Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Di dunia angka kematian ibu dan bayi yang tertinggi adalah di Asia
Tenggara. Laporan awal Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SKDI)
2007 menyebtkan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah 248 per 100.000
kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) 34 per 1000 kelahiran
hidup. Departemen Kesehatan (Depkes) 2009 menargetkan pada tahun
2009 AKI menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 26
per 1000 kelahiran hidup (Panggabean, 2010).
Ada 3 penyebab klasik kematian ibu yaitu, perdarahan, keracunan
kehamilan dan infeksi. Sebenarnya ada penyebab ke 4 yaitu abortus.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 15-50% kematian ibu
disebabkan oleh abortus. Komplikasi abortus perdarahan atau infeksi
dapat menyebabkan kematian. Itulah sebabnya mengapa kematian ibu
yang disebabkan abortus sering tidak muncul dalam laporan kematian,
tapi dilaporkan sebagai perdarahan atau sepsis (Panggabean, 2010).
Kita tahu bahwa istilah abortus dipakai untuk menunjukkan
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan.
Sampai saat ini janin yang terkecil, yang dilaporkan dapat hidup diluar
kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi,
karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat badan dibawah 500
gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan sebagai pengakhiran
kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20
minggu. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus
spontan. Abortus buatan ialah pengakhiran kehamilan sebelum 20
minggu akibat tindakan. Abortus terapeutik ialah abortus buatan yang
dilakukan atas indikasi medik. Frekuensi abortus sukar ditentukan karena
abortus buatan banyak tidak dilaporkan, kecuali apabila terjadi komplikasi,
juga karena sebagian abortus spontan hanya disertai gejala dan tanda
ringan, sehingga pertolongan medik tidak diperlukan dan kejadian ini
dianggap sebagai haid terlambat. Diperkirakan frekuensi abortus spontan
berkisar 10-15% (Fransisca, 2007).

1
Frekuensi abortus sukar ditentukan karena abortus buatan banyak
tidak dilaporkan, kecuali apabila terjadi komplikasi. Abortus spontan
kadang-kadang hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga
pertolongan medik tidak diperlukan dan kejadian ini dianggap sebagai
terlambat haid. Diperkirakan frekuensi abortus spontan berkisar 10-15%.
Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% bila diperhitungkan mereka
yang hamil sangat dini, terlambat haid beberapa hari, sehingga wanita itu
sendiri tidak mengetahui bahwa ia sudah hamil. Di Indonesia,
diperkirakan ada 5 juta kehamilan pertahun. Dengan demikian setiap
tahun 500.000-750.000 abortus spontan (Azhari, 2002).
Insidensi abortus sulit ditentukan karena kadang-kadang seorang
wanita dapat mengalami abortus tanpa mengetahui bahwa ia hamil, tidak
mempunyai gejala yang hebat sehingga hanya dianggap sebagai
menstruasi yang terlambat (siklus memanjang). Terlebih lagi insidensi
abortus kriminalis, sangat sulit ditentukan karena biasanya tidak
dilaporkan. Angka kejadian abortus dilaporkan oleh rumah sakit sebagai
rasio dari jumlah abortus terhadap jumlah kelahiran hidup. Di USA, angka
kejadian secara nasional berkisar antara 10-20%. (Krisnandi, 2004).

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui laporan pendahuluan abortus

2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan abortus

C. MANFAAT

Menambah wawasan tentang Abortus, serta dan dapat menambah dan


meningkatkan wawasan pengetahuan khususnya di bidang keperawatan
maternitas.

2
BAB II

PEMBAHASAN

LAPORAN PENDAHULUAN ABORTUS


A. PENGERTIAN
Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan dengan usia
gestasi kurang dari 20 minggu dan berat badan janin kurang dari 500
gram (Murray, 2002)
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh akibat-akibat
tertentu pada atau sebelum kehamilan oleh akibat-akibat tertentu pada
atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup di luar kandungan (Praworihardjo, 2006)
Abortus adalah ancaman atau hasil pengeluaran konsepsi pada
usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram, sebelum janin mampu hidup di luar kandungan (Nugroho, 2010)
Abortus kompletus adalah keguguran lengkap di mana semua
hasil konsepsi (desidua dan fetus) telah keluar tanpa membutuhkan
intervensi medis.

B. MACAM-MACAM ABORTUS
1. Abortus spontan adalah penghentian kehamilan sebelum janin
mencapai viabilitas (usia kehamilan 22 minggu). Tahapan abortus
spontan meliputi :
a. Abortus imminens (kehamilan dapat berlanjut).
b. Abortus insipiens (kehamilan tidak akan berlanjut dan akan
berkembang menjadi abortus inkomplit atau abortus komplit).
c. Abortus inkomplit (sebagian hasil konsepsi telah dikeluarkan).
d. Abortus komplit (seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan).
2. Abortus yang disengaja adalah suatu proses dihentikannya kehamilan
sebelum janin mencapai viabilitas.
3. Abortus tidak aman adalah suatu prosedur yang dilakukan oleh orang
yang tidak berpengalaman atau dalam lingkungan yang tidak
memenuhi standar medis minimal atau keduanya.

3
4. Abortus septik adalah abortus yang mengalami komplikasi berupa
infeksi-sepsis dapat berasal dari infeksi jika organisme penyebab naik
dari saluran kemih bawah setelah abortus spontan atau abortus tidak
aman. Sepsis cenderung akan terjadi jika terdapat sisa hasil konsepsi
atau terjadi penundaan dalam pengeluaran hasil konsepsi. Sepsis
merupakan komplikasi yang sering terjadi pada abortus tidak aman
dengan menggunakan peralatan.

Abortus pun dibagi bagi lagi menjadi beberapa bagian, antara lain
1. AbortusKomplet
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari rahim pada kehamilan
kurang dari 20 minggu.
2. AbortusInkomplet
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari rahim dan masih ada
yang tertinggal.
3. AbortusInsipiens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks
yang telah mendatar, sedangkan hasil konsepsi masih berada
lengkap di dalam rahim.
4. AbortusIminens
Abortus tingkat permulaan, terjadi perdarahan per vaginam,
sedangkan jalan lahir masih tertutup dan hasil konsepsi masih
baik di dalam rahim.
5. MissedAbortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus terlah meninggal
dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil
konsepsi seluruhnya masih dalam kandungan.
6. AbortusHabitualis
Abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut turut atau lebih.

C. PENYEBAB ABORTUS

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang paling


umum menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum umur
kehamilan 8 minggu. Beberapa faktor yang menyebabkan kelainan ini
antara lain : kelainan kromoson/genetik, lingkungan tempat

4
menempelnya hasil pembuahan yang tidak bagus atau kurang
sempurna dan pengaruh zat zat yang berbahaya bagi janin seperti
radiasi, obat obatan, tembakau, alkohol dan infeksi virus.
2. Kelainan pada plasenta. Kelainan ini bisa berupa gangguan
pembentukan pembuluh darah pada plasenta yang disebabkan oleh
karena penyakit darah tinggi yang menahun.
3. Faktor ibu seperti penyakit penyakit khronis yang diderita oleh sang
ibu seperti radang paru paru, tifus, anemia berat, keracunan dan
infeksi virus toxoplasma.
4. Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada
mulut rahim, kelainan bentuk rahim terutama rahim yang
lengkungannya ke belakang (secara umum rahim melengkung ke
depan), mioma uteri, dan kelainan bawaan pada rahim.
5. Trauma
Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri. Hubungan
seksual khususnya kalau terjadi orgasme, dapat menyebabkan
abortus pada wanita dengan riwayat keguguran yang berkali-kali.
6. Faktor-faktor hormonal
Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai
penyebab terjadinya abortus pada usia kehamilan 10 sampai 12
minggu, yaitu saat plasenta mengambil alih fungsi korpus luteum
dalam produksi hormon.
7. Penyebab dari segi Janin
a. Kematian janin akibat kelainan bawaan.
b. Mola hidatidosa.
c. Penyakitplasenta dan desidua,
misalnya inflamasi dan degenerasi.

D. MANIFESTASI KLINIK

Diduga abortus apabila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh


tentang perdarahan per vaginam setelah mengalami haid yang terlambat
juga sering terdapat rasa mulas dan keluhan nyeri pada perut bagian
bawah. (Mitayani, 2009)
Secara umum terdiri dari:

5
1. Terlambat haid atau amenhore kurang dari 20 minggu.
2. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau
kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut
nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
3. Perdarahan per vaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil
konsepsi.
4. Rasa mulas atau kram perut di daerah simfisis, sering disertai nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus.
Ciri-ciri abortus kompletus adalah :
perdarahan pervaginam, kontraksi uterus, ostium serviks sudah
menutup, ada keluar jaringan, tidak ada sisa dalam uterus.

E. PATOFISILOGI
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis
kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut
menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya,
sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini
menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada
kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan
seluruhnya karena villi korialis belum menembus desidua secara
mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi korialis
menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak
dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan.
Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah
ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta.
Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap.
Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai
bentuk. Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya
benda kecil tanpa bentuk yang jelas dan mungkin pula janin telah mati
lama. Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu yang
cepat maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah, isi uterus
dinamakan mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila
pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi
sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola

6
tuberose, dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi
hematoma antara amnion dan korion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi
proses mumifikasi diamana janin mengering dan karena cairan amnion
berkurang maka ia jadi gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih
lanjut ia menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus)
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak segera dikeluarkan
adalah terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek,
perut membesar karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna
kemerah – merahan dan dapat menyebabkan infeksi pada ibu apabila
perdarahan yang terjadi sudah berlangsung lama. (Prawirohardjo, 2006)

F. PATHWAY

7
G. PENANGANAN

1. Abortus Komplet Tidak memerlukan penanganan khusus, hanya


apabila menderita anemia ringan perlu diberikan tablet besi dan
dianjurkan supaya makan makanan yang mengandung banyak protein,
vitamin dan mineral.
2. Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak
3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
4. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg
perhari selama 2 minggu.
5. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
6. Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.

H. PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan Ginekologi

a. Inspeksi vulva : Perdarahan per vaginam, ada atau tidak jaringan


hasil konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari vulva.
b. Inspekulo : Perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka
atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium,
ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
c. Vaginal toucher : Porsio masih terbuka atau sudah tertutup,
teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus
sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio
digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum douglasi
tidak menonjol dan tidak nyeri.
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes kehamilan : pemeriksaan HCG, positif bila janin masih hidup,
bahkan 2-3 minggu setelah abortus.
b. Pemeriksaan doppler atau USG : untuk menentukan apakah
janin masih hidup.
c. Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma
uterus submukosa dan anomali kongenital.
d. BMR dan kadar urium darah diukur untuk mengetahui apakah
ada atau tidak gangguan glandula thyroidea.

8
e. Pemeriksaan kadar hemoglobin cenderung menurun akibat
perdarahan
.
I. KOMPLIKASI
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa
hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian
karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan
pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus
dalam posisi hiperretrofleksi. Dengan adanya dugaan atau kepastian
terjadinya perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk
menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan apakah ada
perlukan alat-alat lain.
3. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik)
dan karena infeksi berat.
4. Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri
yang merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna
yaitu staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric bacilli,
Mycoplasma, Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur,
Trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada
lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram negatif enteric bacilli,
Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Organisme-
organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi
paska abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus,
Streptococci anaerob, Staphylococcus aureus, Streptococcus
hemolitikus, dan Clostridium perfringens. Bakteri lain yang kadang
dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae, Pneumococcus dan
Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensial berbahaya oleh
karena dapat membentuk gas.

9
KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan
menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan
perawatan bagi klien.
Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
 Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ;
nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat
 Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya
perdarahan pervaginam berulang pervaginam berulang
 Riwayat kesehatan ,
 Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah
dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di
mana tindakan tersebut berlangsung.
 Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang
pernah dialami oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi ,
masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-
penyakit lainnya.
 Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram
dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit
turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
 Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus
menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya
dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta
keluahan yang menyertainya
 Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan
anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana
keadaan kesehatan anaknya.
 Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit,
eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan,
baik sebelum dan saat sakit.
2. Pemeriksaan fisik, meliputi :

10
 Inspeksi
Hal yang diinspeksi antara lain :
mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi
terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan
kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan
ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya
 Palpasi
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi
uterus.
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,
memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati
turgor.
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon
nyeri yang abnormal
 Perkusi
 Auskultasi
3. Pemeriksaan laboratorium :
Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi,
pap smear. Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien
tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi,
dan menggunakan KB jenis apa.
4. Data lain-lain :
Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama
dirawat di RS.

II. Diagnosa Keperawatan


Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut:
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler
dalam jumlah berlebih
2. Nyeri berhubungan dengan dilatasi serviks, trauma jaringan dan kontraksi
uterus
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian diri sendiri dan janin

11
III. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Kekurangan Tujuan: · Observasi TTV · Mengetahui
volume cairan Setelah dilakukan keadaan
berhubungan tindakan · Posisikan ibu umum klien
dengan keperawatan dengan tepat · Menjamin
kehilangan selama 3 x 24 jam (semi fowler) keadekuatan
vaskuler volume cairan darah yang
berlebih terpenuhi dengan Berikan tersedia untuk
kriteria hasil: sejumlah cairan otak,
· Pasien pengganti peninggian
mengungkapkan harian panggul
tidak lemah, dan menghindari
tidak merasa haus · Laporkan serta kompresi vena
lagi catat jumlah · Pendarahan
· Mukosa bibir dan sifat dapat berhenti
lembab kehilangan dengan
· Turgor kulit darah reduksi
normal aktivitas
· Mata tidak cekung

· Untuk
mengetahui
perkiraan
banyak nya
kehilangan
darah
2. Nyeri Tujuan: · Observasi · Untuk
berhubungan Setelah dilakukan TTV mengetahui
dengan dilatasi tindakan 3 x 24 keadaan
serviks, jam nyeri teratasi umum klien
trauma dengan kriteria Lakukan · Meningkatkan
jaringan dan hasil: pengkajian koping klien
kontraksi · Pasien tidak nyeri dalam

12
uterus mengeluh nyeri · mengatasi
lagi · nyeri
· Skala nyeri · Untuk
berkurang (<3) mengetahui
. Ajarkan metode lokasi nyeri,
distraksi skala, dan
intensitasnya
Kolaborasi
· Berikan · Untuk
analgetik mengurangi
nyeri

· Analgetik
berfungsi
untuk
mengurangi
nyeri
3. Resiko tinggi Tujuan: · Observasi TTV· Mengetahui
infeksi Setelah dilakukan keadaan
berhubungan tindakan 3 x 24 umum klien
dengan trauma jam pasien tidak · Terangkan
jaringan mengalami infeksi pada klien · Untuk
dengan kriteria pentingnya mencegah
hasil: vulva hygiene terjadinya
· Tidak merasa infeksi
nyeri pada daerah· Lakukan teknik berkelanjutan
vulva. vulva hygiene
· Tidak merasa · Inkubasi
gatal kuman pada
· TTV dalam batas area genital
normal · Tingkatkan yang relatif
teknik cuci cepat dapat
tangan yang menyebabkan
benar untuk infeksi

13
meningkatkan
personal · Membantu
hygiene klien mencegah
penularan
bakteri
4. Ansietas Tujuan : · Jelaskan · Pengetahuan
berhubungan Setelah dilakukan prosedur dan dapat
dengan tindakan 3 x 24 arti gejala membantu
ancaman jam pasien tidak menurunkan
kematian diri mengalami rasa takut dan
sendiri dan kecemasan meningkatkan
janin dengan ktriteria rasa kontrol
hasil: · Berikan terhadap
· Klien informasi dalam situasi
mendiskusikan bentuk verbal · Pengetahuan
ketakutan dan tertulis akan
mengenai diri serta beri membantu ibu
janin dan masa kesempatan untuk
depan kehamilan, klien untuk mengatasi apa
juga mengenai mengajukan yang sedang
ketakutan yang pertanyaan terjadi dengan
sehat dan tidak lebih efektif.
sehat Informasi
· Klien tampak sebaiknya
tenang tertulis, agar
· Klien tidak · Pantau respon nantinya
terlihat cemas lagi verbal dan non memungkinka
verbal ibu dan n ibu untuk
pasangan. mengulang
informasi
· Libatkan ibu akibat tingkat
dalam stress.
perencanaan
dan · Menandai
berpatisipasi tingkat

14
dalam kecemasan
perawatan yang sedang
sebanyak dialami ibu
mungkin atau
pasangan.
· Menjadi
mampu
melakukan
sesuatu untuk
membantu
mengontrol
situasi
sehingga
dapat
menurunkan
rasa takut

IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri
adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat
serta bukan atas petunjuk tenaga kesehatan yang lain. Sedangkan tindakan
kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil
keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain. (Mitayani,
2009)

V. EVALUASI KEPERAWATAN
Merupakan penilaian perkembangan ibu hasil implementasi keperawatan
yang berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai. (Mitayani,
2009)

15
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Ancaman atau hasil pengeluaran konsepsi pada usia kehamilan


kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,
sebelum janin mampu hidup di luar kandungan

Berakhirnya suatu kehamilan oleh akibat-akibat tertentu pada atau


sebelum kehamilan oleh akibat-akibat tertentu pada atau sebelum
kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum
mampu untuk hidup di luar kandungan

B. SARAN
Demikian yang dapat saya tuliskan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini. Tentunya masih banyak
kekurangannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya
rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah ini.
Penulis berharap para pembaca bersedia memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya
makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca pada umumnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC

Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius

Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran


EGC

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: PT. Salemba Medika

Nugroho, Taufan. 2010. Buku Ajar Obstetric. Yogyakarta: Nuha Medika

Praworihardjo, S. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka

17

Anda mungkin juga menyukai