Anda di halaman 1dari 19

EVALUASI DAMPAK

PENYULUHAN PERTANIAN DALAM


PENERAPAN PTT DI WKPP CISARUA,
KECAMATAN CISARUA

DISUSUN OLEH :
ASRIL TINAMBUNAN, SP
NIP. 198211092006041008

PEMERINTAH KABUPATEN
BOGOR
DINAS TANAMAN PANGAN HORTIKULTURA DAN
PERKEBUNAN
BPP WILAYAH CIAWI
1

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Undang – undang nomor 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan
Pertanian, Perikana dan Kehutanan juga mengamanatkan bahwa program
penyuluhan terdiri dari program penyuluhan Desa/Kelurahan, Program
Penyuluhan Kecamatan, Program Penyuluhan Kabupaten/ Kota, Program
Penyuluhan Propinsi, dan Program Penyuluhan Nasional. Program Penyuluhan
akan direspon secara baik manakala dimasukan aspirasi pelaku utama dan pelaku
usaha di pedesaan dengan demikian penyuluhnya dimulai ditingkat Desa/
Kelurahan.
Untuk mewujudkan peningkatan peningkatan para petani sekaligus
pelestarian swasembada pangan, petani sebagai pelaku utama dalam usahanya
dalam menerapkan teknologi dengan berlandaskan pada pelestarian lingkungan
menurut surat keputusan Sekretaris Badan Pengendali Bimas Nomor : 032/ SK II/
NIP/ 8/ 75 tanggal 30 Agustus 1975 tentang tugas dan fungsi penyuluhan dalam
menyebarluaskan inofasi penyuluhan pertanian, mengajar dan menyampaikan
pengetahuan serta teknologi baru, membantu terselenggaranya usaha kegiatan
pertanian. Untuk mempertahankan ketahanan pangan diperlukan terobosan
teknologi dalam meningkatkan produksi padi dan mempertahankan kualitas
sumber daya alam yang berkelanjutan.
Penerapan program intensifikasi dengan pemanfaatan teknologi
rekomendasi, program intensifikasi akan berhasil baik bila ada partisipasi aktif
dari petani / ketua kelompok tani, pusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan
Pemerintah Kabupaten Bogor.
Dasar alasan perlu dilaksanakan evaluasi dalam pelaksanaan Penyuluhan
Petanian di BPP Ciawi Kabupaten Bogor antara lain sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kinerja penyuluh dalam waktu satu tahun terakhir.
2. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program yang disusun selama satu
tahun
3. Hasil evaluasi untuk acuan menyusun programa tahunan berikutnya.

I.2. Masalah
Masalah yang dihadapi oleh penyuluh dalam pelaksanaan penyuluhan
pertanian antara lain :
a. Perencanaan Penyuluh
2

b. Pelaksanaan Penyuluhan
c. Kerjasama Penyuluh
d. Kemampuan Penyuluh
e. Administrasi Penyuluh

I.3. Tujuan Evaluasi


a. Pengumpulan data dalam perencanaan kegiatan penyuluhan
b. Untuk mengetahui pelaksanaan penyuluhan pertanian apakah sesuai dengan
perencanaan atau tidak
c. Untuk mengetahui adanya kerjasama antar penyuluh
d. Untuk mengetahui tingkat kemampuan penyuluh dalam melaksanakan
kegiatan penyuluhan pertanian
e. Untuk mengetahui kelengkapan administrasi penyuluh sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya.

I.4. Kegunaan Evaluasi


Fokus utama evaluasi menyangkut proses perencanaan, pelaksanaan
penyuluhan pertanian, untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan penyuluhan
pertanian yang telah direncanakan sampai sejauh mana hasil yang dicapai,
efektifitas pelaksanaan penyuluhan pertanian dalam menyampaikan pelajaran,
materi kepada sasaran.

II. TINJAUAN TEORITAS

Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai efektifitas suatu kegiatan dengan


menggunakan indikator – indikator tujuan yang telah dicapai. Evaluasi ini
dilakukan secara sistimatik dan objektif serta terdiri dari evaluasi sebelum
kegiatan dimulai, saat kegiatan berlangsung, serta sesudah kegiatan selesai.
( Darma wireja M.R. 2009, dalam Widodo M, 2009 ).
Evaluasi menurut Pusluh – Kementan, (1995 ) dalam Thomas S, dkk
(2005), adalah upaya penilaian atas suatu kegiatan oleh evaluasi, melalui
pengumpulan dan penganalisisan informasi secara sistematik mengenai
perencanaan, pelaksanaan, hasil dan dampak kegiatan untuk menilai relevansi,
3

efektifitas, efesiensi, penyampaian hasil kegiatan atau perencanaan dan


pengembangan selanjutnya dari suatu kegiatan.
Fungsi evaluasi menjadi feed back (umpan balik) dalam perumusan
program, perencanaan, dan kebijakan juga dapat menjadi informasi berharga
dalam rangka deteksi dini permasalahan yang ada. Selain itu evaluasi dapat
mempercepat proses pengambilan tindakan pemecahan yang terjadi di lapangan.
Jalannya program pembangunan pertanian yang dikembangkan agar diketahui
sehingga bermuara pada uapaya pencapaian sasaran secara efektif, efesien, dan
oftimal.
Evaluasi dilakukan dalam rangka pemantauan dan pengendalian meliputi
seluruh kegiatan aspek pembangunan. Pembangunan pertanian yang
diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha belum banyak tersentuh
kegiatan pemantauan sehingga informasi yang ada sering berbeda-beda dengan
kondisi di lapangan.

Evaluasi merupakan suatu proses untuk memperoleh informasi yang

relevan tentang sejauh mana tujuan programa penyuluhan pertanian dan kegiatan

atau metoda untuk mendukung tujuan tersebut dapat dicapai, serta menafsirkannya

untuk mengambil keputusan dan pertimbangan pada tahun berikutnya (Soedijanto

Padmo Wiharjo, 1999).

Selanjutnya dikatakan bahwa fungsi dan manfaat dilakukan evalasi adalah :

1. Seberapa jauh perubahan perilaku petani

2. Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi petani

3. Seberapa jauh efektifitas programa penyuluhan pertian dalam arti rancangan

nya (program), sarana, prosedur, pengorganisasian petani, serta pelaksanaan

penyuluhan pertanian.

4. Sampai seberapa jauh pemahaman masalah dan penyempurnaan kebijaksanaan

penyuluhan pertanian dapat tercapai.


4

Teori – teori yang dapat dilakukan dalam melaksanakan evaluasi terhadap


sesuatu kegiatan antara lain :
a. Teori evaluasi formatif
b. Teori evaluasi sumatif

Dalam hal kegiatan evaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian kami


mencoba menggunakan teori sumatif, penggunaan teknik pengumpulan data
dengan pengambilan contoh secara sengaja ( Porposive sampling technic ) dan
membuat intrumen/ kuisioner yang diajukan kepada respondent untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada matrik kuisioner evaluasi evaluasi kegiatan penyuluhan
pertanian yang terlampir.

III. RANCANGAN EVALUASI

a. Populasi dan Sampel


Jumlah populasi/ responden yang digunakan untuk mengevaluasi
penyuluhan pertanian diambil dari Desa Cisarua dan Desa Leuwimalang
Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. Dari masing – masing Desa diambil 1
(satu) kelompok tani, tiap kelompok tani diambil 5 orang responden yaitu 3 (tiga)
pengurus 2 (tiga) anggota kelompok tani sehingga jumlahnya 10 orang.

b. Rincian Data yang Dikumpulkan


Rincian data yang dikumpulakan meliputi :
Perencanaan penyuluh pertanian
Pelaksanaan penyuluhan pertanian
Kerjasama penyuluh
Kemampuan penyuluh
Administrasi penyuluh

c. Teknik Pengumpulan Data


5

Teknik pengumpulan data dalam mengevaluasi penyuluhan pertanian di


BPP Ciawi Kabupaten Bogor menggunakan teknik kuisioner atau teknik
pengambilan contoh dengan sengaja ( Porposive sampling technic ).
Setiap Penyuluh di wilayah kerja melakukan survey berdasarkan daftar
komponen pertanyaan-pertanyaan faktor penentu teknis, social, dan ekonomi
seperti pada lampiran.

a. Dari hasil survey tersebut kemudian dilakukan pengolahan data berupa


rekapan jumlah jawaban responden dan jumlah skor dari seluruh
responden untuk faktor penentu teknis, social, dan ekonomi komoditi
padi sawah
b. Untuk menetapkan persentase skor (% skor) dari faktor penentu teknis,
social, dan ekonomi dilakukan perhitungan masing-masing sebagai
berikut :
>. Skor tertinggi = Jumlah responden x angka skor tertinggi
>. Skor terendah = Jumlah responden x angka skor tersendah
>. % skor = (Jumlah skor hasil perhitungan : Skor tertinggi ) x 100 %
c. Menyusun evaluasi hasil identifikasi faktor penentu teknis komoditi
padi sawah berdasarkan hasil survey disetiap wilayah kerja, dan
selanjutnya dibuatkan laporan

d. Analisa Data
Dalam menganalisa data pelaksanaan evaluasi penyuluhan pertanian di BPP
Ciawi Kabupaten Bogor menggunakan analisis data IPA (Impartence
Performance Analysis ).
6

Rumus :

Y = Peningkatan produksi
X1 = Asfek teknis
X2 = Asfek sosial
X3 = Asfek ekonomi
f = fungsi/pengaruh
n = Variabel bebas
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Evaluasi Penyuluhan Pertanian


Hasil dan pembahasan dalam kegiatan evaluasi penyuluhan pertanian pada Kelompok
Tani di 2 (dua) Desa di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor diuraikan pada tabel di bawah
ini :
Tabel 1. Rekapitulasi Nilai Responden Hasil Evaluasi Penyuluhan Pertanian Dua Kelompok
Tani di Desa Cisarua dan Leuwimalang Kecamatan Cisarua

Nilai Per-Indikator
Nama I II III IV V Jlm
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Aep Nyai 3 3 2 2 2 4 2 2 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 2 3 67
Ahmad 4 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 2 2 3 71
Ajid 3 3 3 2 1 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 2 4 1 2 3 61
Amung 3 1 1 2 1 3 2 2 1 1 2 3 3 3 1 2 3 2 2 2 2 4 2 1 3 52
Apud 3 3 2 2 2 2 1 1 1 2 2 3 3 3 1 2 3 2 2 2 2 4 1 1 3 57
Syaripudin
2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 3 2 1 2 3 3 2 2 2 3 1 1 2 44
anang
3 3 2 2 2 3 2 1 1 1 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 4 1 2 3 61
Kuncoro
2 2 2 1 1 2 1 1 3 1 2 3 3 2 1 2 2 3 2 2 2 4 2 2 2 50
Maman
Usman 1 2 2 1 1 3 2 2 2 2 1 3 3 3 1 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 51

H.
Husnudin 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 3 3 1 2 3 2 2 2 2 3 1 1 2 41

Jumlah 609
7

Dari data di atas, dapatlah disimpulkan bahwa kegiatan penyuluhan pertanian


wilayah binaan Desa Cisarua dan Leuwimalang Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor.
Setelah dilakukan evaluasi mendapatkan nilai 609 dengan sebutan cukup. Hasil
survey/wawancara terhadap responden dalam penerapan sistem Pengelolaan Tanaman dan
Sumberdaya Terpadu (PTT) budidaya padi sawah di 5 kelompok tani dalam bidang teknis,
sosial, ekonomi, dan produktivitas menunjukan perolehan skor sebagaimana pada tabel
berikut :

Tabel 3. Hasil perolehan prosentase skor penerapan PTT Padi sawah


bidang Teknis di Kecamatan Cisarua Tahun 2016
Jumlah
No UNSUR % skor
skor
1 Pola Tanam (100) 1.400 56,00
2 Pengolahan Tanah (100) 2.210 88,40
3 Benih (150) 2.545 67,86
4 Pergiliran Varietas (75) 1.330 70,93
5 Jarak Tanam (75) 1.590 84,80
6 Pemupukan Berimbang (150) 3.145 83,87
7 Pemakaian ZPT/PPC (75) 1.875 100,00
8 Pengendalian Jasad Pengganggu (100) 2.215 88,60
9 Tataguna Air di Tingkat Usahatani (75) 1.690 90,13
10 Panen dan Pasca Panen (100) 2.213 88,52
Jumlah Total 20.213 80,85

Tabel 4. Hasil perolehan prosentase skor penerapan PTT padi sawah


bidang Sosial di Kecamatan Cisarua Tahun 2016
Jumlah %
No UNSUR
skor skor
1 Perencanaan (200) 2.810 56,20
2 Kerjasama (200) 3.285 65,70

3 Kegiatan belajar mengajar (200) 2.475 49,50

4 Pengembangan dan pemanfaatan fasilitas milik 3.635 72,70


kelompok (200)
5 Inisiatif dan kesepakatan kelompok (200) 3.705 74,10
Jumlah Total 15.910 63,64

Tabel 5. Hasil perolehan prosentase skor penerapan PTT padi sawah


bidang Ekonomi di Kecamatan Cisarua Tahun 2016
Jumlah %
No UNSUR
skor skor
8

1 Modal Usahatani (100) 2.025 81,00


2 Tenaga Kerja (100) 1.825 73,00
3 Sarana Produksi (150) 1.150 30,66
4 Penjualan Hasil (250) 3.500 56,00
5 Harga Jual (150) 2.900 77,34
6 Pelaksanaan Penjualan Hasil (100) 925 37,00
7 Limbah Hasil (150) 2.000 53,34
Jumlah Total 14.325 57,30
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi sawah dipengaruhi oleh
faktor genetik tanaman, lingkungan meliputi tanah dan iklim, serta teknik
budidaya sebagaimana tertuang dalam system Pengelolaan Tanaman dan
Sumberdaya Terpadu (PTT). Padi sawah akan memberikan respon yang berbeda
apabila kondisi factor-faktor tersebut berbeda pula. Menurut Sri Setyadi Harjadi
(1995) bahwa pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat terkait dengan
pengelolaan faktor yang mempengaruhinya.
Hasil pengumpulan data identifikasi faktor penentu teknis menunjukan
bahwa rata-rata prosentase (%) hasil skor dari berbagai unsur bidang teknis
sebanyak 80,85 %. dimana nilai skor terendah sebanyak 56,00 % didapat dari Pola
Tanam Pertahun dan Intensitas Pertanaman. Hal ini sebagai dampak dari
kurangnya kepedulian petani dalam mengelola lahan, serta kurangnya
ketersediaan air irigasi pada saat musim kemarau. Nilai skor tertinggi sebanyak
100,00 % didapat dari Pemakaian ZPT/PPC baik jenis, takaran/dosis, maupun
waktu. Karena semua responden tidak pernah menggunakan ZPT/PPC. Hal ini
sebagai dampak dari kesuburan tanah yang masih normal dan ketersediaan unsure
hara masih cukup akibat pengguinaan Pupuk Kandang.

4.2. Bidang Sosial


Perlu diketahui bahwa kelembagaan adalah alat seseorang untuk
mempunyai kepercayaan diri atau kelompok. Kelembagaan akan lebih mudah di
dalam menetapkan perencanaan, menyatukan kerjasama, mengadakan kegiatan
belajar mengajar, melakukan pengembangan dan memanfaatkan fasilitas
kelembagaannya, dan perioritas pembangunan dengan mengorganisir individu-
individu (petani) kedalam suatu lembaga lokal yang mewakili aspirasi dari semua
tingkatan dan membawa misi lembaganya kearah kemajuan yang dinamis.
Faktor penentu sosial merupakan upaya/kegiatan sederhana yang mudah
dilaksanakan oleh petani dan mempengaruhi dinamika kelompok tani tetapi dalam
penerapannya belum sesuai dengan anjuran. Dapat diartikan pula sebagai aktifitas
9

social yang mudah dilaksanakan oleh petani dalam kelompoknya, serta


memberikan pengaruh yang besar terhadap dinamika kelompok tani.
Kelompok tani sebagai suatu kelembagaan petani diharapkan mampu saling
memotivasi, mendidik dan memberi informasi antara sesama anggota kelompok
sehingga secara serempak dapat berperan aktif dalam meningkatkan pendapatan
usahatani dalam komoditi bunga Krisan.
Hasil pengumpulan data identifikasi faktor penentu sosial menunjukan
bahwa rata-rata prosentase (%) hasil skor dari berbagai unsur diperoleh sebanyak
63,64 %. Nilai skor tertinggi sebanyak 74,10 % diperoleh dari unsur Inisiatif dan
kesepakatan kelompok untuk melakukan kegiatan kelompok, jumlah anggota yang
biasa menyampaikan gagasan/saran guna kemajuan kelompok, dan kesepakatan
dan aturan yang harus ditaati anggota. Hal ini sebagai dampak adanya kerukunan
dan keakraban diantara petani, serta kerjasama petani di dalam kelompok terutama
dalam kegiatan sehari-hari.
Nilai skor terendah sebanyak 49,50 % diperoleh dari unsur kegiatan belajar
mengajar seperti tingkat kehadiran anggota kelompok pada pertemuan rutin atau
kunjungan Penyuluh Pertanian, kegiatan belajar mengajar diluar kunjungan
Penyuluh Pertanian, saling menyampaikan informasi dalam kelompok, dan
mencari informasi dan inovasi keluar kelompok. Hal ini sebagai dampak
banyaknya berbagai aktifitas dari individu-individu petani dalam mengelola
berbagai kegiatan budidaya padi sawah serta terbatasnya pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki.

4.3. Bidang Ekonomi


Faktor penyebab utama belum tercapainya tingkat kesejahteraan petani
yang layak antara lain adanya factor internal dan factor eksternal. Salah satu factor
internal yang umum di petani adalah karena petani masih berusahatani untuk
kepentingan keluarganya (subsisten) dan masih berorientasi produksi. serta
kelembagaan ekonomi petani belum sepenuhnya berfungsi sebagai unit penyedia
sarana produksi, unit usaha pengolahan, unit usaha pemasaran, dan unit usaha
keuangan mikro (simpan pinjam).
Sedangkan fartor eksternal yang umum berupa disparitas harga komoditas
hortikultura di tingkat konsumen dan produsen berfluktuatif sangat tajam, margin
keuntungan lebih banyak dinikmati oleh pedagang antara dibandingkan dengan
petani, karena posisi tawar petani sangat rendah.
10

Dengan adanya factor internal dan eksternal yang dihadapi oleh petani
menyebabkan petani memiliki kompetensi yang rendah, kemampuan mengadopsi
teknologi pertanian lambat, tingkat ketergantungan petani kepada Pemerintah
masih sangat tinggi. Hal ini mencerminkan jiwa kewirausahaan petani masih
rendah dan perlu ditumbuh kembangkan.
Faktor penentu ekonomi merupakan upaya/kegiatan sederhana yang mudah
dilaksanakan oleh petani dan mempengaruhi terhadap keuntungan dalam berusaha
tani tetapi dalam penerapannya belum sesuai dengan anjuran. Dapat diartikan pula
sebagai aktifitas yang mudah dilaksanakan oleh para petani, tetapi sangat
memberikan pengaruh besar terhadap keuntungan optimal.
Hasil pengumpulan data identifikasi faktor penentu ekonomi menunjukan
bahwa rata-rata prosentase (%) hasil skor dari berbagai unsur diperoleh sebanyak
57,30 %. Nilai skor tertinggi sebanyak 81,00 % diperoleh dari unsur Modal usaha
tani. Hal ini sebagai dampak adanya kesiapan petani dalam membiayai
usahataninya, serta melakukan pemupukan modal utama untuk kebutuhan
usahataninya.
Nilai skor terendah sebanyak 30,66 % diperoleh dari unsur sarana produksi
terutana dalam cara pengadaan/pembelian sarana produksi, mengingat sebagian
besar para petani masih sendiri-sendiri, dalam arti belum secara kolektif. Hal ini
sebagai dampak karena mudahnya memperoleh sarana produksi serta keberadaan
kios saprodi yang mudah dijangkau oleh petani.

4.4. Bidang Produktivitas


Hasil pengumpulan data bidang produktivitas menunjukan bahwa rata-rata
prosentase (%) hasil skor diperoleh sebanyak 87,95 %. Nilai skor tertinggi
sebanyak 98,50 % didapat oleh Petani bernama Ahmad dari Desa Cisarua , nilai
skor terendah sebanyak 72,28 % didapat oleh Petani bernama H. Husnudin dari
Desa Leuwimalang. Adanya selisih perbedaan tersebut dikarenakan para petani
responden masih belum merata dalam penerapan teknologi PTT padi sawah,
kondisi tofografi tempat yang berbeda, serta jenis tekstur tanah yang berbeda pula.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


11

V.1. Kesimpulan
Setelah kami lakukan kegiatan evaluasi penyuluhan pertanian Desa Leuwimalang dan
Cisarua Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Berdasarkan data rekapitulasi hasil nilai responden pada saat mewawancarai,
responden sebanyak 10 orang diperolehkan jumlah nilai sebesar 609. Dari jumlah
nilai tersebut diatas bila dihubungkan dengan parameter penilaian maka dapat
dinyatakan bahwa kegiatan penyuluh pertanian di Wilayah Binaan Cisarua termasuk
dalam katagori cukup.
b. Dengan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa gerakan penerapan Pengelolaan
Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) padi sawah yang dilakukan oleh petani di
Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor baru mencapai rata-rata 80,85 % dari 10
(sepuluh) komponen kegiatan PTT, baik dibidang Pola Tanam, Pengolahan Tanah,
Penggunaan Benih, Pergiliran Varietas, Jarak Tanam, Pemupukan Berimbang,
Pemakaian ZPT/PPC, Pengendalian Jasad Pengganggu, Tataguna Air di Tingkat
Usahatani, dan Panen serta Pasca Panen. Nilai tertinggi diperoleh dari unsur
Pemakaian ZPT/PPC.
c. Hasil pengumpulan data identifikasi faktor penentu sosial menunjukan bahwa rata-
rata prosentase hasil skor dari berbagai unsur diperoleh sebanyak 63,64 % , nilai skor
tertinggi sebanyak 74,10 % diperoleh dari unsur Inisiatif dan kesepakatan kelompok,
nilai skor terendah sebanyak 49,50 % diperoleh dari unsur kegiatan belajar mengajar
seperti tingkat kehadiran anggota kelompok pada pertemuan rutin atau kunjungan
Penyuluh Pertanian, kegiatan belajar mengajar diluar kunjungan Penyuluh Pertanian,
saling menyampaikan informasi dalam kelompok, dan mencari informasi dan inovasi
keluar kelompok.
d. Hasil pengumpulan data identifikasi faktor penentu ekonomi menunjukan bahwa
rata-rata prosentase hasil skor dari berbagai unsur diperoleh sebanyak 57,30 % , nilai
skor tertinggi sebanyak 81,00 % diperoleh dari unsur Modal usaha tani.
e. Sedangkan hasil pengumpulan data bidang produktivitas menunjukan bahwa rata-rata
prosentase (%) hasil skor diperoleh sebanyak 87,95 %, nilai skor tertinggi sebanyak
98,50 % didapat oleh Petani bernama Sudin dari Desa Nanggala mekar , nilai skor
terendah sebanyak 72,28 % didapat oleh Petani bernama Ahmad dari Desa Cisarua.

V.2. Saran-saran
a. Agar penyuluh yang bertugas di Kecamatan Cisarua khususnya Wilayah
Binaan Cisarua meningkatkan aktivitas penyuluhannya serta pendekatan
terhadap tokoh tani dan aparat Desa secara kontinyu.
12

b. Menanggapi hasil pengumpulan data faktor penentu teknis, sosial, dan


ekonomi dimana perolehan prosentase hasil skor yang belum memuaskan
juga belum sesuai dengan Sistem Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya
Terpadu (PTT) komoditi padi sawah, maka di sarankan bagi petani untuk
lebih meningkatkan kreativitas dalam berusaha tani dibawah pembinaan dan
bimbingan penyuluh pertanian dengan menerapkan sistem PTT yang lebih
sempurna.

KUESIONER EVALUASI PENYULUHAN PERTANIAN

No Pertanyaan Alternatif Jawaban Skor


13

1 PERENCANAAN PENYULUHAN (0-20)


1. Apakah jadwal yang dibuat a. Sangat dibutuhkan 4
b. Dibutuhkan
penyuluh itu dibutuhkan 3
c. Cukup dibutuhkan
oleh Bapak/Ibu d. Kurang dibutuhkan 2
e. Tidak dibutuhkan
1
0
2. Bagai mana waktu a. Tidak menganggu aktivitasbekerja
b. Kurang mengganggu aktifitas 4
penyuluhan yang
bekerja 3
dilaksanakan diwilkel tani
c. Kadang mengganggu aktifitas
Bapak/Ibu 2
bekerja
d. Mengganggu aktifitas bekerja 1
e. Sangat mengganggu aktifitas 0
bekerja
3. Bagai mana kesiapan materi a. Sangat sesuai kebutuhan 4
b. Sesuai kebutuhan
yang disispkan penyuluh 3
c. Kadang sesuai kebutuhan
menurut Bapak/Ibu d. Kurang sesuai kebutuhan 2
e. Tidak sesuai kebutuhan
1
0
4. Apakah tepat tempat a. Sangat cocok 4
b. Cocok
pelaksanaan penyuluhan 3
c. Cukup cocok
menurut kepada Bapak/Ibu d. Kurang cocok 2
e. Tidak cocok
1
0
5. Apakah metode sesuai a. Sangat Sesuai 4
b. Sesuai
dengan materi yang 3
c. Kadang sesuai
disampaikan kepada d. Kurang sesuai 2
e. Tidak sesuai
Bapak/Ibu 1
0

2 PELAKSANAAN PENYULUHAN (0-20)


a. 2. Minggu 1 kali
1. Bagaimana frekwensi 4
b. 3 Minggu 1 kali
kegiatan penyuluhan ke c. 4 Minggu 1 kali 3
d. 5 Minggu 1 kali
kelompok tani menurut 2
e. Tidak pernah
Bapak/Ibu 1
0
2. Bagaimana menurut a. Sangat baik 4
b. Baik
14

Bapak/Ibu penampilan c. Kadang-kadang 3


d. Kurang baik
penyuluh 2
e. Tidak baik
1
0
3. Bagaimana kedisiplinan a. Sangat disiplin 4
b. Disiplin
penyuluh dalam 3
c. Kadang-kadang disiplin
pelaksanaan penyuluh d. Kurang disiplin 2
e. Tidak disiplin
menurut Bapak/Ibu 1
0
4. Bagaimana materi a. Sangat sesuai dengan kebutuhan 4
b. Sesuai dengan kebutuhan
penyuluhan yang 3
c. Cukup sesuai dengan kebutuhan
disampaikan kepada d. Kurang sesuai dengan 2
Bapak/Ibu kebutuhan 1
e. Tidak sesuai dengan kebutuhan
0
5. Bagaimana menurut a. Selalu menggunakan 4
b. Menggunakan
Bapak/Ibu alat peraga 3
c. Kadang-kadang menggunakan
yang digunakan penyuluh d. Kurang menggunakan 2
e. Tidak menggunakan
1
0

3 KERJASAMA PENYULUH (0-20)


1. Apakah ada kerjasama a. Selalu 4
b. Ada
antara penyuluh dengan 3
c. Kadang-kadang
kelompok tani dan d. Kurang 2
e. Tidak
Gapoktan menurut 1
Bapak/Ibu 0
2. Apakah ada kerjasama a. Selalu 4
b. Ada
antara penyuluh dengan 3
c. Kadang-kadang
Kepala Desa dan Perangkat d. Kurang 2
15

Desa menurut Bapak/Ibu e. Tidak 1


0
3. Apakah ada kerjasama a. Selalu 4
b. Ada
antara penyuluh dengan 3
c. Kadang-kadang
penyuluh lainnya menurut d. Kurang 2
e. Tidak
Bapak/Ibu 1
0
4. Apakah ada kerjasama a. Selalu 4
b. Ada
antara penyuluh dengan 3
c. Kadang-kadang
instansi terkait lainnya d. Kurang 2
e. Tidak ada
menurut Bapak/Ibu 1
0
5. Apakah ada kerjasama a. Selalu 4
b. Ada
antara penyuluh dengan 3
c. Kadang-kadang
pihak peniliti menurut d. Kurang 2
e. Tidak ada
Bapak/Ibu 1
0

4 KEMAMPUAN PENYULUH (0-20)


1. Apakah penyuluh mampu a. Sangat mampu 4
b. Mampu
merencanakan penyuluhan 3
c. Cukup Mampu
di kelompok tani menurut d. Kurang mampu 2
e. Tidak mampu
Bapak/Ibu 1
0
2. Apakah penyuluh mampu a. Sangat mampu 4
b. Mampu
menjadi narasumber 3
c. Cukup mampu
menurut Bapak/Ibu d. Kurang mampu 2
e. Tidak mampu
1
0
3. Apakah penyuluh mampu a. Sangat mampu 4
b. Mampu
memecahkan masalah 3
c. Cukup mampu
16

petani menurut Bapak/Ibu d. Kurang mampu 2


e. Tidak mampu
1
0
4. Apakah penyuluh mampu a. Sangat mampu 4
b. Mampu
menganalisa hasil 3
c. Cukup mampu
pelaksanaan penyuluh d. Kurang mampu 2
e. Tidak mampu
menurut Bapak/Ibu 1
0
5. Apakah penyuluh mampu a. Sangat mampu 4
b. Mampu
mengevaluasi penyuluh di 3
c. Cukup mampu
kelompok tani menurut d. Kurang mampu 2
e. Tidak mampu
Bapak/Ibu 1
0
ADMINISTRASI PENYULUH (0-20)
1. Menurut Bapak/Ibu a. Sangat menguasai 4
b. Menguasai
apakah penyuluh 3
c. Cukup menguasai
menguasai data wilayah d. Tidak menguasai 2
untuk pengembangan 1
teknologi spesifik likasi 0

2. Menurut Bapak/Ibu a. Selalu membuat sangat lengkap 4


b. Selalu membuat lengkap
apakah setiap tahunnya 3
c. Selalu membuat cukup lengkap
penyuluh membuat RKTP d. Selalu membuat kurang lengkap 2
e. Tidak membuat
1
0

3. Menurut Bapak/Ibu a. Sangat Lengkap 4


b. Lengkap
bagaimana monografi 3
c. Cukup lengkap
Desa yang dibuat penyuluh d. Kurang lengkap 2
e. Tidak lengkap
1
0
4. Menurut Bapak/Ibu a. Sangat lengkap
apakah penyuluh terperinci/komoditi
4
b. Lengkap terperinci/komoditas
mempunyai data
c. Cukup lengkap 3
ubinan/data produksi dan
terperinci/komoditi 2
luas tanam komoditas d. Kurang lengkap
1
andalan terperinci/komoditi
0
e. Tidak lengkap
terperinci/komoditi
5. Bagaimana menurut a. Sangat lengkap 4
b. Lengkap 3
Bapak/Ibu mengenai
c. Cukup lengkap
kelengkapan data d. Kurang lengkap 2
17

kelembagaan petani di e. Tidak lengkap 1


tingkat penyuluh 0

Keterangan: Untuk nilai responden evaluasi kegiatan penyuluhan

1001-1200 = Amat Baik

751-1000 = Baik

501-750 = Cukup

251-500 = Kurang baik

0-250 = Tidak baik

Anda mungkin juga menyukai