Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN ULKUS KRONIS

Oleh :

Tingkat 2.4

1. Ni Made Emi Wahyuni ( P07120017 130)


2. Ni Made Meita Sari ( P07120017 131 )
3. Ida Ayu Gede Intan Indra Pratiwi ( P07120017 132 )
4. Ni Putu Chynthia Purna Dewi ( P07120017 133 )
5. Ni Putu Elvian Febriana Putri ( P07120017 134 )
6. I Gusti Putu Ekayuni Anggraista ( P07120017 135 )
7. I Putu Agus Hermawan ( P07120017 136)
8. Ni Made Yuliani ( P07120017 137)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
PRODI D-3 KEPERAWATAN
2019
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN ULKUS KRONIS

A. PENYAKIT KRONIS
Pada kondisi penyakit kronis, biasanya seseorang akan mengalami prosesnya
secara perlahan, tapi lama-kelamaan menjadi serius dan sangat berbahaya bagi tubuh.
Gejala di awal kerap kali dianggap enteng dan tak membahayakan tubuh, hanya saja
semakin lama gejala bisa semakin berbahaya dan bahkan banyak pula yang
mengancam jiwa.Dalam kondisi penyakit kronis, penyakit dapat berpotensi diderita
seumur hidup dan biasanya juga akan membutuhkan waktu jauh lebih lama untuk
masa serta proses penyembuhannya. Penyakit akut bisa juga berubah menjadi kronis
apabila tak segera ditangani ketika gejala sudah nampak. Penanganan yang salah pun
bisa menjadi pemicu perkembangan penyakit akut menjadi kronis (Erlita, 2017).
Menurut Blesky (1990) penyakit kronis adalah penyakit yang mempunyai
karakteristik yaitu suatu penyakit yang bertahap-tahap, mempunyai perjalan penyakit
yang cukup lama, dan sering tidak dapat disembuhkan. Sedangkan menurut Adelman
& Daly (2001) penyakit kronis adalah penyakit yang membutuhkan waktu yang
cukup lama, tidak terjadi secra tiba-tiba atau spontan, dan biasanya tidak dapat
disembuhkan dengan sempurna.
Karakteristik penyakit kronis adalah penyebabnya tidak pasti, memilki faktor
resiko yang multiple, membutuhkan durasi yang lama, menyebabkan kerusakan
fungsi natau ketidak mampuan, dan tidak dapat di sembuhkan. Penyakit kronis ini
tidak disebabkan oleh infeksi atau pathogen melainkan oleh gaya hidup, prilaku
beresiko, pajanan yang berkaitan dengan proses penuaan.
Penyakit kronis cendrung menyebabkan kerusakan yang bersifat permanen yang
memperlihatkan adanya penurunan atau menghilangnya suatu kemampuan untuk
menjalankanberbagai fungsi, terutama muskuloskletal dan organ-organ pengindraan.
Penyakit kronis tidak dapat disembuhkan tapi dapat diminimalkan tingkat
keparahanya dengan merubah perilaku, gaya hidup dan pajanan terhadap faktor-faktor
tertentu di dalam kehidupan.
B. PENGERTIAN ULKUS KRONIS
Ulkus adalah ekskavasi yang berbentuk lingkaran maupun ireguler akibat dari
hilangnya epidermis dan sebagian atau seluruh dermis. Ulkus kronis yaitu ulkus yang
dasarnya dibatasi oleh jaringan granulasi dan fibrosa, Radang kronik dapat bersifat
primer, tetapi ada kalanya merupakan kelanjutan dari radang akut. Pada radang kronik
primer, beberapa keadaan yang dapat menjadi etiologi adalah:

1) Infeksi virus
Infeksi intrasel apapun secara khusus memerlukan limfosit dan makrofag
untuk mengidentifikasi dan mengeradikasi sel yang terinfeksi.
2) Infeksi mikroba persisten
Pajanan mikroba yang patogenisitasnya lemah namun berlangsung dalam
jangka waktu lama dapat menimbulkan hipersensitivitas lambat yang
berpuncak pada reaksi granulomatosa (salah satu contoh radang kronik).
Contohnya pada infeksi Treponema pallidum.
3) Pajanan yang lama terhadap agen yang berpotensi toksik
Agen-agen asing dapat menyebabkan radang kronik apabila terpajan dalam
jangka waktu yang lama. Agen tersebut dapat berupa agen endogen (seperti
jaringan adiposa yang nekrotik, kristal asam urat, tulang) dan dapat berupa
agen eksogen (seperti materi silika yang terinhalasi atau serabut benang yang
tertanam).
4) Penyakit autoimun
Respons imun terhadap antigen dan jaringan tubuh sendiri yang
berlangsung secara terus menerus dapat menyebabkan radang kronik,
contohnya adalah penyakit arthritis rheumatoid atau sklerosis multipel.
5) Penyakit spesifik yang etiologinya tidak diketahui
6) Penyakit granulomatosa primer
Pada radang kronik yang timbul dari radang akut, progresi
(perkembangan) dari radang akut atau kegagalan resolusi (perbaikan) adalah
hal yang memicu terjadinya radang kronik. Jenis radang akut yang paling
sering berkembang menjadi radang kronik adalah radang akut supuratif. Pus
yang membentuk rongga abses serta pembuangannya yang tidak lancar (bisa
juga disertai dengan penebalan dinding abses) akan menyebabkan organisasi
pus sehingga tumbuh jaringan granulasi yang pada akhirnya digantikan oleh
jaringan parut fibrosa.
Pembentukan radang kronik dari radang akut bisa juga disebabkan oleh
adanya materi-materi asing yang tidak tercerna (resisten) selama radang akut.
Contohnya adalah keratin dari kista epidermal yang sobek atau potongan kecil
tulang yang terdapat di dalam sekestrasi osteomyelitis. Benda asing ini akan
menimbulkan reaksi radang kronik yang spesifik yaitu radang granulomatosa
dan menyebabkan terbentuknya sel datia yaitu sel berinti banyak yang
terbentuk dari makrofag.

C. PROSES PENYEMBUHAN ULKUS


Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu:
1) Fase aktif ( ± 1 minggu)
Leukosit secara aktif akan memutus kematian jaringan, khususnya monosit
akan memutus pembentukan kolagen dan protein lainnya. Proses ini
berlangsung hingga mencapai jaringan yang masih bagus. Penyebaran proses
ini ke dalam jaringan menyebabkan ulkus menjadi semakin dalam.
Undermined edge dianggap sebagai tanda khas ulkus yang masih aktif.
Disamping itu juga, terdapat transudat yang creamy, kotor, dengan aroma
tersendiri. Kemudian saat terikut pula debris dalam cairan tersebut, maka
disebut eksudat. Pada fase aktif, eksudat bersifat steril. Selanjutnya, sel dan
partikel plasma berikatan membentuk necrotix coagulum yang jika mengeras
dinamakan eschar.
2) Fase proliferasi
Fase ini ditandai dengan adanya granulasi dan reepitelisasi. Jaringan
granulasi merupakan kumpulan vaskular (nutrisi untuk makrofag dan
fibroblast) dan saluran getah bening (mencegah edema dan sebagai drainase)
yang membentuk matriks granulasi yang turut menjadi lini pertahanan
terhadap infeksi. Jaringan granulasi terus diproduksi sampai kavitas ulkus
terisi kembali. Pada fase ini tampak epitelisasi di mana terbentuk tepi luka
yang semakin landai.
3) Fase maturasi atau remodeling
Saat inilah jaringan ikat (skar) mulai terbentuk.
(a) (b) (c)

Gambar 1 Tahap Penyembuhan Ulkus


(a) Fase aktif (b) Fase prolifersi (c) Fase maturasi atau remodelling

D. JENIS-JENIS ULKUS
Yang termasuk dalam golongan ulkus kulit ini adalah
1) Ulkus Neurotropik
Ulkus neurotrofikum adalah ulkus kronik anestetik pada kulit karena neuropati
saraf sensorik di daerah tekanan dan trauma ekstremitas. Ulkus neurotropik timbul
pada stadium lanjut dari beberapa penyakit sistemik kronik. Frekuensi terbanyak
terjadi pada ekstremitas bawah, terutama pada telapak kaki karena daerah ini
sering mengalami tekanan dan trauma.

Gambar 2
Tempat dan luas
penahan beban di kaki

Penyakit sistemik yang sering menyebabkan


ulkus neurotrofik yaitu:
1. Morbus Hansen (ulkus neurotropfik MH)
2. Diabetes Mellitus dengan neuropati perifer (ulkus neurotropfik DM)
3. Piloneuritis pada pecandu alcohol berat (ulkus neurotropfik alkoholik)
4. Malnutrisi (ulkus neurotropfik Malnutritik)
5. Taber dorsalis pada LUES IV (ulkus neurotropfik luetik)
6. Amiloidosis
7. Artritis non diabetik, antara lain radang setempat, trauma, trombo-emboli
bakteriil
8. Penyakit-penyakit infeksi , trauma atau atumor di daerah serebral atau
spinal, seperti sindrom ganggguan trofik nervus trigeminus (trigeminal
trophic syndrome)
9. Neuropathi sensorik
a. Congenital
b. Neuropathi sensorik herediter: akropati pada mutilans, sindrom
thevenard
Diagnosis banding ulkus neurotropik adalah kalositis/osteomielitis, ulkus
karena iskemia vaskuler, ulkus dari TB kutis, guma lues, neoplasma, klavus yang
mengalami ulserasi, ulkus sinar rontgen, mikosis profunda.

2) Ulkus Varikosum
Ulkus varikosum adalah ulkus pada tungkai bawah yang disebabkan oleh
gangguan aliran darah vena. Penyebab gangguan aliran darah balik pada tungkai
bawah secara garis besar dapat dibagi menjadi dua yaitu, berasal dari pembuluh
darah seperti trombosis atau kelainan katup vena dan yang berasal dari luar
pembuluh darah seperti bendungan di daerah proksimal tungkai bawah oleh
karena tumor di abdomen, kehamilan atau pekerjaan yang dilakukan dengan
banyak berdiri.
Bila terjadi bendungan di daerah proksimal atau terjadi kerusakan katup vena
tungkai bawah maka tekanan vena akan meningkat. Akibat keadaan ini akan
timbul edema yang dimulai dari sekitar pergelangan kaki. Tekanan kapiler juga
akan meningkat dan sel darah merah keluar ke jaringan sehingga timbul
perdarahan di kulit, yang semula terlihat sebagai bintik-bintik merah lambat laun
berubah menjadi hitam. Vena superfisialis melebar dan memanjang berkelok-
kelok seperti cacing (varises). Keadaan ini akan lebih jelas terlihat ketika pasien
berdiri. Bila hal ini berlangsung lama, jaringan yang semula sembab akan
digantikan jaringan fibrotik, sehingga kulit teraba kaku atau mengeras. Hal ini
akan mengakibatkan jaringan mengalami gangguan suplai darah karena iskemik,
lambat laun terjadi nekrosis.
Tanda yang khas dari ekstrimitas dengan insufisiensi vena menahun adalah
edema. Penderita sering mengeluh bengkak pada kaki yang semakin meningkat
saat berdiri dan diam, dan akan berkurang bila dilakukan elevasi tungkai(8).
Keluhan lain adalah kaki terasa pegal, gatal, rasa terbakar, tidak nyeri dan
berdenyut. Biasanya terdapat riwayat trombosis vena, trauma operasi dan
multiparitas. Juga adanya riwayat obesitas dan gagal jantung kongestif. Ulkus
biasanya memilki tepi yang tidak teratur, ukurannya bervariasai, dan dapat
menjadi luas. Di dasar ulkus terlihat jaringan granulasi atau bahan fibrosa. Dapat
juga terlihat eksudat yang banyak. Kulit sekitarnya tampak merah kecoklatan
akibat hemosiderin. Kelainan kulit ini dapat mengalami perubahan menjadi lesi
eksema (dermatitis statis). Kulit sekitar luka mengalami indurasi, mengkilat, dan
fibrotik. Daerah predileksi yaitu daerah antara maleolus dan betis, tetapi
cenderung timbul di sekitar maleolus medialis. Dapat juga meluas sampai tungkai
atas. Sering terjadi varises pada tungkai bawah. Ulkus yang telah berlangsung
bertahun-tahun dapat terjadi perubahan pinggir ulkus tumbuh menimbul, dan
berbenjol-benjol. Dalam hal ini perlu dipikirkan kemungkinan ulkus tersebut telah
mengalami pertumbuhan ganas. Perubahan keganasan pada ulkus tungkai
biasanya sangat jarang.

Gambar 3 Ulkus Varikosum

3) Ulkus Tropikum
Ulkus tropikum adalah ulkus yang cepat berkembang dan nyeri, biasanya pada
tungkai bawah, dan lebih sering ditemukan pada anak-anak kurang gizi di daerah
tropik. Penyebab pasti ulkus tropikum belum diketahui secara pasti. Ada tiga
faktor yang memegang peranan penting dalam menimbulkan penyakit ini, yaitu
trauma, higiene dan gizi serta infeksi oleh kuman Bacillus fusiformis yang
biasanya bersama-sama dengan Borrelia vincentii.
Trauma merupakan keadaan yang mendahului timbulnya ulkus. Ada
kemungkinan trauma tersebut sangat kecil sehingga tidak memberi keluhan,
namun sudah cukup untuk tempat masuk kuman. Keadaan higiene dan gizi
merupakan faktor yang sangat penting karena mempengaruhi daya tahan tubuh
seseorang terhadap serangan penyakit. Demikian pula halnya dengan ulkus
tropikum akan lebih mudah timbul pada penderita yang kekurangan gizi, misalnya
pada keadaan malnutrisi akibat kekurangan protein dan kalori.
Ulkus tropikum ini biasanya dimulai dengan luka kecil, kemudian terbentuk
papula yang dengan cepat meluas menjadi vesikel. Vesikel kemudian pecah dan
terbentuklah ulkus kecil. Setelah ulkus diinfeksi oleh kuman, ulkus meluas ke
samping dan ke dalam dan memberi bentuk khas ulkus tropikum.
Predileksi terutama di tungkai bawah. Kelainan kulit berupa; ulkus solitar,
numular, kadang-kadang ada lesi satelit akibat autoinokulasi. Pinggir ulkus
meninggi, dinding menggaung, dasar kotor, cekung berbenjol-benjol, tepi teratur,
sekret produktif berwarna kuning coklat kehijauan dan berbau. Ulkus biasanya
nyeri, namun tidak disertai gejala konstitusi. Pemeriksaan sedian langsung dari
sekret yang diambil dari dinding ulkus untuk mencari Bacillus fusiformis dan
Borrelia vincentii, kadang-kadang diperlukan untuk memperkuat diagnosis.

Gambar 4 Ulkus Tropikum

4) Ulkus Arteriosum
Ulkus arteriosum adalah ulkus yang terjadi akibat gangguan peredaran darah
arteri. Penyebab yang paling sering adalah ateroma yang terjadi pada pembuluh
darah abdominal dan tungkai, di samping penyebab lain yang belum diketahui
secara pasti. Secara garis besar penyebab gangguan tersebut dapat dibagi menjadi
tiga kelompok, yaitu: Ekstra mural, mural dan intra mural.
a) Ekstra mural : aliran darah arteri terganggu oleh karena pembuluh darah
arteriole terjepit oleh jaringan fibrosis, misalnya karena edema yang lama,
dapat juga oleh sklerosis karena skleroderma.
b) Mural : aliran darah terganggu karena kelainan pada dinding pembuluh darah,
misalnya vaskulitis atau aterosklerosis.
c) Intra mural : aliran darah terganggu karena sumbatan lumen pembuluh darah
kecil, misalnya akibat perubahan viskositas darah, perlekatan, platelet,
fibrinogenesis, dan sebagainya.
Oleh karena gangguan aliran darah arteri, misalnya terjadi penyempitan atau
penyumbatan lumen, maka jaringan akan mengalami hipoksia (iskemi), sehingga
terjadi perubahan di kulit. Perubahan tersebut berupa kulit menjadi tipis, kering
dan bersisik, sianotik, bulu tungkai berkurang, kuku jari kaki menebal dan
distrofik. Akibatnya daya tahan terhadap trauma dan infeksi menurun. Perubahan
selanjutnya dapat terjadi ganggren pada jari kaki, kaki dan tungkai, dan akhirnya
timbul ulkus.

Gambar 5 Ulkus Arteriosum

E. PERAWATAN LUKA
Perawatan luka merupakan salah satu kompetensi asuhan keperawatan yang sering
dilaksanakan oleh perawat pada setiap lahan praktek keperawatan (Ekaputra, 2013).
Perawatan luka merupakan asuhan keseharian perawat di bangsal, terutama pada
ruang perawatan bedah. Sehingga perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan
dan keterampilan yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai
dari pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi
tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil
yang sistematis (Agustina, 2009).
Luka merupakan cedera pada sistem integument (kulit) lapisan atas atau bawah
yang dapat mengakibatkan kerusakan integritas kulit dan mengganggu fungsi
fisiologis (Carville, K., 2007). Sebagian besar rumah sakit di Indonesia memfokuskan
pelayanan yang bersifat acute care daripada chronic care (Suarjana, 2012). Saat ini
telah berkembang pelayanan kesehatan atau perawatan yang dilakukan dirumah
(home care). Home care terus menjadi salah satu bidang keperawatan yang
berkembang paling pesat saat ini. Banyak pasien dari rumah sakit boleh pulang dan
melanjutkan perawatannya di rumah (National Association for Home Care AS, 2011).
Penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa terdapat 3407 lembaga kesehatan di
rumah yang disertifikasi oleh Medicare di Amerika Serikat dari Desember 1984
sampai dengan Desember 2009.
Kebutuhan akan kesinambungan asuhan keperawatan (continuity of care) dan
integrasi home care sebagai komponen penting dalam sistem jaringan rumah sakit
dengan komunitas (hospital-based home care), melalui layanan home care, klien
dengan kondisi pasca akut dan disable atau dengan kondisi penyakit kronis tidak lagi
perlu menjalani hospitalisasi.

F. KONSEP PERAWATAN LUKA KONVENSIONAL


1) Pengertian Luka Konvensional
Perawatan luka konvensional/tradisional adalah metode perawatan luka yang
dilakukan dengan menggukan balutan luka berdaya serap kurang dan cairan
antiseptik yang sama pada semua jenis luka. (Maryunani, 2013)
2) Prinsip Perawatan Luka Konvensional
Berikut ini diuraikan tentang kelebihan dan kekurangan dari “Perawatan Luka
Konvensional”, yaitu:
Prinsip-prinsip umum perawatan luka konvensional:
a. Dalam perawatan luka konvensional, perawatan luka sering
menggunakan antiseptik pada luka dengan tujuan untuk menjaga luka
tersebut agar menjadi ‘steril’
b. Bahkan di setiap trolley perawatan luka/kotak obat/ kotak P3K biasa
disediakan antiseptik seperti: hydrogen peroxide, povidone iodine,
rivanol, acetic acid, dan chlorhexidine.
c. Untuk kondisi saat ini berkaitan dengan penggunaan antiseptic pada
luka:
1. Perlu diketahui bahwa antiseptik-antiseptik seperti ini dapat
mengganggu proses penyembuhan dari tubuh kita sendiri.
2. Masalah utama yang timbul adalah antiseptik tersebut tidak
hanya membunuh kuman-kuman yang ada, tetapi juga
membunuh leukosit, yaitu sel darah yang dapat membunuh
bakteri pathogen dan jaringan fibroblast yang membentuk
jaringan kulit baru.
d. Dalam metode perawatan luka konvensional, beberapa hal yang sering
terjadi antara lain:
1. Perawatan luka dilakukan sering (sehari 2-3 kali, bahkan lebih)
2. Pasien merasakan nyeri yang sering
3. Perbaikan luka yang lama
4. Perasaan minder pada pasien karena bau
e. Tentang penggunaan balutan, dalam perawatan luka konvensional,
terdapat beberapa pendapat, antara lain:
1. Orang percaya bahwa membiarkan luka pada kondisi bersih dan
kering akan mempercepat proses penyembuhan
2. Oleh karena itu, pada perawatan luka konvensional atau orang
yang zaman dahulu lakukan, biasanya luka dibalut dengan
menggunakan kain pembalut/balutan yang tipis, yang
memungkinkan udara masuk dan membiarkan luka mongering
berbentuk ‘scab/koreng’.
3. Dengan adanya luka yang mongering berbentuk ‘koreng’ ini
dianggap bahwa luka telah sembuh.
3) Kelebihan dan Kekurangan Perawatan Luka Konvensional
a. Kelebihan perawatan luka konvensional
1. Mudah di dapat: apotik, toko obat, dan lain-lain.
2. Murah
b. Kekurangan perawatan luka konvensional
1. Sering diganti balutanya
2. Balutan cepat kering
3. Kurang menyerap eksudat, karena absorbsi minimal
4. Beresiko menimbulkan luka baru pada saat penggantian balutan sehingga
dapat merusak sel-sel baru. (Dalam hal ini, dapat membuat trauma pada
luka)
5. Menimbulkan nyeri saat ganti balutan (Dalam hal ini, balutan kuat melekat
pada luka)
6. Tidak mendukung proses lembab
7. Menghambat proses penyembuhan karena sering diganti
8. Resiko terjadi infeksi sangat besar (tidak bisa menghambat kuman)

G.

DAFTAR PUSTAKA
Erlita. 2017. Penyakit Kronis. https://halosehat.com/penyakit/perbedaan-penyakit-
akut-dan-kronis. Diakses pada tanggal 11 Mei 2019
Maryunani, A. 2013. Perawatan Luka Modern (Modern Woundcare) Terkini dan
Terlengkap, Sebagai Bentuk Tindakan Keperawatan Mandiri. Jakarta:
Inmedia.
Jayanti, Santi Dwi. 2017. Definisi Ulkus. https://www.academia.edu/8665223/
Definisi_ulkus. Diakses pada tanggal 11 Mei 2019
Repository. 2015. Kusta. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/
31135Chapter%20II.pdf;jsessionid=9440C4E6600FF78156DB366109E2A6D
2?sequence=4. Diakses pada tanggal 11 Mei 2019
Jumaymaya. 2012. Ulkus. https://www.scribd.com/doc/97515414/ULKUS. Diakses
pada tanggal 11 Mei 2019

Anda mungkin juga menyukai