Anda di halaman 1dari 4

Kereta pertamaku, Solo

Aku ingin rasa apa yang kamu rasakan, aku


ingin melihat apa yang kamu lihat walau dengan
pikiran yang beda
Beberapa hari sebelum keberangkatan, Aku bilang melalui pesan singkat “Sabtu ini, aku pergi
ke Solo dengan kereta”

“Mau ngapain?” Tanyamu

“Jalan-jalan ” balasku

Tidak ada kata-kata “hati-hati” atau apapun. Kamu memang menyebalkan, dan Aku memang
bodoh.

Aku Bulan, dan dia Bintang. Jangan membuatku bercerita awal mula kami kenal, itu akan
sangat panjang kali lebar. Ini sudah empat tahun sejak dia yang memulai permainan. Dia bilang
sayang, dan sekarang kurasa kami masih saling berkenalan. Sepanjang empat tahun berjalan,
semua rasa benar-benar beranekaragam. Dia masih saja menyebalkan yang dirindukan. Setiap
ku bahas tentang keraguan, hubungan, perasaan, dan pandangan ke depan. Bintang akan
selalu menenangkan dengan jawaban “jodoh tidak akan kemana, iya kan?”

Kemudian ku jawab, “iya” kupikir jawaban Bintang adalah jawaban yang hanya menenangkan.
Itu jawaban yang membodohiku. Bintang bisa dengan bebas, pergi, kembali, pergi lagi
kemudian kembali. Kamu pernah lebih dari ini, yang kamu lalui lebih dari Solo. Kamu selalu
bilang “perjalanan di kereta tidak bisa membuatku tidur dengan baik, perjalanan 12 jam akan
sia sia jika hanya dilalui dengan tidur, diluar jendela ada pemandangan yang bagus”

Kupikir, aku juga ingin itu. Melihat pemandangan dari dalam kereta. Iya, sudah dipesan empat
tiket menuju Solo. Walaupun beda jauh, akan kurasakan perjalanan ini seperti yang Bintang
lakukan. Bintang memotivasi ku, aku menyukaimu. Berpura-pura tidak tau, aku menyukaimu.

Pagi itu, aku bersama tiga lainnya sudah sampai di Stasiun Lempuyangan. Selain aku, tiga
lainnya sudah terbiasa dengan perjalanan kereta. Cukup antusias, ketika aku pertama kali
melalui tahapan menaiki kereta. Antrian tiket, antrian check in, menunggu gerbong, semuanya
menjadi yang pertama. Iya, iya, aku tau, ini bukan perjalanan yang jauh, tapi ini menjadi
menarik, aku akan merasa apa yang kamu rasakan, melihat apa yang kamu lihat, walau tidak
sejauh yang kami tempuh.
Ini perjalanan romantis ku dengan memikirkannya

Bulan tidak akan membuang Bintang di perjalanan. Biarkan, bebaskan aku untuk memikirkan
bahwa kita bisa menjadi nyata, walau pada kenyataannya itu adalah ketidakmungkinan.

Ternyata, kami akan berada di gerbong terakhir. Syukurnya, kami mendapatkan tempat duduk.
Dengan duduk manis, didekat jendela, aku menunggu kereta berangkat bersama seluruh
penumpang lainnya.

“begini rasanya naik kereta” aku tertawa

“biasa aja, ga usah alay” kata tiga temanku

Di kereta, tidak ada pesan apapun darimu. Sepertinya, kita selalu memberikan ruang yang
lebar untuk masing-masing dari kita. Ruang yang kiranya bisa membuat satu sama lain
bernafas, berpikir, dan menikmati dunia masing-masing.

Ada rasa yang biasa saja, tapi sedih. Ketika aku membutuhkanmu untuk jadi teman bicara.
Bukankah setiap orang membutuhkan teman bicara, iya kan?

Aku setuju, pemandangan diluar jendela itu bagus. Pemandangan itu hijau sawah, kadang
kereta melewati jembatan. Ini menyenangkan, kamu pasti juga merasakannya. Aku suka. Kami
akan segera tiba di stasiun Solo. Aku lupa, kami berhenti dimana.

Kaki membawa kami keluar dari kereta. Ramai, gerah, kereta akan berangkat lagi. Kami segera
keluar dan pergi untuk makan. Ada mie ayam diseberang stasiun, kami mampir. Di Solo, ada
yang sepi, tidak ada kehadiramu disini. Aku tidak dapat menganggumu dengan baik disini.

Aku tidak pandai untuk bersikap biasa saja sepertimu.

Sore tiba, kami sudah berada di stasiun Solo untuk kembali ke Yogyakarta. Sudah saatnya
kembali lagi, sore ini semua gerbong penuh. Kami masih beruntung, ada kursi yang msih
kosong. Di sekitarku, ternyata orang orang akan kembali pulang kerumahnya. Beberapa orang
memilih untuk bekerja jauh dari tempat tinggal mereka. Berangkat pagi, pulang malam dengan
kereta. Terlihat wajah lelah setelah seharian bekerja.

Telpon genggamnya masih diam. Diam tanpa pesan darimu. Aku melihat keluar jendela.
Mulailah aku berpikir, Bulan dan Bintang itu terlihat dekat tapi jauh. Aku pikir, aku hanya
memaksakan segalanya. Segala tentangmu, tentang ketidakmungkinan yang tidakmungkin.
Ada harapan bahwa jangan biarkan aku terus menikmati ketidakjelasan ini. Aku akan
tenggelam tanpa bantuan keluar. Aku akan jatuh hati dan patah hati secara serentak.

Aku rindu, ajak aku bertemu.

2
Tiba di Yogyakarta,

“ jadi, bagaimana naik kereta pertama kali?”

“ pingin coba jalan yang jauh lagi dengan kereta”

“ kenapa?”

“ ada pemandangan yang pastinya jauh lebih panjang dari ini”

Pemandangan itu pemandangan yang kamu lihat. Pemandangan sawah yng luas, dengan
gunung dan sinar di sore itu. Berjumpa dengan malam dan bermalam di kursi kereta.
Bagaimana rasanya?

Sudah selesai ke Solo hari ini, kopi diatas meja, jadi teman menulis cerita. Cerita tentang rasa
yang belum ada niatan untuk berkomitmen. Kopi diatas meja, akan berbeda jika kamu ada.
Kopi ini akan berubah jadi sepasang gelas berisi coklat panas.

“ emang kamu pernah, liat aku minum kopi? Aku nggak suka kopi” kamu bilang

Aku tersenyum,

Kupikir kopi, coklat, teh, dan segala minuman lainnya adalah teman. Teman bagi seseorang
yang sedang tidak memiliki teman.

Sampai malam setelah kelelahan dari perjalanan ke Solo. Kamu benar-benar tidak
mengkhawatirkan aku. Aku tertawa sedih, seharusnya ini menjadi bahan yang cukup. Cukup
untuk berhenti.

Kamu dan segala kebohonganmu.

Aku akan percaya seperti ibu percaya padamu. Aku senang ketika beberapa waktu kamu
mengeluh lapar dan sulit tidur. Ada yang membuatku menjadi berpikir, akan bertahan berapa
lama lagi?

“ maafkan aku, aku banyak salah. Aku menyukaimu”

Masih banyak perjalanan yang harus dirasakan. Masih banyak tujuan yang akan diraih. Dengan
begini, kita akan memilih untuk tetap begini. Aku mendukungmu, dengan segala keputusan
yang telah kamu pikirkan dengan baik.

Aku bukan menjadi prioritasmu kali ini. Kamu sedang jenuh dengan situasi yang seperti ini.
Situasi yang harusnya ada yang berubah. Kamu bilang

3
“ bukan tentang perasaan, keadaan yang seperti ini membuatku bosan”

Tentang rasa, bukan jadi pikiran saat ini. Tidak ada rasa yang kamu jaga, itu yang ku tau.
Selain itu, kamu yang tau tentangmu.

Kamu, kereta dan Solo adalah berbeda. Empat tahun terahir dan angka angka selanjutnya
akan sama luarbiasanya. Kereta akan membawa ku pada apa yang juga kamu lihat.
Pemandanga luar jendela yang selalu jadi teman dan kesukaanmu di kereta. Solo akan jdi
cerita pertamaku menikmati kereta. Perjalanan kereta pertamaku adalah Solo.

Anda mungkin juga menyukai