BETON
I.PENDAHULUAN
Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan, tentu kerap
mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan batu-batu raksasa hanya
dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Alhasil, berdirilah bangunan
fenomenal, seperti Candi Borobudur atau Candi Prambanan di Indonesia ataupun jembatan di
Cina yang menurut legenda menggunakan ketan sebagai perekat. Ataupun menggunakan
aspal alam sebagaimana peradaban di Mahenjo Daro dan Harappa di India ataupun bangunan
kuno yang dijumpai di Pulau Buton.
Peristiwa tadi menunjukkan dikenalnya fungsi beton sejak zaman dahulu. Sebelum
mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat bangunan ini awalnya merupakan
hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis. Pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan
Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai
pozzuolana. Menyusul runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar abad pertengahan (tahun 1100-
1500 M) resep ramuan pozzuolana sempat menghilang dari peredaran.
Material itu sendiri adalah benda yang dengan sifat-sifatnya yang khas dimanfaatkan
dalam bangunan, mesin, peralatan atau produk. Dan Sains material yaitu suatu cabang ilmu
yan meliputi pengembangan dan penerapan pengetahuan yang mengkaitkan komposisi,
struktur dan pemrosesan material dengan sifat-sifat kegunaannya.semen termasuk material
yang sangat akrab dalam kehidupan kita sehari-hari.
I.2 sejarah penemuan beton
Sejarah penemuan teknologi beton dimulai dari :
• Aspdin (1824) Penemu Portland Cement;
• J.L Lambot (1850 ) memperkenal konsep dasar konstruksi komposit (gabungan dua
bahan konstruksi yang berbeda yang bekerja bersama – sama memikul beban);
• F. Coignet (1861) melakukan uji coba penggunaan pembesian pada konstruksi atap,
pipa dan kubah;
• Gustav Wayss & Koenen ( 1887) serta Hennebique memperkenalkan sengkang
sebagai penahan gaya geser dan penggunaan balok “ T ” untuk mengurangi beban
akibat berat sendiri;
• Neuman melakukan analisis letak garis netral;
• Considere menemukan manfaat kait pada ujung tulangan; dan
• E. Freyssinet memperkenalkan dasar – dasar beton pratekan.
II.PEMBAHASAN
Kekurangan Beton
1) Beton memiliki kuat tarik yang rendah sehingga mudah retak. Oleh karena itu perlu
diberi baja tulangan, atau tulangan kasa (meshes).
2) Adukan beton menyusut saat pengeringan sehingga perlu dibuat dilatasi (expansion
joint) untuk stuktur yang panjang untuk memberi tempat bagi susut pengerasan dan
pengembangan beton.
3) Beton keras (beton) mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu, sehingga
perlu dibuat dilatasi untuk mencegah terjadinya retak-retak akibat perubahan suhu.
4) Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air, dan
air yang membawa kandungan garam dapat merusak beton.
5) Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan di detail secara
seksama agar setelah dikomposisikan dengan baja tulangan menjadi bersifat daktail, terutama
pada struktur tahan gempa.
Kuat Tarik
Kuat tarik beton berkisar seper-delapan belas kuat desak pada waktu umurnya masih
muda, dan berkisar seper-sepuluh sesudahnya.biasanya tidak diperhitungkan di dalam
perencanaan beton. Kuat tarik merupakan bagian penting di dalam menahan retak-retak akibat
perubahan kadar air dan suhu. Pengujian kuat tarik diadakan untuk pembuatan beton
konstruksi jalan raya dan lapangan terbang.
Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas beton adalah perbandingan antara kuat tekan beton dengan
regangan beton biasanya ditentukan pada 25-50% dari kuat tekan beton.
Rangkak (Creep)
Merupakan salah satu sifat beton dimana beton mengalami deformasi terus-menerus
menurut waktu dibawah beban yang dipikul.
Susut (Shrinkage)
Merupakan perubahan volume yang tidak berhubungan dengnan pembebanan.
Kelecakan (Workability)
Workability adalah sifat-sifat adukan beton atau mortar yang ditentukan oleh
kemudahan dalam pencampuran, pengangkutan, pengecoran, pemadatan, dan finishing. Atau
workability adalah besarnya kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan kompaksi penuh.
Segi Penggunaan
Ditinjau dari penggunaanya, menurut ASTM (American Society for Testing and
Material) semen portland dapat dibedakan menjadi lima.
1) Jenis I
Semen portland penggunaan umum (normal portland cement), yaitu jenis semen portland
untuk penggunaan dalam konstruksi beton yang tidak memerlukan sifat-sifat khusus.
Misalnya untuk pembuatan trotoar, pasangan bata, dan sebagainya. Semen ini merupakan
semen yang paling banyak digunakan yaitu 80-90% dari produksi semen portland.
2) Jenis II
Semen pengeras pada panas sedang. Semen ini memiliki panas hidrasi lebih rendah dan
keluarnya panas lebih lambat daripada semen jenis I. Semen jenis ini biasanya digunakan
pada bangunan-bangunan yang berhubungan dengan rawa, pelabuhan,jembatan besar,
bendungan, bangunan-bangunan lepas pantai, saluran-saluran air buangan dan sebagainya.
Jenis ini juga dapat digunakan untuk bangunan-bangunan drainase di tempat yang memiliki
konsentrasi sulfat agak tinggi.
3) Jenis III
Semen portland dengan kekuatan awal tinggi (high-early –strength-portland-cement). Semen
jenis ini memperoleh kekuatan besar dalam waktu singkat, sehingga dapat digunakan untuk
pembuatan beton pracetak, perbaikan bangunan-bangunan beton yang perlu segera digunakan
atau yang acuannya perlu segera dilepas serta pembetonan di daerah cuaca dingin(salju).
4) Jenis IV
Semen portland dengan panas hidrasi yang rendah (low heat port land cement) jenis ini
merupakan jenis khusus untuk penggunaan yang memerlukan panas hidarasi serendah-
rendahnya. Untuk mengurangi panas hidrasi yang terjadi (penyebab retak), maka pada semen
jenis ini senyawa C3S dan C3A dikurangi. Selain itu, semen jenis ini kekuatannya tumbuh
lambat. Semen jenis ini biasanya digunakan pada bangunan-bangunan sebagai berikut:
- Konstruksi DAM
- Basement
- Pembetonan pada daerah bercuaca panas.
5) Jenis V
Semen portland tahan sulfat (sulfate resisting portland cement). Jenis ini merupakan jenis
khusus yang maksudnya hanya untuk penggunaan pada bangunan-banguan yang kena sulfat,
seperti di tanah atau air yang kadar I alkalinya tinggi. Pengerasan berjalan lebih lambat
daripada semen biasa.
3. agregat batu apung ,merupakan agregat alamiah yang ringan dan umum digunakan.
Penggunaan batu apung harus bebas dari debu volkanik halus dan bahan-bahan yang bukan
volkanik, misalnya lempung. Batu ini memiliki sifat isolasi panas yang baik.
b. Agregat buatan
Agregat buatan adalah suatu agregat yang dibuat dengan tujuan penggunaan khusus,
atau karena kekurangan agregat batuan-batuan alam. Berikut adalah contoh agregat buatan:
1) klinker dan breeze
pada umumnya klinker dianggap sebagai bahan yang dibakar sempurna, massanya mengeras
dan berinti, serta terisi bahan yang sedikit terbakar. Adapun breeze merupakan bahan residu
yang kurang keras dan kurang baik pembakarannya, sehingga mengandung lebih banyak
bahan yang mudah terbakar. Kuantitas bahan yang mudah terbakar akan mempengaruhi
rambatan kelembapan. Makin banyak bahan yang mudah terbakar semakin besar pula
terjadinya rambatan kelembapan.Sumber utama jenis agregat ini adalah stasiun pembangkit
tenaga dimana ketel uap dipanasi dengan bahan bakar padat. Agregat jenis ini banyak
dipergunakan untuk memproduksi blok dan pelat untuk partisi/penyekat dalam dan tembok
interior lainnya.
2) agregat yang berasal dari bahan-bahan yang mengembang
tanah liat dan batu tulis yang terjadi secara alamiah dapat dipergunakan unytuk membuat
bahan berpori yang ringan, dengan permukaan yang berbentuk sel-sel dengan pemanasan
sampai suhu sekitar 1000 0C – 2000 0C.
3) cooke breeze
cooke breeze adalah hasil tambahan dari sisa bakaran bahan bakar batu arang yang kurang
sempurna pembakarannya, biasanya terdapat pada dapur-dapur rumah tangga di negara-
negara Eropa dan Amerika. Cooke breeze mengandung banyak sekali arang, kadang mencapai
75 %. Kandungan arang yang banyak tadi akan menghambat pengerasan semen sehingga
dalam pemakaiannya perlu mendapat perhatian.
4) Hydite
Agregat jenis ini dibuat dari tanah liat (shale) yang dibakar dalam dapur berputar. Tanah liat
kering atau yang bergumpal – gumpal atau pecahan shale dibakar mendadak dalam dapur
berputar pada suhu tinggi. Dengan demikian bahan akan membengkak. Hasilnya merupakan
bongkahan-bongkahan tanah yang mengembang serta hampir leleh, kemudian dihancurkan
dan diayak hingga mencapai susunan butir yang diperlukan.
5) Lelite
lelite dibuat dari batu metamorpora atau shale yang mengandung senyawa-senyawa karbon.
Bahan dasarnya dipecah kecil-kecil, kemudian dilakukan pembakaran dalam dapur vertikal
pada suhu yang tinggi (± 1550oC). Pada suhu ini butiran-butiran akan mengembang dan
terkumpul di bawah (dasar) dapur berupa lempeng-lempeng yang berlubang seperti rumah
lebah. Dari lempeng-lempeng ini dibuat bahan tambah dengan memecah dan mengayaknya
untuk mendapatkan butiran-butiran dengan ukuran tertentu. Lempeng itu sendiri dapat
dipergunakan untuk unsur bangunan guna menghambat suara dan panas.
Ditinjau dari berat jenisnya
Ditinjau dari berat jenisnya, agregat dibedakan menjadi tiga macam.
1. Agregat Ringan
Agregat ini adalah agregat yang memiliki berat jenis kurang dari 2,0, dan biasanya
digunakan untuk beton non struktural. Agregat ini juga dapat digunakan untuk beton
struktural atau blok dinding tembok. Kelebihan agregat ini adalah memiliki berat yang rendah
, sehingga strukturnya ringan dan fondasinya dapat lebih kecil. Agregat ini dapat diperoleh
secara alami maupun buatan. Beberapa contoh agregat ringan : agregat batu apaung, rocklite,
lelite, dan sebagainya.
2. Agregat Normal
Agregat normal adalah agregat yang memiliki berat jenis antara 2,5 sampai 2,7.
agregat ini berasal dari batuan granit, basalt, kuarsa, dan sebagainya. Beton yang dihasilkan
memiki berat jenis sekitar 2,3 dengan kuat tekan antara 15 Mpa sampai 40 Mpa. Betonnya
dinamakan beton normal
3. Agregat Berat
Agregat ini memilik berat jenis lebih dari 2,8. contoh agregat berat , misalnya
magnetik (Fe2O4), barytes (BaSO4), dan serbuk besi. Beton yang dihasilkan juga memiliki
berat jenis tinggi (sampai 5,0), yang efektif sebagai pelindung sinar radiasi sinar X.
BAB III
KESIMPULAN
Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan
atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. Bahan penyusun beton
tersebut pun memiliki banyak banyak klasifikasi yang berdasarkan kegunaan, bentuk, dan
ukuran yang mana telah diuraikan pada bagian pembahasan.
Beton sebagai bahan bangunan juga telah lama dikenal di Indonesia. Disamping
mempunyai kelebihan dalam mendukung tegangan tekan, beton mudah dibentuk sesuai
dengan kebutuhan, dapat digunakan pada berbagai struktur teknik sipil serta mudah di rawat.
Dalam pembuatan beton pun dapat dimanfaatkan bahan-bahan lokal oleh sebab itu beton
sangat populer dipakai.