Preeklamsi Berat
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RS SENTRAL MEDIKA
PREEKLAMSIA
Rawat bersama dengan Departemen yang terkait (Penyakit
Dalam, Penyakit Saraf, Mata, Anestesi,dll).
A. Perawatan aktif
a. Indikasi; bila didapatkan satu/lebih keadaan di bawah
ini:
Ibu:
kehamilan > 37 minggu
adanya gejala impending eklamsi
Janin:
adanya tanda-tanda gawat janin
adanya tanda-tanda IUGR
Laboratorik:
adanya HELLP syndrome
B. Pengobatan medisinal
a. Infus larutan ringer laktat
b. Pemberian obat: MgSO4
Cara pemberian MgSO4:
1. Pemberian melalui intravena secara kontinyu (infus
dengan infusion pump):
a. Dosis awal :
4 gram MgSO4 (10 cc MgSO4 40 %) dilarutkan
kedalam 100 cc ringer lactat, diberikan selama
15-20 menit.
b. Dosis pemeliharaan:
10 gram dalam 500 cc cairan RL, diberikan
dengan kecepatan 1-2 gram/jam (20-30 tetes per
menit)
5. Kardiotonika
Indikasi pemberian kardiotonika ialah, bila ada tanda-
tanda payah jantung. Jenis kardiotonika yang
diberikan: Cedilanid-D
Perawatan dilakukan bersama dengan Sub
BagianPenyakit Jantung
6. Lain-lain
a. Obat-obat antipiretik
Diberikan bila suhu rektal di atas 38,5 °C.
Dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin
atau alkohol
b. Antibiotika
Diberikan atas indikasi
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RS SENTRAL MEDIKA
PREEKLAMSIA
c. Antinyeri
Bila pasien gelisah karena kontraksi rahim dapat
diberikan petidin HCl 50-75 mg sekali saja
C. Pengelolaan Obstetrik
Cara terminasi kehamilan
Belum inpartu :
1. Induksi persalinan:
Amniotomi + tetes oksitosin dengan syarat skor Bishop
>6
2. Seksio sesarea, bila:
a. Syarat tetes oksitosin tidak dipenuhi atau adanya
kontra indikasi tetes oksitosin.
b. 8 jam sejak dimulainya tetes oksitosin belum
masuk fase aktif.
Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan
terminasi dengan seksio sesarea.
Sudah inpartu :
Kala I
Fase laten: Amniotomi + tetes oksitosin dengan syarat
skor Bishop > 6.
Fase aktif:
1. Amniotomi
2. Bila his tidak adekuat, diberikan tetes oksitosin.
3. Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi
pembukaan lengkap, pertimbangkan seksio sesarea.
Catatan: amniotomi dan tetes oksitosin dilakukan
sekurang-kurangnya 15 menit setelah pemberian
pengobatan medisinal.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RS SENTRAL MEDIKA
PREEKLAMSIA
Kala II :
Pada persalinan pervaginam, maka kala II diselesaikan
dengan partus buatan.
D. Pengelolaan konservatif
a. Indikasi :
Kehamilan preterm (< 37 minggu) tanpa disertai tanda-
tanda impending eklamsi dengan keadaanjanin baik
b. Pengobatan medisinal :
Sama dengan perawatan medisinal pengelolaan secara
aktif. Hanya dosis awal MgSO4 tidak diberikan IV cukup
IM saja.(MgSO4 40%, 8 gram IM). Pemberian MgSO4
dihentikan bila sudah mencapai tanda-tanda preeklamsi
ringan, selambatlambatnya dalam waktu 24 jam.
c. Pengelolaan obstetrik
1. Selama perawatan konservatif, tindakan observasi dan
evaluasi sama seperti perawatan aktif, termasuk
pemeriksaan tes tanpa kontraksi dan USG untuk
memantau kesejahteraan janin
2. Bila setelah 2 kali 24 jam tidak ada perbaikan maka
keadaan ini dianggap sebagai kegagalan pengobatan
medisinal dan harus diterminasi. Cara terminasi sesuai
dengan pengelolaan aktif.
3. Penyulit :
Sindroma HELLP, gagal ginjal, gagal jantung, edema
paru, kelainan pembekuan darah.
4. Konsultasi :
Disiplin ilmu terkait (Departemen Ilmu Penyakit
Dalam, ICU, Departemen Syaraf, Departemen Mata)
5. Perawatan Rumah Sakit
Lampiran protokol
6. Terapi
Lampiran protokol
7. Izin Tindakan
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RS SENTRAL MEDIKA
PREEKLAMSIA
Seksio sesarea, ekstraksi forseps, embryotomi
8. Lama Perawatan
Lampiran protokol
8. Edukasi
9. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
10. Tingkat Evidens
11. Tingkat Rekomendasi
12. Kepustakaan
PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN (PAK)
EKLAMSIA
AsuhankeperawatanpadapasiendenganBenigna Prostat
1. Pengertian (Definisi)
Hyperplasia
1. Nyeri
2. Mual
3. Luka
2. AsesmenKeperawatan
4. Polaeliminasi/miksi
5. Aktivitas
6. Pengkajian bio, psiko, sosial, spiritual danbudaya
1. Gangguan/ketidakmampuaneliminasiurin
2. Nyeriakut
3. Kerusakanintegritaskulit
3. Diagnosis Keperawatan 4. Cemas
5. Risikoperlambatanlukaoperasi
6. Risikoperdarahan
7. Risikointoleransiaktivitas
1. Suhutubuhdalambatas normal 36,5oC - 37,5oC
2. Hemodinamikstabil
KriteriaEvaluasi/Nursing 3. Kebutuhaneliminasiurinterpenuhi
4.
Outcome 4. Tidakterjadiperdarahan
5. Tidakadatandainfeksi
6. Mampumemenuhikebutuhansehari-hari
1. Manajemennyeri: relaksasi, distraksi
2. Bantu pemenuhan Activity Daily Living
3. Persiapan Operasi : edukasipraoperasi, persiapan
4. fisik : mandi, penyiapan organ, enema, ganti pakaian,
5. pelepasan perhiasan, persetujuan tindakan.
5. IntervensiKeperawatan 6. Observasitanda-tanda vital
7. Kolaborasipemasanganinfus
8. Kolaborasipemberianobat IV
9. Perawatanluka
10. Kolaborasipemasangandanperawatankateter
11. Bladder training
1. Cara menurunkannyeri
2. Perawatanluka
6. Informasidanedukasi 3. Pengontrolaninfeksi
4. Mobilisasibertahap
5. Aktifitasseksual
Mengevaluasiresponsubyektifdanobyektifsetelahdilaksana
7 Evaluasi
kanintervensidandibandingkandengan NOC
sertaanalisisterhadapperkembangan diagnosis
keperawatan yang telahditetapkan
8. Penelaahkritis Sub KomiteMutuKeperawatan
1. Bulecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M.,
Wagner, C.M. (Eds). (2013). Nursing intervention
classification (NIC) (6thed). St. Louis : Mosby
Elsevier.
2. Herdman, T.H. &Kamitsuru, S. (Eds). (2014).
NANDA international Nursing Diagnoses: Definitions
& classification, 2015-2017. Oxford : Wiley
Blackwell.
9. Kepustakaan 3. Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and
Bucher, L.(2014).Medical surgical Nursing. Mosby:
Elsivier
4. Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., Swanson, E.
(Eds). (2013). Nursing outcome classifications (NOC)
(5thed). St. Louis: Mosby Elsevier.
5. Wilkinson, J.M., & Ahern, N.R. (2011). Diagnosis
Keperawatan Diagnosis NANDA, NIC Intervensi,
NOC Outcome (Edisi 9). Jakarta: EGC