3 - Bab Ii
3 - Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
22
23
pun dapat terganggu. Otak membutuhkan banyak oksigen. Berat otak hanya
2,5% dari berat badan seluruhnya, namun oksigen yang dibutuhkan hampir
mencapai 20% dari kebutuhan badan seluruhnya. Oksigen ini diperoleh dari
darah. Pada keadaan normal, darah yang mengalir ke otak (CBF = cerebro
blood flow) adalah 50-60 ml/100 g otak/menit. Ada 3 selaput yang melapisi
otak, yaitu duramater, araknoid dan pia mater. (dapat dilihat pada gambar
2.2.1).
- Herediter
- Ras dan etnis
- Pernah mengalami stroke sebelumnya
Dapat dikendalikan
- Hipertensi
- Penyakit jantung
- Fibrilasi atrium
- Endokarditis
- Stenosis mitralis
- Infark jantung
- Merokok
- Anemia sel sabit
- Transient Ischemic Attack (TIA)
- Stenosis karotis asimptomatik
cepat masuk koma (65% terjadi kurang dari setengah jam, 23%
antara ½-2 jam, dan 12% terjadi setelah 2 jam sampai 19 hari).
A. Anamnesis9
Anamnesis meliputi onset gejala, apakah gejala dialami pada saat
pasien sedang beraktivitas, bagaimana perjalanan gejala, faktor-faktor risiko
yang ada pada pasien, berapa kali serangan telah dialami oleh penderita.
Apakah serangan disertai nyeri kepala, mual dan muntah.
Hal lain yang perlu ditanyakan juga adalah apakah pasien mengalami
kesemutan separuh badan, gangguan penglihatan, apakah terjadi penurunan
intelektualitas, dan riwayat pemakaian obat sebelumnya. Riwayat trauma
juga perlu ditanyakan.
B. Pemeriksaan Fisik9
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi tanda vital, pemeriksaan umum
meliputi kepala, jantung, paru, abdomen, dan ekstremitas. Pemeriksaan
kepala dan leher (cedera kepala akibat jatuh saat kejang, bruit karotis, dan
tanda distensi vena jugular pada gagal jantung kongestif.)
32
Tanda lain dari perdarahan pada serebelum atau batang otak dapat
berupa ataxia, vertigo atau tinitus, mual dan muntah, hemiparesis atau
quadriparesis, kehilangan fungsi sensorik sebagian tubuh atau keempat
ekstremitas, gangguan sensorik pada separuh tubuh atau keempat
ekstremitas, kelemahan orofaringeal atau disfagia, crossed signs (wajah
ipsilateral dan badan kontralateral).
Sindrome stroke lainnya berhubungan dengan perdarahan
intraserebral, bervariasi mulai dari nyeri kepala ringan sampai gangguan
neurologis. Perdarahan serebri pada onset awal dapat menimbulkan kejang.
33
C. Pemeriksaan Penunjang9
Gejala stroke yang ditandai dengan nyeri kepala hebat, muntah,
tekanan darah sistolik >220 mmHg, defisit neurologis fokal, gangguan
kesadaran, dan onset secara tiba-tiba diasumsikan merupakan stroke
hemoragik. Untuk membedakan perdarahan atau iskemik dan penyebab
gangguan neurologis yang lain, pemeriksaan neuroimaging stroke yang
merupakan gold standard adalah CT-Scan atau MRI.
Tingginya angka perburukan neurologis setelah ICH untuk
mengetahui apakah perdarahan aktif dapat berlanjut selama beberapa jam
setelah onset. CT-Scan dapat memberikan informasi mengenai lokasi,
ukuran infark atau perdarahan, apakah perdarahan dapat menyebar ke ruang
intraventrikular, serta membantu perencanaan operasi. Di antara pasien yang
diperiksa head CT dalam 3 jam setelah onset ICH, 28-38% mengalami
ekspansi hematoma. Ekspansi hematom diketahui merupakan perburukan
klinis dan peningkatan morbiditas dan mortalitas.
Pemeriksaan MRI dapat menunjukkan infark pada fase akut dalam
beberapa saat setelah serangan yang dengan pemeriksaan CT-Scan belum
terlihat. Sedangkan pemeriksaan MRI pada perdarahan intraserebral baru
dapat terdeteksi setelah beberapa jam pertama perdarahan. Pemeriksaan ini
rumit serta memerlukan waktu lama sehingga kurang digunakan pada stroke
perdarahan akut.
Angiografi, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan darah lengkap,
pemeriksaan elektrolit serum, pemeriksaan elektrokardiografi, pemeriksaan
lain yang diperlukan pada keadaan tertentu seperti tes faal hati, saturasi
oksigen, analisa gas darah, toksikologi, kadar alkohol dalam darah, pungsi
lumbal (apabila dugaan kuat perdarahan subarakhnoid, tetapi gambaran CT
scan normal), elektroensefalografi (terutama pada paralisis Todd).
D. Diagnosis Banding9
35
2.2.5 Penatalaksanaan
STADIUM HIPERAKUT11
Tindakan pada stadium ini dilakukan di Instalasi Rawat Darurat dan
merupakan tindakan resusitasi serebro-kardio-pulmonal bertujuan agar
kerusakan jaringan otak tidak meluas. Pada stadium ini, pasien diberi
oksigen 2 L/menit dan cairan kristaloid/koloid; hindari pemberian cairan
dekstrosa atau salin dalam H2O. Dilakukan pemeriksaan CT scan otak,
elektrokardiografi, foto toraks, darah perifer lengkap dan jumlah trombosit,
protrombin time/INR, APTT, glukosa darah, kimia darah (termasuk
elektrolit); jika hipoksia, dilakukan analisis gas darah. Tindakan lain di
Instalasi Rawat Darurat adalah memberikan dukungan mental kepada pasien
serta memberikan penjelasan pada keluarganya agar tetap tenang.
36
STADIUM AKUT11
Pada stadium ini, dilakukan penanganan faktor-faktor etiologik
maupun penyulit. Juga dilakukan tindakan terapi fisik, okupasi, wicara dan
psikologis serta telaah sosial untuk membantu pemulihan pasien. Penjelasan
dan edukasi kepada keluarga pasien perlu, menyangkut dampak stroke
terhadap pasien dan keluarga serta tata cara perawatan pasien yang dapat
dilakukan keluarga.
Stroke Hemoragik
Terapi umum
Pasien stroke hemoragik harus dirawat di ICU jika volume hematoma
>30 mL, perdarahan intraventrikuler dengan hidrosefalus, dan keadaan
klinis cenderung memburuk. Tekanan darah harus diturunkan sampai
tekanan darah premorbid atau 15-20% bila tekanan sistolik >180 mmHg,
diastolik >120mmHg, MAP >130 mmHg, dan volume hematoma
bertambah. Bila terdapat gagal jantung, tekanan darah harus segera
diturunkan dengan labetalol iv 10 mg (pemberian dalam 2 menit) sampai 20
mg (pemberian dalam 10 menit) maksimum 300 mg; enalapril iv 0,625-1.25
mg per 6 jam; kaptopril 3 kali 6,25-25 mg per oral. Jika didapatkan tanda
tekanan intrakranial meningkat, posisi kepala dinaikkan 300, posisi kepala
dan dada di satu bidang, pemberian manitol (lihat penanganan stroke
iskemik), dan hiperventilasi (pCO2 20-35 mmHg). Penatalaksanaan umum
sama dengan pada stroke iskemik, tukak lambung diatasi dengan antagonis
H2 parenteral, sukralfat, atau inhibitor pompa proton; komplikasi saluran
napas dicegah dengan fisioterapi dan diobati dengan antibiotik spektrum
luas.
Terapi khusus
Neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang bersifat vasodilator.
Tindakan bedah mempertimbangkan usia dan letak perdarahan yaitu pada
pasien yang kondisinya kian memburuk dengan perdarahan serebelum
berdiameter >3 cm3, hidrosefalus akut akibat perdarahan intraventrikel atau
37