Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 3 (2018), hlm.

38-50

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN STROKE YANG DIRAWAT DI RSUP


PROF.DR.R.D. KANDOU MANADO
Edward Nangoy*, Instiaty*, Sulistia Gan*, Junita Maja Pertiwi*, Corry Novita Mahama*

sinapsunsrat@gmail.com

*Bagian Neurologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sam Ratulangi, Manado

PENDAHULUAN menggunakan rumus sampel tunggal


Mengacu pada laporan American Heart untuk estimasi proporsi suatu populasi, nilai n =
Association (AHA), sekitar 795.000 orang di 97 sampel.
Amerika Serikat terserang stroke setiap Data medik pasien yang diambil meliputi
tahunnya.1,2 Prevalensi stroke di Indonesia karakteristik demografi, hasil pemeriksaan
mencapai angka 8,3 per 1000 penduduk. penunjang, diagnosis utama dan sekunder,
Daerah yang memiliki prevalensi stroke informasi penggunaan obat (indikasi, jenis,
tertinggi adalah Nanggroe Aceh Darussalam dosis, aturan pakai, rute pemberian, bentuk
(16,6 per 1000 penduduk) dan yang terendah sediaan, interval, dan lama pemberian).
3
adalah Papua (3,8 per 1000 penduduk).
Kompleksitas gejala klinis stroke dan HASIL PENELITIAN
penggunaan obat, disertai respon pasien yang Dari total 218 kasus stroke dalam periode Juli-
sangat bervariasi antar individual dapat Desember 2013, evaluasi pengobatan dapat
meningkatkan munculnya masalah terkait dilakukan pada 127 kasus, sementara 91 kasus
4,5,6,8,9
obat. tidak dievaluasi karena rekam mediknya tidak
Evaluasi penggunaan obat pada pasien dapat ditelusuri.
stroke di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
mencakup penggunaan obat terkait indikasi, Karakteristik sampel penelitian
jenis dan jumlah yang digunakan, dosis, lama Kelompok usia dengan jumlah terbanyak yaitu
pemberian, kemungkinan interaksi dan efek <55 tahun sebanyak 50 orang (40,2%), laki-laki
samping obat. lebih banyak (67 orang [52,8%]), status
jaminan jamkesmas yang terbanyak (38,6%),
METODOLOGI PENELITIAN riwayat penyakit dahulu yang terbanyak adalah
Penelitian ini menggunakan metode hipertensi sebanyak 54,7%, sedangkan riwayat
observasional retrospektif dari data rekam kebiasaan merokok sebanyak 24,4%.
medis tpasien stroke yang dirawat inap oleh Karakteristik gejala yang tersering berupa
Tim Neurologi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou kelemahan anggota gerak (18,9%), bicara pelo
Manado dalam periode 1 Juli – 31 Desember (17,7%) serta mulut mencong (12,4%).
2013. Kriteria eksklusi: data tidak lengkap dan Diagnosis stroke iskemik sebanyak 58,3%,
rekam medis pasien tidak dapat ditelusuri. perdarahan intraserebral 40,9%, perdarahan
Penentuan validitas besar sampel subaraknoid (0,8%).

38
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 3 (2018), hlm. 38-50

Dari keseluruhan data penelitian aspilet 36,2%. Tidak ditemukan pemakaian


diperoleh rerata usia pasien 58,4±11,9 tahun, rTPA pada semua kasus stroke iskemik.
nilai tengah lama rawat 7 (2-55) hari dengan (Lampiran)
nilai modus sebesar 7 hari, dan nilai tengah
GCS 15 (6-15). Jumlah jenis obat yang digunakan dan
ketepatan indikasi
Kelompok usia pasien stroke Tabel.3 Jumlah jenis obat yang digunakan
Tabel 1 Jumlah penderita stroke berdasarkan Jumlah
%
Total
No. jenis N % jumlah
..kelompok usia kumulatif
Obat obat
Kelompok Diagnosis Stroke 1. 2 3 2,4 2,4 6
Total 2. 3 10 7,9 10,2 30
Usia Iskemik PIS PSA
3. 4 26 20,5 30,7 104
<55 tahun 29 22 0 51(40.2)
4. 5 36 28,3 59,1 180
55-64 tahun 19 17 1 37(29.1)
5. 6 15 11,8 70,9 90
65-74 tahun 16 9 0 25(19.7)
6. 7 12 9,4 80,3 84
≥ 75 tahun 10 4 0 14(11.0)
7. 8 12 9,4 89,8 96
TOTAL 74 52 1 127 (100)
8. 9 9 7,1 96,9 81
Ket: PIS: Perdarahan Intraserebral; PSA: 9. 10 2 1,6 98,4 20
Perdarahan Subaraknoid 10. 12 2 1,6 100,0 24
TOTAL 127 100 715

Diagnosis penyerta pasien stroke Tabel..4…Penggunaan obat berdasarkan


Diagnosis penyerta terbanyak adalah hipertensi ketepatan indikasi
yaitu sebanyak 95 kasus (44,8%), diikuti oleh Jumlah
dislipidemia 28 kasus (13,2%), dan diabetes Indikasi penggunaan %
obat
melitus 14 kasus (6,6%). Tepat 469 61,5
Kurang tepat 268 35,2
Tidak tepat 25 3,3
Lama hari rawat pasien stroke TOTAL 762 100
Tabel 2 Lama hari rawat pasien berdasarkan
jenis stroke. Penggunaan obat berdasarkan lama
Rerata Lama Hari penggunaan obat
No Diagnosis
Rawat Ketepatan penggunaan obat berdasarkan
1 Stroke iskemik 11,2±7,9 lamanya pemakaian dijabarkan pada tabel 6.
2 Stroke PIS 8,5±2,8 Obat yang pemakaiannya seumur hidup,
3 Stroke PSA 22* pemakaiannya dilanjutkan di rumah, tidak
Ket: * hanya ada 1 sampel dinilai lama pemakaiannya.
Tabel.6….Ketepatan penggunaan obat
Golongan obat yang digunakan berdasarkan lama penggunaan obat
Enam obat yang paling banyak digunakan ialah Lama penggunaan obat N %
Sesuai 279 59,5
ranitidin 79,5%, statin 55,1%, parasetamol
Tidak sesuai 45 9,6
55,1%, sitikolin 50,4%, amlodipin 41,7%, dan Tidak dapat ditentukan 145 30,9
Total 469 100

39
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 3 (2018), hlm. 38-50

Penggunaan obat berdasarkan ketepatan Interaksi obat potensial


dosis Dari 762 penggunaan obat, terdapat sebanyak
Tabel 5 Penggunaan obat berdasarkan ketepatan 34 (4,5%) penggunaan obat yang berpotensi
dosis saling berinteraksi.

Dosis Obat
Jumlah
%
Tabel 8 Interaksi obat potensial
penggunaan obat
Adekuat 420 89,6 Obat
Obat 1 Obat 2 Interaksi N
Subterapi 48 10,2 3
Dosis berlebih 1 0,20 Aspilet Kaptopril - Menurunkan efek 14
Total 469 100 antihipertensi
Aspilet Klopidogrel - Risiko perdarahan 1
Aspilet Fluoxetin - Meningkatkan efek 1
Efek samping obat aspilet
Klopidogrel Omeprazol - Menurunkan efek 2
Terdapat dua kejadian yang diduga merupakan klopidogrel
efek samping obat, yaitu : Kaptopril KSR - Hiperkalemia 3
Kaptopril Antasida - Menurunkan efek 3
1. Satu pasien laki-laki 73 tahun, dengan kaptopril
Amlodipin Klopidogrel - Menurunkan efek 8
diagnosis stroke perdarahan dan mendapat
klopidogrel
pengobatan sitikolin, ranitidin, parasetamol, Diazepam Omeprazol - Metabolisme 1
diazepam dihambat
amlopidin, allopurinol, sucralfat, asam Total 33
traneksamat, mengalami hematemesis
setelah diberikan asam traneksamat pada Luaran pasien
hari ke 2. Dari 127 pasien stroke yang dirawat,
2. Satu pasien wanita 64 tahun dengan didapatkan keluaran pasien hidup dengan gejala
diagnosis stroke perdarahan, mendapat menetap 35,4%, hidup dengan gejala membaik
lactulac, ranitidin, amlodipin, parasetamol, >24 (52,8%), dan meninggal (5,5%)
ceftriaxone, kaptopril, ketorolac, asam
traneksamat, mengalami hematemesis Undertreatment
setelah diberikan asam traneksamat pada Dari 74 kasus stroke iskemik terdapat 56 kasus
hari ke 2. (75,7%) yang mendapat antitrombotik, 2 kasus
(2,70%) tidak mendapatkan antitrombotik

Kontraindikasi penggunaan obat. karena diagnosis banding stroke perdarahan


Dari 762 penggunaan obat, terdapat 2 jenis masih belum tersingkirkan sampai pasien keluar
obat yang tidak boleh diberikan karena adanya RS.
kontraindikasi pada pasien tersebut dengan
jumlah penggunaan masing-masing obat 2. PEMBAHASAN
Tabel 7. Kontraindikasi penggunaan obat Rerata usia pasien yang ditemukan 58,4±11,9
Nama obat kontraindikasi N tahun, dengan jenis kelamin laki-laki sedikit
Aspilet Stroke perdarahan 2 lebih banyak dibanding dengan perempuan.
Asam Traneksamat Stroke iskemik 2
Total 4 Hampir sama dengan penelitian Juwita dkk
dengan persentase 53,5% laki-laki, dan rentang

40
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 3 (2018), hlm. 38-50

usia terbanyak pada kelompok usia 45-65 Kompleksitas gejala klinis stroke dan
tahun.7 Beberapa penelitian sebelumnya juga penggunaan obat, disertai respon pasien yang
menunjukkan stroke paling banyak terjadi pada sangat bervariasi antar individu dapat
penderita dengan usia >50 tahun.7,8,9 Faktor meningkatkan munculnya masalah terkait obat.
sosiodemografik tiap daerah dalam hal ini Pada penelitian ini didapatkan 762 pemakaian
masyarakat Manado khususnya kaum pria, baik obat, dengan indikasi tepat 70.1%, kurang tepat
di daerah kota ataupun pedesaan memiliki 26.6%, dan tidak tepat 3.3%. Jumlah total
kebiasaan minum minuman beralkohol dan pasien yang menggunakan jaminan kesehatan
menyantap makanan berlemak, sehingga dapat adalah 62.2%, sementara pasien tanpa jaminan
meningkatkan risiko stroke. Selain itu, faktor kesehatan 37.8%. Penggunaan obat pada pasien
risiko berupa penyakit arteri perifer, kebiasaan dengan jaminan kesehatan sudah berdasarkan
merokok, stres dan gaya hidup yang tidak sehat formularium obat nasional, sehingga dapat
lebih sering dijumpai pada laki-laki. Jumlah mendukung ketepatan indikasi penggunaan obat
pasien perempuan yang menderita stroke pada pasien stroke. Terapi farmakologis pada
iskemik ini lebih sedikit dibandingkan laki-laki pasien stroke terutama ditujukan untuk faktor
dikarenakan adanya pengaruh hormon estrogen risiko dan komplikasi yang didapat. Dalam
yang berperan dalam meningkatkan kadar High penelitian ini didapatkan obat yang
Density Lipoprotein (HDL).7 paling banyak digunakan pasien stroke ialah
Secara umum nilai tengah lama rawat 7 (2- obat ranitidin (79,5%), statin dan parasetamol
55) hari dengan modus sebesar 7 hari, stroke (masing-masing 55,1%), neuroprotek-tor
iskemik 8,5±2,8 hari dan stroke perdarahan (50.4%), antihipertensi (41.7%) dan
11,2±7,9.Derajat keparahan stroke merupakan antitrombotik (36.2%). Hasil ini terlihat
faktor prediktor kuat dalam mempengaruhi berbeda dari penelitian drug related problem
lama hari rawat pasien, selain sistem tatakelola (DRPs) pada pasien stroke di intensive care unit
pelayanan medis, termasuk sarana dan rumah sakit stroke nasional Bukit Tinggi yang
prasarana pemeriksaan penunjang medis yang dilakukan oleh Farizal, dari bulan Mei-Juli
sering tidak berfungsi. Hipertensi merupakan 2011. Dari 39 pasien yang dirawat ditemukan
faktor risiko yang paling banyak ditemukan jenis obat stroke iskemik paling banyak
(54,7%), disusul oleh riwayat stroke digunakan adalah obat neuroprotektor (100%),
sebelumnya (16.8%), dan diabetes melitus dan obat saluran cerna (93%) yaitu ranitidin.11
(14.1%). Tekanan darah direkomendasikan
diturunkan hingga <140/90 mmHg (130/80 Penggunaan obat dengan indikasi tidak tepat
mmHg untuk pasien diabetes atau penyakit Penggunaan obat dengan indikasi tidak tepat
ginjal), awalnya dengan modifikasi gaya hidup yaitu penggunaan donepezil sebagai obat
dengan atau tanpa penambahan terapi tambahan pada stroke perdarahan, penggunaan
10
farmakologis. vitamin E dan C, coenzim Q-10, dan echinacea
sebagai imunomodulator. Nadeau dkk

41
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 3 (2018), hlm. 38-50

melaporkan pemberian donepezil pasca stroke (mean diffrence-0.54 hari,95% CI interval -


tidak memberikan hasil yang signifikan dalam 2.20 – 1.13; p=0.53. 16

pemulihan defisit. 4,12,13,14 Penggunaan fluoxetin dengan indikasi


keluhan gelisah selama 1 hari, dinilai kurang
Penggunaan obat dengan indikasi kurang tepat karena fluoxetin merupakan obat
tepat antidepresan golongan Selective Serotonin
Penggunaan obat dengan indikasi kurang tepat Reuptake Inhibitors (SSRIs), untuk indikasi
yaitu 9,0 % penggunaan bersamaan obat depresi berat, gangguan obsesive kompulsif. 17
saluran cerna, yaitu golongan penghambat Pada kasus ini seharusnya dapat diberikan
pompa proton dan antagonis reseptor H2. Suatu antiansietas dari golongan benzodiasepin
penelitian metaanalisis tersamar acak terkontrol seperti diazepam, alprazolam karena dari
yang dilakukan oleh Barkun A dkk untuk catatan medis pasien hanya terlihat keluhan
melihat penggunaan terapi profilaksis PPI gelisah yang dialami selama 1 hari.
dengan antagonis reseptor H2 perdarahan Terdapat 1 kasus penggunaan bersama 2
mukosa saluran cerna terkait stres pada pasien jenis antitrombotik (aspilet dan klopidogrel)
sakit kritis dari 8 publikasi ilmiah dengan selama 7 hari pada stroke iskemik, tidak terlihat
metode tersamar acak terkontrol, (jumlah 1587 adanya keluhan efek samping gangguan saluran
pasien, OR=0.30; 95% CI:0.17-0.54, NNT=39, pencernaan ataupun perdarahan sampai pasien
95% CI: 21-303) memperlihatkan bahwa keluar rumah sakit, walaupun dalam standar
profilaksis PPI secara signifikan menurunkan pelayanan medis neurologi RS Kandou
rata-rata kejadian perdarahan saluran cerna Manado, tidak dianjurkan penggunaan
18
dibanding reseptor antagonis H 2, tanpa bersama. Penggunaan bersama aspilet dan
mempengaruhi perkembangan terjadinya klopidogrel pada stroke iskemik dapat
pneumonia nosokomial.15 Hasil yang sama juga mengurangi tingkat risiko stroke dibandingkan
didapatkan pada suatu studi sistematik review dengan aspilet saja, tetapi memiliki risiko
dan metaanalisis yang dilakukan oleh Alhazzani komplikasi yang lebih tinggi terjadinya
W dkk untuk melihat penggunaan PPI dengan perdarahan.5 Pendapat ini juga sesuai dengan
reseptor antagonis H2 profilaksis stress ulcer hasil studi acak buta ganda, dengan kontrol
pada pasien sakit kritis. Dari 14 hasil penelitian plasebo yang dilakukan oleh Diener HC dkk
yang dikumpulkan dengan melibatkan 1720 (2004) untuk menilai penggunaan bersama
pasien. Hasilnya menunjukkan PPI lebih efektif aspilet dan klopidogrel dengan penggunaan
daripada antagonis H2 dalam menurunkan klopidogrel tanpa aspilet setelah serangan
kejadian perdarahan saluran cerna atas (RR stroke iskemik pada pasien dengan risiko tinggi
0.36%; 95% CI 0.19-0.68;p=0.002), tidak ada (MATCH). Hasil akhir yang ditemukan dari
perbedaan dalam menyebabkan resiko pasien yang menyelesaikan studi ini sejumlah
pneumonia nosokomial (RR 1.06;95% CI 0.73- 595 pasien (15.7%) pada kelompok aspilet dan
1.52; p=0.76) dan lama hari rawat di ICU klopidogrel, 636 (16.7%) pasien pada kelompok

42
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 3 (2018), hlm. 38-50

yang hanya menggunakan klopidogrel terjadi evaluasi klinis dengan pemeriksaan angiografi,
risiko perdarahan yang tinggi pada kelompok untuk menilai kembali efek manfaat pemberian
yang menerima aspilet dan klopidogrel obat tersebut terhadap kemungkinan keadaan
dibanding yang hanya mendapat klopidogrel aneurisma tanpa meningkatkan risiko pada
19
saja (96[2.6%] vs 49 [1.3%]. pasien. Pertimbangan kedua, penggunaan
Penggunaan bersamaan 2 (dua) nimodipin pada kasus ini hanya selama 19 hari
neuroprotektor oral (sitikolin 500 mg) dan yang sedikit berbeda dalam anjuran lama hari
intravena (piracetam 1200 mg) pada stroke pemberian sesuai guideline STROKE
iskemik, pada 1 kasus laki-laki 63 tahun, PERDOSSI tahun 2011 yaitu 21 hari,
diagnosis stroke iskemik dan hipertensi. kesesuaian dengan guideline ataupun literatur
Peneliti tidak menemukan literatur yang pada kasus ini yaitu mulai pemberian pada hari
mendukung penggunaan bersamaan 2 (dua) ke-3 (tiga) perawatan, dengan dosis
20
neuroprotektor dengan rute pemberian yang 4x60mg/hari. Pada kasus ini tidak terlihat
berbeda untuk tatalaksana khusus stroke terjadinya perburukan fungsi neurologis sampai
iskemik atau perdarahan juga tidak terdapat pasien keluar rumah sakit.
dalam standar pelayanan medis RSUP Dalam standar pelayanan medis neurologi
Prof.DR.R.D. Kandou. Sementara pada RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou tidak dijelaskan
guideline stroke PERDOSI 2011 dan guideline berapa lama nimodipin perlu diberikan untuk
AHA/ASA 2013, dinyatakan bahwa obat-obat mencegah/mengatasi vasospasme otak akibat
neuroprotektor belum menunjukkan hasil yang perdarahan, walaupun pemakaian nimodipin
20
efektif. (class III, level of evidence A). oral terbukti memperbaiki defisit neurologi
Penggunaan Nimodipin untuk mencegah yang ditimbulkan oleh vasospasme (AHA/ASA,
vasospasme pada stroke perdarahan dalam class I, level of evidence A). Kalsium antagonis
penelitian ini ditemukan 1 kasus (wanita 60 selain nimodipin yang diberikan secara oral
tahun) diagnosis stroke perdarahan atau intravena tidak bermakna (AHA/ASA,class
subaraknoid, krisis hipertensi disertai I, level of evidence A). Pada kasus ini, peneliti
penurunan kesadaran, dan dislipidemia. Saat memasukkan nimodipin sebagai kelompok obat
masuk rumah sakit, diberikan kaptopril kurang tepat lama pemberian, karena ketidak
3x25mg, amlodipin 10 mg/hari dan nimodipin jelasan lama penggunaan dalam standar
dosis penggunaan 4x60 mg selama selama 19 pelayanan medis di RSUP Prof.Dr.R.
hari. Yang menjadi perhatian dalam kasus ini D.Kandou.
adalah penggunaan nimodipin untuk indikasi Penggunaan vitamin B dan asam folat
mencegah/mengatasi vasospasme otak akibat dalam pencegahan stroke sebagai terapi
perdarahan. Penggunaan nimodipin oral pada tambahan, pada pasien stroke di RSUP Prof.
kasus ini masih kurang tepat karena pertama Dr. R. D. Kandou. Asam folat dan
pada saat diputuskan untuk diberikan nimodipin sianokobalamin (Vitamin B12) merupakan
sebagai vasopressor sebaiknya dilanjutkan regulator penting dalam metabolisme

43
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 3 (2018), hlm. 38-50

homosistein. Penelitian menunjukkan bahwa riwayat penyakit pasien, sebab tidak


kadar rendah folat dan sianokobalamin lengkapnya catatan rekam medis pasien. Terapi
berhubungan dengan peningkatan kadar antifibrinolitik lebih dianjurkan pada pasien
homosistein dalam darah. dengan risiko rendah terhadap terjadinya
Hiperhomosisteinemia berhubungan dengan vasospasme atau pada pasien dengan
awal terjadinya aterosklerosis dan peningkatan penundaan operasi. Pada beberapa studi, terapi
risiko kejadian kardiovaskular.21 Alasan asam traneksamat dikaitkan dengan tingginya
pemakaian folat dan kompleks vitamin B angka kejadian iskemik serebral, sehingga
(B6,B12) pada kasus dalam penelitian ini mungkin tidak menguntungkan pada hasil akhir
karena dapat mengurangi insiden terjadinya secara keseluruhan. Penelitian lanjut untuk
penyakit gangguan kardiovaskuler termasuk menilai penggunaan kombinasi antifibrinolitik
stroke. Suatu studi yang menilai peranan dengan obat-obat lain untuk mengurangi
vitamin B dalam pencegahan stroke, A journey vasospasme perlu dilakukan (AHA/ASA,class
from observational study to clinical trials and IIb, level of evidence B).4,23,24 Penggunaan
critique of the Vitamins to prevent stroke asam traneksamat, dinilai masih kurang tepat
(VITATOPS) yang dilakukan oleh Saposnik pada kasus-kasus dalam penelitian ini.
dan kawan-kawan tahun 2011 mendapatkan Batas penurunan tekanan darah sekitar
bahwa kadar homosistein yang tinggi dikaitkan 15% (sistolik maupun diastolik) dalam 24 jam
dengan peningkatan risiko stroke dan penyakit pertama setelah awitan pada pasien stroke akut
jantung koroner, homosistein dapat diturunkan dengan komplikasi hipertensi. Setelah melewati
dengan asam folat (2,5 mg) dan vitamin B fase oral, konsentrasi maksimal amlodipin
kompleks (50 mg B6 dan 1 mg B12). Belum dicapai dalam 6-12 hari, bioavailibilitas
cukup bukti-bukti klinis penggunaan secara diperkirakan dalam rentang 64-90% dan waktu
rutin terapi penurun homosistein untuk paruh 30-50 jam. Dosis oral amlodipin biasanya
21,22
pencegahan kardiovaskular. diberikan 5 mg sekali sehari dan maksimal 10
Penggunaan asam traneksamat pada stroke mg sekali sehari.25 Pada kasus ini, wanita 78
perdarahan ditemukan 16 kasus, walaupun tidak tahun diagnosis stroke iskemik dengan riwayat
tertulis penggunaannya dalam standar hipertensi, terlihat dalam catatan medis pasien
pelayanan medis neurologi RSUP Prof. Dr.R. pemberian amlodipin 2x10 selama 5 hari,
D. Kandou. Terapi antifibrinolitik kemungkinan tekanan darah saat masuk rumah sakit 160/90
diindikasikan untuk mencegah perdarahan mmHg sampai keluar rumah sakit 160/80
ulang aneurismea pada keadaan tertentu, jika mmHg. Pemberian dosis amlodipin melebihi
hanya dilihat dari data rekam medis pasien. dosis anjuran, dan seharusnya dipertimbangkan
Peneliti mengalami kesulitan dalam menilai dengan baik, karena umur pasien yang sudah
ketepatan terkait kontraindikasi penggunaan tua, dan dapat mempengaruhi farmakokinetik
pada kasus-kasus yang ada, karena tidak dapat obat.26
dilakukan penelusuran lebih dalam tentang

44
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 3 (2018), hlm. 38-50

Penggunaan obat dosis subterapi menurunkan tekanan darah tetapi juga


Penggunaan bisoprolol dengan dosis subterapi memproteksi organ dengan tolerabilitas yang
[bisoprolol 5 mg ¼ tablet (1.25 mg/hari)] baik.25,27
ditemukan pada 1 kasus stroke perdarahan Pengobatan valsartan dengan dosis
(wanita, 85 tahun) dengan komplikasi tunggal, aktivitas terjadi pada dua jam pertama.
hipertensi derajat 2 dan 1 kasus iskemik dengan Penurunan tekanan darah paling besar terjadi
komplikasi hipertensi derajat 2, dengan post dengan dosis tertentu didapatkan pada minggu
atrial fibrilasi. Berbagai mekanisme penurunan 2-4 dan tekanan darah dapat dipertahankan
tekananan darah akibat pemberian -bloker dalam batas normal sehingga dapat digunakan
dapat dikaitkan dengan hambatan reseptor 1, sebagai terapi jangka panjang.28 Penggunaan
antara lain: penurunan frekuensi denyut jantung valsartan dengan “dosis kalau perlu” dinilai
dan kontraktilitas miokard sehingga kurang tepat dalam mencapai efek terapi
menurunkan curah jantung.23 Penurunan penurunan tekanan darah pada kasus ini, karena
tekanan darah terlihat tidak stabil pada kedua dosis terapi valsartan tidak dapat tercapai.
pasien, hal ini disebabkan pemberian dosis
subterapi bisoprolol, kurang efektifnya Penggunaan obat dengan dosis tidak dapat
bisoporol pada kelompok usia tua. Penggunaan ditentukan
dosis anjuran yang seharusnya digunakan 5 Penggunaan kapsul racikan untuk hiponatremi
mg/hari. menggunakan garam (NaCl) sebanyak 4 kasus
Terdapat 1 kasus stroke iskemik dengan untuk stroke dengan hiponatremi. Dosisnya
hipertensi derajat 2, menggunakan valsartan tidak tepat terukur di dalam 1 (satu) kapsul,
dengan dosis penggunaan hanya diberikan karena hanya diisi sendiri oleh anggota
kalau perlu. Pada pemeriksaan tekanan darah keluarga ataupun tenaga paramedis sebelum
160/90 mmHg, digunakan valsartan dosis 80 diberikan ke pasien, kualitas obat racikan tidak
mg/hari, pada catatan rekam medis terlihat dapat diawasi dengan baik. Pengobatan yang
dosis yang diberikan hanya kalau perlu saja. tepat harus diberikan bila terdapat gejala akut
Valsartan mempunyai efektivitas yang tinggi hiponatremia, hal ini dilakukan untuk
dan dapat ditoleransi baik sebagai monoterapi meminimalkan risiko komplikasi neurologis
maupun dasar terapi kombinasi sebagai upaya yang signifikan dan peningkatan risiko
mencapai target tekanan darah secara terus kematian. Namun, koreksi hiponatremia sendiri
menerus dalam rangka penurunan morbiditas mempunyai risiko, yaitu dapat menyebabkan
dan mortalitas akibat kejadian gejala sisa neurologis terutama central
29
renokardiovaskular. Komponen antihipertensi myelinolisis pontine.
yang mensupresi sistem renin angiotensin Dalam sebagian besar keadaan, natirum
aldosteron (SRAA) mempunyai peran penting serum harus meningkat tidak lebih dari 0,5
pada gangguan jantung dan ginjal serta mmol/liter/jam atau 8-10 mmol/liter/hari.29
kemampuan menghambat SRAA tidak hanya Pengobatan lebih ditujukan pada gejala

45
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 3 (2018), hlm. 38-50

hiponatremia yang muncul, tidak hanya dengan intravena pada kasus hipokalemi dalam
mengkoreksi natirum serum ke kadar normal. penelitian ini, sehingga berdasarkan beberapa
Pemberian kapsul racikan garam natirum alasan diatas pemberian KCL tablet
dinilai masih kurang tepat dalam penelitian ini. dimasukkan dalam indikasi kurang tepat
Penggunaan KCL tablet untuk pemberian.
hipokalemia, dalam penelitian ini diberikan
secara bertahap melalui rute oral lebih Penggunaan obat lebih lama dari kebutuhan
dianjurkan jika secara klinis memungkinkan klinis
pemberiannya untuk pengobatan /pencegahan Suatu penelitian uji klinis acak terkontrol yang
hipokalemi. Terapi intravena dapat digunakan dilakukan oleh Kasner SE dan kawan-kawan
untuk hipokalemia berat dan pada pasien yang tahun 2002 untuk melihat pengaruh pemberian
tidak tahan dengan suplemen oral. Pada kasus- acetaminophen pada suhu tubuh pasien stroke
kasus hipokalemi sebaiknya dapat diberikan akut. Sampel penelitian berjumlah 39 orang,
infus yang mengandung KCL 0,3% dan NaCl dan pemberian acetaminophen (650 mg atau
0.9% menyediakan 40 mmol K+/L (standar placebo) setiap 4 jam selama 24 jam, suhu
dalam cairan pengganti kalium). Tujuan terapi tubuh diukur setiap 30 menit. Keluaran utama
adalah mengoreksi penurunan kadar kalium dan adalah pengukuran rata-rata suhu tubuh selama
juga meminimalkan terjadinya kehilangan periode 24 jam, keluaran sekunder yaitu
kalium, sehingga perlu dilakukan pengawasan perubahan nilai NIHSS. Hasilnya menunjukkan
yang ketat untuk menilai perubahan konsentrasi baseline suhu tubuh adalah sama 36.96°C pada
kadar kalium sebagai respon pengobatan (kadar kelompok acetaminophen dan 36.95°C pada
kalium serum harus diukur setiap 4-6 jam dan kelompok plasebo (p=0.96). Kelompok pasien
EKG pasien dipantau kontinyu sampai ada yang diberikan acetaminophen selama studi
perbaikan), tetapi berbeda halnya dengan kasus- dilakukan terlihat suhu tubuh selalu lebih
kasus dalam penelitian ini, kadar kalium diukur rendah <36.5°C (OR,3.4; 95% CI, 0.83 to 14.2;
pada 1 hari setelah pemberian. Apabila tidak P=0.09) dan cenderung tidak tinggi > 37.5°C
ada respons terapi dalam 24 jam, maka (OR,0.52; 95% CI, 0.19 to 1.44; P=0.22).
pertimbangkan untuk pemeriksaan magnesium, Pemberian dosis awal acetaminophen (3900
karena hipomagnesemia dapat menyebabkan mg/hari) untuk menurunkan suhu tubuh pada
30
hipokalemia refrakter. Pada kasus-kasus pasien stroke akut memberikan sedikit
dalam penelitian ini sebaiknya perlu dilakukan penurunan pada pusat pengaturan suhu tubuh
pemeriksaan tambahan magnesium, sebelum (hipotalamus), dibanding plasebo. Efek ini
diberikan terapi tambahan KCL tablet untuk mungkin memiliki dampak klinis yang kuat,
mengkoreksi kalium darah. Peneliti tidak tetapi masih diperlukan metode alternatif atau
menemukan literatur yang mendukung berapa tambahan diperlukan untuk mencapai
besaran masing-masing dosis akan digunakan termoregulasi efektif pada pasien stroke. 31
jika dikombinasikan penggunaan kalium oral Kasus – kasus yang ditemukan pada penelitian

46
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 3 (2018), hlm. 38-50

ini, parasetamol tetap diberikan padahal pasien diberikan dengan selang waktu minimal 1 jam.
sudah tidak demam (suhu tubuh <37,5°C), Penggunaan ranitidin bersama antasida atau
faktor lain juga ditemukan awalnya pasien antikolinergik sebaiknya diberikan dengan
dalam keadaan demam, diterapi sampai suhu selang waktu 1 jam, jangan diberikan
33
tubuh pasien sudah mencapai normal, namun bersamaan.
terapi parasetamol masih tetap dilanjutkan.
Indikasi penggunaan parasetamol yang lain Lama penggunaan obat kurang dari
untuk menghilangkan nyeri, walaupun dalam kebutuhan klinis pasien
rekam medis pasien tidak tercatat keluhan Penggunaan anthipertensi angiotensin reseptor
nyeri, tetapi masih tercatat instruksi pemberian. bloker (telmisartan ) yang berpotensi ganda,
Penggunaan omeprazol pada kasus dalam baik sebagai antagonis reseptor angiotensin
penelitian ini tetap diberikan walaupun keadaan tipe-1 (AT1), maupun sebagai agonis parsial
telah stabil dan tidak ditemukan keluhan – PPAR-γ. Dengan perannya sebagai antagonis
keluhan pada saluran cerna melalui catatan reseptor AT1, telmisartan mampu menurunkan
medis pasien. tekanan darah dengan menghambat aktivitas
Dalam standar pelayanan medis, tidak angitotensin II (bahan kimia yang bila berikatan
dijelaskan sampai berapa lama penggunaan obat dengan reseptor AT1 akan menyempitkan
saluran cerna dapat digunakan. Hal ini juga pembuluh darah sehingga tekanan darah
seperti yang terdapat dalam tatalaksana meningkat). Sedangkan sebagai agonis parsial
pencegahan perdarahan saluran cerna di PPAR-γ, telmisartan berefek menurunkan kadar
guidelines stroke PERDOSI 2011, tidak gula dan lemak darah. Pada kasus ini pemberian
disebutkan sampai berapa lama dapat diberikan telmisartan berdasarkan indikasi peningkatan
PPI.4,32 Pada kasus-kasus dalam peneltian ini, tekanan darah 160/100 mmHg, dan hanya
peneliti menyarankan berhati-hati penggunaan diberikan selama 2 hari, saat dihentikan tekanan
bersama omeprazol bersama klopidogrel karena darah masih 150/90 mmHg. Efek inhibisi
dapat menyebabkan efektivitas klopidogrel selama 24 jam merupakan ukuran penting
menurun, keadaan klinis pasien menjadi terkait dengan jumlah atau besar angiotensin II
pertimbangan penting dalam tatalaksana yang dihambat selama 24 jam, afinitas ARB
pengobatan. terhadap reseptor AT1 dibanding AT2 (semakin
Perangsangan reseptor H2 akan kuat afinitas ARB terhadap AT1 dibanding
merangsang sekresi asam lambung, sehingga AT2), maka efek antihipertensi juga dapat
pemberian ranitidin sekresi asam lambung semakin kuat dan waktu paruh obat yang
dihambat. Penggunaan ranitidin pada kasus- merupakan indikator seberapa lama obat
kasus dalam penelitian ini harus digunakan memiliki efek yang signifikan dalam tubuh.25
secara hati-hati, karena ranitidin dapat Suatu studi klinis yang dilakukan oleh
berinteraksi dengan nifedipin, warfarin, teofilin Sare dkk secara acak terkontrol untuk menilai
dan metoprolol, obat – obat ini disarankan pengaruh telmisartan pada hemodinamik

47
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 3 (2018), hlm. 38-50

serebral dan sistemik pada pasien dengan stroke Berdasarkan algoritma Naranjo untuk
iskemik berulang. Telmisartan (80 mg/hari) menilai kausalitas efek samping obat, untuk
secara signifikan tidak mempengaruhi tekanan kasus ini didapatkan skor 3 (kausalitas:
darah atau aliran darah otak pada dosis pertama possible) yaitu pernah ada laporan reaksi seperti
pemberian. Telmisartan menurunkan tekanan ini (skor +1), efek samping ini muncul setelah
darah selama 90 hari pemberian dan secara obat diberikan (skor +2), kejadian yang tidak
signifikan menurunkan zero filling pressure diharapkan tersebut berkurang saat obat
(ZFP), hal ini juga didukung oleh penelitian dihentikan (skor +1), tetapi ada penyebab lain
yang dilakukan oleh Bath PM dan kawan- (selain obat tersebut) yang dapat menyebabkan
kawan secara acak terkontrol (A Profess reaksi tersebut yaitu stroke perdarahan (skor -
subgroup analysis) untuk melihat efek 1). Sebaiknya saat terjadinya perdarahan pasien
telmisartan (80 mg/hari) pada keluaran dikonsulkan ke disiplin kelompok ilmu yang
fungsional, serangan berulang, dan tekanan lain, untuk dilakukan penilaian terhadap
darah pada 1360 pasien stroke iskemik akut penyebab-penyebab perdarahan lain yang
yang ringan. Hasilnya menunjukkan telmisartan timbul.
menurunkan tekanan darah sistolik 6-7 mmHg Pasien kedua, pria 73 tahun dengan
dan diastolik 2-4 mmHg secara signifikan diagnosis stroke perdarahan dengan hipertensi
selama 90 hari, dan tidak memberi efek pada derajat 2. Saat masuk mendapat sitikolin oral
denyut jantung.34 1500mg/hari, ranitidin 2x40 mg/hari I.V,
parasetamol 3x500 mg/hari. Pada hari ke-4
Efek samping obat diberikan tambahan alopurinol 100mg/hari
Terdapat 2 kejadian yang diduga merupakan (kadar asam urat darah 8.4 mg/dl). Hari ke-5
efek samping obat, yaitu 1 pasien laki-laki 64 diberikan asam traneksamat 3x500mg/hari,
tahun dengan stroke perdarahan dan penurunan sucralfat suspensi 6x30 ml/hari dan omperazole
kesadaran dengan hipertensi derajat 3 (TD saat 2x40 mg/hari I.V. Setelah 2 hari pemberian
masuk 180/100 mmHg) dan curiga penumonia. asam traneksamat terlihat dari pipa NGT cairan
Saat masuk rumah sakit diberikan lactulose warna hitam. Dalam perjalanan perawatan
syrup 1x30ml, ranitidin 2x40mg IV, amlodipin selama 10 hari, pasien juga terdiagnosis herpes
10 mg/hari, parasetamol 500 mg 3x/hari, zooster torakalis (pada hari ke-6).
ceftriaxone 2x1 gram IV. Pada hari ke-4 Berdasarkan algoritma Naranjo, untuk
perawatan (TD 160/100 mmHg) mendapat kasus ini didapatkan skor 3 (kausalitas:
kaptopril 3x25 mg/hari dan ketorolac possible). Sebaiknya saat terjadinya perdarahan
2x30mg/hari IV. (karena keluhan nyeri kepala). pasien dikonsulkan ke disiplin kelompok ilmu
Pada hari ke-5 diberikan asam traneksamat yang lain, untuk dilakukan penilaian terhadap
3x500 mg IV, kemudian pada hari ke 2 (dua) penyebab-penyebab perdarahan lain yang
pasien mengalami hematemesis. timbul.

48
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 3 (2018), hlm. 38-50

DAFTAR PUSTAKA 13. Gofir A.Manajemen Stroke: Evidence Based


Medicine. Yogyakarta: Pustaka Cendekia
1. Kottke TE, Stroebel RJ, Hoffman RS. JNC 7 – Press, 2011. hal. 77-90.
It's more than high blood pressure. Journal of
the American Medical Association 2002, Vol. 14. Kumar A, Kaur H, Devi P, et al.Role of
Vol. 289, pp. 2573–5. coenzyme Q10 (CoQ10) in cardiac disease,
hypertension and meniere-like syndrome.
2. Depkes RI.Pedoman teknis penemuan dan tata PubMed, Pharmacology Therapy December
laksana penyakit. 2006. 2009 Dec:124(3):259-68.
3. Pedoman Pemantauan Terapi Obat. s.l.: 15. Barkun AN, Bardou M, Pharm CQ, et al.Proton
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, pump inhibitors vs histamine 2 receptor
Ditjen Bina Kefarmasian dan alat Kesehatan, antagonists for stress-related mucosal bleeding
Departemen Kesehatan RI., 2009. prophylaxis in critically ill patients: a meta-
4. Misbach J, Lamsudin R, Aliah A, et al. analysis. The american journal of
Guideline Stroke tahun 2011. POKDI Stroke. gastroenterology 2012;107:507-20.
Jakarta: PERDOSSI, 2011. 16. Alhazzani W, Alenezi F, Jaeschke RZ, et
5. Goldstein LB, Bushnell CD, Adams RJ, et.al. al.Proton Pump Inhibitors Versus Histamine 2
Guidelines for the primary prevention of receptor antagonists for stress ulcer
stroke: A guideline for healthcare prophylaxis in critically ill patients: a
professionals. American Heart Association/ systematic review and meta-analysis. Society
American Stroke Association 2010 Dec of critical care medicine and lippincott
2;42:517-84 williams & wilkins, critical care medical
journal 2013 Mar;41(3):693-705
6. Laporan nasional, riset kesehatan dasar2007.
Jakarta : Badan penelitian dan pengembangan 17. Dewoto HR, Louisa M. Serotonin, obat
kesehatan departemen kesehatan, Republik serotonergik dan obat antiserotonergik. Dalam:
Indonesia, 2008. Setiabudy R, Nafrialdi. Gunawan SG, ed.
Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Balai
7. Juwita DA, Almasdy D, Hardini T. Evaluasi Penerbit FKUI; 2007. hal. 288-98.
Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien
Stroke Iskemik di Rumah Sakit Stroke 18. RSUP Prof. Dr. R. D. KandouManado.Standar
Nasional Bukittinggi. Jurnal Farmasi Klinik pelayanan medis departemen
Indonesia 2018;7(2):99–107 neurologi.Manado, 2011.
8. Sepriani R, Wahyuni FS, Almahdy A, Armal 19. Diener HC, Bogousslavsky J, Brass LM et
K. Indication accuracy of alprazolam use in al.Aspilet and clopidogrel compared with
stroke patients of Neurology Ward of National clopidogrel alone after recent ischaemic stroke
Stroke Hospital Bukittinggi - Indonesia. J Sains or transient ischaemic attack in high risk
Farm Klin. 2014;1(1); 95–100. patients (MATCH):randomised, double-blind,
9. Sumawa PMR, Wullur AC, Yamlean PVY. placebo-controlled trial. Lancet 2004;364:331-
Evaluasi kerasionalan penggunaan obat 37.
antihipertensi pada pasien hipertensi rawat inap
di RSUP Prof. DR. R.D. Kandou Manado 20. Jauch EC, Saver JL, Adams HP, et
Periode Januari–Juni 2014. Pharmacon. al.Guidelines for the early management of
2015:4(3);126–3 patients with acute ischemic stroke: a guideline
for healthcare professionals from the American
10. Neurology expert group. Therapeutic Heart Association/American Stroke
guidelines Neurology, Version 4. Melbourne : Association. Stroke 2013;44:870-947
Therapeutic guidelines limited, 2011.
21. Saposnik G.The role of vitamin B in stroke
11. Farizal. Drug related problems (DRPs) pada prevention: a journey from observational
pasien stroke di ICU rumah sakit stroke studies to clinical trials and critique of the
nasional bukittinggi. Padang: Program vitamins to prevent stroke (VITATOPS).
Pascasarjana universitas andalas, 2011. American heart association 2011;42:838-42
12. Nadeau SE, Behrman AL, Davis SE, Reid K, 22. Bederson JB, Connoly ES.Guidelines for the
Wu SS, Stidham BS, et al. Donepezil as an management of aneurysmal subarakhnoid
adjuvant to constraint-induced therapy for hemorrhage. American heart
upper-limb dysfunction after stroke: An association.Journal of American heart
exploratory randomized clinical trial. JRRD association 2009: p.1-18.
2004;41(4):525-34

49
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 3 (2018), hlm. 38-50

23. Hillman J, Fridriksson S, Nilsson O,et 29. Ali Z. Diagnosis dan penatalaksanaan
al.Immediate administration of tranexamic acid hipokalemia.Dalam: Dharmeizar, Nainggolan
and reduced incidence of early bleeding after G,Siregar P,ed. The 13th jakarta nephrology
aneurysm subarakhnoid hemorrhage: a and hypertension course. Jakarta: PERNEFRI,
prospective randomized study. Journal 2013. hal. 95-100
neurosurgey 2002;97(4):771-8
30. Kasner SE, Wein T, Piriyawat P, et
24. Gyssens IC.Audits for monitoring the quality al.Acetaminophen for altering body
of antimicrobial prescriptions.In: Gould IM, temperature in acute stroke, a randomized
Meer JWM,ed.Antibiotic policies:theory and clinical trial. American heart association,
practice. New York : Kluwer academic/Plenum Journal of the American Heart Association
Publisher; 2005. p. 197-226 2002;33:130-5
25. Vestal RE, Gurwitz JH. Geriatric 31. BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou.
pharmacology. In: Hoffman BB, Melmon KL, Formularium BLU RSUP Prof.Dr.R.D.
Nierenberg DW, eds.Clinical pharmcology Kandou. 2010.
basic principles in therapeutics 4th ed. New
York: McGraw-Hill; 2000. p. 1151-73. 32. Bath PMW, Martin RH, Palesch Y, et al.Effect
of telmisartan on functional outcome,
26. Robertson D, Biaggioni I. Adrenoceptor recurrence, and blood pressure in patients with
antagonist drugs. In:Masters SB, Trevor AJ, acute mild ischemic stroke: a Profess subgroup
Katzung BG, eds. Basic and clinical analysis. American heart association, Journal
pharmacology. New York: McGraw-Hill; of the american heart association
2012. p. 151-68 2009;40:3541-46
27. Bandiara R.Valsartan as a foundation of 33. Estuningtyas A, Arif A. Obat lokal.
antihypertensive therapy. Dalam: Dharmeizar, Farmakologi dan terapi.Jakarta: Gaya Baru;
Nainggolan G,Siregar P,ed. The 14th Jakarta 2011. hal. 517-41.
nephrology and hypertension course &
symposium on hypertension "hypertension and 34. Sare GM, Ghadani A, Ankolekar S, et al.
new guidelines" Jakarta : PERNEFRI, 2014. Effect of telmisartan on cerebral and systemic
hal. p 63-70 haemodynamics in patients with recent
ischaemic stroke: a randomised controlled trial.
28. Stroke dan gangguan keseimbangan natirum. Notingham: Hindawi publishing corporation,
H, Prasanto.Dalam: Dharmeizar, Nainggolan ISRN Stroke 2013:p.1-9
G,Siregar P,ed. The 13th jakarta nephrology
and hypertension course. Jakarta: PERNEFRI,
2013. hal. 32-9

50

Anda mungkin juga menyukai