Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Supervisi dan evaluasi merupakan bagian yang penting dalam manajemen serta
keseluruhan tanggung jawab pemimpin. Pemahaman ini juga ada dalam manajemen
keperawatan. Untuk mengelola asuhan keperawatan dibutuhkan kemampuan manajemen dari
perawat profesional diharapkan mempunyai kemampuan dalam supervisi dan evaluasi.
Pendelegasian merupakan elemen yang esensial pada fase pengarahan dalam proses
manajemen karena sebagian besar tugas yang diselesaikan oleh manajer ( tingkat bawah,
menengah dan atas ) bukan hanya hasil usaha mereka sendiri, tetapi juga hasil usaha pegawai.
Ada banyak tugas yang sering kali harus diselesaikan oleh satu orang. Dalam situasi ini,
pendelegasian sering terkait erat dengan produktivitas. Kadang kala manajer harus
mendelegasikan tugas rutin sehingga mereka dapat menangani masalah yang lebih kompleks
atau yang membutuhkan keahlian dengan tingkat yang lebih tinggi.

Supervisi merupakan bagian dari fungsi directing pengarahan ( dalam fungsi manajemen
yang berperan untuk mempertahankan agar segala kegiatan yang telah diprogram dapat
dilaksanakan dengan baik dan lancar. Supervisi secara langsung memungkinkan manajer
keperawatan menemukan berbagai hambatan atau permasalahan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan di ruangan dengan mencoba memandang secara menyeluruh faktor-faktor yang
mempengaruhi dan bersama dengan staf keperawatan untuk mencari jalan pemecahannya.
Sukar seorang manajer keperawatan untuk mempertahankan mutu asuhan keperawatan tanpa
melakukan supervisi, karena masalah – masalah yang terjadi dapat diketahui oleh manajer
keperawatan melalui informasi yang diberikan oleh staff keperawatan yang mungkin sangat
terbatas tanpa melakukan supervisi keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam pembahasan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang ada pada latar
belakang yang akan di bahas pada makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Apa pengertian supervisi?
2. Kapan waktu supervisi?
3. Bagaimana supervisi dalam keperawatan?
4. Apa saja macam – macam supervisi?
5. Apa teknik supervisi?
6. Bagaimana konsep berubah dalam keperawatan?

1
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan pembuatan makalah ini yaitu untuk
mengetahui:
1. Pengertian supervisi
2. Kapan waktu supervisi
3. Supervisi dalam keperawatan
4. Macam-macam supervisi
5. Teknik supervisi
6. Konsep berubah dalam keperawatan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Supervisi

Supervisi berasal dari kata super (bahasa Latin yang berarti di atas) dan videre (bahasa
Latin yang berarti melihat). Bila dilihat dari asal kata aslinya, supervisi berarti melihat dari atas
Pengertian supervisi secara umum adalah pengamatan langsung dan berkala oleh atasan
terhadap pekerjaan yan dilakukan bawahan untuk kemudian bila ditemukan masalah, segera
diberikan bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya.

Supervisi mengandung pengertian yang lebih demokratis. Dalam pelaksanaannya


supervisi bukan hanya mengawasi apakah seluruh staf keperawatan menjalankan tugasnya
dengan sebaik-baiknya sesuai dengan instruksi atau ketentuan yang telah digariskan, tetapi juga
bersama para perawat bagaimanan memperbaiki proses keperawatan yang sedang berlangsung.
Jadi dalam kegiatan supervisi seluruh staf keperawatan bukan sebagai pelaksanan pasif,
melainkan diperlukan sebagai patner kerja yang memiliki ide-ide, pendapat dan pengalaman
yang perlu didengar, dihargai dan diikutsertakan dalam usaha-usaha perbaikan proses
keperawatan. Dengan demikian supervisi diartikan sebagai suatu aktifitas pembinaan yang
direncanakan untuk membantu para tenaga keperawatan dan staf lainnya dalam melakukan
pekerjaan mereka secara efektif.

2.2 Waktu Supervisi


Tugas-tugas rutin yang harus dilakukan oleh supervisor setiap harinya adalah sebagai berikut:
1. Sebelum Pertukaran Shift (15-30 menit)
a. Mengecek kecukupan fasilitas/peralatan/sarana untuk hari itu
b. Mengecek jadwal kerja
2. Pada Waktu Mulai Shift (15-30 menit)
a. Mengecek personil yang ada
b. Menganalisa keseimbangan personil dan pekerjaan
c. Mengatur pekerjaan
d. Mengidentifikasi kendala yang muncul
e. Mencari jalan supaya pekerjaan dapat diselesaikan.
3. Sepanjang Hari Dinas (6-7 jam)

3
a. Mengecek pekerjaan setiap personil, dapat mengarahkan, instruksi, mengoreksi atau
memberikan latihan sesuai kebutuhannya.
b. Mengecek kemajuan pekerjaan dari personil sehingga dapat segera membantu
apabila diperlukan
c. Mengecek pekerjaan rumah tangga
d. Mengecek kembali pekerjaan personil dan kenyamanan kerja, terutama untuk
personil baru.
e. Berjaga-jaga di tempat apabila ada pertanyaan, permintaan bantuan atau hal-hal yang
terkait.
f. Mengatur jam istirahat personil
g. Mendeteksi dan mencatat problem yang muncul pada saat itu dan mencari cara
memudahkannya.
h. Mengecek kembali kecukupan alat/fasilitas/sarana sesuai kondisi operasional
i. Mencatat fasilitas/sarana yang rusak kemudian melaporkannya
j. Mengecek adanya kejadian kecelakaan kerja
k. Menyiapkan dan melaporkan secara rutin mengenai pekerjaan.
4. Sekali dalam sehari (15-30 menit)
a. Mengobservasi satu personil atau area kerja secara kontinou untuk 15 menit
b. Melihat dengan seksama hal – hal yang mungkin terjadi seperti: Keterlambatan
pekerjaan, lamanya mengambil barang dan lainnya
5. Sebelum Pulang
a. Membuat daftar masalah yang belum terselesaikan dan berusaha untuk memecahkan
persoalan tersebut keesokan harinya
b. Pikirkan pekerjaan yang telah dilakukan sepanjang hari dengan mengecek hasilnya,
kecukupan material dan peralatannya
c. Lengkapi laporan harian sebelum pulang
d. Membuat daftar pekerjaan untuk harinya, membawa pulang mempelajari di rumah
sebelum pergi bekerja kembali

2.3 Supervisi dalam Keperawatan

1. Pemberian segala bantuan dari pimpinan keperawatan yang tertuju untuk


perkembangan perawat atau staf lain dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan.

4
2. Kegiatan supervisi adalah : memberikan dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi
pertumbuhan keahlian dan kecakapan perawat.
3. Suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para tenaga
keperawatan dan staf lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.
4. Kegiatan supervisi didasarkan pada perencanaan yang matang.
5. Bukan kegiatan ‘sidak’ dan pencarian kesalahan staf.
6. Bukan hanya mengawasi apakah seluruh staf keperawatan telah menjalankan tugas
dengan sebaik-baiknya sesuai dengan yang ditetapkan, akan tetapi juga mencakup
penentuan kondisi-kondisi atau syarat-syarat personal maupun material yang
diperlukan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan secara efektif dan efisien.

Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas masing-masing staf
perawat yang disupervisi. Untuk kepala ruangan materi supervisi adalah kemampuan
manejerial dan kemampuan dalam asuhan keperawatan. Ketua Tim disupervisi terkait dengan
kemampuan pengelolaan di timnya dan kemampuan asuhan keperawatan. Sedangkan perawat
pelaksana disupervisi terkait dengan kemampuan asuhan kepeawatan yang dilaksanakan.
Agar supervisi dapat menjadi alat pembinaan dan tidak menjadi momok bagi staf maka
perlu disusun standar penampilan yang diharapkan dari masing-masing staf yang sudah
dipahami oleh staf dan jadwal pasti dalam supervisi.

2.4 Macam – macam Supervisi


1. Proses supervisi keperawatan terdiri dari 3 elemen kelompok, yaitu :
a. Supervisi standar praktek keperawatan
b. Fakta pelaksanaan praktek keperawatan sebagai pembanding untuk menetapkan
pencapaian
c. Tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan kualitas asuhan
2. Area Supervisi
a. Pengetahuan dan pengertian tentang klien
b. Ketrampilan yang dilakukan disesuaikan dengan standar
c. Sikap penghargaan terhadap pekerjaan misalnya kejujuran, empati

2.5 Teknik Supervisi


Teknik pokok supervisi pada dasarnya identik dengan teknik penyelesaian masalah
(problem solving). Bedanya, pada supervisi, teknik pengumpulan data untuk menetapkan

5
maslah dan penyebab masalah menggunakan teknik pengamatan langsung (direct observation)
oleh pelaksana supervisi terhadap sasaran supervisi, serta pelaksanaan jalan keluar. Dalam
mengatasi masalah, tindakan dapat dilakukan oleh pelaksana supervisi, bersama-sama dengan
sasaran supervisi secara langsung di tempat (on the spot). Dengan perbedaan seperti ini,
jelaslah bahwa untuk dapat melaksanakan supervisi yang baik, ada dua hal yang perlu
diperhatikan
1. Pengamatan Langsung
Pengamatan langsung harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu, ada
beberapa hal lain yang harus diperhatikan.
a. Sasaran Pengamatan. Pengamatan langsung yang tidak jelas sasaran dapat
menimbulkan kebingungan, karena pelaksana supervisi dapat terperangkap pada
sesuatu yang bersifat detail. Untuk mencegah keadaan yang seperti ini, maka pada
pengamatan langsung perlu ditetapkan sasaran pengamatan, yakni hanya ditujukan
pada sesuatu yang bersifat pokok dan strategis saja (selective supervision)
b. Objektivitas Pengamatan. Pengamatan langsung yang tidak terstandardisasi dapat
mengganggu objektivitas. Untuk mencegah keadaan yang seperti ini, maka
pengamatan langsung perlu dibantu dengan suatu daftar isi (check list) yang telah
dipersiapkan. Daftar isi tersebut ditujukan untuk setiap sasaran pengamatan secara
lengkap dan apa adanya
c. Pendekatan Pengamatan. Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai
dampak dan kesan negatif, misalnya rasa takut, tidak senang. atau kesan
mengganggu kelancaran pekerjaan. Untuk mencegah keadaan ini, pengamatan
langsung tersebut harus dilakukan sedemikian rupa sehingga berbagai dampak atau
kesan negatif tersebut tidak sampai muncul. Sangat dianjurkan pengamatan tersebut
dapat dilakukan secara edukatif dan suportif, bukan menunjukkan kekuasaan atau
otoritas
2. Kerja Sama
Tujuan pokok supervisi adalah meningkatkan kinerja bawahan dengan memberikan
bantuan secara langsung di tempat, sesuai dengan kebutuhannya. Untuk mengatasi
masalah yang ditemukan, diperlukan kerja sama antara pelaksana supervisi dan yang
disupervisi. Kerja sama ini akan berhasil bila ada komunikasi yang baik antara
pelaksana supervisi dan yang disupervisi, serta mereka yang disupervisi merasakan
masalah yang dihadapi juga merupakan masalah mereka sendiri (sense of belonging)

6
Agar komunikasi yang baik dan rasa memiliki ini dapat muncul, pelaksana
supervisi dan yang disupervisi perlu bekerja sama dalam penyelesaian masalah,
sehingga prinsip-prinsip kerja sama kelompok (team work) dapat diterapkan. Masalah,
penyebab masalah, serta upaya alternatif penyelesaian madalah harus dibahas secara
bersama-sama. Kemudian, upaya penyelesaian masalah tersebut dilaksanakan secara
bersama-sama pula

2.6 Konsep Berubah dalam Keperawatan


Perubahan adalah cara keperawatan mempertahankan diri sebagai profesi dan berperan
aktif dalam menghadapi era kesejagatan. Maka keperawatan Indonesia, melihat dan
mempertahankan proses profesionalisasi pada era kesejagatan ini bukan sebagai suatu ancaman
untuk ditakuti atau dihindari, tetapi merupakan tantangan untuk berupaya lebih keras memacu
proses propesionalisasi keperawatan di Indonesia dan mensejajarka diri dengan keperawatan
di negara-negara lain.
Mewujudkan keperawatan sebagai profesi di Indonesia bukan hanya sekedar
perjuangan untuk membela nasib para perawat yang sudah sejak lama kurang menjadi
perhatian, namun lebih dari itu, yaitu berupaya untuh memenuhi hak masyarakat dalam
mendapatkan asuhan keperawatan yang profesional
1. Teori – Teori Perubahan
a. Teori Kurt Lewin
Lewin mengungkapkan bahwa perubahan dapat dibedakan menjadi 3 tahapan :
 Pencairan (unfreezing) : Motifasi yang kuat untuk beranjak dari keadaan
semula dan berubahnya keseimbangan yang ada. Merasa perlu untuk
berubah dan berupaya untuk berubah, menyiapkan diri dan siap untuk
berubah dan melakukan perubahan
 Bergerak (moving) : Bergerak menuju keadaan yang baru atau tidak tahap
perkembangan baru, karena memiliki cukup informasi, serta sikap dan
kemampuan untuk berubah, memahamimasalah yang dipahami dan
mengetahui langkah-langkah penyalasaian yang harus dilakukan,
melakukan langkah nyata untuk berubah dalam mencapai tingkat atautahap
baru.
 Pembekuan (refreshing) : Telah mencapai tingkat atau tahap baru,
mencapai keseimbangan baru. Tingkat baruyang dicapai harus dijaga untuk

7
tidak mengalami kemunduran atau atau bergerak kembali pada tingkat atau
tahap perkembangan semula. Oleh karena itu perlu selaluada upaya untuk
mendapatkan umpan balik, kritik yang konstroktif dalam upaya pembinaan
yang terus menerus dan berkelanjutan.

Adapun beberapa faktor pendorong terjadinya perubahan yaitu :


 Kebutuhan dasar manusia : Manusia memiliki kebutuhan dasar yang
tersusun berdasarkan hirarki kepentingan. Kebutuhan yang belum
terpenuhiakan memotivasi perilaku sebagaimana teori kebutuhan dari
maslow. Didalam keperawatan kebutuhan ini bisa dilihat dari mana
keperawatan dapat mempertahankan diri sebagai profesi dalam upaya
memenuhi keutuhan masyarakat akan pelayanan atau asuhan keperawatan
yang professional
 Kebutuhan dasar interpersonal : Masyarakat memiliki tiga kebutuhan
dasar interpersonal yang melandasi sebagian besar perilaku seseorang: (1)
kebutuhan untuk berkumpul bersama-sama; (2) kebutuhan untuk
mengendalikan / melakukan kontrol; dan (3) kebutuhan untuk dikasihi,
kedekatan dan perasaan emosional. Kebutuhan terebut didalam
keperawatan diartikan sebagai upaya keperawatan untuk ikut berpartisipasi
aktif dalam pembangunan kesehatan dan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

Adapun beberapa faktor penghambat (restraining force) yakni :


 Mengancam kepentingan pribadi
 Presepsi yang kurang tepat
 Reaksi psikologis
 Toleransi untuk berubah rendah

b. Teori Roger
Roger menjelaskan 5 tahap dalam perubahan yaitu: kesadaran, keinginan, evaluasi,
mencoba, dan penerimaan. Roger percaya proses penerimaan terhadap perubahan
lebih komplek dari pada 3 tahap yang dijabarkan Lewin. Terutama dalam setiap
individu yang terlibat dalam proses perubahan dapat menerima atau menolaknya.

8
Meskipun perubahan dapat diterima, mungkin saja suatu saat akan ditolak setelah
perubahan tersebut dirasakan sebagai hal yang menghambat keberadaanya. Roger
mengatakan bahwa berubah yang efektif tergantung dari individu yang terlibat
tertarik dan berupaya untuk selalu berkembang atau maju serta mempunyai sutau
komitmen untuk bekerja dan melaksanakannya

c. Teori Lipitts
Lippit mendefinisikan perubahan adalah sesuatu yang direncanaan atau tidak
direncanakan terhadap status quo dalam individu, situasi atau proses dan dalam
perencanaan perubahan yang diharapkan, disusun oleh individu, kelompok,
organisasi lain atau situasi lain. Kunci untuk menghadapi perubahan menurut
Lippit yaitu:
 Menentukan Masalah : Pada tahap ini setiap individu yang terlibat dalam
perubahan harus membuka diri dan menghindari terhadap kesimpulan,
sebelum semua fakta terkumpulkan. Individu yang terlibat juga harus sering
berfikir dan mengetahui apa yang salah serta berusaha menghindarinya
terhadap data – data yang dianggap tidak sesuai. Semakin banyak informasi
tentang perubahan dimiliki, maka semakin akurat data yang diidentifikasi
sebagai masalah
 Mengkaji motivasi dan Kapasitas Perubahan : Pada tahap ini semua
orang yang terlibat dan lingkungan yang tersedia harus dikaji tentang
kemampuan, hambatan yang mungkin timbul, dan dukungan yang akan
diberikan. Fokus perubahan pada tahap ini adalah mengidentifikasi faktor-
faktor yang mendukung dan menghambat terhadap proses perubahan
tersebut
 Mengkaji Motivasi Change Agent dan Sarana yang Tersedia : Pada
tahap ini diperlukan suatu komitmen dan motivasi manajer dalam proses
perubahan. Pandangan manajer tentang perubahan harus dapat diterima oleh
staf dan dapat dipercaya.Manajer harus mampu menunjukkan motivasi yang
tinggi dan keseriusan dalam pelaksanaan perubahan dengan selalu
mendengarkan masukan masukan dari staf dan selalu mencari solusi terbaik

9
 Menseleksi Tujuan Perubahan : Pada tahap ini harus sudah disusun suatu
kegiatan secara operasional, terorganisir dan berurutan, kepada siapa
perubahan akan berdampak dan kapan waktu yang tepat untuk dilaksanakan
 Memilih Peran yang Sesuai Dilaksanakan oleh Agen Pemberharu :
Pada tahap ini perlu adanya suatu pemilihan seorang pemimpin yang ahli
sesuai bidangnya. Pemimpin tersebut akan dapat memberikan masukan dan
solusi yang terbaik dalam perubahan serta dia bisa berperan sebagai seorang
mentor yang baik. Perubahan akan berhasil dengan baik apabila antara
manajer dan staf mempunyai pemahaman yang sama dan memiliki
kemampuan dalam perubahan tersebut
 Mempertahankan Perubahan yang Telah Dimulai : Sekali perubahan
telah dilaksanakan, maka harus dipertahankan dengan komitmen yang ada,
komunikasi harus terbuka dan terus diinformasikan supaya setiap
pertanyaan yang masuk, dan permasalaha yang terjadi dapat diambil solusi
yang terbaik oleh kedua pihak
 Mengakhiri Bantuan : Selama proses mengakhiri perubahan, harus selalu
diikuti oleh perencanaan yang berkelanjutan dari seorang manajer. Hal ini
harus dilaksanakan secara bertahap supaya individu yang terlibat dan
mempunyai peningkatan tanggung jawab serta dapat mempertahankan
perubahan yang terjadi
2. Strategi Membuat Perubahan
Perubahan dalam organisasi dalam 3 tingkatan yang yaitu: individu yang bekerja di
organisasi tesebut, perubahan struktur dan sistem, dan perubahan hubungan
interpersonal. Strategi membuat perubahan dapat dikelompokkan menjadi 4 hal:
a. Memiliki Visi yang Jelas
Visi ini merupakan hal yang sederhana dan utama, karena visi akan dapat
mempengaruhi pandangan orang lain. Misalnya visi J.F Kennedy "menempatkan
seseorang di bulan sebelum akhir abad ini". Visi harus disusun secara jelas, ringkas,
mudah dipahami dan dapat dilaksanakan oleh setiap orang
b. Menciptakan iklim atau budaya organisasi yang kondusif
Menciptakan iklim yang kondusif dan rasa saling percaya adalah hal yang penting.
Perubahan akan lebih baik kalau mereka percaya terhadap seseorang tentang
kejujuran dan nilai-nilai yang diyakini. Orang akan berani mengambil suatu resiko

10
terhadap perubahan, apabila mereka dapet berfikir jernih dan tidak emosional dalam
menghadapi perubahan. Setiap perubahan mesti diciptakan suasana keterbukaan,
kejujuran dan secara langsung.
c. Sistem Komunikasi yang jelas, singkat dan berkesinambungan
Komunikasi merupakan unsur yang paling penting dalam perubahan. Setiap orang
perlu dijelaskan tentang perubahan untuk menghindari "rumor atau informasi yang
salah. Semakin banyak orang yang mengetahui tentang keadaan, semakin baik
mereka mampu dan dapat memberikan pandangan kedepan dan mengurangi
kecemasan serta ketakutan terhadap perubahan
d. Keterlibatan orang yang tepat
Perubahan perlu disusun oleh orang-orang yang kompeten, begitu rencana sudah
terususn maka segeralah melibatkan orang lain pada setiap jabatan di organisasi,
karena keterlibatan berdampak terhadap dukungan dan advocacy.

3. Kunci sukses strategi untuk terjadinya perubahan yang baik : 3M


Keberhasilan perubahan tergantung dari strategi yang di terapkan oleh agen pembaharu.
Hal yang paling penting adalah harus "MULAI"
a. MULAI DIRI SENDIRI
Perubahan dan pembenahan terhadap diri sendiri, baik sebafai individu maupun
senagai profesi merupakan tituk sentral yang harus dimulaim Sebagai anggota
profesi, perawat tidak akan pernah berubah atau bertambah baik dalam mencapai
suatu tujuan profesionalisme, kalau perawat belum memulai pada diri sendiri. Oleh
karena ity selalu intropeksi dan mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan yang
ada akan sangan membantu terhadap terlaksananya pengelolaan keperawatan ke
depan.
b. MULAI DARI HAL-HAL YANG KECIL
Perubahan yang besar yaitu professionalisme manajer keperawatan Indonesia tidak
akan pernah berhasil, kalau tidak dimulai terhadap hal-hal yang kecil Hal-hal yang
kecil yang harus dijaga dan di tanamkan perawat Indonesia adalah menjaga citra
keperawatan yang sudah mulai membaik di hati masyarakat dengan tudak
merusaknya sendiri.
c. MULAILAH SEKARANG, JANGAN MENUNGGU NUNGGU
Sebagaimana disampaikan oleh Nursalam (2000), lebih baik sedikit dari pada tidak
sama sekali, lebih baik sekarang daripada haru menunggu-nunggu

11
4. Pedoman Untuk Melaksanakan Perubahan
Untuk terlaksananya suatu perubahan maka hal-hal tersebut dibawah ini dapat
dijadikansebagai pedoman dalam pelaksanaan.
a. Keterlibatan
Tidak ada satu orangpun mengetahui semuanya. Oleh karena itu menghargai
pengetahuan dan kemauan orang lain serta melibatkannya dalam perubahan merupakan
langkah awal kesuksesan perubahan. Orang akan mau bekerja sama dan memeruma
pembaharuankalau mereka menerima suatu informasi tanpa ancaman dan bermanfaat
bagi dirinya.
b. Motifasi
Orang akan terlibat aktif dalam pembaharuan kalau mereka termotifasi. Motivasi
tersebut akan timbul jika apa yang sudah dilakukan bermanfaat dan dihargai.
c. Perencanaan
Perencanaan ini termasuk dimana system tidak bisa berjalan secara efektif,
dan perubahan apa yang harus dilaksanakan.
d. Legitimasi
Setiap perubahan harus mempunyai aspek legal yang jelas, siapa yang melanggar dan
dampak apa yang secara administrative harus diterima olehnya.
e. Pendidikan
Perubahan pada prinsipnya adalah pengulangan belajar atau pengenalan cara baru
agar tujuan dapat tercapai.
f. Manajemen
Sebagai agen pembaharu harus menjadi model dalam perubahan dengan adanya
keseimbangan antara kepemimpinan terhadap orang dan tujuan/pridoksi yang harus
dicapai.
g. Harapan
Berbagai harapan harus ditekankan oleh agen pembaharu: hasil yang berbeda dengan
sebelumnya direncanakan terselesaikannya masalah-masalah di institusi, dan
kepercayaan dan reaksi yang positif dari staf.
h. Asuh (nurturen)
Bimbing dan dukung staf dalam perubahan. Orang memerlukan suatu bimbingan
dan perhatian terhadap apa yang telah mereka lakukan termasuk konsultasi terhadap
hal-hal yang bersifat pribadi.

12
i. Percaya
Kunci utama dalam pelaksanaan perubahan adalah berkembangnya rasa percaya
antar tim. Semua yang terlibat harus percaya kepada agen pembaharu dan agen
pembaharu jugaharus percaya kepada staf yang terlibat dalam perubahan

5. Change Agent
Dalam perkenbangan karir profesional, setiap individu akan terpanggil menjadi
agen pembaharu. Menjadi agen pembaharu akan menjadikan hal yang sangat menarik dan
menyenangkan sebagai bagian dari peran profesionl. Keadaan tersebut akan terjadi, jika kita
merespon setiap perubahan disekeliling kita.
Pertama yang harus dilakukan adalah mengontrol prilaku kita dan cara bagaimana kita
mengelola perubahan. Kita dapat memulai dengan mengurangi atau menghilangkan hambatan
hambatan dan memulai setahap demi setahap. Untuk menjadi seorang agen pembaharu yang
efektif, kita perlu menjadi bagian dari perubahan. Tidak menjadi orang yang resisten dalam
perubahan, berpartisipasi aktif dalam perubahan yang sedang berlangsung akan menjadikan
peran kita lebih bermakna di kemudian hari.
Selalu berfikiran ke depan dari pada hanya merenungi hal hal yang sudah terjadi pada
masa lalu (fix the past). Hal yang harus disadari bahwa apa yang kita lakukan sekarang belum
tentu dapat bermanfaat untuk masa depan, oleh karena itu kesuksesan dalam perubahan harus
disertai dengan langkah langkah antisipatif untuk kesuksesan intitusi di masa depan

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pengertian supervisi secara umum adalah pengamatan langsung dan berkala oleh atasan
terhadap pekerjaan yan dilakukan bawahan untuk kemudian bila ditemukan masalah, segera
diberikan bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya. Supervisi dibagi selama 5 waktu
yaitu sebelum pertukaran shift, pada mulai shift, sepanjang hari dinas, sekali dalam sehari, dan
sebelum pulang. Kegiatan supervisi adalah memberikan dorongan, bimbingan, dan kesempatan
bau pertumbuhan keahlian dan kecakapan perawat.

Proses supervisi keperawatan terdiri dari 3 elemen kelompok yaitu: supervisi standar
praktek keperawatan, fakta pelaksanaan praktek keperawatan sebagai pembanding untuk
menetapkan pencapaian, tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan kualitas
asuhan. Ada dua teknik yang perlu diperhatikan dalam supervisi yaitu dengan pengamatan
langsung dan juga kerja sama
Perubahan adalah cara keperawatan mempertahankan diri sebagai profesi dan berperan
aktif dalam menghadapi era kesejagatan. Teori perubahan menurut Kurt Lewin dibagi menjadi
3 tahap yakni pencairan, bergerak dan pembekuan. Sedangkan menurut Roger ada 5 tahap
dalam perubahan yaitu: kesadaran, keinginan, evaluasi, mencoba, dan penerimaan. Roger
menjelaskan 5 tahap dalam perubahan yaitu: kesadaran, keinginan, evaluasi, mencoba, dan
penerimaan.
Strategi membuat perubahan dapat dikelompokkan menjadi 4 hal: memiliki visi yang
jelas, menciptakan iklim atau budaya organisasi yang kondusif, sistem komunikasi yang jelas,
singkat dan berkesinambungan dan keterlibatan orang yang tepat. Kunci sukses strategi untuk
terjadinya perubahan yang baik yaitu: mulai diri sendiri, mulai dari hal hal yang kecil, mulai
sekarang, dan jangan menunggu nunggu

14

Anda mungkin juga menyukai