Anda di halaman 1dari 8

SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014

ISSN : 2339-1553

KAJIAN ASPEK BIOFISIK DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT


DI SEKITAR DAS RANDANGAN KABUPATEN POHUWATO
PROVINSI GRONTALO

Ade Muharam
Dosen Jurusan Teknologi Perikanan Universitas Negeri Gorontalo

ABSTRAK
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu daerah atau kawasan yang menjadi penghubung antara
ekosistem darat dan laut. Kawasan ini menjadi akumulasi dari berbagai permasalahan yang terkait dengan
kerusakan biofisik yang berdampak kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar kawasan, maupun di
wilayah pesisir. DAS Randangan adalah salah satu DAS yang terdapat di Provinsi Gorontalo yang sungai-
sungainya bermuara di Pesisir Teluk Tomini. Saat ini tidak banyak pihak yang mempunyai perhatian besar
terhadap kondisi DAS ini, walaupun pada kenyataannya tidak sedikit komunitas masyarakat yang sangat
tergantung kepada ekosistem DAS tersebut. Kajian ini ditujukan untuk mengetahui kondisi biofisik DAS
Randangan yang mempunyai potensi terkait dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang menetap di
sekitar DAS. Metode yang dilakasanakan dalam kajian ini adalah metode survey dan wawancara, sehingga
diperoleh beberapa karakteristik biofisik, sosial ekonomi dan rekomendasi kebijakan untuk pengelolaan DAS
Randangan. Berdasarkan hasil kajian, diperoleh informasi bahwa kondisi biofisik DAS Randangan pada
umumnya masih berada pada kisaran normal. Sedangkan dari hasil pengukuran kandungan logam berat
ditemukan bahwa kandungan logam tembaga (Cu) dan nikel (Ni) berada di atas ambang batas normal.
Terdapat korelasi yang kuat antara kelimpahan ikan dengan tingkat kecerahan perairan yang korelasinya
cenderung berbanding terbalik. Selain itu, sebagian besar mata pencaharian masyarakat setempat adalah
sebagai nelayan, dengan penghasilan antara Rp. 200,000,- sampai Rp. 500,000,- per bulan, dan responden
mengusulkan adanya penebaran bibit ikan disungai, pelarangan dan pengawasan yang lebih ketat terhadap
aktifitas penebangan hutan di daerah hulu dan program penanaman pohon disekitar tepian sungai serta
pelarangan terhadap penggunaan bahan kimia untuk melakukan penangkapan ikan di sungai.

Kata Kunci: DAS Randangan, Biofisik, Sosial Ekonomi Masyarakat, Pengelolaan.

PENDAHULUAN akhirnya akan membawa dampak negatif


Dimensi wilayah pesisir sebagai terhadap ekosistem pesisir secara
penyedia sumberdaya alam dicirikan dengan kesuluruhan, dan kondisi sosial ekonomi
terdapatnya berbagai ekosistem yang saling masyarakat. Menurut Notohadiprawiro (1985)
berinteraksi dan membentuk suatu kesatuan DaerahAliran Sungai merupakan
pola biofisik yang erat. Terdapat pola keseluruhankawasan pengumpul suatu
interaksi yang terjadi, seperti interaksi sistem tunggal, sehingga dapat disamakan
organisme biologi termasuk flora dan fauna, dengan catchmentarea. Martopo (1994),
kondisi fisik, termasuk bahan organik terlarut memberi pengertianbahwa, Daerah Aliran
dan partikel, bahkan lebih luas lagi adanya Sungai (DAS)merupakan daerah yang
interaksi aktifitas manusia dan kebijakan dibatasi olehtopografi pemisah air yang
pengelolaan. Interaksi ini membawa terkeringkan olehsungai atau sistem saling
konsekwensi tingginya tingkat dinamika di berhubungansedemikian rupa sehingga
wilayah pesisir, bahkan terdapat potensi semua aliransungai yang jatuh di dalam akan
membawa dampak negatif terhadap kondisi keluar darisaluran lepas tunggal dari wilayah
biofisik dan sosial ekonomi masyarakat di tersebut.
wilayah tersebut, terutama apabila Provinsi Gorontalo mempunyai tiga
pengeloaannya tidak dilakukan secara tepat DAS utama, yaitu DAS Randangan,
dan berkelanjutan. Paguyaman dan Bonebolango. DAS
Salah satu kawasan yang Randangan melintasi Kecamatan
merupakan penghubung langsung antara Popayato, Marisa dan Paguat Kabupaten
wilayah darat dengan laut adalah Daerah Pohuwato, dan bermuara di pantai Marisa.
Aliran Sungai (DAS). Di kawasan inilah Luas DAS ini sekitar 290,000 ha dengan
potensi terjadinya kerusakan biofisik sebagai panjang sungai utama sekitar 115 km.
akibat dari adanya aktivitas manusia seperti Pola aliran sungai DAS ini adalah berpola
penebangan hutan, kegiatan pertanian, dendritik dan bersifat pararel, sehingga air
pertambangan, dan lain-lain yang pada yang mengalir di DAS ini akan sangat

929
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553

cepat mencapai hilir. Hal ini disebabkan lingkungan dan dampak negatif dari
oleh topografi yang dilalui oleh DAS pembangunan. Sebaliknya kemerosotan
Randangan berbukit dan bergunung daya dukung lingkungan dapat menjadi
dengan kemiringan lereng lebih besar dari penyebab muncul dan berkembangnya
40%. Akibatnya, potensi erosi aliran kemiskinan.
sungai akan menjadi lebih besar, terutama Penelitian ini bertujuan untuk
di bagian hulu DAS, sedangkan di bagian mengetahui karakteristik DAS Randangan
tengah dan hilir (muara) DAS akan yang ditinjau dari aspek biofisik dan sosial
menjadi wilayah yang sangat rentan ekonomi masyarakat sekitar. Melalui
banjir. Tingkat kerusakan DAS Randangan penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran
ini diperburuk lagi dengan adanya mengenai kondisi biofisik dan sosial ekonomi
kegiatan penebangan hutan dan masyarakat sekitar DAS Randangan yang
pembukaan lahan pertanian yang dapat dijadikan sebagai bahan rekomendasi
menyebabkan tingginya tingkat untuk pengelolaan DAS secara terpadu dan
sedimentasi di wilayah hilir. Potensi berkelanjutan.
permasalahan yang terdapat di DAS
Randangan diduga akan mempengaruhi
kondisi ekosistem pada sakala yang lebih METODOLOGI
luas lagi, yaitu perairan Teluk Tomini yang
menjadi sandaran hidup masyarakat Pendekatan dan Ruang Lingkup
pesisir di wilayah Selatan Provinsi Penelitian
Gorontalo.
Berdasarkan tujuan dan sasaran dari
Permasalahan utama dalam kegiatan penelitian ini, maka pendekatan
pengelolaan DAS Randangan ini juga yang dilakukan adalah dengan melakukan
diperaparah oleh belum mantapnya survey berbagai aspek yang terkait dengan
institusi dan masih lemahnya sistem biofisik dan sosial ekonomi masyarakat
perencanaan yang komprehensif. sekitar DAS Randangan, yaitu:
Meskipun upaya-upaya pengelolaan DAS
di Provinsi Gorontalo secara umum telah  Kualitas Air (DO, Salinitas, Suhu, dan
cukup lama dilaksanakan, namun karena pH)
kompleksitas masalah yang dihadapi  Kedalaman dan kecerahan air sungai.
hasilnya belum mencapai yang  Jumlah dan kelimpahan ikan (ekor/m2)
diinginkan, terutama yang berkaitan yang terdapat di sungai.
dengan pembangunan sumberdaya
manusia dan kelembagan masyarakat.
 Tingkat pemanfaatan masyarakat
sekitar, dan persepsinya dalam
Kemiskinan sering dianggap sebagai
pengelolaan sungai.
salah satu penyebab kemerosotan

Lokasi Survey
Survey penelitian dilaksanakan pada tiga titik pengamatan di DAS Randangan, yaitu
Lokasi Muara 1 dan 2, serta bagian tengah sungai (Gambar 1).

LOKASI MUARA 1
N 00”26.196’ E 121”51.438’ LOKASI BAGIAN TENGAH
N 00”32.213’ E121”49.468’

LOKASI MUARA 2
N 00”26.197’ E 121”54.441’

Lokasi Muara DAS Lokasi Bagian Tengah DAS

Gambar 1. Lokasi penelitian di Muara 1 dan 2 serta Bagian Tengah DAS Randangan

930
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Aspek Biofisik

Kualitas Air

Tabel 1. Hasil pengukuran parameter kualitas air pada tiga lokasi pengamatan
Parameter Kualitas Air Muara 1 Muara 2 Tengah DAS
o o
Suhu 37 C 32 C 30oC
Salinitas 32 ppt 30 ppt 15 ppt
pH 6.5 7 6
DO 5 mg/l 5 mg/l 6 mg/l

Berdasarkan hasil pengukuran yang diukur tersebut masih dalam kategori


kualitas air di tiga lokasi pengamatan, sesuai normal. Selain itu, dilakukan juga
dengan parameter yang diukur, sejauh ini pengukuran kandungan logam berat terlarut
belum menunjukan kualitas air yang buruk. yang ditemukan di lokasi penelitian (Tabel 2
Kisaran nilai pada paremeter kualitas air dan Gambar 2).

Tabel 2. Hasil pengukuran kandungan logam berat perairan (Metode SNI 01-3554-2006)
Logam Terlarut Bagian Tengah Muara 1 Muara 2 Nilai Baku Mutu
Sungai Air
Tembaga (Cu) 0,108 0,106 0,089 0,008
Nikel (Ni) 0,09 0,39 0,5 0,05
Raksa (Hg) 0 0,0028 0 0,001
Kadmium (Cd) 0,00006 0,000057 0,00019 0,001
Timbal (Pb) 0,00333 0,00219 0,0031 0,008

Kandungan logam tembaga (Cu) dan anti karat pada lambung perahu. Tidak
nikel (Ni) secara umum nilainya berada di diperoleh kepastian yang pasti dari observasi
atas ambang batas yang telah ditentukan, di lokasi penelitian mengenai penyebab
sedangkan kandungan logam lainnya tingginya kandungan logam-logam tersebut.
(Raksa, Kadmium dan Timbal) umumnya Namun demikian, terdapat indikasi bahwa
berada di bawah nilai batas. Kandungan kondisi tersebut disebabkan oleh aktifitas
logam Tembaga (Cu) dan Nikel (Ni) yang masyarakat di sekitar sungai dan muara,
relative tertinggi, diduga disebabkan oleh yaitu pendaratan perahu-perahu nelayan,
aktivitas masyarakat di sekitar pesisir, pembuangan sampah dan limbah rumah
terutama yang terkait dengan pembuatan tangga ke sungai. Hal ini dibuktikan dengan
dan perbaikan perahu yang berada di sekitar cukup banyaknya sampah (plastic, kertas,
lokasi pengamatan ini. Clark (1989) kain-kainan, botol, kayu dan lain sebagainya)
menyatakan bahwa logam Tembaga (Cu) yang berada di lokasi penelitian.
dipakai dalam bahan pengawet kayu dan cat

931
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553

Bagian Tengah Sungai Muara 1 Bagian Tengah Sungai Muara 1


Muara 2 Nilai Baku Mutu Air Muara 2 Nilai Baku Mutu Air

0,008
0,5
0,39

0,00333

0,0031
0,0028

0,00219
0,108

0,106

0,089

0,09

0,00019
0,001

0,001
5,7E-05
0,05
0,008

6E-05
0

0
Tembaga (Cu) Nikel (Ni) Raksa (Hg) Kadmium (Cd) Timbal (Pb)

Gambar 2. Grafik kandungan logam berat perairan di Muara 1 dan 2 serta Bagian Tengah DAS
Randangan
Kedalaman dan Kecerahan Air Sungai dimulai dengan titik nol di permukaan air,
Pengukuran kedalaman dan sehingga kedalaman yang berada di bawah
kecerahan sungai delakukan dengan permukaan air dianggap mempunyai nilai (-
membentangkan tali dari satu sisi ke sisi lain ).Berdasarkan hasil pengukuran kedalaman
sungai di seberangnya. Sehingga tali dan kecerahan di lokasi pengamatan Muara
dipasang melintang, kemudian pengukuran 1 dan Muara 2, terlihat bahwa kedalaman
kedalaman dan kecerahan diukur pada rata-rata di Muara 1 adalah 2.9 meter dan
setiap titik pada tali tersebut dengan interfal kecerahannya 0.4 meter. Sedangkan di
jarak antar titik 1 meter. Tanda (-) pada Muara 2 kedalaman rata-ratanya adalah 4
angka hasil pengukuran menunjukan bahwa meter dengan kecerahan rata-rata mencapai
pengukuran kedalaman dan kecerahan 1 meter.

Kedalaman (m) Kecerahan (m) Kedalaman (m) Kecerahan (m) Kedalaman (m)

- - Kecerahan (m)

(2,00) -

(4,00)
(5,00) (6,00) (10,00)

Muara 1 Muara 2 Tengah DAS


Gambar 3. Grafik kedalaman dan kecerahan air sungai di Muara 1 dan 2 serta Bagian
Tengah DAS Randangan

Selanjutnya, hasil pengukuran lebih rendah, karena material padatan akan


kedalaman dan kecerahan di lokasi cenderung hanyut terbawa aliran air menuju
pengamatan bagian tengah DAS arah muara.
Randangan, diperoleh hasil bahwa
kedalaman rata-rata di lokasi tersebut adalah
4.6 meter dengan kecerahan rata-rata 1.1
meter. Hasil pengukuran ini menunjukan Jumlah dan Kelimpahan Ikan
bahwa kedalaman dan kecerahan di lokasi Berdasarkan perhitungan
bagian tengah DAS Randangan ini lebih kelimpahan ikan yang terdapat di lokasi
tinggi dibandingkan pengamatan di lokasi Muara 1 dan Muara 2, terlihat bahwa
Muara 1 maupun Muara 2. Hal ini diduga kelimpahan ikan di lokasi Muara 1 (0.6
sebagai pengaruh dari perbedaan kuat arus ekor/m2) relatif lebih tinggi dibandingkan
aliran air yang mengalir di bagian tengah dengan kelimpahan ikan di Muara 2 (0.5
DAS Randangan relatif lebih kuat ekor/m2). Sedangkan kelimpahan ikan di
dibandingkan dengan arus air yang terjadi di bagian tengah DAS Randangan adalah 0.27
bagian muara. Kuatnya arus ini ekor/m2. Nilai kelimpahan ini berada di
menyebabkan tingkat sedimentasi relatif

932
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553

bawah nilai kelimpahan ikan di lokasi terlarut dan zat hara di perairan. Pada
pengamatan bagian muara sungai. Hal ini bagian tengah DAS Randangan yang
diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor, arusnya relatif lebih kuat, seperti yang sudah
yaitu: diuraikan sebelumnya, diduga tidak terlalu
 Pola sirkulasi air di bagian muara banyak mengandung partikel padatan di
dipengaruhi oleh aliran air dari perairan, sehingga relatif perairan ini tingkat
sungai dan aliran air laut melalui arus kecerahannya lebih tinggi. Tingginya tingkat
pasang surut yang bermanfaat bagi kecerahan perairan alami merupakan salah
kehidupan ikan dan biota perairan. satu indikasi rendahnya zat hara terlarut di
Sistim aliran air tawar dan arus perairan tersebut, sehingga menjadi
pasang surut di muara merupakan penyebab rendahnya nilai kelimpahan ikan.
faktor penting dalam suplai unsur Keterkaitan antara nilai kelimpahan
hara sehingga dikenal sebagai dengan tingkat kecerahan perairan di bagian
kawasan perangkap hara (nutrien tengah DAS Randangan ini membentuk
trap) yang mempunyai produktivitas korelasi linear dengan persamaan y = -
yang relatif lebih tinggi. Kondisi 2,262x - 0,4 dan dengan nilai R² =
perairan ini memungkinkan bagi 0,25.Sedangkan pada lokasi di Muara 1
kehidupan ikan yang lebih baik ditemukan persamaan y= 0,4104x -
dibandingkan dengan bagian lain di 0,6452(R² = 0,8106) dan Muara 2 adalah y= -
sungai. 4,2308x + 1,3673(R² = 0,9064) (Gambar 3).
 Arus air di bagian muara relatif lebih Persamaan grafik tersebut mengindikasikan
tenang dibandingkan dengan pola bahwa terdapat kecenderungan bahwa
arus air di bagian tengah DAS, semakin tinggi tingkat kecerahan perairan,
sehingga ikan menjadi tidak terlalu maka relatif semakin rendah nilai kelimpahan
nyaman untuk menetap bagian ikan yang terdapat di perairan
tengah tersebut. tersebut.Berdasarkan penelitian ini
teridentifikasi bahwa terdapat beberapa
 Terdapatnya tanaman mangrove di perbedaan yang terkait dengan korelasi
bagian muara yang dapat berfungsi antara nilai kelimpahan ikan dengan tingkat
sebagai tempat singgah ikan. kecerahan perairan pada bagian sungai yang
Secara biologi yang menyangkut berbeda. Korelasi antara nilai kelimpahan
rantai makanan, ekosistem dangan tingkat kecerahan air di bagian hilir
mangrove merupakan produsen (muara) sungai relatif lebih sensitif
primer melalui serasah yang dibandingkan dengan yang terjadi di bagian
dihasilkan. Serasah tanaman setelah tengah sampai hulu bagian sungai.
melalui dekomposisi oleh sejumlah
Hal ini mengindikasikan bahwa
mikroorganisme, menghasilkan
kecerahan air yang juga berhubungan
detritus dan berbagai jenis
fitoplankton yang akan dimanfaatkan kekeruhan perairan yang mengalami
perubahan sedikit saja pada bagian hulu
oleh konsumen primer yang terdiri
sungai (muara) akan sangat mempengaruhi
dari zooplankton, ikan dan udang,
kelimpahan ikan di wilayah tersebut. Oleh
kepiting sampai akhir dimangsa oleh
karena itulah, wilayah sungai yang lebih ke
manusia sebagai konsumen utama.
arah hulu, mempunyai dinamika karakteristik
Selain itu, terdapat keterkaitan yang dan pola keterkaitan antar ekosiistem yang
cukup erat antara nilai kelimpahan ikan lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah
dengan tingkat kecerahan perairan sebagai bagian tengah dari sungai.
salah satu indikasi kuantitas partikel padatan

- - -
- ,500 1,00 - ,500 1,00 - ,200 ,400 ,600
(,500)
(,200) y = 0,4104x - 0,6452 (,500)
R² = 0,8106 (1,00)
y = -2,262x - 0,4
(,400) (1,00) y = -4,2308x +
1,3673 (1,500) R² = 0,25
R² = 0,9064
(,600) (1,500) (2,00)

Muara 1 Muara 2 Tengah DAS

933
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553

Gambar 3. Grafik hubungan antara kelimpahan ikan dengan tingkat kecerahan di Muara 1 dan 2
serta Bagian Tengah DAS Randangan

2. Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat berbagai perubahan kondisi lingkungan.


di Sekitar DAS Randangan Sebagai bagian dari penelitian, maka perlu
Pada dasarnya pengelolaan DAS diketahui sejauh mana tingkat pemanfaatan
Randangan tidak dapat terlepas dari masyarakat sekitar dalam memanfaatkan
pengelolaan sumberdaya alam, khususnya sungai sebagai bagian dari kehidupannya.
sumberdaya alam pesisir, karena Kegiatan observasi mendalam
berdasarkan fakat-fakta yang ditemukan terhadap pemanfaatan masyarakat dilakukan
melalui penelitian ini terbukti bahwa berbagai di lokasi bagian tengah DAS Randangan,
kondisi yang menyangkut DAS Randangan karena di lokasi penelitian di bagian muara
pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas tidak ditemukan adanya pemukiman ataupun
sumberdaya di pesisir. Oleh karena itu, kelompok masyarakat yang berada di sekitar
sebagai bagian dari ekosistem, masyarakat lokasi. Hasil wawancara dengan masyarakat
di sekitar DAS Randangan sangat berperan di sekitar DAS Randangan dicantumkan
dalam memberikan kontribusi terhadap pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Hasil wawancara dengan masyarakat yang berada di sekitar DAS Randangan
Mata Pencaharian Masyarakat Penghasilan
Nelayan 73.33 < 200,000 40.00
Petani 13.33 200,000 - 500,000 53.33
Pedagang 6.67 500,000 - 1,000,000 6.67
Peternak 6.67 >1,000,000 -
Jarak Rumah Ke Sungai Pemanfaatan Langsung Dari Sungai
< 50 meter 20.00 Tidak Pernah 20.00
50 - 100 meter 53.33 Jarang -
100 - 200 meter 26.67 Kadang-kadang 20.00
>200 meter 20.00 Sering 60.00
Bencana Banjir Yang Disebabkan Dari Sungai Sosialisasi Atau Pelatihan Terkait Dengan
Pengelolaan Sungai
Tidak Pernah 46.67 Tidak Pernah 100.00
Jarang 6.67 Jarang -
Kadang-kadang 40.00 Kadang-kadang -
Sering 6.67 Sering -
Penilaian Terhadap Kondisi Sungai Upaya Perbaikan Kondisi Sungai
Masih Baik 20.00 Penanaman di sepanjang 20.00
sepadan sungai
Sudah Tercemar 26.67 Penebaran bibit ikan sungai 33.33
Terlalu Keruh 33.33 Pelarangan penebangan 26.67
hutan di hulu
Airnya Terlalu Deras 20.00 Pelarangan penggunaan 20.00
bahan kimia untuk
menangkap ikan

Berdasarkan hasil wawancara maupun yang beroperasi di sekitar muara


dengan masyarakat, diperoleh informasi sungai. Tingkat pendapatan masyarakat
bahwa sebagian besar mata pencaharian yang bertempat tinggal di sekitar DAS
masyarakat di sekitar DAS Randangan Randangan berkisar antara lebih kecil dari
adalah sebagai nelayan (73.33%), selain itu Rp. 200,000,- sampai dengan Rp.
sebagai petani (13.33%), pedagang dan 1,000,000,- Sebagian besar masyarakat
peternak masing-masing sebanyak 6.67%. berpenghasilan antara Rp. 200,000,- sampai
Nelayan yang tinggal di sekitar DAS Rp. 500,000,- yaitu sebanyak 53.33%,
Randangan pada umumnya adalah nelayan sedangkan yang berpenghasilan kurang dari
perikanan tangkap, baik yang biasa Rp. 200,000,- jumlahnya 40.00%, sedangkan
beroperasi di bagian tengah aliran sungai,

934
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553

yang berpenghasilan lebih dari Rp. 500,000,- masih rendahnya tingkat sosialisasi dan
hingga Rp. 1,000,000,- hanya ada 6.67%. pembinaan mengenai pengelolaan sungai.
Berdasarkan data dari BPS Provinsi Hal ini teridentifikasi berdasarkan pendapat
Gorontalo, persentase masyarakat miskin di masyarakat di lokasi penelitian yang
Kabupaten Pohuwato pada tahun 2007 menyatakan bahwa belum pernah ada
adalah sebesar 29.74%, dan garis kegiatan sosialisasi dan pembinaan baik dari
kemiskinan pada tahun 2006 sekitar Rp. pemerintah daerah maupun pihak terkait
118,500,- Terkait dengan hasil observasi lainnya. Oleh karena itu, sebagai bagian
masyarakat di sekitar DAS Randangan, pelaksanaan dari amanat PP 47 Tahun 1997
terutama masih terdapatnya masyarakat yang mewajibkan kepada Pemerintah
yang mempunyai penghasilan di bawah Rp. Daerah dalam mengendalikan pemanfaatan
200,000,- dalam sebulan, maka dapat ruang di kawasan lindung tepian sungai,
diidentifikasi bahwa sebagian masyarakat maka kegiatan sosialisasi dan pembinaan
tersebut masih termasuk dalam kelompok terhadap masyrakat sekitar sungai
masyarakat miskin. Hal ini perlu mendapat merupakan salah satu program prioritas yang
perhatian dari pemerintah, baik kabupaten, harus segera direalisasikan.
provinsi maupun pemerintah pusat, bahwa Beberapa usulan dari masyarakat di
dikhawatirkan, tekanan terhadap kondisi sekitar sungai juga sempat teridentifikasi
sumberdaya alam khususnya sungai akan dalam penelitian ini, yaitu mengusulkan
semakin berat di waktu-waktu mendatang adanya penebaran bibit ikan disungai
dikarenakan alasan faktor ekonomi. Faktor (33.33%) sebagai upaya untuk meningkatkan
ekonomi pula yang akan mendorong jumlah ikan yang terdapat di sungai,
masyarakat melakukan eksploitasi sehingga diharapkan terjadi peningkatan
sumberdaya alam tanpa memperhatikan jumlah tangkapan ikan di waktu-waktu
dampak kerusakan yang ditimbulkan mendatang. Sekitar 26.67% masyarakat
terhadap ekosistem. Perhatian terhadap mengharapkan adanya pelarangan dan
permasalahan ini perlu ditingkatkan karena pengawasan yang lebih ketat terhadap
terdapat sekitar 60% masyarakat di sekitar aktifitas penebangan hutan di daearah hulu
DAS Randangan yang melakukan (26.67%). Sebagian masyarakat juga
pemanfaatan langsung dari berbagai mengharapkan adanya program penanaman
sumberdaya alam sungai. pohon disekitar tepian sungai (20.00%) dan
Perkembangan pemukiman pelarangan terhadap penggunaan bahan
masyarakat di sekitar DAS Randangan ini kimia untuk melakukan penangkapan ikan di
terlihat dangan cukup banyaknya masyarakat sungai (20.00%).
yang tinggal di daerah yang hanya ber jarak
50 – 100 meter dari sungai (53.33%). KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kondisi ini cukup memprihatinkan mengingat
berdasarkan PP 47 Tahun 1997 tentang Tata
Ruang Nasional dan Keppres 32/1990 Kesimpulan
tentang Kawasan Lindung, ditentukan bahwa Kesimpulan dari hasil penelitian ini
sempadan sungai berada pada jarak antara adalah berdasarkan hasil kajian biofisik
50 – 100 meter dari tepi sungai ke arah darat perairan yang meliputi pengukuran
yang merupakan kawasan lindung. Artinya, parameter biologi dan fisika-kimia di lokasi
pada kawasan tersebut tidak diperbolehkan penelitian pada umumnya masih berada
untuk melakukan aktifitas yang berimplikasi pada kisaran normal. Sedangkan dari hasil
kepada perubahan pemanfaatan ruang pengukuran kandungan logam berat
dalam kawasan lindung tersebut. Pada ditemukan bahwa kandungan logam
lokasi pengamatan di bagian tengah DAS tembaga (Cu) dan nikel (Ni) berada di atas
Randangan ditemukan pula aktifitas ambang batas normal. Terdapat korelasi
masyarakat di tepian sungai yang masih yang kuat antara kelimpahan ikan dengan
dalam kawasan lindung terutama aktifitas tingkat kecerahan perairan yang korelasinya
pertanian dan perkebunan. Oleh karena itu, cenderung berbanding terbalik.
campur tangan pemerintah daerah yang Berdasarkan wawancara sosial
memang berkewajiban dalam mengendalikan ekonomi masyarakat diketahui bahwa
pemanfaatan ruang di kawasan lindung sebagian besar mata pencaharian
masih sangat diperlukan dilakukan di lokasi masyarakat setempat adalah sebagai
ini. nelayan, dengan penghasilan antara Rp.
Masih lemahnya pamahaman 200,000,- sampai Rp. 500,000,- Beberapa
masyarakat terhadap kondisi sungai dan usulan dari masyarakat di sekitar sungai juga
pemanfaatannya, ternyata disebabkan oleh sempat teridentifikasi dalam penelitian ini,

935
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553

yaitu mengusulkan adanya penebaran bibit


ikan di sungai, pelarangan dan pengawasan Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting, dan M.J.
yang lebih ketat terhadap aktifitas Sitepu. 2001. Pengelolaan
penebangan hutan di daerah hulu dan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan
program penanaman pohon disekitar tepian Lautan Secara Terpadu. Cetakan
sungai serta pelarangan terhadap kedua, edisi revisi. Jakarta: PT.
penggunaan bahan kimia untuk melakukan Pradnya Paramita.
penangkapan ikan di sungai.

Irwan, Z.D. 1992. Prinsip-Prinsip Ekologi


Rekomendasi dan Organisasi Ekosistem
Teridentifikasinya beberapa Komunitas dan Lingkungan.
indikator ekologis yang terdapat pada DAS Cetakan pertama. Jakarta: Bumi
Randangan, walaupun belum terlalu Aksara.
menunjukan kerusakan lingkungan yang
sangat besar, namun demikian tetap perlu
Martopo, S. dkk. 1994. Dasar-dasar Ekologi.
mendapat perhatian dari segenap pihak.
Program Pasca Sarjana Universitas
Oleh karena itu, penyusunan Rencana
Gadjah Mada, Yogyakarta
Pengelolaan Lingkungan DAS Randangan
yang lebih menyeluruh sebaiknya harus
segera disusun baik oleh Pemerintah Daerah Nikijuluw, V.P.H. 2002. Rezim Pengelolaan
maupun oleh pihak-pihak lain yang sabgat Sumberdaya Perikanan. Jakarta:
concern terhadap pengelolaan lingkungan. PT. Pustaka Cidesindo.
Sebagai bagian dari pengelolaan
sumber daya pesisir dan laut, maka Notohadiprawiro T. 1988. Tanah, Tataguna
pengelolaan lingkungan DAS Randangan Lahan dan Tata Ruang dalam
juga harus mengacu kepada tujuan Aanalisis Dampak Lingkungan.
pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan PPLHUGM, Yogyakarta
laut yang tidak hanya mengejar pertumbuhan
ekonomi saja, tetapi juga terpeliharanya daya
dukung dan kualitas lingkungan secara Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut: Suatu
proporsional demi tercapainya pengelolaan Pendekatan Ekologi. Jakarta: PT.
sumberdaya wilayah pesisir dan laut yang Gramedia Utama.
terpadu (integrated) dan berkelanjutan
(sustainable). Supriharyono, 2000.a. Pelestarian dan
Pengelolaan Sumberdaya Alam di
Wilayah Pesisir Tropis. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
DAFTAR PUSTAKA

936

Anda mungkin juga menyukai