Anda di halaman 1dari 11

JURNAL MKMI, Vol. 13 No.

4, Desember 2017

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KESEHATAN DENGAN KUALITAS


HIDUP LANSIA DI DUA LOKASI BERBEDA

Relationship Nutritional and Health Status with Quality of Life of Elderly


in Two Research Areas
Nursilmi, Clara M. Kusharto, Cesilia Meti Dwiriani
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
(nursilmi12@gmail.com)

ABSTRAK
Kualitas hidup lansia dipengaruhi oleh status gizi dan penyakit. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi
perbedaan karakteristik subjek, status gizi, status kesehatan dan kualitas hidup serta mengkaji hubungan status gizi
dan kesehatan dengan kualitas hidup lansia di Desa Ciherang Bogor dan Desa Jambu Bengkulu Tengah, dengan
pertimbangan perbedaan etnis dan kebiasaan makan. Penelitian menggunakan desain cross sectional dengan 74
subjek di masing-masing desa. Pengumpulan data karakteristik subjek, status kesehatan, status gizi dan kualitas
hidup menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan uji mann whitney dan korelasi spearman. Terdapat
perbedaan signifikan karakteristik subjek dalam hal status perkawinan, pendidikan, pekerjaan dan status tinggal
(p<0,05). Status gizi dan kualitas hidup yang baik pada subjek di Desa Ciherang lebih banyak dibandingkan di
Desa Jambu. Terdapat perbedaan signifikan status gizi lansia (p<0,05) dan tidak terdapat perbedaan signifikan sta-
tus kesehatan lansia (p>0,05). Terdapat hubungan positif pada status gizi dengan kualitas hidup domain kesehatan
fisik dan lingkungan, terdapat hubungan positif pada status kesehatan dengan kualitas hidup domain kesehatan
fisik dan hubungan sosial (p<0,05). Status gizi berhubungan dengan kualitas hidup domain kesehatan fisik dan
lingkungan, sedangkan status kesehatan berhubungan dengan kualitas hidup domain kesehatan fisik dan hubungan
sosial.
Kata kunci : Status gizi, status kesehatan, kualitas hidup, lansia

ABSTRACT
Quality of life in elderly influenced by nutritional status and disease. This study aimed to identify differenc-
es in subject characteristics, nutritional status, health status, quality of life and relationship nutritional and health
status with quality of life of elderly in Ciherang village Bogor and Jambu village Central Bengkulu, by considering
ethnic and eating habit differences. This study is a cross sectional design using 74 subjects in each research area.
Data of characteristics, health status, nutritional status and quality of life were collected using questionnaire.
Data were analyzed using Mann Whitney and Spearman correlation test. There were significant differences in
marital status, education, occupation and living status (p<0,05). Nutritional status and quality of life in Ciherang
village is better than subject in Jambu village. There was a significant difference in nutritional status (p<0,05)
whereas unsignificant difference in health status (p>0,05). There were positive correlation between nutritional sta-
tus and quality of life in term of physical and environmental domain, as well as health status and quality of life in
term of physical and social domain (p<0,05). Nutritional status was relate to physical and environmental domain
of quality of life whereas health status relate to physical and social domain of quality of life.
Keywords : Nutritional status, health status, quality of life, elderly

369
Nursilmi : Hubungan Status Gizi dan Kesehatan dengan Kualitas Hidup Lansia

PENDAHULUAN kualitas hidup lansia, tetapi masih perlu dikem-


Keberhasilan dalam pembangunan dapat bangkan dan dimodifikasi.10 Mengingat gizi ku-
ditentukan dengan adanya peningkatan taraf hi- rang merupakan salah satu prediktor perubahan
dup dan Angka Harapan Hidup (AHH) yang ber- kualitas hidup yang berhubungan dengan keseha-
dampak pada peningkatan jumlah penduduk lanjut tan.11 Kesehatan tidak hanya untuk meningkatkan
usia (lansia). Peningkatan AHH ini berdampak harapan hidup tetapi juga meningkatkan kualitas
pula pada penurunan penyakit infeksi dan mening- hidup. Makanan dan gizi dapat menjadi dimensi
katnya penyakit tidak menular atau disebut den- penting dalam pengukuran kualitas hidup.12 Sta-
gan transisi epidemiologi.1 Data BPS tahun 2015 tus gizi yang kurang atau berlebih akan mempe-
menunjukkan jumlah rumah tangga lansia di Indo- ngaruhi kualitas hidup lansia. Gizi yang baik ber-
nesia sebanyak 16,08 juta atau 24,5% dari seluruh arti tubuh memiliki cukup zat gizi untuk memper-
rumah tangga, dengan jumlah lansia 20,24 juta tahankan fungsi dan gangguan kesehatan.11
jiwa atau 8,03% dari seluruh penduduk. Proporsi Keluhan kesehatan yang sering dialami lan-
lansia perempuan sedikit lebih banyak dibanding- sia yaitu asam urat, darah tinggi, rematik, darah
kan laki-laki yaitu 10,77 juta dibandingkan de- rendah dan diabetes (32,99%), keluhan ini me-
ngan 9,47 juta. Jumlah lansia Indonesia tahun rupakan keluhan efek dari penyakit kronis.1 Ber-
2025 diperkirakan sekitar 34,22 juta jiwa.2 dasarkan catatan dari Puskesmas, keluhan yang
Secara alami lansia mengalami kemunduran sering dialami lansia di Desa Ciherang dan Desa
fisik, psikis dan sosial sehingga tergantung pada Jambu yaitu hipertensi. Kualitas hidup lansia yang
orang lain.3 Ketergantungan tersebut dapat diku- menderita hipertensi lebih rendah dibandingkan
rangi jika lansia sehat, aktif, produktif, mandiri dengan lansia yang memiliki tensi normal. Pe-
dan memiliki kualitas hidup yang baik.4 WHO nyakit tidak menular akan menyebabkan masalah
berharap terjadinya penuaan aktif (active ageing) medis, sosial dan psikologis yang membatasi ak-
yaitu proses yang memungkinkan diperolehnya tivitas dan menyebabkan penurunan kualitas hi-
kesehatan, partisipasi dan keamanan dalam upaya dup.13 Kualitas hidup lansia seharusnya menjadi
meningkatkan kualitas hidup lansia.5 Jika seorang perhatian penting karena dapat menjadi acuan ke-
lansia dapat mencapai kualitas hidup yang baik, berhasilan dalam merumuskan intervensi bagi lan-
maka kehidupannya mengarah pada keadaan se- sia serta digunakan sebagai indikator global dalam
jahtera (wellbeing), sebaliknya jika kualitas hi- bidang kesehatan dan sosial.9
dup rendah, maka kehidupannya mengarah pada Masyarakat di Jawa Barat pada umumnya
keadaan tidak sejahtera (ill-being).6 mempunyai kebiasaan mengonsumsi sayuran atau
Menurut WHO kualitas hidup merupakan lalapan, sedangkan masyarakat di Bengkulu sering
persepsi individu dalam kehidupan yang dijalani mengonsumsi makanan dengan rasa pedas, gurih,
seseorang dengan konteks budaya dan nilai indi- penggunaan santan yang kental, banyak mengan-
vidu tersebut tinggal, termasuk aspek kesehatan dung lemak dan garam.14,15 Berdasarkan survei
fisik, keadaan psikologis, tingkat kemandirian, awal masyarakat di Desa Jambu sering mengon-
hubungan sosial, keyakinan pribadi dan hubu- sumsi ikan air tawar, makanan yang mengan-
ngannya dengan lingkungan.7 Kualitas hidup me- dung santan dan minyak, sedangkan di Desa Ci-
rupakan ukuran hasil yang penting dalam keseha- herang memiliki kebiasaan makan sayur, kacang-
tan. Tingkat kualitas hidup tergantung pada latar kacangan dan ikan asin. Kebiasaan makan yang
belakang sosial ekonomi dan budaya.8 Kualitas tidak sehat dapat menyebabkan berbagai macam
hidup bersifat subjektif dan tidak terlihat oleh gangguan kesehatan dan mempengaruhi status gizi
orang lain karena merupakan persepsi individu itu lansia yang akhirnya berdampak pada penurunan
sendiri.9 kualitas hidup.16 Berdasarkan hal yang telah di-
World Health Organization (WHO) te- uraikan tersebut, maka peneliti tertarik untuk meng-
lah mengembangkan instrumen untuk mengukur identifikasi perbedaan karakteristik subjek, status
kualitas hidup yaitu WHO Quality of Life-BREF gizi, status kesehatan dan kualitas hidup serta
(WHOQOL BREF).7 Instrumen ini merupakan ins- mengkaji hubungan status gizi dan kesehatan de-
trumen yang valid dan reliable untuk mengukur ngan kualitas hidup lansia di Desa Ciherang Bogor

370
JURNAL MKMI, Vol. 13 No. 4, Desember 2017

dan Desa Jambu Bengkulu Tengah. posyandu lansia yang aktif setiap bulan. Penelitian
ini menggunakan sebagian data dari Penelitian
BAHAN DAN METODE Unggulan Perguruan Tinggi (PUPT) dengan judul
Penelitian ini menggunakan desain cross Minyak Ikan Lele (Clarias Gariepinus) sebagai
sectional, dilakukan di Desa Ciherang Kecamatan Suplement Alternatif Pencegah Alzheimer pada
Dramaga Kabupaten Bogor dan di Desa Jambu Lansia di Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga
Kecamatan Merigi Kelindang Kabupaten Bengkulu Bogor. Penelitian dilakukan sejak Juni 2016
Tengah. Pemilihan lokasi berdasarkan keadaan sampai dengan Januari 2017. Penarikan subjek
sosial ekonomi menengah ke bawah dan memiliki dilakukan secara purposive yang memenuhi

Tabel 1. Sebaran Karakteristik Subjek di Desa Ciherang dan Desa Jambu


Ciherang Jambu
Karakteristik p
n % n %
Usia (tahun)
45-59 0 0 0 0
60-74 65 87,84 69 93,24
75-90 9 12,16 5 6,76
>90 0 0 0 0
Rata-rata±SD 66,92±6,19 63,58±5,06 0,261
Jenis Kelamin
Laki-Laki 15 20,27 24 30 0,184
Perempuan 59 79,73 56 70
Status Perkawinan
Belum/tidak menikah 0 0 0 0 0,000
Menikah 30 40,54 63 85,14
Cerai hidup 0 0 0 0
Cerai mati 44 59,46 11 14,86
Pendidikan
Tidak pernah sekolah 14 18,92 25 33,78 0,120
Tidak tamat SD 17 22,97 28 37,84
SD 35 47,30 17 22,97
SMP 7 9,46 3 4,06
SMA 1 1,35 1 1,35
Pekerjaan
Tidak Bekerja 57 79,73 38 51,35 0,000
Bekerja 15 20,27 36 48,65
Status tinggal
Sendirian 5 6,76 2 2,70 1,000
Suami/istri 16 21,62 26 35,15
Anak 40 54,05 14 18,91
Suami/istri & anak 13 17,57 32 43,24
Suku
Sunda 68 85,14 0 0 -
Betawi 9 12,16 0 0
Jawa 2 2,70 2 2,70
Rejang 0 0 72 97,30
Pendapatan/kapita
Miskin 27 36,49 36 46,65
Tidak miskin 47 63,51 38 51,35
Rata-rata±SD 370688±203472 377355±331851 0,111
Sumber : Data Primer, 2017

371
Nursilmi : Hubungan Status Gizi dan Kesehatan dengan Kualitas Hidup Lansia

kriteria inklusi yaitu berusia ≥60 tahun, tidak dikategorikan menjadi sakit dan tidak sakit. Kuali-
mengalami gangguan pendengaran, dan bersedia tas hidup setiap domain dikategorikan menjadi dua
untuk diwawancara. Jumlah subjek pada penelitian yaitu kurang jika skor ≤50 dan baik jika skor >50.7
yaitu 148 lansia yang terdiri dari 74 subjek di Desa Data dianalisis menggunakan program
Ciherang dan 74 subjek di Desa Jambu. Microsoft Excel 2013 dan SPSS for Windows
Jenis data yang digunakan adalah data versi 22.0. Analisis univariat digunakan untuk
sekunder dan data primer. Data sekunder di Desa mendeskripsikan semua variabel. Analisis bivariat
Ciherang yaitu data karakteristik subjek (usia, digunakan untuk mengetahui hubungan status gizi
jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perka- dan kesehatan dengan kualitas hidup serta melihat
winan, suku, status tinggal, dan pekerjaan), se- perbedaan karakteristik subjek, status gizi, status
dangkan data primer yaitu pendapatan, Mini Nu- kesehatan dan kualitas hidup subjek di dua lokasi
tritional Assessment (MNA), riwayat penyakit, penelitian. Analisis bivariat yang digunakan yaitu
kualitas hidup. Seluruh data penelitian di Desa korelasi spearman dan mann whitney.
Jambu adalah data primer yaitu data karakteris-
tik subjek, MNA, riwayat penyakit, dan kualitas HASIL
hidup. Pengumpulan data karakteristik subjek dan Lansia di Desa Ciherang dan Desa Jam-
riwayat penyakit dilakukan dengan wawancara bu sebagian besar berada pada rentang usia 60-
langsung menggunakan kuesioner. Data status gizi 74 tahun, masing-masing sebanyak 87,84% dan
diperoleh dengan menggunakan kuesioner MNA 93,24%. Persentase lansia perempuan lebih be-
yang terdiri dari 18 pertanyaan, serta dilakukan sar dibandingkan lansia laki-laki yaitu 79,73% di
pengukuran lingkar lengan atas (LILA), lingkar Desa Ciherang dan 70,0% di Desa Jambu. Seba-
betis (LB), tinggi badan dan berat badan. Kualitas nyak 59,46% lansia di Desa Ciherang adalah lansia
hidup diperoleh dengan wawancara menggunakan dengan status cerai mati, sedangkan di Desa Jam-
kuesioner WHOQOL BREF yang telah dimodifi- bu 85,14% lansia dengan status menikah. Seba-
kasi dan divalidasi dengan nilai Alpha Cronbach nyak 47,30% lansia di Desa Ciherang adalah lansia
0,896. Kuesioner ini terdiri dari lima domain, skor dengan status pendidikan tamat SD, sedangkan di
tiap domain (raw score) ditransformasikan dalam Desa Jambu 37,84% lansia tidak tamat SD. Lansia
skala 0-100 dengan menggunakan rumus baku di Desa Ciherang dan Desa Jambu sebagian besar
yang telah ditetapkan oleh WHO yaitu : Trans- tidak bekerja, masing-masing sebanyak 79,73%
formed Score = (Score-4) x (100/16).7 dan 51,35%. Lansia di Desa Ciherang lebih ba-
Pengkategorian karakeristik subjek yaitu nyak tinggal bersama anak (54,05%), sedangkan
usia 45-59 tahun, 60-74 tahun, 75-90 tahun dan di Desa Jambu lansia lebih banyak tinggal bersa-
>90 tahun. Data pendidikan terakhir dikategori- ma suami/istri dan anak (43,24%). Mayoritas lan-
kan dalam lima kelompok, yaitu tidak sekolah, sia di Ciherang berasal dari suku Sunda (85,14%),
tidak tamat SD, SD/sederajat, SMP/sederajat, dan sedangkan mayoritas lansia di Jambu berasal dari
SMA/sederajat. Status perkawinan dikategorikan suku Rejang (97,30%). Sebagian besar lansia di
menjadi tidak menikah, menikah, cerai hidup dan Desa Ciherang dan Desa Jambu termasuk keda-
cerai mati. Pekerjaan dikategorikan menjadi tidak lam kategori tidak miskin, masing-masing seba-
bekerja dan bekerja. Status tinggal dikategorikan nyak 63,51% dan 51,35% (Tabel 1). Tidak terdapat
menjadi empat yaitu sendiri, suami/istri, anak ser- perbedaan pada usia, jenis kelamin, pendidikan,
ta suami/istri dan anak. Pendapatan dikategorikan status tinggal, dan pendapatan per kapita (p>0,05),
menjadi miskin dan tidak miskin.17 tetapi terdapat perbedaan signifikan pada status
Status gizi dikategorikan menjadi malnutrisi perkawinan dan pekerjaan antara lansia di Desa
jika skor <17, berisiko malnutrisi jika skor 17-23,5 Ciherang dan Desa Jambu (p<0,05).
dan gizi baik jika skor 24-30.18 Status kesehatan Tabel 2 menunjukkan sebanyak 68,9% sub-
dilihat berdasarkan riwayat penyakit dan penya- jek di Desa Ciherang tidak mengalami penurunan
kit satu bulan terakhir. Kategori riwayat penyakit asupan makan, sedangkan 52,7% subjek di Desa
yaitu ada riwayat penyakit dan tidak ada riwayat Jambu mengalami penurunan asupan sedang. Sub-
penyakit, sedangkan penyakit satu bulan terakhir jek di Desa Ciherang sebagian besar tidak kehila-

372
JURNAL MKMI, Vol. 13 No. 4, Desember 2017

Tabel 2. Sebaran Subjek Berdasarkan Pertanyaan MNA


Ciherang Jambu
No. Variabel Jawaban
n % n %
1 Penurunan asupan makan selama 3 Parah 2 2,7 0 0
bulan terakhir Sedang 21 28,4 39 52,7
2 Penurunan berat badan selama 3 Lebih dari 3 kg 1 1,4 1 1,4
bulan terakhir Antara 1-3 kg 22 29,7 8 10,8
Tidak tahu 10 13,5 34 45,9
3 Mobilisasi Normal 74 100 74 100
4 Stress/penyakit akut 3 bulan terakhir Tidak 68 91,9 64 86,5
5 Masalah neuropsikologis Tidak mengalami 70 94,6 71 95,9
6 Indeks massa tubuh (IMT) <19 13 17,5 10 13,5
19-21 7 9,5 15 20,3
21-23 17 23,0 13 17,6
>23 37 50,0 36 48,6
7 Hidup mandiri (Tidak di Panti/RS) Ya 74 100 74 100
8 Minum obat > 3 jenis/hari Tidak 66 89,2 71 95,9
9 Luka pada kulit Tidak 70 94,6 68 91,1
10 Frekuensi makan setiap hari 2 kali 42 56,8 11 14,9
3 kali 32 43,2 63 85,1
11 Konsumsi makanan sumber protein Tidak ada/hanya 1 29 39,2 21 28,4
Jika 2 jawaban 32 43,2 51 68,9
Jika semua jawaban ya 13 17,6 2 2,7
12 Konsumsi ≥2 porsi buah/sayur setiap Ya 45 62,2 6 8,1
hari
13 Konsumsi cairan per hari ≤ 5 gelas 39 52,8 40 54,0
>5 gelas 35 47,2 34 46,0
14 Cara makan Makan sendiri 71 95,9 74 100
15 Persepsi mengenai status gizi Ada masalah 16 21,6 3 4,1
Ragu/tidak tahu 7 9,5 8 10,8
Tidak ada masalah 51 68,9 63 85,1
16 Persepsi mengenai status kesehatan Tidak lebih baik 11 14,9 10 13,5
Tidak tahu 6 8,1 25 33,8
Sama baiknya 36 48,6 38 51,4
Lebih baik 21 28,4 1 1,4
17 Lingkar lengan atas (LILA) <21 cm 2 2,7 3 4,1
21-22 cm 6 8,1 6 8,1
>22 cm 66 89,2 65 87,8
18 Lingkar betis (LB) <31 cm 43 58,1 22 29,7
>31 cm 31 41,9 52 70,3
Rata-rata±SD 25,62±2,85 24,80±3,23
Sumber : Data Primer 2017

ngan berat badan (55,4%), sedangkan di Desa buh (IMT) >23 kg/m2 di Desa Ciherang sebanyak
Jambu sebagian besar subjek tidak tahu mengala- 50% sedangkan di Desa Jambu 48,6%. Frekuen-
mi penurunan berat badan (45,9%). Seluruh subjek si makan subjek di Desa Ciherang 2 kali sehari
(100%) dapat melakukan mobilitas dengan normal (56,8%) sedangkan di Desa Jambu 3 kali sehari
dan hidup sendiri (tidak di panti/RS). Lebih dari (85,1%). Sebagian besar subjek di dua desa me-
separuh subjek di kedua desa tidak mengalami ngonsumsi 2 jenis asupan protein setiap hari de-
stres maupun masalah neuropsikologis seperti de- ngan persentase 43,2% dan 68,9%. Subjek di Desa
mentia. Subjek yang memiliki Indeks Massa Tu- Ciherang lebih sering mengonsumsi sayur atau

373
Nursilmi : Hubungan Status Gizi dan Kesehatan dengan Kualitas Hidup Lansia

Tabel 3. Sebaran Subjek Berdasarkan Status Gizi (MNA) dan Status Kesehatan
Ciherang Jambu
Variabel p
n % n %
Status gizi
Malnutrisi 0 0 0 0 0,002
Risiko Malutrisi 10 13,51 26 35,14
Gizi Baik 64 86,49 48 64,86
Tidak ada riwayat renyakit 28 37,84 17 22,97 0,074
Ada riwayat penyakit 48 62,16 57 77,03
Hipertensi 24 32.43 38 51.35
Jantung 1 1,35 1 1,35
Ginjal 1 1,35 3 4,05
Diabetes melitus 0 0 1 1,35
Gangguan tiroid 1 1,35 0 0
lainnya 21 28,38 14 18,92
Penyakit 1 bulan terakhir 0,084
Tidak sakit 31 41,89 20 27,03
Sakit 43 58,11 54 72,97
Hipertensi 9 12,16 14 18,91
Rematik 5 6,76 14 18,91
Asam urat 3 4,05 4 5,40
Demam 5 6,76 3 4,05
Batuk 4 5,40 3 4,05
Sakit kepala 7 9,46 5 6,76
Lainnya 10 13,51 11 14,86
Sumber : Data Primer, 2017

buah 2 porsi perhari dibandingkan subjek di Desa fisik, psikologis, lingkungan, hubungan sosial
Jambu. Sebagian besar konsumsi cairan subjek di dan gizi sebagian besar lansia di Desa Ciherang
Desa Ciherang dan Desa Jambu ≤5 gelas per hari masuk dalam kategori kualitas hidup baik dengan
dengan persentase 52,8% dan 54%. Lebih dari persentase berturut-turut yaitu 66,21%, 62,16%,
separuh subjek di dua desa merasa tidak ada ma- 58,11%, 51,35% dan 95,95%. Berbeda hal-nya
salah mengenai status gizi dan memiliki persepsi dengan di Desa Jambu, sebagian besar lansia
kesehatan yang sama baiknya dengan orang lain. memiliki kualitas hidup yang kurang pada domain
Tabel 3 menunjukkan sebagian besar lan- kesehatan fisik, lingkungan dan hubungan sosial
sia di Desa Ciherang dan di Desa Jambu memili- dengan persentase 59,46%, 60,81%, dan 67,57%,
ki status gizi yang baik yaitu sebesar 86,49% dan sedangkan sebagian besar lansia pada domain psi-
64,86%. Lansia dengan risiko malnutrisi di Desa kologis dan gizi memiliki kualitas hidup yang baik
Jambu lebih banyak dibandingkan Desa Ciherang dengan persentase 55,40% dan 91,89%. Rata-rata
yaitu 35,14%. Terdapat perbedaan signifikan sta- kualitas hidup semua domain pada subjek di Desa
tus gizi lansia di Desa Ciherang dan Desa Jambu Ciherang lebih tinggi dibandingkan subjek di
(p<0,05). Sebagian besar lansia di Desa Ciherang Desa Jambu. Terdapat perbedaan signifikan pada
dan Desa Jambu memiliki riwayat penyakit yaitu domain kesehatan fisik, lingkungan dan hubungan
masing-masing sebesar 62,16% dan 77,03%, serta sosial (p<0,05), tetapi tidak terdapat perbedaan
menderita sakit dalam satu bulan terakhir dengan signifikan pada domain psikologis dan gizi antara
persentase 58,11% dan 72,97%. Tidak terdapat lansia di Desa Ciherang dan Desa Jambu (p>0,05).
perbedaan signifikan pada riwayat penyakit dan Terdapat hubungan positif dan signifikan
penyakit satu bulan terakhir antara lansia di Desa pada status gizi dengan kualitas hidup domain
Ciherang dan Desa Jambu (p>0,05). kesehatan fisik (p=0,017 r=0,196) dan lingku-
Tabel 4 menunjukkan domain kesehatan ngan (p=0,035 r=0,174), artinya semakin baik

374
JURNAL MKMI, Vol. 13 No. 4, Desember 2017

Tabel 4. Sebaran Subjek Berdasarkan Domain Kualitas Hidup


Ciherang Jambu
Kualitas Hidup Kurang Baik Rata- Kurang Baik Rata- p
n % n % rata±SD n % n % rata±SD
Kesehatan fisik 25 33,79 49 66,21 66±15 44 59,46 30 40,54 54±9 0,002
Psikologis 28 37,78 46 62,16 59±12 33 44,60 41 55,40 57±14 0,405
Lingkungan 31 41,89 43 58,11 59±14 45 60,81 29 39,19 51±8 0,022
Hubungan sosial 36 48,69 38 51,35 63±18 50 67,57 24 32,43 58±11 0,020
Gizi 3 4,05 71 95,95 78±12 6 8,11 68 91,89 71±11 0,304

Tabel 5. Hubungan antar Variabel


Domain Kualitas Status gizi Riwayat penyakit Penyakit satu bulan terakhir
Hidup p r p r p r
Kesehatan fisik 0,017* 0,196 0,075 0,147 0,046* 0,165
Psikologi 0,107 0,133 0,358 0,076 0,994 0,001
Lingkungan 0,035* 0,174 0,144 0,121 0,287 0,091
Hubungan sosial 0,115 0,130 0,009* 0,213 0,007* 0,220
Gizi 0,519 0,053 0,348 0,078 0,942 0,006
*Berhubungan signifikan pada p<0,05

status gizi lansia maka semakin baik pula kualitas pada umumnya lebih sadar mengenai kehidupan,
hidupnya. Terdapat hubungan signifikan riwayat hubungan sosial dan lingkungan sekitarnya.20 Pen-
penyakit dengan kualitas hidup domain hubungan didikan mempengaruhi jenis pekerjaan, pekerjaan
sosial (p=0,009 r=0,213) dan terdapat hubungan dengan tingkat penghasilan yang berbeda dapat
signifikan penyakit satu bulan terakhir dengan mempengaruhi kualitas hidup lansia.19 Perbedaan
kualitas hidup domain kesehatan fisik (p=0,046 suku pada penelitian ini menyebabkan adanya per-
r=0,165) dan hubungan sosial (p=0,007 r=0,220). bedaan pada kebiasaan makan, kebiasaan makan
Hubungan tersebut berbanding lurus, artinya se- akan mempengaruhi status gizi.21
makin baik kesehatan lansia maka semakin baik Status gizi adalah ekspresi dari keadaan ke-
pula kualitas hidupnya (Tabel 5). seimbangan gizi dalam bentuk variabel tertentu.22
Hasil MNA menunjukkan sebagian lansia me-
PEMBAHASAN ngalami penurunan asupan makan dan kurang me-
Proporsi lansia dan lansia yang berstatus ce- ngonsumsi cairan. Penurunan asupan makan pada
rai mati pada penelitian ini lebih banyak dialami lansia disebabkan oleh masalah fisiologis seperti
oleh lansia perempuan. Penelitian ini sesuai de- terjadi gangguan pencernaan penurunan sensitifi-
ngan data BPS 2015 dan menunjukkan bahwa usia tas indera perasa dan penciuman, malabsorpsi zat
harapan hidup perempuan lebih tinggi dibanding- gizi serta beberapa kemunduran fisik lainnya dapat
kan laki-laki sehingga persentase lansia perempuan menyebabkan rendahnya asupan zat gizi.23 Lansia
yang berstatus cerai mati lebih banyak dibanding- dengan risiko malnutrisi di Desa Jambu lebih ba-
kan lansia laki-laki.2,1 Tingkat pendidikan lansia nyak dibandingkan Desa Ciherang, jika lansia
di Desa Ciherang dan Desa Jambu relatif masih tersebut tidak diberikan penanganan yang baik
rendah. Rendahnya tingkat pendidikan lansia maka akan menyebabkan terjadinya malnutrisi.
dapat mempengaruhi aksesibilitas ke fasilitas ke- Malnutrisi merupakan keadaan defisiensi, kelebi-
sehatan.1 Pendidikan merupakan salah satu faktor han atau ketidakseimbangan protein, energi dan
yang mempengaruhi kualitas hidup lansia, de- zat gizi lain yang dapat mengganggu fungsi tubuh.
ngan tingginya jenjang pendidikan maka pengeta- Malnutrisi pada lansia dapat berupa obesitas, mal-
huan seseorang akan sadar gizi berpengaruh ter- nutrisi energi protein dan defisiensi vitamin dan
hadap kualitas hidup.19 Orang yang berpendidikan mineral.24 Keadaan gizi seseorang mempengaruhi

375
Nursilmi : Hubungan Status Gizi dan Kesehatan dengan Kualitas Hidup Lansia

penampilan, pertumbuhan dan perkembangannya, Jambu. Hal ini dikarenakan lansia yang sakit di
kondisi kesehatan serta ketahanan tubuh terhadap Desa Ciherang lebih sedikit dibandingkan dengan
penyakit. Obesitas berkaitan dengan penyakit dia- lansia di Desa Jambu, selain itu penyakit hiperten-
betes, penyakit jantung, tekanan dan darah tinggi.25 si di Desa Jambu lebih banyak dibandingkan Desa
Status kesehatan lansia dipengaruhi oleh Ciherang. Hipertensi merupakan penyakit kronis
ada tidaknya penyakit dalam tubuh lansia. Lansia yang menimbulkan implikasi organ dan memberi-
yang tidak memiliki keluhan penyakit akan mam- kan pengaruh pada kehidupan sosial ekonomi dan
pu melakukan aktivitas dan kegiatan.3 Riwayat kualitas hidup domain kesehatan fisik. Penyakit
penyakit subjek antara lain hipertensi, ginjal, jan- kronis yang diikuti dengan konsumsi obat-obatan
tung, diabetes, gangguan tiroid dan lainnya (asma, (obat hipertensi) mempengaruhi kualitas hidup.
asam urat dan rematik). Penyakit tersebut masuk Menurut Soni et al., kualitas hidup lansia yang
dalam kategori penyakit tidak menular yang sering menderita hipertensi lebih rendah dibandingkan
terjadi pada lansia karena fungsi fisiologis yang lansia yang memiliki tensi normal, karena mem-
mengalami penurunan akibat proses degenera- berikan pengaruh buruk terhadap vitalitas, fungsi
tif. Masalah degeneratif dapat menurunkan daya sosial, kesehatan mental dan psikologis.29
tahan tubuh sehingga rentan terkena infeksi pe- Lebih dari separuh lansia di Desa Jambu
nyakit menular. Penyakit satu bulan terakhir pada memiliki kualitas hidup yang kurang pada domain
subjek yaitu hipertensi, rematik, asam urat, sakit lingkungan dan hubungan sosial. Kualitas hi-
kepala, magh, batuk, demam dan lainnya (asma, dup yang kurang ditandai dengan kurang aktifnya
pegal-pegal). Beberapa lansia memiliki penyakit lansia dalam kegiatan sosial, berkumpul dengan
lebih dari satu, karena lansia mengalami masalah teman-teman dan kurangnya dukungan dari ke-
kesehatan karena penurunan fungsi fisik dan men- luarga, selain itu beberapa lansia merasa lingku-
tal. Masalah kesehatan ini dapat menyebabkan ngan tempat tinggalnya kurang sehat, penghasilan
menurunnya kualitas hidup lansia.26 Tidak ada kurang mencukupi dan informasi yang didapat
perbedaan status kesehatan antara lansia di Desa kurang. Lansia di Desa Ciherang lebih sering me-
Ciherang dan Desa Jambu, hal ini dikarenakan manfaatkan pelayanan kesehatan dan transportasi,
persentase status kesehatan lansia di kedua Desa serta rutin melakukan pengajian sehingga lan-
tersebut tidak jauh berbeda. sia dapat berkumpul dan berkomunikasi dengan
Kualitas hidup adalah kondisi fungsional sesama lansia. Hal ini yang menyebabkan rata-
lansia yang meliputi kesehatan fisik, kesehatan rata kualitas hidup pada domain lingkungan dan
psikologis, dukungan sosial, dan kondisi lingku- hubungan sosial lebih tinggi dibandingakan lansia
ngan.7 Kualitas hidup merupakan konsep dari be- di Desa Jambu.
berapa dimensi yang mencakup kesehatan fisik, Rata-rata kualitas hidup domain psikologis
mental, psikologis dan kesejahteraan, terkadang pada lansia di dua desa tidak berbeda, lebih dari
juga dapat dikatakan sebagai kepuasan hidup.8 separuh lansia di dua desa memiliki kualitas hi-
Kualitas hidup yang baik dimiliki seseorang de- dup yang baik pada domain psikologis, tetapi ter-
ngan kebiasaan mengatur pola makan, gaya hidup dapat beberapa lansia yang merasa kesepian, tidak
yang baik, rutin memeriksakan kesehatan dan rajin berarti dan kepuasaan diri yang kurang. Hal ini
mengikuti program penyuluhan, sedangkan kua- disebabkan karena terjadinya perubahan psikolo-
litas hidup kurang dimiliki seseorang dengan ke- gis pada lansia seperti perasaan rendah diri apabi-
biasaan yang dapat meningkatkan risiko paparan la dibandingkan dengan orang yang lebih muda,
penyakit.27 Dalam segi kesehatan, kualitas hidup berkurangnya penampilan, perubahan cara hidup
dapat disamakan dengan keadaan kesehatan, fung- dan sadar akan kematian.30 Hampir seluruh lansia
si fisik tubuh, perceived health status, kesehatan di kedua desa memiliki kualitas hidup yang baik
subjektif, persepsi mengenai kesehatan, kognisi pada domain gizi, karena lansia di Desa Ciherang
individu, ketidakmampuan fungsional, gangguan dan Desa Jambu merasa cukup kenyang dalam
psikiatri dan kesejahteraan.28 mengonsumsi makanan setiap hari, memiliki ba-
Rata-rata kualitas hidup domain fisik di Desa nyak pilihan makanan, masih mampu mengunyah
Ciherang lebih tinggi dibandingkan dengan Desa makanan dan menyiapkan makanan sendiri.

376
JURNAL MKMI, Vol. 13 No. 4, Desember 2017

Kualitas hidup lansia akan semakin buruk hubungan sosial, sedangkan menurut Miranda et
dengan bertambahnya usia.31 Pertambahan usia al., kualitas hidup lansia yang menderita penyakit
dapat menyebabkan perubahan dalam cara hidup, kronis dipengaruhi oleh domain kesehatan fisik
perubahan dalam hal ekonomi, penyakit kronis, dan psikologis.38,28
kekuatan fisik, perubahan mental, dan psikoso-
sial.19 Kualitas hidup yang baik dapat dilihat dari KESIMPULAN DAN SARAN
status gizi subjek dengan kategori gizi baik. Pe- Terdapat perbedaan signifikan pada karak-
menuhan kebutuhan gizi yang baik dapat mem- teristik subjek dalam hal status perkawinan, pendi-
bantu proses beradaptasi dengan perubahan yang dikan, pekerjaan, dan status tinggal antara lansia di
dialami dan dapat menjaga kelangsungan pergan- Desa Ciherang dan Desa Jambu. Terdapat perbe-
tian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang daan signifikan pada status gizi lansia sedangkan
usia.32 tidak terdapat perbedaan pada status kesehatan
Terdapat hubungan positif status gizi de- lansia di Desa Ciherang dan Desa Jambu. Terdapat
ngan kualitas hidup domain kesehatan fisik dan perbedaan signifikan pada kualitas hidup domain
lingkungan. Status gizi kurang ataupun lebih dapat kesehatan fisik, lingkungan dan hubungan sosial.
mengakibatkan keterbatasan dalam aktivitas lan- Terdapat hubungan status gizi dengan kualitas hi-
sia sehingga mempengaruhi kualitas hidup lansia dup domain kesehatan fisik dan lingkungan se-
domain kesehatan fisik. Penyebab tidak langsung dangkan status kesehatan berhubungan dengan
masalah gizi adalah faktor lingkungan, pendapa- kualitas hidup domain kesehatan fisik dan hubu-
tan, dan ketersediaan informasi sehingga status ngan sosial. Lansia diharapkan lebih banyak ber-
gizi pada lansia berhubungan dengan kualitas hi- partisipasi aktif dan memantau kesehatan agar
dup domain lingkungan. Sejalan dengan penelitian terhindar dari risiko kurang gizi dan berbagai pe-
Luger et al., yang menunjukkan adanya hubungan nyakit.
status gizi dengan kualitas hidup domain keseha-
tan fisik dan lingkungan.33 Berbeda dengan pene- DAFTAR PUSTAKA
litian Artacho et al., yang menunjukkan terdapat 1. Kemenkes RI. Gambaran Kesehatan Lanjut
hubungan status gizi dengan domain kesehatan Usia di Indonesia. Buletin Jendela Data dan
fisik, lingkungan, psikologis dan hubungan sosial Informasi Kesehatan. Jakarta: Kementerian
sedangkan menurut Perry L dan Mclaren S terdapat Kesehatan RI; 2013.
hubungan antara status gizi dan kualitas hidup do- 2. BPS. Statistik Penduduk Lanjut Usia 2014. Ja-
main psikologis, lingkungan dan makanan.34,35 karta: Badan Pusat Statistik; 2015.
Terdapat hubungan positif riwayat penya- 3. Fatmah. Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga;
kit dengan domain hubungan sosial dan terdapat 2010.
hubungan positif penyakit satu bulan terakhir 4. Yuliati A, Baroya N, Ririanty M. Perbedaan
dengan domain kesehatan fisik dan hubungan so- Kualitas Hidup Lansia yang Tinggal di Komu-
sial. Penyakit pada lansia mempengaruhi kualitas nitas dengan di Pelayanan Sosial Lanjut Usia.
hidup dimensi kesehatan fisik karena membatasi Jurnal Pustaka kesehatan. 2014;2(1):87–94.
lansia dalam melakukan aktivitas.36 Aktivitas yang 5. WHO. The World Health Organization Quali-
terbatas menyebabkan lansia jarang berada di luar ty of Life (WHOQOL)-BREF. Geneva: World
rumah untuk mengikuti kegiatan dan berinterak- Health Organization; 2004.
si, selain itu lansia yang memiliki penyakit akan 6. Brown J, Bowling A, Flyn T. Models of
sulit berkonsentrasi, mudah marah, merasa tidak Quality of Life: A Taxonomy, Overview
nyaman, sehingga berdampak pada hubungan so- and Sistematic Review of the Literatur. Euro-
sial. Sejalan dengan penelitian Kumar et al. yang pean Forum on Population Ageing Research.
menunjukkan hubungan penyakit dengan domain 2004; 6-8.
kesehatan fisik dan hubungan sosial.37 Berbeda 7. WHO.WHOQOL Measuring Quality of Life.
dengan penelitian Gureje et al., terdapat hubu- Division of Mental Health and Prevention of
ngan status kesehatan dengan kualitas hidup do- Substance Abuse. Geneva: World Health Or-
main kesehatan fisik, lingkungan, psikologis dan ganization; 1997.

377
Nursilmi : Hubungan Status Gizi dan Kesehatan dengan Kualitas Hidup Lansia

8. Boggatz T. Quality of Life in Old Age-a Con- 20. Abdullah S, Nathan R. Health Status and
cept Analysis. Inteernational Journal of Older Quality of Life Among Older Adults in Rural
People Nursing. 2014; 55-69. Tanzaania. Global Health Action Suplement.
9. Abbasimoghadam MA, Dabiran S, Safdari R, 2010;3(2):145-152.
Djafarian K. Quality of Life and Its Relation 21. Almerico GM. Food and Identity: Food Stud-
to Socio Demographic Factors Among Elderly ies, Cultural, and Personal Identity. Journal of
People Living in Tehran. Geriatri Gerontol Int. International Business and Cultural Studies.
2009; 9(3):270–275. 2014;8(1):1-7.
10. Salim OC, Sudharma NI, Kusumaratna RK, 22. Hardinsyah dan Supariasa IDN. Ilmu Gizi Te-
Hidayat A. Validitas dan Reabilitas World ori dan Aplikasi. Jakarta: EGC; 2016.
Health Organization Quality of Life-BREF 23. Irianto K. Gizi Seimbang dalam Kesehatan
untuk Mengukur Kualitas Hidup Lanjut Usia. Reproduksi. Bandung: Alfabeta; 2014.
Universa Medicina. 2007; 26(1):27-38. 24. Pai MK. Comparative Study of Nutrition-
11. Bair EC. The Impact of Nutritional Status on al Status of Elderly Population Living in the
the Health and Quality of Life of Older Adults. Home for Aged vs Those Living in The Com-
Journal of Gerontology. 2011; 56A(2):54–64. munity. Biomedical Research. 2011;22(1):
12. Vailas LI, Nitzke SA, Becker M, Gast J. Risk 120-126.
Indicators for Malnutrition Are Associated In- 25. Johansson, L, Sidenvall, B, Malmberg, Chris-
versely with Quality of Life for Participants tensson L. Who Will Become Malnourished?
in Meal Programs for Older Adults. Journal A Prospective Study of Factors Associated
of the American Dietetic Association. 1998; with Malnutrition in Older Persons Living at
98(5):548-553. Home. Journal of Nutrition, Health & Aging.
13. Elsawy B dan Kim EH. Physical Activity 2009;13:855–861.
Guidelines for Older Adults. American Acad- 26. Bishak YK, Payaho L, Poughasem B, dan Ja-
emy of Family Physician. 2010;81(1):55-59. frabadi MA. Assesing the Quality of Life in
14. Meilianingsih L. Hubungan Pola Makan den- Elderly People and Related Factors in Tabriz,
gan Kejadian Anemia Pada Lansia di Keca- Iran. Journal of Caring Sciences. 2014; 3(4):
matan Cicendo Kota Bandung. Jurnal Keseha- 257-263.
tan Kartika Stikes A Yani. 2011;17-28. 27. Notoatmodjo S. Kesehatan Masyarakat Ilmu
15. Yuliantini E, Maigoda TC. Impact of Sports dan Seni. Jakarta: PT. Rineka Cipta; 2007.
and Nutrition Counseling to Blood Pressure 28. Miranda de Nobrega TC, Jaluul O, Machado
and Nutritional Status Based on Waist Circum- AN, Paschoal SMP, Jacob Filho W. Quality
ference in Hypertensive Patients at Bengkulu of Life and Multimorbidity of Elderly Outpa-
Municipality. Buletin Penelitian Sistem Kese- tients. Clinics. 2009;64(1):45-50.
hatan. 2011;14(3):290-300. 29. Soni RK, Porter AC, Lash JP, Unruh ML.
16. Aguero S, Canete S, D’Ardaillon P, Johns CP. Health-related quality of life in hyperten-
Association of Intake Macro and Micronutri- sion, chronic kidney disease, and coexistent
ents with Life Quality of Life in Elderly. Nu- chronic health conditions. ACKD. 2010;
tricion Hospitalaria. 2015; 31(6):2578-2582. 17(4):e17-e26.
17. BPS. Survei Demografi dan Kesehatan Indo- 30. Istiany A dan Rusilanti. Gizi Terapan. Ban-
nesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik; 2014. dung: Rosdakarya; 2012.
18. Vellas B, Villars H, Abellan G, Soto ME. 31. Datta D, Datta PP, dan Majumdar KK. Associ-
Overview of the MNA®-Its History and Chal- ation of Quality of Life of Urban Elderly with
lenges/Discussion. The journal of nutrition, Socio-Demographic factors. International
health & aging. 2006;10(6):456-465. Journal of Medicine and Public Health. 2015;
19. Aghamolaei T, Tavafian SS, Zare S. Deter- 5(4):274-278.
minants of Health Related Quality of Life on 32. Widiyanto. Strategi Peningkatan Kualitas
People Living in Bandar Abbas, Iran. Iranian Hidup Manusia di Indonesia. Jakarta: Erlang-
Journal Public Health. 2011;40(2):128-135. ga; 2007.

378
JURNAL MKMI, Vol. 13 No. 4, Desember 2017

33. Luger E, Haider S, Kapan A, Scindler K, Post-Stroke. Health & Social Care in the
Lackninger C, Dorner TE. Association be- Community. 2004;12:288–297.
tween nutritional status and quality of life in 36. Megari K. Quality of Life in Chronic Disease
(pre)frail community-dwelling older persons. Patients. Health Psychol. 2013; 1(e27):141-
The Journal of Frailty & Aging. 2016; 5(3): 148.
141-148. 37. Kumar G, Majumdar A dan Pavithra G. Qual-
34. Artacho R, Lujano C, Vico ABS, Sanchez V, ity of Life (QOL) and Its Associated Factors
Calvo G, Bouzas PR dan Lopez R. Nutrition- Using WHOQOL-BREF Among Elderly in
al Status in Chonically-Ill Elderly Patients, Its Urban Puducherry, India. Journal of Clinical
Related to Quality of Life?. The Hournal of and Diagnostic Research. 2014;8(1):54-57.
Nutrition, Health and Agieng. 2014; 18(2): 38. Gureje O, Kola L, Afolabi E dan Olley BO.
192-197. Determinants of Quality of Life of Elder-
35. Perry L dan Mclaren S. An Exploration ly Nigerians: Results from the Ibadan Study
of Nutrition and Eating Disabilities in of Agieng. African Journal of Medicine and
Relation to Quality of Life at 6 Months Medical Science. 2008; 37(3): 239-247.

379

Anda mungkin juga menyukai