Anda di halaman 1dari 19

BAB I

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Pemberian Obat Secara Parenteral


Pemberian obat secara parenteral merupakan pemberian obat
melalui injeksi atau infuse. Sediaan parenteral merupakan sediaan
steril. Sediaan ini diberikan melalui beberapa rute pemberian, yaitu
Intra Vena (IV), Intra Spinal (IS), Intra Muskular (IM), Subcutaneus
(SC), dan Intra Cutaneus (IC). Obat yang diberikan secara parenteral
akan di absorbsi lebih banyak dan bereaksi lebih cepat dibandingkan
dengan obat yang diberikan secara topical atau oral.

1. Pemberian Obat Secara Intracutan


Injeksi intracutan atau intradermal adalah suatu tindakan membantu
proses penyembuhan melalui suntikan kedalam jaringan kulit atau intra
dermis. Injeksi intrakutan dimasukkan langsung ke lapisan epidermis tepat
dibawah startum korneum.
A. Indikasi Injeksi IC
a. Pasien yang membutuhkan tes alergi (mantoux tes).
b. Pasien yang akan melakukan vaksinasi.
c. Menegakkan diagnosa penyakit.
d. Sebelum memasukkan obat.
B. Kontraindikasi Injeksi IC
a. Pasien yang mengalami infeksi pada kulit.
b. Pasien dengan kulit terluka.
c. Pasien yang sudah dilakukan skin tes.
C. Keuntungan Injeksi IC
1) Suplai darah sedikit, sehingga absorbsi lamban.
2) Bisa mengetahui adanya alergi terhadap obat tertentu.
3) Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan
dalam pemberian obat.
D. Kerugian Injeksi IC
1) Apabila obat sudah disuntikkan, maka obat tersebut tidak dapat
ditarik lagi. Ini berarti, pemusnahan untuk obat yang mempunyai
efek tidak baik atau toksik maupun kelebihan dosis karena
ketidakhati-hatian akan sukar dilakukan.
2) Tuntutan sterilitas sangat ketat.
3) Memerlukan petugas terlatih yang berwenang untuk melakukan
injeksi.

1
4) Adanya resiko toksisitas jaringan dan akan terasa sakit saat
penyuntikan.
E. Prinsip

1. Sebelum memberikan obat perawat harus mengetahui diagnosa


medis pasien, indikasi pemberian obat, dan efek samping obat,
dengan prinsip 10 benar yaitu benar pasien, benar obat, benar dosis,
benar waktu pemberian, benar cara pemberian, benar pemberian
keterangan tentang obat pasien, benar tentang riwayat pemakaian
obat oleh pasien, benar tentang riwayat alergi obat pada pasien,
benar tentang reaksi pemberian beberapa obat yang berlainan bila
diberikan bersama-sama, dan benar dokumentasi pemakaian obat.
2. Untuk mantoux tes (pemberian PPD) diberikan 0,1 cc dibaca setelah
2-3 kali 24 jam darisaat penyuntikan obat.
3. Setelah dilakukan penyuntikan tidak dilakukan desinfektan.
4. Perawat harus memastikan bahwa pasien mendapatkan obatnya,
bila ada penolakan pada suatu jenis obat, maka perawat dapat
mengkaji penyebab penolakan, dan dapat
mengkolaborasikannya dengan dokter yang menangani pasien, bila
pasien atau keluarga tetap menolak pengobatan setelah pemberian
informed consent, maka pasien maupun keluarga yang bertanggung
jawab menandatangani surat penolakan untuk pembuktian
penolakan terapi.
5. Injeksi intrakutan yang dilakukan untuk melakukan tes pada jenis
antibiotik, dilakukan dengan cara melarutkan antibiotik sesuai
ketentuannya, lalu mengambil 0,1cc dalam spuit dan menambahkan
aquabidest 0,9cc dalam spuit, yang disuntikkan pada pasien hanya
0,1cc.
6. Injeksi yang dilakukan untuk melakukan test mantoux, PPD diambil
0,1 cc dalam spuit, untuk langsung disuntikan pada pasien.

F. Lokasi yang Digunakan untuk Penyuntikan :


a. Lengan bawah bagian dalam
b. Dada bagian atas
c. Punggung pada area scapula
G. Prosedur Kerja
a. Persiapan alat
1) Sarung tangan
2) Spuit seteril dengan obat injeksi pada tempatnya yang sudah
disiapkan
3) Kapas alcohol dalam kom (secukupnya)
4) Perlak dan pengalas
5) Bengkok
6) Alat tulis/ bolpoint

b. Pelaksanaan

2
a) Cuci tangan
b) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
c) Bebaskan daerha yang akan disuntik, bila menggunakan baju
lengan panjang terbuka dan keatasan
d) Pasang perlak/pengalas dibawah bagian yang akan disuntik
e) Ambil obat untuk tes alergi kemudian larutkan/encerkan dengan
aquades. Kemudian ambil 0,5 cc dan encerkan lagi sampai kurang
lebih 1 cc dan siapkan pada bak injeksi atau steril.
f) Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan
dilakukan suntikan.
g) Tegangkan dengan tangan kiri daerah yang akan disuntik.
Lakukan penusukan dengan lubang jarum suntik menghadap ke
atas dengan sudut 15-20 derajat di permukaan kulit.
h) Suntikkkan sampai terjadi gelembung.
i) Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase.
j) Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/tes obat, waktu,
tanggal dan jenis obat.

H. Hal – hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Melakukan Injeksi


1) Injeksi ke otot yang tegang,dapat menimbulkan rasa sakit.
2) Visualisasi yang baik membantu penentuan lokasi injeksi yang
tepat. Penentuan lokasi yang benar menghindari kerusakan
jaringan otot.
3) Udara dalam tabung akan mendorong obat keluar dari jarum
suntik dan membantu memeperangkap obat dalam jaringan otot.
4) Pathogen dalam kulit bisa terdorong jarum suntik masuk jaringan.
5) Jika diatur secara vertikal, posisi alat dorong suntik bisa bergeser,
sehinnga sebagian obat akan tumpah.
6) Suntikan cepat mengurangi rasa sakit. Gerak menghujam
mempercepat tusukan jarum. Menekan kulit area suntik
membantu tercapainya jaringan otot.

2. Pemberian Obat Secara Intra Vena :

Pemberian Obat Via Jaringan Intra Vena langsung adalah Cara


memberikan obat pada vena secara langsung. Diantaranya vena mediana
kubiti/vena cephalika (lengan), vena sephanous (tungkai), vena jugularis
(leher), vena frontalis/temporalis (kepala).

Tujuan :Pemberian obat intra vena secara langsung bertujuan agar obat
dapat bereaksi langsung dan masuk ke dalam pembuluh darah.

a. Hal-hal yang diperhatikan :

1. Setiap injeksi intra vena dilakukan amat perlahan antara 50


sampai 70 detik lamanya.

3
2. Tempat injeksi harus tepat kena pada daerha vena.
3. Jenis spuit dan jarum yang digunakan.
4. Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
5. Kondisi atau penyakit klien.
6. Obat yang baik dan benar.
7. Pasien yang akan di injeksi adalah pasien yang tepat dan
benar.
8. Dosis yang diberikan harus tepat.
9. Cara atau rute pemberian obat melalui injeksi harus benar.

b. Indikasi dan kontra indikasi


a. Indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan
tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk
diberikan obat secara oral dan steril.
b. Kontra indikasi : tidak steril, obat yang tidak dapat larut dalam
air, atau menimbulkan endapan dengan protein atau butiran
darah.
c. Alat dan bahan
1) Daftar buku obat/catatan dan jadual pemberian obat.
2) Obat dalam tempatnya.
3) Spuit sesuai dengan jenis ukuran
4) Kapas alcohol dalam tempatnya.
5) Cairan pelarut (aquades).
6) Bak injeksi.
7) Bengkok.
8) Perlak dan alasnya.
9) Karen pembendung.

d. Prosedur kerja
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3) Bebaskan daerah yang akan disuntik dengan cara membebaskan
pakaian pada daerah penyuntikan, apabila tertutup, buka dan ke
ataskan.
4) Ambil obat pada tempatnya sesuai dosi yang telah ditentukan. Apabila
obat dalam bentuk sediaan bubuk, maka larutkan dengan aquades
steril.
5) Pasang perlak atau pengalas di bawah vena yang akan dilakukan
injeksi.
6) Tempatkan obat yang telah di ambil ke dalam bak injeksi.
7) Desinfeksi dengan kapas alcohol.
8) Lakukan pengikatan dengan karet pembendung pada bagian atas
daerah yang akan dilakukakn pemberian obat atau minta bantuan
untuk membendung daerah yang akan dilakukan penyuntikan dan
lakukan penekanan.
9) Ambil spuit yang berisi obat.

4
10) Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan
memasukkan ke pembuluh darah.
11) Lakukan aspirasi, bila sudah ada darah lepaskan karet pembendung
dan langsung semprotkan hingga habis.
12) Setelah selesai ambil spuit dengan menarik secara perlahan-lahan dan
lakukan masase pada daerah penusukan dengan kapas alcohol, spuit
yang telah digunakan di masukkan ke dalam bengkok.
13) Catat hasil pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat.
14) Cuci tangan.

e. Daerah Penyuntikan :
a. Pada Lengan (v. mediana cubiti / v. cephalika)
b. Pada Tungkai (v. Spahenous)
c. Pada Leher (v. Jugularis)
d. Pada Kepala (v. Frontalis atau v. Temporalis) khusus pada anak-
anak

3. Pemberian Obat Secara Injeksi Subkutan


Pemberian obat Subkutan adalah tindakan pemberian obat
kedalam tubuh dengan cara memasukkan obat kedalam jaringan di
bawah kulit dengan menggunakan supit. Metode penyuntikan melalui
rute ini biasanya dilakukan untuk memberi insulin dan imunisasi.

Indikasi Pemberian Obat


Indikasi : bisa dilakukan pada pasien yang tidak sadar, tidak mau
bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat
secara oral, tidak alergi. Lokasinya yang ideal adalah lengan bawah
dalam dan punggung bagian atas.
Kontra indikasi: luka, berbulu, alergi, infeksi kulit.
Lokasi Injeksi Subkutan

1) Lengan atas bagian luar.


2) Paha anterior, pertengahan ke sisi luar, 4 inci di bawah bagian
atas paha sampai 4 inci di atas lutut. Ini memiliki tingkat lebih
lambat penyerapan dari lengan atas.

5
3) Daerah abdomen, dari tulang rusuk margin krista iliaka dan
menghindari lingkaran 2-inch sekitar pusar. Ini memiliki tingkat
tercepat penyerapan di antara situs.
4) Daerah atas pantat, tepat di belakang tulang pinggul. Ini memiliki
tingkat paling lambat penyerapan di antara situs.

Alat dan Bahan


Baki berisi:
1) Bak injeksi steril.
2) Obat yang diperlukan.
3) Kapas alkohol.
4) Spuit sesuai ukuran penggunaan.
5) Buku daftar obat.
6) Piala ginjal.
7) Sarung tangan.
8) Pengalas.
Persiapan`Pasien
Jelaskan kepada pasien mengenai tujuan dan tindakan yang akan
dilakukan.
Prosedur kerja :
a. Periksa kembali order obat : nama pasien, nama dan dosis obat,
rute pemberian dan waktu pemberian.
b. Siapkan obat
c. Letakkan peralatan dan obat kedekat pasien
d. Cuci tangan
e. Posisikan pasien senyaman mungkin
f. Letakkan pengalas dan piala ginjal dekat dengan area yang
diinjeksi
g. Pasang sarung tangan
h. Buka obat dengan cara :

6
a) Flakon/vial : buka tutup metal, lakukan desinfeksi tutup karet
dengan kapas alkohol apabila persediaan dalam flakol masih
berupa bubuk, larutkan dengan aquabidest sebanyak yang
tercantum pada petunjuk penggunaan obat.
b) Ampuls : ketuk obat yang ada diujung ampuls, patahkan leher
ampulsdengan tangan menggunakan kain kasa
i. Isi spuit dengan obat sesuai dosis yang ditentukan
j. Isap udara sebanyak cairan yang diperlukan tusuk jarum dengan
posisi bevel tegak. suntikan udara kedalam flakon. Balik flakon,
dengan tangan kiri memegang flakon dengan ibu jari dan jari
tengah sedangkan tangan kanan memegang ujung barrel dan
plugger. Jaga ujung jarum dibawah cairan. Biarkan tekanan udara
membantu mengisi obat kedalam spuit. Setelah selsai tarik jarum
dari ampuls.
k. Buang udara dalam spuit kemudian tutup masukkan kedalam bak
injeksi.
l. Pilih area penusukan kemudian lakukan desinfeksi dengan kapas
alcohol
m. Lakukan penyuntikan dengan lubang jarum menghapad keatas
membentuk sudut 450 apabila menggunakan spuit 3 cc dan sudut
90 derajat, apabila menggunakan spuit 1cc terhadap permukaan
kulit.
n. Lakukan aspirasi
o. Masukkan obat secara perlahan
p. Tarik spuit dan tahan dengan kapas alcohol
q. Letakkan spuit dan kapas ke dalam piala ginjal
r. Rapikan pasien dan perhatikan reaksi pasien
s. Cuci tangan.
t. Dokumentasikan tindakan.
a. Lebih lambat dibandingkan pemberian IM
b. Dapat menyebabkan ansietas (kecemasan yang berlebihan).

7
Hal – Hal Yang Harus Diperhatikan :
1) Pastikan syarat dan indikasi suntikan pada pasien sudah
terpenuhi sebelum melakukan penyuntikan subkutan.
2) Jagalah kesterilan alat dan bahan yang digunakan.
3) Lakukan pencegahan infeksi pada pasien melalui tindakan
desinfeksi.
4) Lakukan tindakan penyuntikan dalam ruangan yang sesuai
dengan standar.
5) Perhatikan prinsip penyuntikan subkutan.
6) Pastikan privacy pasien benar – benar terjaga.

4. Pemberian Obat Secara Intra Muskular

A. Pengertian
Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot. Lokasi
penyuntikan dapat dilakukan pada daerah paha (vastus lateralis)
dengan posisi ventrogluteal (posisi berbaring), dorsogluteal (posisi
tengkurap), atau lengan atas (deltoid).

B. Hal-hal yang perlu diperhatikan


1) Tempat injeksi.
2) Jenis spuit dan jarum yang digunakan.
3) Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
4) Kondisi atau penyakit klien.
5) Obat yang tepat dan benar.
6) Dosis yang diberikan harus tepat.
7) Pasien yang tepat.
8) Cara atau rute pemberian obat harus tepat dan benar.

C. Daerah Penyuntikan :
a. Bagian lateral bokong (vastus lateralis)
b. Butoks (bagian lateral gluteus maksimus)
c. Lengan atas (deltoid.
a. Alat dan bahan
a. Daftar buku obat/catatan dan jadual pemberian obat.
b. Obat dalam tempatnya.
c. Spuit da jarum suntik sesuai dengan ukuran. Untuk dewasa
panjangnya 2,5-3 cm, untuk anak-anak panjangnya 1,25-2,5 cm.
d. Kapas alcohol dalam tempatnya.
e. Cairan pelarut.
f. Bak injeksi.

8
g. Bengkok

b. Prosedur kerja
a. Cuci tangan.
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
c. Ambil obat dan masukkan ke dalam spuit sesuai dengan dosisnya.
Setelah itu letakkan dalam bak injeksi.
d. Periksa tempat yang akan di lakukan penyuntikan (perhatikan
lokasi penyuntikan).
e. Desinfeksi dengan kapas alcohol pada tempat yang akan
dilakukan injeksi.
f. Lakukan penyuntikan :
1) Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara, anjurkan
pasien untuk berbaring telentang dengan lutut sedikit fleksi.
2) Pada ventrogluteal dengan cara, anjurkan pasien untuk miring,
tengkurap atau telentang dengan lutut dan pinggul pada sisi
yang akan dilakukan penyuntikan dalam keadaan fleksi.
3) Pada daerah deltoid (lengan atas) dilakukan dengan cara,
anjurkan pasien untuk duduk atau berbaring mendatar lengan
atas fleksi.
g. Lakukan penusukan dengan posisi jarum tegak lurus.
h. Setelah jarum masuk, lakukan aspirasi spuit, bila tidak ada darah
yang tertarik dalam spuit, maka tekanlah spuit hingga obat masuk
secara perlahan-lahan hingga habis.
i. Setelah selesai, tarik spuit dan tekan sambuil di masase daerah
penyuntikan dengan kapas alcohol, kemudian spuit yang telah di
gunakan letakkan dalam bengkok.
j. Catat reaksi pemberian, jumlah dosis, dan waktu pemberian.
k. Cuci tangan

2.1. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital


Pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara untuk
mendeteksi adanya perubahan sitem tubuh. Tanda vital meliputi
suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah.

1.Pemeriksaan Suhu Tubuh


Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi
oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang kelingkungan luar. Suhu
tubuh diukur dalam derajat. Pusat pengaturan suhu tubuh diatur oleh
Hipotalamus.

9
Tabel Suhu Tubuh Normal Sesuai Tingkatan Umur

Umur Suhu Derajat celcius


3 bulan 37,5
1 tahun 37,7
3 tahun 37,2
5 tahun 37,0
9 tahun 36,7
13 tahun 36,6

Hal Hal Yang Harus Diperhatikan Pada Saat Pengukuran Suhu


Tubuh:
 Termometer harus dalam keadaan nol suhunya
 Penggunaan termometer untuk tiap tempat pengukuran harus pisah
 Cara menurunkan suhu harus dilakukan hati-hati jangan sampai
thermometer jatuh dan pecah Sebelum melakukan pengukuran
harus dijelaskan dengan benar tentang tempat dan tujuan
pengukuran suhu
 Fungsi thermometer harus menghadap keluar untuk arah yang
dibaca
 Pembacaan thermometer harus ditempat yang cukup cahaya
Tujuan tindakan Pengukuran suhu tubuh dilakukan untuk
mengetahui suhu badan pasien untuk menentukan tindakan
perawatan.

Prosedur kerja
 Persiapan Alat:
1) Termometer bersih dalam tempatnya.
2) Tiga buah botol.
a) botol pertama berisi larutan sabun.
b) botol kedua berisi larutan desinfektan.
c) botol ketiga berisi air bersih.
3) Bengkok (nierbekken).
4) Potongan-potongan kertas atau tissue.
5) Vaselin dalam tempatnya.
6) Buku catatan suhu dan nadi.
7) Peralatan dibawa ke dekat pasien.

 Persiapan pasien
Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan.

 Pelaksanaan
1) Pengukuran suhu pada ketiak
a) Bila perlu lengan baju pasien dibuka dan ketiaknya harus
dikeringkan lebih dahulu.

10
b) Termometer diperiksa apakah air raksa tepat pada angka nol, lalu
jepitkan dengan reservoarnya tepat ditengah ketiak, dan lengan
pasien dilipatkan di dada.
c) Setelah lima sampai sepuluh menit, termometer diangkat dan
langsung dibaca dengan teliti, kemudian hasilnya dicatat pada
buku.
d) Termometer dicelupkan ke dalam larutan sabun, dilap dengan
potongan kertas atau tissue, kemudian dimasukkan ke dalam
larutan desinfektan, selanjutnya dibersihkan dengan air bersih dan
keringkan.
e) Air raksa diturunkan kembali pada angka nol, dan thermometer
diletakkan pada tempatnya serta siap dipakai untuk pasien
berikutnya.

2) Pengukuran suhu pada mulut:


a) Untuk tiap pasien harus digunakan satu thermometer.
b) Termometer diperiksa apakah air raksa tepat pada angka nol,
kemudian ujungnya sampai batas reservoair diletakkan dibawah
lidah pasien.
c) Mulut dikatupkan selama tiga sampai lima menit, kemudian
termometer diangkat, dilap dengan kertas langsung dibaca
dengan teliti dan hasilnya langsung dicatat.
d) Peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ke tempat
semula.

Pemeliharaan Dan Penyimpanan Termometer


1) Setelah dipakai, thermometer segera dibersihkan dengan kertas
atau tissue
2) Air raksa diturunkan sampai batas yang ditentukan
3) Termometer dicuci dengan sabun, dibilas dengan air, kemudian
direndam dalam botol yang berisi larutan desinfektan dan pada
dasar botol.
4) Termometer mulut harus disimpan dalam keadaan bersih, kering
dan bebas hama (steril).

2. Pemeriksaan Pernapasan
Pemeriksaan pernapasan merupakan pemeriksaan yang dilakukan
untuk menilai proses pengambilan oksigen dan pengeluaran
karbondioksida. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai frekuensi,
irama kedalaman dan tipe atau pola pernapasan. Respirasi normal
untuk orang dewasa di kisaran sisa 16-24 kali per menit. Pada
penderita sadar jangan sampai penderita mengetahui bahwa frekuensi
pernapasannya sedang dihitung.

A. Berikut Anatomi Pernapasan

11
Hidung , Faring, Laring, Trakea, Bronkus, Bronkeulus, Alveoli, Paru –
paru. Frekuensi napas normal :
a. Usia baru lahir sekitar 35 – 50 x/menit
b. Anak-anak 15 – 30x/menit
c. Usia 2-12 tahun 18 – 26 x/menit
d. Dewasa 16 – 24 x/menit.

B. Pola pernapasan
a. Dispnea
Susah bernapas yang menunjukan adanya retraksi
b. Bradipnea
Frekuensi pernapasan lambat yang abnormal, irama teratur
c. Takipnea
Frekuensi pernapasan cepat yang abnormal
d. Hiperpnea
Pernapasan cepat dan dangkal.
e. Apnea
Tidak ada pernapasan.
f. Cheyne stokes
Periode pernapasan cepat dalam yang bergantian dengan periode
apnea,umumnya pada bayi selama tidur nyenyak, depresi dan
kerusakan otak.
g. Kusmaul
Napas dalam yang abnormal bisa cepat, normal, atau lambat
khususnya pada asidosis metabolik.
h. Biot
Napas tidak teratur menunjukan adanya kerusakan otak.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Bernapas


1) Usia
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru
yang sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki
dada yang kecil dan jalan nafas yang pendek. Bentuk dada bulat
pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari depan ke
belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal.
Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut
usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola napas.
2) Suhu
Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan
berdilatasi, sehingga darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya
jumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh akan
mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan
oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin
sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya
meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan kegiatan-
kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.

12
3) Gaya Hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman
pernapasan dan denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam
tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu
dapat menjadi predisposisi penyakit paru.
4) Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat
menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
tubuh. Akan tetapi penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang
berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh.
Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat
mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu
contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah
anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan
karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-
gas tersebut ke dan dari sel.

D. Metode Perhitungan
Satu pernapasan adalah satu kali menghirup napas dan satu kali
mengeluarkan napas (satu kali gerakan nak turun). Pernapasan
dihitung selama 30 detik lalu dikalikan 2 untuk mendapatkan
frekuensi pernapasan tiap menit, pada keadaan normal mungkin
pernapasan hanya dihitung selama 15 detik lalu hasilnya dikalikan 4.

E. Prosedur Kerja
a. Persiapan alat :
1) Stop watch atau jam tangan
2) Stetoskop
3) Buku catatan Cara kerja
b. Pemeriksaan :
1) Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien
2) Membuka baju klien untuk mengobservasi pergerakan dada
3) Menghitung pernapasan klien dengan melihat gerakan inspirasi
dan ekspirasi, jika pernapasan teratur dihitung selama 30 detik
dan dikalikan 2, bila pernapasan tidak teratur dihitung selama 1
menit
4) Mendengarkan bunyi pernapasan dengan stetoskop, kemudian
cek apakah terdengar suara napas yang abnormal
5) Akhiri tindakan dengan baik
6) Mencuci tangan dan dokumentasikan.
3. Pemeriksaan Denyut Nadi
Denyut nadi adalah getaran/ denyut darah didalam pembuluh
darah arteri akibat kontraksi ventrikel kiri jantung. Waktu yang tepat
untuk mengecek denyut nadi adalah saat kita bangun pagi dan
sebelum melakukan aktivitas apapun. Pada saat itu kita masih relaks

13
dan tubuh masih terbebas dari zat-zat pengganggu. Frekuensi
denyut nadi normalnya adalah 60-100 kali/menit.

Faktor Yang Mempengaruhi Frekuensi Denyut Nadi

a. Usia
b. Jenis Kelamin
c. Ukuran Tubuh
d. Rokok dan Kafein
e. Intensitas dan Lama Kerja
f. Faktorfisik

Pola nadi
a. Bradikardia
Adalah frekuensi nadi lambat.
b. Takikardia
Adalah frekuensi nadi meningkat, dalam keadaan tidak pada
ketakutan, menangis, aktivitas meningkat, atau demam yang
menunjukan penyakit jantung.
c. Sinus Aritmia Frekuensi
Adalah nadi meningkat selama inspirasi, menurun selama
ekspirasi. Sinus Aritmia merupakan variasi normal pada anak,
khususnya selama tidur.
d. Pulsus Alternans
Adalah denyut nadi yang silih berganti kuat lemah dan
kemungkinan menunjukan gagal jantung.
e. Pulsus Begeminus
Adalah denyut berpasangan dan berhubungan dengan denyut
prematur
f. Pulsus Paradoksus
Adalah kekuatan nadi menurun dengan inspirasi.
g. Thready Pulse
Adalah denyut nadi cepat dan lemah menunjukan adanya tanda
shock, nadi sukar di palpasi tampak muncul dan menghilang.

3. Tempat-Tempat Untuk Merasakan Denyut Nadi


Denyut nadi dapat dirasakan dengan palpasi yaitu dengan
menggunakan ujung jari tangan disepanjang jalannya pembuluh
darah arteri, terutama pada tempat- tempat tonjolan tulang dengan
sedikit menekan diatas pembuluh darah arteri. ada 7 tempat untuk
merasakan denyut nadi yaitu :
1) Pada aspek ventral dari pergelangan tangan pada sisi ibu (radial
arteri)
2) Leher (arteri jugularis)

14
3) Bagian dalam siku, atau di bawah otot bisep (arteri brachial)
4) Dibalik malleolus di tengah-tengah kaki (belakang tibial arteri)
5) Tengah dorsum dari kaki (dorsalis pedis)
6) Di belakang lutut (popliteal arteri)
7) Diatas Perut (Abdominal aorta)

4. Alat, Persiapan, Dan Cara Pemeriksaan


Arteri radialis
Terletak sepanjang tulang radialis, lebih mudah teraba diatas
pergelangan tangan pada sisi ibu jari. Pemeriksaan frekuensi denyut
arteri radialis :
a. Persiapan alat
a) Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stop
watch)
b) Buku catatan nadi ( kartu status )
c) Alat tulis
b. Persiapan pasien
a) Jelaskan pada pasien perlunya pemeriksaan yang akan
dilakukan
b) Buatlah pasien rilek dan nyaman.
c. Cara pemeriksaan
1. Cuci tangan pemeriksaan
2. Minta pasien untuk menyingsingkan baju yang menutupi lengan
bawah
3. Pada posisi duduk, tangan diletakkan pada paha dan lengan
ekstensi. Pada posisi tidur terlentang, kedua lengan ekstensi
dan menghadap atas.
4. Lakukan palpasi ringan arteri radialis dengan menggunakan jari
telunjuk dan jari tengah ,lakukan palpasi sepanjang lekuk radial
pada pergelangan tangan
5. Rasakan denyut arteri radialis dan irama yang teratur f. Hitung
denyut tersebut selama satu menit
6. Informasikan ke pasien dan catat hasil pemeriksaan pada buku.

5. Cara Mengukur Denyut Nadi


Dengan menggunakan 2 jari yaitu telunjuk dan jari tengah, atau 3
jari, telunjuk, jari tengah dan jari manis jika kita kesulitan
menggunakan 2 jari. Temukan titik nadi ( daerah yang denyutannya
paling keras ), yaitu nadi karotis di cekungan bagian pinggir leher
kira-kira 2 cm di kiri/kanan garis tengah leher ( kira-kira 2 cm
disamping jakun pada laki-laki ), nadi radialis di pergelangan tangan
di sisi ibu jari. Setelah menemukan denyut nadi, tekan perlahan
kemudian hitunglah jumlah denyutannya selama 15 detik, setelah itu
kalikan 4, ini merupakan denyut nadi dalam 1 menit.

15
4. Pemeriksaan Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan dari darah terhadap dinding
pembuluh darah yang merujuk kepada tekanan darah pada arteri
secara sistemik. Dimana, tekanan darah di vena lebih rendah
daripada tekanan di arteri. Nilai tekanan darah secara umum
dinyatakan dalam mmHg (milimeter air raksa). Tekanan sistolik
didefinisikan sebagai tekanan puncak pada arteri selama siklus
jantung; tekanan diastolik merupakan tekanan terendah (pada fase
istirahat siklus jantung).
Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan
sistolik terhadap tekanan diastolik. Sebagai contoh, tekanan darah
pada angka 120/80 menunjukkan tekanan sistolik pada nilai 120
mmHg, dan tekanan diastolic pada nilai 80 mmHg. Nilai tekanan
darah pada orang dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai
140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 mmHg
(Smeltzer & Bare, 2001).

Tabel Tekanan Darah Yang Normal Berdasarkan Usia


Usia Tekanan Darah
Bayi usia di bawah 1 85/15 mmHg
bulan
Usia 1 - 6 bulan 90/60 mmHg
Usia 6 - 12 bulan 96/65 mmHg
Usia 1 - 4 tahun 99/65 mmHg
Usia 4 - 6 tahun 160/60 mmHg
Usia 6 - 8 tahun 185/60 mmHg
Usia 8 - 10 tahun 110/60 mmHg
Usia 10 - 12 tahun 115/60 mmHg
Usia 12 - 14 tahun 118/60 mmHg
Usia 14 - 16 tahun 120/65 mmHg
Usia 16 tahun ke atas 130/75 mmHg
Usia lanjut 130-139/85-89 mmHg

Cara Mengukur Vital Sign

a. Persiapan alat:
a) Tensimeter atau Sphygmomanometer
b) Stetoskop
c) Buku catatan Sphygmomanometer Stetoskop
b. Persiapan pasien:
a) Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan.
b) Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan.
c. Pelaksanaan
1. Lengan baju dibuka atau digulung.

16
2. Manset tensimeter dipasang pada lengan atas dengan pipa
karetnya berada di sisi luar lengan.
3. Manset dipasang tidak terlalu kuat atau terlalu longgar.
4. Pompa tensimeter dipasang.
5. Denyut arteri brachialis diraba, lalu stetoskop ditempatkan pada
daerah tersebut.
6. Sekrup balon karet ditutup, pengunci air raksa dibuka.
Selanjutnya balon dipompa sampai denyut arteri tidak
terdengar lagi dan air raksa di dalam gelas pipa naik.
7. Sekrup balon dibuka perlahan-lahan, sehingga air raksa turun
perlahan-lahan. Sambil memperhatikan turunnya air raksa,
dengarkan bunyi denyutan pertama.
8. Skala permukaan air raksa pada waktu terdengar denyutan
pertama disebut Systole (misalnya 120 mm Hg).
9. Dengarkan terus sampai denyutan yang terakhir. Skala
permukaan air raksa pada waktu denyutan terakhir disebut
tekanan Dyastole (misalnya 80 mm Hg).
10. Pencatatan hasil dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Systole diatas, dan Dyastole di bawah, misalnya 120/80
dengan satuan mm Hg.
Catatan:
1) Memasang manset harus tepat diatas permukaan dinding arteria
brachialis.
2) Menempelkan stetoskop jangan terlalu keras dan penggunaannya
harus betul-betul tepat.
3) Sebelum menutup tensimeter, masukkan dulu air raksa ke dalam
reservoarnya, manset dan balon disusun pada tempatnya untuk
mencegah pecahnya tabung air raksa.
4) Pada anak-anak digunakan manset khusus.

17
BAB II

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Obat dapat diberikan dengan berbagai cara disesuaikan dengan
kondisi pasien, diantaranya : sub kutan, intra kutan, intra muscular,
dan intra vena. Dalam pemberian obat ada hal-hal yang perlu
diperhatikan, yaitu indikasi dan kontra indikasi pemberian obat.
Sebab ada jenis-jenis obat tertentu yang tidak bereaksi jika diberikan
dengan cara yang salah.

3.2. Saran
Setiap obat merupakan racun yang yang dapat memberikan efek
samping yang tidak baik jika kita salah menggunakannya. Hal ini
tentunya dapat menimbulkan kerugian bahkan akibatnya bisa fatal.
Oleh karena itu, kita sebagai perawat kiranya harus melaksanakan
tugas kita dengan sebaik-baiknya sesuai dengan Standar
Operasional Prosedur tanpa menimbulkan masalah-masalah yang
dapat merugikan diri kita sendiri maupun orang lain.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. https://materigizidandietsemester2.wordpress.com/2015/05/22/p
emberian-obat-parenteral-injeksi/
2. Andrajati, Retnosari dkk. 2008. Penuntun Praktikum Anatomi
Fisiologi Manusia. Depok: Departemen Farmasi FMIPA UI.
3. Enykus, 2003, keterampilan dasar dan prosedur perawatan
dasar, ed 1. Semarang, Kilat pres.
4. http://siavent.blogspot.com/2010/01/prosedur-pemeriksaan-
tanda-vital.html
5. Pery, Anne Griffin, Potter, patricia A.,(1999). Fundamental
Keperawatan Konsep proses dan praktek.EGC: Jakarta
6. Robert Priraharjo, 1996, Pengkajian Fisik Keperawatan ,cetakan
II, Jakarta, EGC
7. L, Kee Joyce & R, Hayes evelyn ; farmakologi Pendekatan
proses Keperawatan, 1996 ; EGC; Jakarta.
8. Priharjo, Robert; Tekhnik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat,
1995; EGC; Jakarta.
9. http://id.shvoong.com/medicine-and-health/2104136-tabel-nilai-
normal-tekanan-darah/#ixzz289MTds1c

19

Anda mungkin juga menyukai