Anda di halaman 1dari 16

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lansia

2.1.1 Pengertian

Lanjut usia (lansia) adalah seorang yang telah mencapai

usia 60 tahun ke atas, baik pria mau pun wanita. Saat ini,

diseluruh dunia, jumlah lanjut usia diperkirakan lebih dari 692

juta jiwa satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun, dan

pada tahun 2025, lanjut usia akan mencapai 1,2 milyar. Di

negara maju, pertambahan populasi atau penduduk lanjut usia

telah di antisipasi sejak awal abad ke-20. Tidak heran bila

masyarakat di negara maju sudah lebih siap menghadapi

pertambahan populasi lanjut usia dengan aneka tantangannya

(Nugroho, 2014).

Lansia adalah proses pemberian bantuan yang dilaksanakan secara

terencana dan berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan lanjut usia,

sehingga yang bersangkutan mampu melaksanakan fungsi sosialnya.

Salah satu bentuk pelayanan sosial lanjut usia yaitu posyandu lansia.

Posyandu lansia merupakan pos pelayanan terpadu terhadap lansia

di tingkat desa/kelurahan dalam wilayah kerja masing-masing

puskesmas. Adapun tujuan dari pembentukan posyandu lansia yaitu

meningkatkan derajat kesehatan dan mutu pelayanan kesehatan usia

lanjut di masyarakat, untuk mencapai masa tua yang bahagia dan

berdaya guna bagi keluarga, dan meningkatkan peran serta masyarakat


13

dalam pelayanan kesehatan dan komunikasi antara masyarakat usia

lanjut (Ismawati, 2010).

Menurut WHO (2012) lansia secara perlahan akan mengalami

penurunan jaringan untuk memperbaiki dan mempertahankan

normalnya, sehingga lansia sering beresiko terserang penyakit.

Penurunan daya tahan tubuh lansia akibat dari faktor usia maka dari

itu lansia mudah terserang infeksi dan gangguan dari luar (Padilaa

2013). Menjadi tua adalah dimana proses hilangnya kemampuan

jaringan secara perlahan untuk menganti dan mempertahnkan fungsi

normalnya sehingga usia –usia itu rentan sekali terhada infeksi

(Mujahidullah 2012).

Menurut Daryanto (2015) Mayoritas lansia berumur 60-74 tahun

akan mulai mengalami perubahan fisik maupun psikis. Kondisi

kesehatan fisik mengalami kemunduran sejak seseorang memasuki

fase lansia , kulaitas hidup menurun dengan meningkatnya faktor usia

dan menurunnya status ekonomi (Kundari 2013) . Kualitas hidup

lansia sangat komplek dimana mencangkunp tentang usia harapan

hidup, kepuasan hidup kesehatan fisik dan mental, fungsi kognitif dan

fungsi kesehatan tempat tinggal, pendapatan dan dukugan social dan

jaringan sosial .

Menua adalah proses yang mengubah seorang dewasa sehat

menjadi seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar

cadangan sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap

berbagai penyakit dan kematian (Setiati, 2009).


14

Penduduk Lansia atau lanjut usia menurut UU No.43 (2004)

adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Umur

yang dijadikan patokan sebagai lanjut usia berbeda-beda, umumnya

berkisar antara 60-65 tahun. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu: usia pertengahan (middle

age) 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) 60-74 tahun, lanjut usia tua

(old) 75–90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

Menurut Depkes RI (2010), batasan lansia terbagi dalam

empat kelompok yaitu pertengahan umur usia lanjut (virilitas) yaitu

masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan

kematangan jiwa antara 45-54 tahun, usia lanjut dini (prasenium)

yaitu kelompok yang mulai memasuki usia lanjut antara 55-64 tahun,

kelompok usia lanjut (senium) usia 65 tahun keatas dan usialanjut

dengan resiko tinggi yaitu kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun

atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, tinggal di

panti, menderita penyakit berat, atau cacat. Di Indonesia, batasan

lanjut usia adalah 60 tahun keatas. Hal ini dipertegas dalam Undang-

Undang Nomor 43 tahun 2004.

Secara umum, menjadi tua ditandai oleh kemunduran biologis

yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain :

a. Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis

yang menetap.

b. Rambut kepala mulai memutih atau beruban.

c. Gigi mulai lepas.


15

d. Penglihatan dan pendengaran berkurang.

e. Mudah lelah dan mudah jatuh.

f. Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah.

Disamping itu, juga terjadi kemunduran kognitif antara lain :

a. Suka lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik.

b. Ingatan terhadap hal-hal di masa muda lebih baik daripada hal-hal

yang baru saja terjadi.

c. Sering adanya disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang.

d. Sulit menerima ide-ide baru (Haryono, 2013)

2.1.2 Batasan-batasan usia lanjut

Batasan usia lanjut a. menurut ( Depkes 2010) Kelompok usia

lanjut adalah kelompok yang berusia 60 tahun keatas . penggolongan

usia lanjut ada 3 yaitu :

a. Kelompok lansia dini ( 45 sampai < 60 tahun ) merupakan

kelompok yng baru memasuki lansia atau pralansia

b. Kelompok lansia (60-70 tahun )

c. Kelompok yang beresiko tinggi yaitu lansia yang lebih berusia 70

tahun

Menurut World Health Organitation (WHO) lansia meliputi :

Menurut WHO Pembagian usia menjadi empat bagian yaitu

a. Usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun

b. Lansia (erdly) 60-70 tahun ; lansia tua ( very old )

c. Usia diatas 90 tahun (Effendi 2009)

1. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59tahun


16

2. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun

3. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun

4. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun

2.2 Keluarga

2.2.1 Pengertian

Keluarga adalah dua atau lebih individu atau lebih yang

berhubungan darah atau perkawinan dan adopsi dalam satu rumah

tangga yang berinteraksi satu sama lainnya dalam peran dan

menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Ali, 2010).

Sedangkan menurut (Friedman, 2010) keluarga adalah dua atau

lebih dari individu yang terhubung karena aliran darah hubungan

perkawinan atau pengangkatan dan mereka tinggal dalam satu

rumah tangga berinteraksi satu sama lain didalam perannya

masing-masing menciptakan serta mempertahankan budaya.

2.3 Teori Keluarga

2.3.1 Definisi

Beberapa definisi keluarga menurut para ahli:

a. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang

terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang

terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu

tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling

ketergantungan. ( Jhonsons dan Leny, 2010)


17

b. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang

terdiri dari suami istri dan anaknya, atau ibu dan anaknya

( Suprayitno, 2009)

c. Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang

hidup bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan

individu mempunyai peran masing-masing yang

merupakan bagian dari keluarga (Friedman, 2010).

d. Menurut Departemen Kesehatan RI (2011). Keluarga

adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari

kepala keluarga dan beberapa orang berkumpul dan

tinggal dalam suatu tempat dibawah atap dalam keadaan

saling bergantung.

2.4 Dukungan Keluarga

2.4.1 Pengertian

Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap,

tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa

dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental

dan dukungan emosional, Dukungan keluarga dapat berupa informasi

emosional dan penghargaan.Jadi dukungan keluarga adalah suatu

bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan

penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga

merasa ada yang memperhatikan.

Keluarga adalah kelompok yang mempunyai peranan yang amat

penting dalam mengembangkan, mencegah, mengadaptasi dan atau


18

memperbaiki masalah kesehatan yang ditemukan dalam keluarga.

Masalah kesehatan anggota keluarga saling terkait dengan berbagai

masalah anggota keluarga lainnya, jika ada satu anggota keluarga

yang bermasalah kesehatannya pasti akan mempengaruhi pelaksanaan

dari fungsi-fungsi keluarga tersebut (Azwar, 2010)

Keluarga merupakan Support system (sistem pendukung) yang

berarti sehingga dapat memberi pentunjuk tentang kesehatan mental

klien, peristiwa dalam hidupannya dan sistem dukungan yang

diterima.Sistem dukungan penting bagi kesehatan lansia terutama fisik

dan emosi. Lansia yang sering dikunjungi, ditemani dan mendapatkan

dukungan akan mempunyai kesehatan mental yang baik (Pumawan,

2012).

2.4.2 Bentuk-Bentuk Dukungan Keluarga

Menurut Cohen dan Mc Kay dalam Niven, (2009) bahwa komponen-

komponen dukungan keluarga terdiri dari empat macam dukungan

yaitu:

a. Dukungan emosional

Dukungan emosional keluarga berupa perhatian, kasih

sayang dan empati. Dukungan emosional merupakan fungsi

afektif keluarga berupa fungsi internal keluarga dalam

memenuhi kebutuhan psikososial dengan saling mengasuh,

cinta kasih, kehangatan, saling mendukung dan menghargai

antar anggota keluarga, adanya kepercayaan, perhatian,

mendengarkan dan didengarkan (Friedman, 2010).


19

b. Dukungan Informasi

Dukungan informasi merupakan suatu dukungan atau

bantuan yang diberikan oleh keluarga dalam bentuk

memberikan saran atau masukan, nasehat atau arahan dan

memberikan informasi-informasi penting yang sangat

dibutuhkan dalam upaya meningkatkan status kesehatannya.

Manfaatnya adalah dapat menekan munculnya suatu stressor

karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi

sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam

dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan

pemberian informasi (Friedman, 2010).

c. Dukungan Penghargaan

Dukungan keluarga berperan dalam mengintensifkan

perasaan sejahtera karena keluarga membimbing dan

menengahi pemecahan masalah. Orang yang hidup dalam

lingkungan yang supportif kondisinya jauh lebih baik

daripada mereka yang tidak memilikinya. Dukungan tersebut

akan tercipta bila hubungan interpersonal diantara mereka

baik. Ikatan kekeluargaan yang kuat membantu ketika

keluarga menghadapi masalah (Friedman, 2010).

d. Dukungan Instrumental

Dukungan instrumental keluarga merupakan dukungan atau

bantuan penuh dari keluarga dalam bentuk memberikan


20

bantuan tenaga, dana, maupun meluangkan waktu untuk

membantu atau melayani dan mendengarkan klien halusinasi

dalam menyampaikan perasaannya. Serta dukungan

instrumental keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit,

dan kesehatan pasien dalam hal kebutuhan makan dan

minum, istirahat dan terhindarnya pasien dari kelelahan

(Friedman, 2010).

Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong

minat lansia untuk mengikuti kegiatan Posyandu lansia.

Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila

selalu menyempatkan diri untuk mendampingi atau

mengantar lansia ke Posyandu, mengingatkan Lansia jika

lupa jadwal Posyandu dan berusaha membantu mengatasi

segala permasalahan bersama lansia (Aryatiningsih, 2014).

2.4.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Menurut Purnawan (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi

dukungan keluarga adalah:

1) Faktor internal

a. Tahap Perkembangan

Artinya dukungan keluarga dapat ditentukan oleh

faktor usia dalam hal ini adalah pertumbuhan dan

perkembangan dimana setiap rentang usia (bayi-lansia)

memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan

kesehatan berbeda-beda.
21

b. Pendidikan atau tingkat pengetahuan

Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan

terbentuk oleh variabel intelektual yang terdiri dari

pengetahuan, latar belakang pendidikan, dan

pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan

membentuk cara berfikir seseorang termasuk

kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang

berhubungan dengan penyakit dan menggunakan

pengetahuan tentang kesehatan untuk menjaga

kesehatan dirinya.

c. Faktor emosional

Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan

terhadap adanya dukungan dancara melaksanakannya.

Seseorang yang mengalami respon stress dalam

perubahan hidupnya cenderung berespon terhadap

berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan cara

menghawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat

mengancam kehidupannya.

d. Faktor Spiritual

Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana

seseorang menjalani kehidupannya, menyangkut nilai

dan keyakinan yang dilaksanakan,hubungan dengan


22

keluarga atau teman, dan kemampuan mencari harapan

dan arti dalam hidup.

2) Faktor eksternal

a. Praktik di keluarga

Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan

biasanya mempengaruhi penderita dalam melaksanakan

kesehatannya. Misalnya: klien juga akan melakukan

tindakan pencegahan jika keluarga melakukan hal yang

sama.

b. Faktor sosio ekonomi

Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan

resiko terjadinya penyakit dan mempengaruhi

caraseseorang mendefinisikan dan bereaksi terhadap

penyakitnya.

2.5 Konsep Posyandu

2.5.1 Pengertian

Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarkat

usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang

digerakan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan

pelayanan kesehatan. Posyandu lansia merupakan pengembangan dari

kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang

penyelenggaraannya melalui program puskesmas dengan melibatkan

peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat, dan organisasi

sosial dalam penyelenggaraannya. (Depkes RI, 2009).


23

Posyandu lansia merupakan pelayanan terpadu untuk masyarakat

usia lanjut diwilayah tertentu yang sudah disepakati yang digerakan

oleh masyarakat dimana mereka mendapatkan pelayanan kesehatan,

kegiatan dari posyandu lansia yaitu promotif, kuratif, preventif, dan

rehabilitatif (Ismawati, 2010)

Posyandu lansia bertujuan untuk memelihara dan memberikan

pelayanan kesehatan pada lansia yang bersifat preventif. Manfaat

posyandu antara lain untuk meningkatkan status kesehatan lansia,

meningkatkan kemandirian pada lansia, memperlambat proses penuan,

deteksi dini gangguan peningkatan pada lansia, meningkatkan harapan

hidup pada lansia (Notoatmoddjo, 2010)

Kegiatan di posyandu merupakan kegiatan nyata suatu partisipasi

dari masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dari oleh, dan

untuk masyarakat, yang dilaksanakan oleh kader-kader kesehatan

yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan-pelatihan dari

puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar (Effendy, 2010).

2.5.2 Tujuan Posyandu Lansia

Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar adalah :

pertama, meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di

masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai

dengan kebutuhan lansia. Kedua, mendekatkan pelayanan dan

meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan

kesehatan di samping meningkatkan komunikasi antara masyarakat

usia lanjut. (Handayani, 2012)


24

2.5.3 Sasaran Posyandu Lansia

Sasaran posyandu lansia meliputi sasaran langsung dan sasaran

tidak langsung. Sasaran langsung adalah prausia lanjut (45-59tahun),

usia lanjut (60-69tahun), dan usia lanjut risiko tinggi, yaitu usia lebih

dari 70 tahun atau usia lanjut berumur 60 tahun atau lebih dengan

masalah kesehatan. Sasaran tidak langsung adalah keluarga di mana

usia lanjut berada, masyarakat tempat lansia berada, organisasi sosial,

petugas kesehatan, dan masyarakat luas.

2.5.5 Sarana Posyandu Lansia

Sarana yang ada di posyandu lansia adalah sebagai berikut

1. Tempat kegiatan

2. Meja dan kursi

3. Alat tulis

4. Formulir pencatatan kegiatan (buku register)

5. KIT usia lanjut

Berisi : timbangan dewasa, meteran atau pengukuran tinggi

badan, stetoskop, tensi meter, termometer, peralatan labor

sederhana

6. Obat-obatan

7. KMS

8. Kartu bantu

9. Buku pedoman kader


25

2.5.5 Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia

Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja,

pelayanan yang diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantug

pada mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah

kabupaten maupun kota penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan

posyandu lansia sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada uga yang

hanya menggunakan sistem pelayanan 3 meja, dengan kegiatan

sebagai berikut :

a. Meja I: pendaftaran lansia, pengukuran, dan penimbangan

berat badan dan atau tinggi badan.

b. Meja II: Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan,

indeks massa tubuh (IMT). Pelayanan kesehatan seperti

pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga dilakukan di

meja II ini.

c. Meja III: melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling,

di sini juga bisa dilakukan pelayanan pojok gizi.

2.5.6 Kendala Pelaksanaan Posyandu Lansia

Terdapat beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti

kegiatan posyandu.

1. Penegetauan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu.

Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh

dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan

menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan

penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat dalam segala


26

keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada mereka.

Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi mmeningkat,

yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong

minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan

posyandu lansia.

2. Jarak rumah dan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau.

Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah

menjangkau posyandu tanpa harus mengalami kelelahan atau

kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan fisik

tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu ini

berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi

lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk

menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan

atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat mendorong

minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu.

Dengan demikian, keamanan ini merupakan faktor eksternal dari

terbentuknya motivasi untuk menghindari posyandu lansia.

3. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun

mengingatkan lansia untuk datang ke posyandu. Dukungan

keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan

lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa

menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri

untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu,


27

mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha

membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia.

4. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu. Penilaian

pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar

atas kesiapan atau kesedihan lansia untuk mengikuti kegiatan

posyandu. Dengan sikap yang baik tersebut, lansia cenderung

untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang diadakan di

posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang

adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek.

Kesiapan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi

dengan cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan pada

stimulus yang menghendaki adanya suatu respons.

Anda mungkin juga menyukai