Anda di halaman 1dari 25

Laporan Praktikum Fitokimia II

FRAKSINASI DAN IDENTIFIKASI DENGAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS


MULTIELUEN DAN DUA DIMENSI FRAKSI N-HEKSAN KLIKA KAYU JAWA
(Lannea coromandelica ASAL DESA KAMIR KECAMATAN BALUSU
KABUPATEN BARRU

Oleh :

Nama : Sulistiawati Yunus


Stambuk : 150 2016 0031
Kelompok : 4 (empat)
Kelas : C1-C2
Asisten : Nurhidaya

Laboratorium Farmakognosi – Fitokimia


Program Studi Farmasi
Fakultas Farmasi
Universitas Muslim Indonesia
Makassar
2019
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

BAB l

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia Wilayah Indonesia merupakan wilayah yang sangat

strategis dan baik untuk pertmubuhan tanaman taman. Hal ini dibuktikan

dengan banyaknya keanekaragaman dari tumbuhan yang dapat dijumpai.

Dan dari berbagai tanaman tersebut, memiliki banyak potensi untuk dijadikan

obat-obat yang berasal dari alam.

Pengobatan tradisional yang menggunakan bahan-bahan alam telah

sangat berkembang hingga saat ini, dan sangat menarik minat masyarakat

pada umumnya untuk kembali menggunakan bahan-bahan alam sebagai

obat karena mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan obat-obat

sintesis. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemisahan senyawa bermanfaat dari

tamanan untuk dapat di manfaatkan secara maksimal.

Kromatografi merupakan salah satu metode pemisahan komponen-

komponen campuran dimana cuplikan berkesetimbangan di antara dua fasa,

fasa gerak yang membawa cuplikan dan fasa diam yang menahan cuplikan

RABIATUL MUSFIRAH JOHAN NURHIDAYA


15020160013
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

secara selektif. Bila fasa gerak berupa gas, disebut kromatografi gas, dan

sebaliknya kalau fasa gerak berupa zat cair, disebut kromatografi cair

Kromatografi kolom merupakan metode kromatografi klasik yang

masih banyak digunakan. Kromatografi kolom digunakan untuk memisahkan

senyawa-senyawa dalam jumlah yang banyak berdasarkan adsorpsi dan

partisi. Kemasan adsorben yang sering digunakan adalah silika gel G-60,

kieselgur, Al2O3, dan Diaion.

Percobaan ini dilakukan untuk memisahkan komponen kimia

tumbuhan berdasarkan tingkat kepolarandengan cara menggunakan gaya

gravitasi

B. Rumusan Masalah
Dalam uraian diatas dapat dirumuskan masalah bagaimana cara
memisahkan senyawa dengan metode kromatografi kolom konvensional
pada fraksi klika kayu jawa (Lannea coromandelica) ?
C. Maksud praktikum

Adapun maksud dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui dan


memahami cara penggunaan serta prinsip kerja kromatografi kolom
konvensional menggunakan fraksi klika kayu jawa (Lannea coromandelica)
D. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan percobaan ini yaitu untuk memisahkan senyawa kimia


fraksi klika kayu jawa (Lannea coromandelica) menggunakan kromatografi
kolom konvensional berdasarkan warna dan tingkat kepolaran.
E. Manfaat Praktikum

RABIATUL MUSFIRAH JOHAN NURHIDAYA


15020160013
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

Bagi Praktikan, dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang


proses dan prinsip dari kromatografi kolom konvensional dalam memisahkan
senyawa berdasarkan warna dan tingkat kepolaran

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman

a. Klasifikasi Tanaman (Integrated Taxonomic Information system, 2018)


Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Classis : Dicotyledonane
Sub Classis : Dialypetalae
Ordo : Sapindales
Familia : Anacardiaceae
Genus : Lannea
Spesies : Lannea coromandelica
b. Morfologi Tanaman
Kayu jawa (Lannea Coromandelica) atau dalam masyarakat bugis
dikenal dengan sebutan aju jawa adalah salah satu tanaman obat
tradisional yang masih sering digunakan oleh masyarakat bugis sampai
sekarang ini karena khasiatnya yang dipercaya sangat ampuh untuk
mengobati luka dalam maupun luka luar. Selain itu, masyarakat sering
menggunakan tanaman ini untuk mengobati bintitan. Cara penggunaan
tanaman ini berbeda-beda tergantung tujuan penggunaannya, misalnya
RABIATUL MUSFIRAH JOHAN NURHIDAYA
15020160013
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

untuk pengobatan muntah darah masyarakat meminum rebusan kulit


batang tanaman ini.Sedangkan untuk mempercepat penyembuhan luka,
masyarakat biasanya langsung menggunakan kulit batang ini dengan
menempelkannya ke bagian luka.
Habitus pohon dengan batang berkayu, berwarna coklat dengan
corak putih, kokoh, silindris dengan diameter ±40cm, permukaan kasar
dan beralur. Daun majemuk menyirip gasal, berwarna hijau, permukaan
daun licin, tepi daun rata, anak helai daun berhadapan, tulang daun
menyirip, bangun daun bulat telur (ovatus), ujung daun runcing dan basal
daun tumpul (obtusus). Bunga majemuk, perbungaan malai, dengan
kelopak ±1mm berwarna hijau muda, dan 4 mahkota berwarna kuning
kehijauan, benang sari 8 berwarna kuning, putik 4 pendek. Buah buni,
bulat, memanjang, berwarna hijau dengan biji bulat, putih.
c. Nama Lain
Adapun namasimplisiadari kayu jawa yaitu Lanneae
coromandelica folium,dengan namaasing
Lannea coromandelica. Di daerah sulawesi dikenal dengan tamate, dari
daerah jawa sering disebut kudo atau jaranan, dan di daerah flores
dikenal dengan Reo
d. Kandungan kimia
Bahan kimia yang terkandung pada klika tanaman kayu jawa
(Lannea coromandelica) adalah saponin dan flavonoid serta memiliki sifat
antioksidan, sedangkan pada getah pohon kayunya mengandung
alumina dan silika (Perdanakusuma D, 2007)
e. Khasiat Tanaman
Tanaman kayu jawa berkhasiat untuk penawar bisa racun, obat
tetes mata merah, belekan, antiseptik, dan obat luka sayat dan sakit gigi
(Prawirodiharjo, 2014)

RABIATUL MUSFIRAH JOHAN NURHIDAYA


15020160013
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

B. Uraian Kromatografi Kolom Konvensional

Kromatografi kolom adalah suatu metode pemisahan yang di

dasarkan pada pemisahan daya adsorbsi suatu adsorben terhadap suatu

senyawa, baik pengotornya maupun hasil isolasinya. Sebelumnya dilakukan

percobaan tarhadap kromatografi lapis tipis sebagai pencari kondisi eluen.

Misalnya apsolsi yang cocok dengan pelarut yang baik sehingga antara

pengotor dan hasil isolasinya terpisah secara sempurna Raymond, 2006).

Kromatografi kolom merupakan metode kromatografi klasik

yang masih banyak digunakan. Kromatografi kolom digunakan untuk

memisahkan senyawa-senyawa dalam jumlah yang banyak berdasarkan

adsorpsi dan partisi. Kemasan adsorben yang sering digunakan adalah silika

gel G-60, kieselgur, Al2O3, dan Diaion (Hayani, 2007).

Dalam proses kromatografi selalu terdapat kecenderungan

molekul-molekul komponen untuk melarut dalam cairan,melekat pada

permukaan padatan halus,bereaksi secara kimia dan tereksklusi pada pori-

pori fase diam,komponen yang dipisahkan harus larut dalam fase gerak dan

harus mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dengan fase diam dengan

cara melarut di dalamnya,teradsorbsi atau bereaksi secara kimia,pemisahan

terjadi berdasarkan perbedaan migrasi zat-zat yang menyusun suatu

sampel,hasil pemisahan dapat digunakan untuk keperluan analisis kualitatif

dan pemurnian suatu senyawa,dalam beberapa hal metode pemisahan

RABIATUL MUSFIRAH JOHAN NURHIDAYA


15020160013
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

kromatografi mempunyai kemiripan dengan metode pemisahan

ekstraksi,kedua metode ini sama-sama menggunakan dua fase dimana satu

fase bergerak dengan fase lainya,kesetimbangan solut selalu terjadi dia

antara dua fase ( kophkar, 2007 ).

Pemisahan kromatografi kolom didasarkan pada adsorbsi

komponen campuran dengan afinita berbeda-beda terhadap permukaan fase

diam.kromatografi kolom teradsorbsi termasuk pada saat pemisahan cair

padat,substrak padat bertindak sebagai fase diam yang sifatnya tidak larut

pada fase cair,fase geraknya dalah cairan atau pelarut yang mengalir

membawa komponen campuran sepanjang kolom,pemisahan bergantung

pada kesetimbangan yang terbentuk pada bidang antar muka diantara

butiran-butiran adsorben dan fase geraknya serta kelarutan relatif komponen

pada fase geraknya,antara molekul dan pelarut terjadi kompetisi untuk

teradsorbsi pada permukaan adsorben dan masuk kembali pada fase gerak (

Gritter, 1991 ).

Dalam perkembangan selanjutnya metode KLT tidak hanya

digunakan untuk mengidentifikasi noda akan tetapi juga untuk mengisolasi

ekstrak, metode ini kemudian dikenal sebagai KLT preparatif. Metode ini

merupakan salah satu metode yang paling sederhana dan murah untuk

mengisolasi komponen kimia dari suatu bahan alam. Prinsip kromatografi

partisi dapat dijelaskan dengan hukum partisi yang dapat diterapkan pada

sistem multikomponen yang dibahas di bagian sebelumnya. Dalam


RABIATUL MUSFIRAH JOHAN NURHIDAYA
15020160013
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

kromatografi partisi, ekstraksi terjadi berulang dalam satu kali proses. Dalam

percobaan, zat terlarut didistribusikan antara fase stationer dan fasa mobile.

Fase stationer dalam banyak kasus pelarut diadsorbsi pada adsorben dan

fasa mobile adalah molekul pelarut yang mengisi ruang antar partikel yang

teradsorbsi.Contoh khas kromatografi partisi adalah kromatografi kolom yang

digunakan luas karena merupakan sangat efisien untuk pemisahan senyawa

organik. (Hayani, 2007).

Prinsip kerja kromatografi kolom adalah dengan adanya

perbedaan daya serap dari masing-masing komponen, campuran yang akan

diuji, dilarutkan dalam sedikit pelarut lalu di masukan lewat puncak kolom dan

dibiarkan mengalir kedalam zat menyerap. Senyawa yang lebih polar akan

terserap lebih kuat sehingga turun lebih lambat dari senyawa non

polar terserap lebih lemah dan turun lebih cepat. Zat yang di serap dari

larutan secara sempurna oleh bahan penyerap berupa pita sempit pada

kolom (Hayani, 2007).

Kromatografi kolom merupakan pilihan yang baik jika ingin

memisahkan campuran senyawa yang masih dalam bentuk ekstrak.

Alasannya adalah lebih murah dan tidak memakan waktu yang lama. Hasil

dari pemisahan menggunakan kolom kromatografi ini bisa berupa fraksi-

fraksi yang masih berupa campuran, dan bisa juga menghasilkan senyawa

yang telah murni. Kadang kala hanya dengan menggunakan kolom

kromatografi, target pemisahan campuran telah berhasil dilakukan tapi akan


RABIATUL MUSFIRAH JOHAN NURHIDAYA
15020160013
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

mengalami kesulitan jika campuran yang akan dipisahkan itu jumlahnya

sedikit, karena ada kecenderungan campuran tersebut akan tertinggal pada

fase diam (Dalimartha, 2010).

RABIATUL MUSFIRAH JOHAN NURHIDAYA


15020160013
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

Cara pembuatannya ada dua macam (Santoso, 2010):

1. Cara kering yaitu silika gel dimasukkan ke dalam kolom yang telah diberi

kapas kemudian ditambahkan cairan pengelusi.

2. Cara basah yaitu silika gel terlebih dahulu disuspensikan dengan cairan

pengelusi yang akan digunakan kemudian dimasukkan ke dalam kolom

melalui dinding kolom secara kontinyu sedikit demi sedikit hingga masuk

semua, sambil kran kolom dibuka. Eluen dialirkan hingga silika gel mapat,

setelah silika gel mapat eluen dibiarkan mengalir sampai batas adsorben

kemudian kran ditutup dan sampel dimasukkan yang terlebih dahulu

dilarutkan dalam eluen.

( Gambar. Alat Kromotografi Kolom Konvensional )

Cara pengisian kolom terbagi dua , yaitu (Santoso, 2010):

A. Cara basah

a. Isi dasar kolom dengan kapas

RABIATUL MUSFIRAH JOHAN NURHIDAYA


15020160013
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

b. Masukkan eluen

c. Campurkan dengan rata sebagai adsorben dan eluen

d. Jangan tersentuh atau diguncangkan ± 6 jam

e. Setelah stabil, masukkan eluen dan zat, lalu keluarkan eluen

2. Cara kering

a. Isi tabung dengan kapas

b. Masukkan eluen

c. Masukkan adsorben kering sedikit demi sedikit

d. Lalu di aduk

Adapun Kelebihan kromatografi kolom yaitu dapat digunakan untuk

analisis dan aplikasi preparative digunakan untuk menentukan jumlah

komponen campuran digunakan untuk memisahkan dan purifikasi substansi.

Dan Kekurangan kromatografi kolom yaitu untuk mempersiapkan kolom

dibutuhkan kemampuan teknik dan manual. metode ini sangat membutuhkan

waktu yang lama (time consuming) (Santoso, 2010).

RABIATUL MUSFIRAH JOHAN NURHIDAYA


15020160013
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat yang digunakan yaitu batang pengaduk, botol coklat,

cawan porselin, corong kaca, gelas kimia, klem, kolom kaca, pipet tetes,

sendok tanduk besi, statif, timbangan analitik dan vial.

2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan yaitu aluminium foil, fraksi klika kayu

jawa (Lannea coromandelica) eluen n-Heksana, dan eluen etil asetat,

kapas, kertas saring, label, silika gel dan tissue.

B. Cara Kerja

1. Penyiapan Kolom Kromatografi Kolom Konvensional

Alat-alat perangkat kromatografi kolom dicuci dengan metanol dan

dikeringkan, dirangkai alat kolom dan ditegakkan dengan bantuan statif

dan klem.

2. Pengemasan suspensi Silika

Ditimbang silika kasar sebanyak 30 gram, Silika disuspensikan

dengan dengan pelarut n-heksan dihomogenkan sampai tercampur merata

sampai pelarutnya menguap semua dan setelah itu dimasukkan ke dalam

kolom.

RABIATUL MUSFIRAH JOHAN NURHIDAYA


15020160013
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

3. Penyiapan fraksi

Disiapkan alat dan bahan, ditimbang fraksi sebanyak 0,3 gram dan

dimasukkan ke dalam kolom.

4. Prosedur Kerja Kromatografi Kolom Konvensional

Disiapkan alat dan bahan; Kolom yang telah dipasang dimasukkan

kapas pada ujung kolom (dasar kolom). Dimasukkan suspensi silika yang

telahdisiapkan secara perlahan-lahan; Ditunggu beberapa saat sehingga

mampat. Dimasukkan kertas saring. Dimasukkan sampel perlahan-lahan.

Dimasukkan perbandingan eluen satu-satu mulaidari non-polar hingga

polar, perbandingannya yaitu: kloroform : metanol 10:0, 9:1, 8:2, 7:3, 6:4,

5:5, 4:6, 3:7, 2:8, 1:9. Masing-masing eluen dibuat 50 mL; Ditampung

dalam vial hingga mencapai volume 5 mL dan dipisahkan berdasarkan

warna dan diuapkan serta di profil KLT.

RABIATUL MUSFIRAH JOHAN NURHIDAYA


15020160013
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari praktikum Kromatografi Kolom Konvensional didapatkan hasil

sebagai berikut :

a. Berdasarkan eluen

No. Fase gerak ( eluen ) Fraksi

1. n-heksan (10) : etil asetat (0) 1 – 13

2. n-heksan (9) : etil asetat (1) 14-22

3. n-heksan (8) : etil asetat (2) 23-37

4. n-heksan (7) : etil asetat (3) 38-47

5. n-heksan (6) : etil asetat (4) 48-57

6. n-heksan (5) : etil asetat (5) 58-66

7. n-heksan (4) : etil asetat (6) 67-76

8. n-heksan (3) : etil asetat (7) 77-86

9. n-heksan (2) : etil asetat (1) 87-96

10. n-heksan (1) : etil asetat (9) 97-106

11. n-heksan (0) : etil asetat (10) 107-116

RABIATUL MUSFIRAH JOHAN NURHIDAYA


15020160013
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

b. Berdasarkan warna

No. Fraksi Warna Fraksi

1- 22, 24, 25, 32, 33, 34, 35,


36, 37, 77, 78, 79, 80, 81,
1. fraksi 1 Bening 82, 83, 84, 85, 86, 87, 88,
89, 90, 91, 92, 93, 94, 95,
96, 97, 113, 114, 115, 116
23, 27, 30, 31, 98, 99, 100,
101, 102, 103, 104, 105,
2. fraksi 2 Kuning bening
106, 107, 108, 109, 110,
111, 112
56, 57, 58, 59, 60, 61, 62,
3. fraksi 3 Kuning muda
63, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71
26, 27, 28, 29, 38,39, 40, 41,
42, 43, 44, 45, 46, 47, 48,
4. fraksi 4 agak kuning
49, 50, 51, 52, 53, 54, 55,72
,73, 74, 75, 76

Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan

tertentu. Cara yang asli telah diketengahkan pada tahun 1903 oleh Tsweet

yang digunakan untuk pemisahan senyawa-senyawa yang berwarna, dan

nama kromatografi diambil dari senyawa yang berwarna. Meskipun demikian

pembatasan untuk senyawa-senyawa yang berwarna tak lama, dan sekarang

hampir kebanyakan pemisahan secara kromatografi digunakan juga untuk

senyawa-senyawa yang tak berwarna, termasuk gas.

RABIATUL MUSFIRAH JOHAN NURHIDAYA


15020160013
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

Kromatografi kolom konvensional adalah metode kromatografi klasik

yang sampai saat ini masih banyak digunakan. Kolom kromatografi

digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa dalam jumlah banyak.

Prinsip dari kromatografi kolom jenis ini adalah kecenderungan komponen

kimia untuk terdistribusi ke dalam fase diam atau fase gerak dengan proses

elusi berdasarkan gaya gravitasi

Fase diam pada kromatografi kolom adalah silica gel dan fase geraknya

adalah silica gel. Silika gel digunakan sebagai fase diam karena silika gel

memiliki pori-pori dan tidak mudah bereaksi dengan senyawa-senyawa

organic pada kolom. Ekstrak dan n heksan merupakan senyawa organik

polar yang akan diidentifikasi penyusun dan warnanya.

Keuntungan dari kromatografi kolom konvensional adalah dapat

memisahkan kandungan-kandungan kimia dalam jumlah banyak dan

pemisahan senyawanya yang baik. Kerugian dari kromatografi kolom

konvensional adalah proses pemisahnnya membutuhkan waktu yang lama.

Namun, kromatografi kolom konvensional ini juga memiliki kekurangan

beberapa contoh disebutkan bahwa dalam pengerjaan dengan kromatografi

kolom konvensional apabila ukuran kolom yang digunakan cukup besar maka

memerlukan bahan kimia yang cukup banyak sebagai fasa diam dan fasa

bergerak, memerlukan waktu yang cukup lama hanya untuk memisahkan

satu campuran, dan juga terkadang hasil yang didapatkan kurang akurat

RABIATUL MUSFIRAH JOHAN NURHIDAYA


15020160013
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

dikarenakan pita komponen yang satu bertumpang tindih dengan komponen

lainnya.

Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk memisahkan

campuran senyawa dalam fraksi klika kayu jawa (Lannea Coromandelica)

dengan metode kromatografi kolom.Dilakukan isolasi pada kromatografi

kolom konvensional yaitu untuk memisahkan fraksi dari perbandingan eluen

10:0 sampai eluen 0:10 sehingga dihasilkan bebrapa warna dan tingkat

kepolaran.

Adapun proses pengemasan silika dibuat dalam cara kering agar aliran

eluen yang melewati silica (fase diam) tidak terlalu cepat sehingga pada saat

fraksi melewati fase diam pemisahannya lebih baik. Penyiapan kolom yaitu

dengan cara menyusun kapas, silica gel kasar, kertas saring dan sampel

secara berturut-turut kemudian dibahasi dengan pelarut n-heksan

secukupnya dengan tujuan untuk mempermudah terjadinya fraksinasi.

Pengemasan kering dilakukan dengan memasukkan 30 gram silika kasar

kedalam kolom yang telah dimasukkan kapas dan kertas saring. Setelah itu

dimasukkan terlebih dahulu pelarut n-Heksan untuk membilas silika agar

lebih mampat. Kemudian dimasukkan 0,3 gram fraksi klika kayu jawa

(Lannea Coromandelica) lalu dimasukkan eluen mulai dari perbandingan 10:0

sampai 0:10. Alasannya penggunaan eluen dengan tingkat kepolaran yang

rendah terlebih dahulu dimasukkan agar fraksi dapat ditarik oleh senyawa

non polar lalu kemudian di tarik oleh senyawa polar, karena jika
RABIATUL MUSFIRAH JOHAN NURHIDAYA
15020160013
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

yangdimasukkan terlebih dahulu adalah pelarut polar maka

ditakutkansenyawa non polar pada fraksi akan tertarik juga sehingga proses

pemisahan senyawa polar dan non polar tidak efektif. Alasan penggunaan

metode kering adalah karena metode ini, metode yang mudah dilakukan dan

tidak memerlukan waktu yang lama untuk mempersiapkan pengemasannya.

Jadi dengan menggunakan metode kromatografi kolom konvensional, maka

pemisahan senyawa dilakukan dengan cepat dalam jumlah yang besar atau

jumlah yang banyak yaitu dengan menggunakan 120 vial sebagai wadah

untuk menampung fraksi yang terbentuk.

Dari peraktikum yang telah dilakukan berdasarkan tingkat kepolaran

dihasilkanfraksi yang berwarna bening pada vial 1-22, 24, 25, 32, 33, 34, 35,

36, 37, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94,

95, 96, 97, 113, 114, 115, 116. Fraksi yang kuning bening pada vial nomor

23, 27, 30, 31, 98, 99, 100, 101, 102, 103, 104, 105, 106, 107, 108, 109, 110,

111, 112. Fraksi yang kuning bening pada vial nomor 56, 57, 58, 59, 60, 61,

62, 63, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71. Fraksi yang berwarna agak kuning pada

vial nomor 26, 27, 28, 29, 38,39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51,

52, 53, 54, 55,72 ,73, 74, 75, 76.

Dari hasil perubahan warna diperoleh fraksi untuk Warna Bening

terdapat 55 Fraksi, kuning bening terdapat 19 Fraksi, kuning muda terdapat

15 Fraksi, Warna agak kuning terdapat 27 Fraksi. Perbedaan warna pada

masing-masing fraksi dikarenakan perbedaan kepolaran dari masing-masing


RABIATUL MUSFIRAH JOHAN NURHIDAYA
15020160013
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

senyawa yang terkandung dalam fraksi klika kayu jawa (Lannea

Coromandelica) sedangkan tingkat kepekatan warna disebabkan banyaknya

senyawa yang ditarik.

RABIATUL MUSFIRAH JOHAN NURHIDAYA


15020160013
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum ini, maka dapat disimpulkan bahwa dari
hasil kromatografi kolom konvensional dengan menggunakan eluen dengan
variasi perbandingan diperoleh warna kuning pucat, kuning bening, dan
bening
B. Saran
Sebaiknya sebelum praktikum bahan yang digunakan di periksa
terlebih dahulu untuk menjamin keakuratan dari hasil yang diperoleh serta
alat diharapkan diperlengkap.

RABIATUL MUSFIRAH JOHAN NURHIDAYA


15020160013
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

DAFTAR PUSTAKA

Adrian,Peyne., 2000, Analisa Ekstraktif Tumbuhan Sebagai Sumber Bahan


Obat , Pusat Penelitian, Universitas Negeri Andalas.

Anonim 2019, Penuntun dan Buku Kerja Fitokimia II, Universitas Muslim
Indonesia, Makassar.

Dalimartha 2004, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Trobus Agriwidya,Bogor.

Gritter J,R, dkk 1991, Pengantar Kromatografi, Penerbit ITB, Bandung.

Hayani, E 2007, Pemisahan Komponen Rimpang Temu Kunci Secara


Kromatografi Kolom ,Buletin Teknik Pertanian Vol 12 No,
Bandung.

Integrated Taxonomi cInformation System// Lannea coromandelica, 26 maret


2019

Khopkar ,S,M 2002, Konsep Dasar Kimia Analitik , UI-Press, Jakarta.

Perdanakusuma, D, 2007, From Caringto Curing Pause Before You Use


Gauze, Airlangga University School of Medicine, Surabaya

Raymond, G, Reid and Satyajit D, Sarker 2006.Isolation of natural Product


by Low-Pressure Collum Chromatografi in Sharker SD., Latif,Z and
Gray , Al (ED). Natural Product Isolation, Humana Press,Inc,
Totowa New jersey.

RABIATUL MUSFIRAH JOHAN NURHIDAYA


15020160013
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

Lampiran
Lampiran 1. Skema Kerja

Disiapkan alat dan bahan


Kolom yang telah dipasang dimasukkan kapas pada ujung kolom
(dasar kolom)
+ Dimasukkan silika yang telah
disiapkan secara perlahan-
lahan sebanyak 30 gram,

+ silika dibiarkan mengendap


sementara tabung diketuk-
ketuk. Ditunggu beberapa
saat sehingga mampat; dan
Dimasukkan kertas saring;
Dimasukkan sampel sebanyak 0,3 gram dengan cara perlahan-
lahan dan ditutup kembali dengan kertas saring;


Dimasukkan perbandingan eluen satu-satu mulai dari non-polar
hingga polar,


perbandingannya yaitu: n-Heksan : Etil Asetat 10:0, 9:1, 8:2, 7:3,
6:4, 5:5, 4:6, 3:7, 2:8, 1:9, 0:10.


Ditampung dalam vial hingga mencapai volume 5 mL dan
dipisahkan berdasarkan warna.
RABIATUL MUSFIRAH JOHAN NURHIDAYA
15020160013
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

Lampiran.2 gambar Hasil Praktikum

bening Kuning bening

Kuning muda Agak kuning

Kromatogravi kolom

RABIATUL MUSFIRAH JOHAN NURHIDAYA


15020160013
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

Lampiran 3. Perhitungan

1. Eluen n-heksan : etilasetat (10 : 0) dalam 50 mL


10
Untuk n-heksan : 10 𝑋 50 𝑚𝐿 = 50 𝑚𝐿.
0
Untuk etilasetat : 10 𝑋 50 𝑚𝐿 = 0 𝑚𝐿.

2. Eluen n-heksan : etilasetat (9 : 1) dalam 50 mL


9
Untuk n-heksan : 10 𝑋 50 𝑚𝐿 = 45 𝑚𝐿
1
Untuk etilasetat : 𝑋 50 𝑚𝐿 = 5 𝑚𝐿
10

3. Eluen n-heksan : etilasetat (8 : 2) dalam 50 mL


8
Untuk n-heksan : 10 𝑋 50 𝑚𝐿 = 40 𝑚𝐿
2
Untuk etilasetat : 10 𝑋 50 𝑚𝐿 = 10 𝑚𝐿

4. Eluen n-heksan : etilasetat (7: 3) dalam 50 mL


7
Untuk n-heksan : 10 𝑋 50 𝑚𝐿 = 35 𝑚𝐿
3
Untuk etilasetat : 10 𝑋 50 𝑚𝐿 = 15 𝑚𝐿

5. Eluen n-heksan : etilasetat (6 : 4) dalam 50 mL


6
Untuk n-heksan : 10 𝑋 50 𝑚𝐿 = 30 𝑚𝐿
4
Untuk etilasetat : 10 𝑋 50 𝑚𝐿 = 20 𝑚𝐿

6. Eluen n-heksan : etilasetat (5 : 5) dalam 50 mL


5
Untuk n-heksan : 10 𝑋 50 𝑚𝐿 = 25 𝑚𝐿
5
Untuk etilasetat : 𝑋 50 𝑚𝐿 = 25 𝑚𝐿
10

7. Eluen n-heksan : etilasetat (4 : 6) dalam 50 mL


4
Untuk n-heksan : 10 𝑋 50 𝑚𝐿 = 20 𝑚𝐿
6
Untuk etilasetat : 10 𝑋 50 𝑚𝐿 = 30 𝑚𝐿

8. Eluen n-heksan : etilasetat (3 : 7) dalam 50 mL

RABIATUL MUSFIRAH JOHAN NURHIDAYA


15020160013
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

3
Untuk n-heksan : 10 𝑋 50 𝑚𝐿 = 15 𝑚𝐿
7
Untuk etilasetat : 10 𝑋 50 𝑚𝐿 = 35 𝑚𝐿

9. Eluen n-heksan : etilasetat (2 : 8) dalam 50 mL


2
Untuk n-heksan : 10 𝑋 50 𝑚𝐿 = 10 𝑚𝐿
8
Untuk etilasetat : 10 𝑋 50 𝑚𝐿 = 40 𝑚𝐿

10. Eluen n-heksan : etilasetat (1 : 9) dalam 50 mL


1
Untuk n-heksan : 10 𝑋 50 𝑚𝐿 = 5 𝑚𝐿
9
Untuk etilasetat : 𝑋 50 𝑚𝐿 = 45 𝑚𝐿
10

11. Eluen n-heksan : etilasetat (0 : 10) dalam 50 mL


0
Untuk n-heksan : 10 𝑋 50 𝑚𝐿 = 0 𝑚𝐿
10
Untuk etilasetat : 𝑋 50 𝑚𝐿 = 50 𝑚𝐿
10

RABIATUL MUSFIRAH JOHAN NURHIDAYA


15020160013

Anda mungkin juga menyukai