yaitu karena kloform

dan metanol ialah salah satu fase gerak biner dan tidak mengandung

pengotor yang sering dipakai pada pemisahan isolate murni.

Alasan dilakukan dua kali pengelusian pada KLT multieluen dan

dua dimensi adalah untuk memperpanjang jarak rambat dan pita atau

noda yang terbentuk karena bisa jadi noda atau pita yang terdapat pada

lempeng masih dapat merambat sehingga bisa diperoleh senyawa yang

lebih murni.

Alasan digunakan DPPH yaitu untuk pengujian aktifitas antioksidan

pada sampel fraksi yang digunakan DPPH atau 2,2 difenil 1 pikrihidrasi

yaitu radikal bebas yang dapat bereaksi dengan senyawa. DPPH juga

digunakan sebagai pewarna (indikator) yang dapat menunjukkan

perubahan warna dan ungu kekuning yang menandakan bahwa senyawa

tersebut dapat meningkat radikal bebas. Sedangkan bahaya dari

SULISTIAWATI YUNUS NURHIDAYA


15020160031
KRISTALISASI DAN UJI KEMURNIAN DENGAN KROMATOGRAFI
LAPIS TIPIS MULTI ELUEN DAN DUA DIMENSI

penggunaan DPPH yaitu karena sifatnya yang radikal bebas maka sangat

relatif sehingga kerusakan fungsi sel harus digunakan secara hati-hati.

Adapun hasil yang diperoleh yaitu didapatkan pada pengujian KLT

Multi Eluen n-Heksan : Etil Asetat (7:3) tidak terdapat noda pada UV 254

dan 366 nm dan untuk eluen kedua Kloroform : Metanol 1:1 juga tidak

terdapat noda tunggal pada UV 254 dan 366 nm. Sedangkan Pada

pengujian KLT Dua Dimensi dengan menggunakan eluen n-Heksan : Etil

Asetat 3:7 terdapat noda tunggal pada lempeng KLT di UV 254 dan 366

nm. Setelah dilakukan Penyemprotan DPPH hasil yang diperoleh negatif

baik pada UV 254 dan UV 366 nm ini berarti pada isolat n-heksan fraksi

sampel klika kayu jawa (Lannea coromandelica) tidak mengandung

antioksidan.

Adapun faktor kesalahan dapat memungkinkan tidak ditemukannya

senyawa yang diinginkan yaitu kurangnya ketelitian pada saat pengerjaan

eluen.

SULISTIAWATI YUNUS NURHIDAYA


15020160031
KRISTALISASI DAN UJI KEMURNIAN DENGAN KROMATOGRAFI
LAPIS TIPIS MULTI ELUEN DAN DUA DIMENSI

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum yang dilakukan yaitu didapatkan

hasil pada KLT Multi Eluen tidak terdapat noda pada UV 254 dan 366 nm

dengan menggunakan Eluen n-Heksan : Etil Asetat 3:7 dan Kloroform :

Metanol 1:1. Sedangkan Pada KLT Dua dimensi terdapat noda tunggal

pada UV 254 dan 366 nm menggunakan eluen n-Heksan : Etil Asetat 3:7

dan setelah penyemprotan DPPH hasilnya negatif, tidak terdapat senyawa

anitoksidan.

B. Saran

Sebaiknya alat yang ada dilaboratorium lebih dilengkapi lagi agar

praktikum berjalan dengan lancar

SULISTIAWATI YUNUS NURHIDAYA


15020160031
KRISTALISASI DAN UJI KEMURNIAN DENGAN KROMATOGRAFI
LAPIS TIPIS MULTI ELUEN DAN DUA DIMENSI

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2019, Penuntun dan Buku Kerja Fitokimia II, Universitas Muslim
Indonesia, Makassar.

Fried, Bernard & Sherma, Joseph. (1999) .”Thin Layer


Chromatography,4thEdition”, Revised and Expanded. New
York:Marcel Dekker. Inc8.

Integrated Taxonomic Information System//Lanneacoromandelica, 26 april


2019
Ibnu, Gholib, Gandjar, Abdul Rahman. 2008. “Kimia Farmasi Analisis”.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Markham,K.R.1988.”Cara Mengidentifikasi Flavonoida”. Terjemahan


Kosasih Padmawinata. ITB : Bandung.
Lenny, Sofia. 2006. “Isolasi dan Uji Bioaktifitas Kandungan Kimia Utama
Puding Merah dengan Metoda Uji Brine Shrimp”. USU
Repository : Sumatera Utara.
Perdanakusuma, D, 2007, From Caringto Curing Pause Before You Use Gauze,
Airlangga University School of Medicine, Surabaya

Sastrohamidjojo, 1991 .http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/


22041/4/Chapter%20II. pdf, diakses tanggal 24 April 2019.

SULISTIAWATI YUNUS NURHIDAYA


15020160031
KRISTALISASI DAN UJI KEMURNIAN DENGAN KROMATOGRAFI
LAPIS TIPIS MULTI ELUEN DAN DUA DIMENSI

LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema Kerja

1. KLT Multi eluen

Isolat

 Ditotolpadalempeng KLT 7x1 cm


 Dielusidenganeluen 1 n-heksan : etilasetat (3 : 7)

Noda
 Diamati di UV254 nm dan UV366 nm
 Dielusidenganeluen2Kloroform : methanol (1: 1)
 Diamati di UV254 nm dan UV366 nm
 Disemprotkandengan DPPH

Noda Tunggal

2. KLT DuaDimensi

Isolat

 Ditotolpadalempeng KLT 5x5 cm


 Dielusidenganeluenn-heksan : etilasetat (3 : 7)
Lempeng diputar 90 berlawanan jarum jam
 Dielusidenganeluen yang sama
 Diamati di UV254 dan UV366 nm
 Dielusi

Noda Tunggal

SULISTIAWATI YUNUS NURHIDAYA


15020160031
KRISTALISASI DAN UJI KEMURNIAN DENGAN KROMATOGRAFI
LAPIS TIPIS MULTI ELUEN DAN DUA DIMENSI

Lampiran 2. Gambar Hasil Praktikum


KLT Multi Eluen

Perbandingan Eluen Hasil

n-heksan : etilasetat
(3 : 7)

UV 254 nm UV 366 nm

Kloroform : Metanol
(1 : 1)

UV 254 nm UV 366 nm

SULISTIAWATI YUNUS NURHIDAYA


15020160031
KRISTALISASI DAN UJI KEMURNIAN DENGAN KROMATOGRAFI
LAPIS TIPIS MULTI ELUEN DAN DUA DIMENSI

KLT Dua Dimensi

Perbandingan Eluen Hasil

n-heksan : etilasetat
(3 : 7)

UV 254 nm UV 366 nm

Sebelum diputar 90o

n-heksan : etilasetat
(3 : 7)

UV 254 nm UV 366 nm

Setelah diputar 90o

SULISTIAWATI YUNUS NURHIDAYA


15020160031

Anda mungkin juga menyukai