Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, dikatakan masa awal

dewasa adalah usia 18 – 40 tahun, dewasa madya adalah 41 – 60 tahun, dewasa lanjut >

60 tahun (Ilfa, 2010 : 1). Menua adalah proses yang mengubah seorang dewasa sehat

menjadi seseorang dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan

meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian (Setiati, 2009).

Menurut undang-undang No.43 tahun 2004 lansia adalah seseorang yang telah mencapai

usia 60 tahun keatas. Umur yang dijadikan patokan sebagai lanjut usia berbeda-beda,

umumnya berkisar antara 60-65 tahun (PERKENI, 2015).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2016) menggolongkan lanjut usia menjadi 4

yaitu usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) 60-74 tahun, lanjut

usia tua (old) 75–90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. Kategori umur

menurut Departemen kesehatan. Republik Indonesia (Depkes RI, 2009) massa balita 0–5

tahun, massa kanak–kanak 5–11 tahun, massa remaja awal 12–16 tahun, massa remaja

akhir 17–25 tahun, massa dewasa awal 26–35 tahun, massa dewasa akhir 36–45 tahun,

massa lansia awal 46–55 tahun, massa lansia akhir 56–65 tahun, massa manula 65 ke atas

sesuai dengan tahap tumbuh kembang.

Semua tahap tumbuh kembang keluarga merupakan hal yang penting untuk

diperhatikan karena keberhasilan pencapaian setiap tugas tumbuh kembang

mempengaruhi tumbuh kembang maupun tugas perkembangan selanjutnya, begitupun

dengan tahap tumbuh kembang keluarga dengan lansia. Apabila tugas perkembangan

1
2

keluarga yang tidak tercapai dapat menyebabkan timbulnya masalah fisik, sosial, maupun

mental dalam keluarga tersebut. Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan

kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atas

kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai saran/

penyalur (Murwani,2007).

Populasi lansia di dunia antara tahun 2015 dan 2050 diperkirakan meningkat dua

kali lipat dari 12% menjadi 22% atau sekitar 900 juta menjadi 2 milyar pada usia diatas 60

tahun (World Health Organization, 2015). Proporsi lansia didunia diperkirakan mencapai

22% dari penduduk dunia atau sekitar 2 miliar pada tahun 2020, sekitar 80% lansia hidup

dinegara berkembang. Jumlah penduduk di 11 negara kawasan Asia Tenggara yang

berusia diatas 60 tahun berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat

hingga 3 kali lipat di tahun 2050 (Kemenkes RI, 2013). Kondisi ini juga terjadi di

Indonesia, termasuk di Provinsi Riau dan Kota Pekanbaru.

Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Riau, pada tahun 2016 didapatkan

populasi lansia sejumlah 1.064.739 orang. Jumlah lansia tersebar di wilayah-wilayah yang

ada diprovinsi Riau. Populasi lansia di Kota Pekanbaru pada tahun 2016 sebesar 285.853

orang (Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru, 2014). Bertambahnya umur seseorang,

fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses penuaan sehingga penyakit tidak

menular banyak muncul pada lanjut usia. Selain itu masalah degeneratif terhadap penuaan

dan penurunan daya tahan tubuh sehingga rentan sekali terkena penyakit (Hasil Riset

Kesehatan Dasar 2013).

Data dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru hasil kunjungan kasus penyakit tidak

menular di Puskesmas se Kota Pekanbaru tahun 2015 yang terbanyak dari 10 besar
3

kunjungan kasus adalah penyakit yang bersifat kronis dalam jumlah orang, seperti:

penyakit Osteoporisis (802), hipertensi (36.476), jantung koroner (2.743), stroke (1.512),

ppok (1.569), tiroid (640, cidera akibat kll (1.103), Diabetes Melitus (12,306), Asma

(3,506), dan tumor payudara (564) (Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, 2015).

Peningkatan angka harapan hidup terjadi sejalan dengan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi suatu negara (Departemen Kesehatan, 2008). Pada umumnya

pola penyakit utama pada lanjut usia didominasi oleh penyakit-penyakit yang tergolong

degenerative. Meskipun tidak semua lanjut usia mengalami gangguan kesehatan, namun

para lanjut usia menunjukkan kecenderungan prevalensi yang mencolok dalam kaitannya

dengan gangguan-gangguan yang bersifat kronis, seperti gout arthritis, hipertensi,

gangguan pendengaran, gastritis, kelainan jantung, sinusitis kronik, penurunan visus, dan

gangguan pada tulang (Tamher & Noorkasiani, 2009).

Mengatasi permasalahan kesehatan yang terjadi pada lansia, berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan

Kesejahteraan Lanjut Usia, diantaranya meliputi: 1) Pelayanan keagamaan dan mental

spiritual seperti pembangunan sarana ibadah dengan pelayanan aksesibilitas bagi lanjut

usia; 2) Pelayanan kesehatan melalui peningkatan upaya penyembuhan (kuratif), diperluas

pada bidang pelayanan geriatrik/gerontologik; 3) Pelayanan untuk prasarana umum, yaitu

mendapatkan kemudahan dalam penggunaan fasilitas umum, keringanan biaya,

kemudahan dalam melakukan perjalanan, penyediaan fasilitas rekreasi dan olahraga

khusus; 4) Kemudahan dalam penggunaan fasilitas umum, seperti pelayanan administrasi

pemerintah (Kartu Tanda Penduduk seumur hidup), pelayanan kesehatan pada sarana

kesehatan milik pemerintah, pelayanan dan keringanan biaya untuk pembelian tiket
4

perjalanan, akomodasi, pembayaran pajak, pembelian tiket rekreasi, penyediaan tempat

duduk khusus, penyediaan loket khusus, penyediaan kartu wisata khusus, mendahulukan

para lanjut usia (Kemenkes RI, 2013).

Hasil kelolaan pada Tn. E didapatkan tiga masalah yang dialami Tn. E yaitu

diabetes melitus, hipertensi dan asam urat. Hal ini terbukti dari hasil pengkajian

didapatkan tekanan darah 150/100 mmHg, nadi 88 kali/menit, pernapasan 20 kali per

menit, suhu 36,6°C. Tn. E mengeluhkan sering kaku pada bagian kuduk, dan hasil

pemeriksaan selanjutnya didapatkan kadar kolesterol Tn. E adalah 173 u/L. Tn. E

mengatakan memiliki riwayat konsumsi makanan yang bersantan dan gorengan.

Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar gula darah pada Tn. E yaitu 176 mg/dL, Tn.

E mengatakan tanda-tanda yang muncul dan dirasakannya adalah sering merasa lapar dan

BAK, badan terasa lemas, dan terdapat luka yang sangat lama sembuhnya setelah terkena

knalpot motor yang panas, serta kaki yang terasa kebas dan sedikit bengkak. Tn. E

mengatakan bahwa dirinya menyukai konsumsi makanan dan minuman yang manis-manis

seperti mengkonsumsi kopi manis, teh susu, milo sebanyak tiga sampai empat kali dalam

sehari sebelum mengetahui terkena diabetes, adapun Tn. E saat ini hanya mengkonsumsi

sebanyak satu kali sehari. Tn. E mengatakan memiliki riwayat konsumsi makanan yang

manis-manis sejak masih muda.

Berdasarkan hasil pemeriksaan terkait asam urat pada Tn. E diperoleh hasil kadar

asam urat yaitu 8,2 mg/dL. Tn. E mengatakan senang mengkonsumsi makanan seperti

tempe, tahu, jeroan ayam, dan kacang-kacangan kacang-kacangan serta sayur- sayuran

seperti sayur bayam.. Tn. E mengeluhkan gejala asam urat seperti nyeri pada persendian

kaki terutama saat setelah mengkonsumsi makanan seperti jeroan, sayur bayam, dan
5

kacang-kacangan. Tn. E mengatakan pertama kali mengetahui terkena asam urat ketika

dirinya dilakukan pemeriksaan kesehatannya Puskesmas pada tahun lalu, namun sampai

saat ini Tn. E belum pernah memeriksakan kesehatannya lagi terkait penyakit asam

uratnya dikarenakan tidak mengganggu aktivitasnya, karena kegiatannya sehari-hari

adalah dirumah membuat persiapan belanja yang dibantu oleh anggota keluarganya.

Menurut Yankusuma dan Putri (2016), asam urat adalah hasil produksi oleh

tubuh, sehingga keberadaannya bisa normal dalam darah dan urin. Akan tetapi sisa dari

metabolisme protein makanan yang mengandung purin juga menghasilkan asam urat.

Oleh karena itu, kadar asam urat di dalam darah bisa meningkat bila seseorang terlalu

banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung purin tinggi seperti ekstra daging,

kerang, jeroan, dan lainnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Darussalam

(2016) diperoleh hasil bahwa air rebusan daun salam mampu menurunkan kadar asam

urat, dengan uji Wilcoxon menunjukkan nilai significancy 0,009 (p<0,05). Hal ini

disebabkan daun salam merupakan salah satu tanaman yang mengandung substansi-

substansi bioaktif seperti tanin, minyak atsiri, seskuiterpen, triterpenoid, fenol, steroid,

sitral, lakton, saponin dan karbohidrat sehingga berpengaruh baik terhadap kadar asam

urat dalam darah.

Diabetes melitus merupakan kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik

hiperglikemia yang terjadi karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-

duanya (PERKENI, 2015). Berdasarkan penelitian oleh Husna, E (2015) diperoleh bahwa

pemberian teh rosella terhadap kadar gula darah sewaktu pada pasien diabetes mellitus

tipe 2 dengan p < α (p = 0,006, α = 0,05). Hal ini disebabkan adanya flavonoid yang

cukup tinggi. Flavonoid tersebut berperan sebagai antioksidan, dimana antioksidan


6

bekerja membantu menetralkan radikal bebas yang menyebabkan kerusakan pada sel beta

pankreas yang memproduksi insulin, sehingga meningkatkan kembali sensitifitas kerja

insulin (lilis. P, 2010).

Penyakit darah tinggi atau hipertensi adalah keadaan di mana tekanan darah

mengalami peningkatan diatas normal yang ditunjukan oleh angka systolic (bagian atas)

dan diastolic (bagian bawah) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur

tekanan darah (Herlambang, 2013). Brunner dan Suddarth (2002) mengatakan bahwa 20%

hipertensi biasanya dimulai sebagai proses labil atau intermiten pada individu di usia

dewasa yakni 30 tahun dan awal 50 tahun secara bertahap menetap di tubuh, suatu saat

dapat menjadi mendadak dan berat. Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh

Kurniasari (2012) di dapatkan bahwa ada pengaruh pemberian jus tomat terhadap tekanan

darah pada lansia dengan hipertensi berdasarkan uji independent t test didapatkan nilai t

sistolik: 12,339 dan nilai t diastole: 9,802 dengan signifikasi (p < 0,05), dengan hasil

penelitian didapatkan nilai p lebih kecil dari 0,05 (p<0,05).

Tomat mampu mengurangi tekanan darah karena tomat yang kandungan kimia

dalam 100 gr tomat seperti kalori 20 kal, protein 1 gr, karbohidrat 4,2 gr, kalsium 5 mg,

kalium 360 mg, besi 0,5 mg, vitamin C 40 mg, vitamin A 1,500 SI, vitamin B1 0,06 mg,

air 94%. Dari kandungan yang tertera diatas seperti kandungan kalium yang cukup tinggi

dalam 100 gr tomat, 94% air yang bermanfaat sebagai pelarut dan pembawa sampah hasil

metabolism tubuh sehingga jika kelebihan kalium atau natrium dapat dikeluarkan melalui

air seni. Proses tersebut dapat menjaga tekanan darah tetap normal (Puspitorini, 2009).

Asuhan keperawatan yang diberikan pada lansia dengan gangguan kesehatan

sebaiknya didukung oleh peran dari keluarga. Keluarga sebagai suatu sistem adalah
7

keluarga sebagai kelompok kecil yang terdiri dari individu yang mempunyai hubungan

yang erat satu dengan yang lain saling ketergantungan dan diorganisir dalam satu unit

tunggal dalam rangka mencapai tujuan keluarga yang sejahtera. Ada delapan tahap

tumbuh kembang keluarga yaitu tahap keluarga awal atau pemula, tahap sedang

mengasuh anak, tahap anak pra sekolah, tahap anak usia sekolah, tahap anak remaja,

tahap melepas anak dewasa muda, tahap keluarga usia pertengahan dan tahap lansia

menurut Friedman (2010).

Dalam memberikan asuhan perawatan keluarga, ada beberapa peranan yang dapat

dilakukan oleh perawat antara lain: pemberian asuhan perawatan kepada anggota keluarga

yang sakit, pengenal atau pengamat masalah kebutuhan kesehatan keluarga, koordinator

pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga, menjadikan pelayanan

kesehatan itu mudah dijangkau dan perawat mudah dapat menampung permasalahan yang

dihadapi keluarga dan membantu mencarikan jalan pemecahannya, perawat dapat

berperan sebagai pendidik untuk merubah perilaku keluarga dari perilaku tidak sehat

menjadi perilaku yang sehat. Dalam perawatan kesehatan keluarga, fungsi keluarga

sangatlah penting dalam memberikan 5 fungsi perawatan kesehatan keluarga, diantaranya

mengenal masalah kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga, mengambil keputusan

dalam memberikan asuhan keperawatan, melakukan perawatan kesehatan pada anggota

keluarga yang sakit, dan memodifikasi lingkungan serta memanfaatkan fasilitas kesehatan

yang ada untuk mengatasi masalah kesehatan pada anggota keluarganya (Asmadi, 2005).

Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan Tn. E dan keluarga diperoleh

hasil bahwa 5 fungsi perawatan kesehatan keluarga belum dapat dipenuhi secara

keseluruhan, dimana keluarga belum dapat mengenal masalah kesehatan yang dialami
8

oleh anggota keluarga dengan benar, belum mampu mengambil keputusan dalam

memberikan asuhan keperawatan, tidak pernah melakukan perawatan kesehatan

sederhana pada anggota keluarga yang sakit selama dirumah, dan tidak ada memodifikasi

lingkungan serta memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada untuk mengatasi masalah

kesehatan pada anggota keluarganya secara rutin.

Salah satu aspek terpenting dari perawatan adalah penekanannya pada unit

keluarga. Keluarga, bersama dengan individu, kelompok dan komunitas adalah klien atau

resipien keperawatan. Secara empiris kesehatan para anggota keluarga dan kualitas

kesehatan keluarga, mempunyai hubungan yang sangat erat. Pentingnya keluarga

memenuhi tugas perkembangan keluarga dengan lansia agar tidak timbul berbagai

masalah, maka penulis tertarik untuk membina keluarga lansia yaitu melakukan asuhan

keperawatan lansia atau gerontik pada keluarga Tn. E khususnya Tn. E dengan

menggunakan evidence based mengatasi masalah Diabetes Melitus, Asam Urat dan

Hipertensi di RT 02 RW 05 Kelurahan Cinta Raja Kecamatan Sail Pekanbaru”.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Melakukan asuhan keperawatan gerontik pada keluarga Tn. E khususnya Tn. E dengan

evidence based dalam mengatasi masalah sehingga keluarga tahu, mau dan mampu

mandiri mengatasi masalah secara fisik maupun mental.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada keluarga Tn. E.

b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas

masalah pada keluarga Tn. E.


9

c. Mahasiswa mampu melakukan intervensi pada keluarga Tn. E.

d. Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan pada keluarga Tn. E.

e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap implementasi yang telah

dilakukan pada keluarga Tn. E.

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

Mengembangkan kemampuan penulis dalam menyusun laporan praktik elektif dan

menambah keilmuan di bidang keperawatan keluarga khususnya tentang asuhan

keperawatan keluarga dengan lansia.

2. Institusi Pendidikan

Tambahan bahan masukan dan pertimbangan dalam memberikan pelayanan pada

lansia khususnya perawatan keluarga dengan lansia dalam melakukan asuhan

keperawatan gerontik.

3. Bagi Masyarakat

Masyarakat dapat lebih memahami tentang kesehatan yang berhubungan dengan

kemampuan anggota keluarga yaitu lansia dalam melakukan aktifitas kehidupan

sehari-hari di rumah.

Anda mungkin juga menyukai