1. Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Kampus FIK UI, Jl. Prof. Dr. Bahder
Djohan, Depok, Jawa Barat – 16424
2. Departemen Keilmuan Keperawatan Jiwa, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia,
Kampus FIK UI, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok, Jawa Barat – 16424
E-mail: nurul.jannah01.nj@gmail.com
ABSTRAK
Urbanisasi yang tidak terkendali menyebabkan peningkatan penyakit degeneratif pada masyarakat
perkotaan, salah satunya adalah gagal jantung kongestif. Penyakit gagal jantung kongestif merupakan
ketidakmampuan jantung memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan oksigen
dan nutrisi. Secara global, penyakit kardiovaskular seperti gagal jantung merupakan penyebab kematian
nomor satu di dunia. Indonesia sendiri menempati urutan Negara nomor 4 (empat) dengan jumlah
kematian terbanyak akibat penyakit kardiovaskuler. Penyakit gagal jantung bukan hanya menimbulkan
masalah fisik, akan tetapi juga masalah psikososial. Masalah psikososial yang sering terjadi pada klien
dengan gagal jantung kongestif adalah ketidakberdayaan. Ketidakberdayaan merupakan perasaan yang
timbul akibat ketidakmampuan seseorang mengontrol situasi termasuk persepsi bahwa sesuatu tidak akan
bermakna. Intervensi keperawatan ketidakberdayaan antara lain latihan berpikir positif dan afirmasi
positif. Teknik afirmasi positif terbukti efektif dalam menurunkan rasa ketidakberdayaan pada klien
dengan gagal jantung kongestif.
Kata Kunci: Ketidakberdayaan, Gagal jantung kongestif, Latihan berfikir positif, Latihan afirmasi
positif.
Penerapan Teknik Berpikir Positif dan Afirmasi Positif pada Klien Ketidakberdayaan 115
dengan Gagal Jantung Kongestif
Nurul Jannah, Yossie Susanti Eka Putri
dapat dari diagnosa dokter dan angka ini bahwa lansia dihadapkan oleh berbagai
terus meningkat setiap tahunnya (Riskesdas, kendala, baik karena kemunduran fisik
2013). maupun karena kehilangan peran sosialnya
yang menyebabkan lansia rentan mengalami
Salah satu rumah sakit besar di Jawa Barat, masalah psikososial atau bahkan kejiwaan.
khususnya di Kota Bogor didapatkan data Doris et al (2007) dalam jurnalnya yang
bahwa kasus gagal jantung kongestif berjudul “Living with chronic heart failure:
merupakan urutan ke-7 (tujuh) dalam 10 a review of qualitative studies of older
besar diagnosa rawat inap dan urutan ke-3 people” menyebutkan bahwa lansia dengan
(tiga) dalam 10 besar diagnosa rawat jalan gagal jantung mengalami gejala depresi,
pada pada triwulan I tahun 2015. Di salah merasa tidak berdaya dan putus asa dan
satu ruang rawat inap di RS Bogor tersebut ketidakmampuan mempertahankan peran
juga didapatkan bahwa penyakit gagal sosial.
jantung kongestif termasuk lima besar
penyakit yang sering terjadi yaitu sebesar Salah satu masalah psikososial yang timbul
lebih dari 9% kejadian dari total semua pada lansia dengan gagal jantung adalah
kasus kejadian penyakit dari bulan Januari ketidakberdayaan. Ketidakberdayaan adalah
hingga Mei 2015. pengalaman tentang kurangnya kontrol
seseorang terhadap situasi termasuk persepsi
Gagal jantung kongestif tidak dapat bahwa sesuatu tidak akan bermakna mampu
disembuhkan dan memiliki prognosis mempengaruhi terhadap hasil yang ingin
penyakit yang buruk. Gagal jantung bukan dicapai (NANDA, 2014). Ketidakberdayaan
hanya menyebabkan masalah pada fisik, umum terjadi pada pasien dengan penyakit
tetapi juga dapat mempengaruhi kualitas kronik seperti gagal jantung.
hidup pasien (Garin et al, 2009). Jeon et al Ketidakberdayaan timbul akibat adanya
(2010) menyatakan bahwa pasien dengan keterbatasan dan ketidakmampuan pasien
gagal jantung memiliki kualitas hidup yang yang dikarenakan kekurangan energi
lebih rendah dibandingkan dengan sehingga menimbulkan perasaan tidak aman
masyarakat pada umumnya. Hal ini terjadi pada dirinya dan lingkungan (Yu et al,
karena adanya gejala yang progresif, 2008). Lebih lanjut, Rebecca et al (2009)
ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari- menyebutkan bahwa satu dari tiga pasien
hari dan rawat inap berulang (Chu et al, yang dirawat karena gagal jantung menderita
2014). Lebih lanjut, Chu et al., menjelaskan depresi berat dan 40% diantaranya masih
bahwa pasien gagal jantung memiliki menderita depresi berat pada satu tahun
kesulitan dalam mempertahankan kehidupan berikutnya. Sehingga, pada pasien gagal
sosial dan kemampuan melakukan aktifitas jantung bukan hanya masalah fisik yang
sehari-hari karena manifestasi klinis dari diatasi tetapi juga penting untuk menangani
gagal jantung antara lain sesak napas, masalah psikososial seperti
kelelahan, nyeri, mood yang buruk, ketidakberdayaan.
kehilangan nafsu makan, kurang tidur dan
konstipasi. Sehingga, pasien dengan gagal Masalah psikososial ketidakberdayaan perlu
jantung sangat rentan mengalami masalah diintervensi dengan tepat karena jika tidak
psikososial. mendapat penanganan yang baik, bukan
hanya mempengaruhi kualitas hidup pasien
Masalah psikososial sangat rentan terjadi tetapi juga dapat berkembang menjadi
pada lansia. Hal ini sejalan dengan teori masalah psikologis yang lebih serius.
Erikson yang mengatakan bahwa tahap Ketidakberdayaan yang tidak ditangani dapat
perkembangan lansia berada pada integritas berkembang menjadi risiko bunuh diri dan
ego versus putus asa, yakni individu yang keputusasaan. Selain itu, Rebecca et al
berhasil melampaui tahap ini akan dapat (2009) dalam jurnalnya yang berjudul
mencapai integritas diri, sebaliknya individu “Living with Depressive Symptoms: Patients
yang gagal maka akan melewati tahap ini with Heart Failure” menyebutkan bahwa
dengan keputusasaan. Seperti yang diketahui pasien dengan gagal jantung yang memiliki
Penerapan Teknik Berpikir Positif dan Afirmasi Positif pada Klien Ketidakberdayaan 117
dengan Gagal Jantung Kongestif
Nurul Jannah, Yossie Susanti Eka Putri
hari kian memburuk dan ia lelah dengan Lebih lanjut, proses penuaan pada klien juga
semua pengobatan. klien juga merasa sudah menjadi salah satu faktor risiko yang dapat
tidak berdaya dengan kondisinya karena menyebabkan kelemahan pada jantung.
tidak dapat menghasilkan uang selama Proses penuaan akan menyebabkan
kurang lebih setahun ini. Ia juga merasa penurunan fungsi sistem tubuh, termasuk
tidak dapat menjadi kepala keluarga yang fungsi sistem kardiovaskular (Stanley &
baik. Ia merasa anak-anak dan menantunya Bare, 2007). Lebih lanjut, penurunan fungsi
tidak menghormati dan menghargainya lagi. sistem kardiovaskular terjadi meliputi
Istri klien mengatakan bahwa semenjak kekakuan dinding ventrikel kiri akibat
sakit, klien jadi mudah marah dan peningkatan kolagen, penurunan
tersinggung. Selain itu, klien seringkali penggantian sel miosit yang telah mati,
absen dan cenderung menolak dalam kekakuan dinding arteri, dan gangguan
pengambilan keputusan terkait tindakan sistem konduksi kelistrikan jantung akibat
pengobatan. Klien merasa tidak yakin penurunan jumlah sel pace maker. Hal ini
dengan segala hal yang dia lakukan akan menyebabkan klien kelolaan yang sudah
membuatnya kembali sembuh. tergolong lansia memiliki risiko lebih tinggi
untuk menderita gagal jantung.
Hasil pengkanjian menunjukkan bahwa klien
memiliki tanda-tanda ketidakberdayaan. Perawatan klien kali ini merupakan episode
Proses keperawatan selanjutnya adalah kekambuhan gagal jantung yang disertai
memberikan intervensi keperawatan untuk dengan beberapa penyakit penyerta. Yu et al
klien. Penulis mengajarkan teknik berpikir (2008) menyebutkan bahwa gejala gagal
positif, afirmasi positif dan teknik jantung yang sudah berat dapat
mengontrol ketidakberdayaan. Berdasarkan menimbulkan perasaan yang tidak menentu
hasil intervensi yang diberikan, kombinasi dan ketidakberdayaan. Ketidakberdayaan
latihan berpikir positif yang diikuti oleh dapat terjadi karena adanya gejala yang
latihan afirmasi positif terbukti efektif dalam progresif, ketidakmampuan melakukan
menurunkan tanda dan gejala aktifitas sehari-hari dan rawat inap berulang
ketidakberdayaan pada klien. pada penderita gagal jantung (Chu et al,
2014). Lebih lanjut, Chu et al., menjelaskan
DISKUSI bahwa pasien gagal jantung memiliki
kesulitan dalam mempertahankan kehidupan
Pengkajian yang dilakukan pada Tn. A sosial dan kemampuan melakukan aktifitas
menunjukkan bahwa klien memiliki pola sehari-hari karena manifestasi klinis dari
hidup berisiko, seperti pola makan yang gagal jantung antara lain sesak napas,
tidak seimbang, jarang berolahraga, obesitas, kelelahan, nyeri, mood yang buruk,
riwayat perokok berat dan pecandu alkohol. kehilangan nafsu makan, kurang tidur dan
Menurut Majid (2010), pola makan tinggi konstipasi. Hasil pengkajian didapatkan
kolestrol tanpa diimbangi dengan olahraga klien mengatakan sedih terhadap kondisi
yang cukup dapat mempengaruhi sakitnya saat ini, ia merasa tidak berdaya
perkembangan penyakit gagal jantung. Black karena tidak dapat melakukan apapun lagi.
dan Hawks (2009) menyatakan bahwa Ia juga mengatakan lelah karena penyakitnya
obesitas juga mempengaruhi perkembangan tidak kunjung sembuh dan semakin
penyakit gagal jantung karena dapat bertambah parah.
memperberat kerja jantung. Selain itu, Majid
(2010) juga menyebutkan bahwa merokok Adanya keterbatasan-keterbatasan dalam
dapat mempengaruhi perkembangan gagal melakukan aktivitas dan saat melakukan
jantung. Kebiasaan minum minuman aktivitas yang sangat ringan dapat
beralkohol juga dapat menjadi penyebab menimbulkan lelah, palpitasi, sesak nafas
gagal jantung (Black & Hawks, 2009). seperti yang terjadi pada Tn.A. Hal ini
Alkohol dapat berefek secara langsung pada menunjukkan bahwa Tn.A berada di gagal
jantung, baik menimbulkan gagal jantung jantung derajat III menurut NYHA (New
akut atau gagal jantung akibat aritmia. York Heart Association). Conley et al (2015)
Penerapan Teknik Berpikir Positif dan Afirmasi Positif pada Klien Ketidakberdayaan 119
dengan Gagal Jantung Kongestif
Nurul Jannah, Yossie Susanti Eka Putri
mengalami stres karena ketidakmampuannya kemungkinan 31,8% kematian dalam 100
mengontrol situasi. Penelitian yang pasien, sedangkan pasien dengan yang
dilakukan oleh Kholida & Alsa (2012) memiliki harapan buruk memiliki
menyebutkan bahwa latihan berpikir positif kemungkinan 46,2% kematian dalam 100
terbukti efektif dalam menurunkan tingkat pasien. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa
stress. Sehingga dapat disimpulkan bahwa afirmasi positif sangat berpengaruh pada
terdapat berbagai manfaat dari latihan harapan hidup pasien dengan penyakit
afirmasi positif pada pasien dengan masalah jantung.
ketidakberdayaan.
Selain itu, afirmasi positif akan lebih efektif
Ketidakberdayaan dapat mempengaruhi bila dilakukan dengan melibatkan keluarga.
kognitif klien dalam menjalani hidup. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
Penelitian mengenai efektifitas dari afirmasi dilakukan Rebecca et al (2009) yang
positif dilakukan oleh Harris (2009) yang menyakatan bahwa sebagian besar pasien
berjudul “The impact of self-affirmation on gagal jantung sepakat bahwa dukungan
health cognition, health behaviour and other sosial sangat penting dalam mengendalikan
health-related responses: A narrative ketidakberdayaan. Sehingga, berpikir positif
review” menyatakan bahwa self-affrimation yang dilakukan bersamaan dengan afirmasi
berpengaruh positif terhadap kognitif dalam positif dan ditambahkan dengan dukungan
perubahan perilaku. Hal ini tentunya sangat keluarga akan menghasilkan pengendalian
penting dalam mengontrol rasa tidak berdaya ketidakberdayaan yang lebih optimal.
pada klien dengan gagal jantung yang
memerlukan pemikiran terbuka dalam KESIMPULAN
menerima informasi atau keadaan dirinya
yang menurun secara tiba-tiba. Selain itu, Gagal jantung kongestif merupakan penyakit
afirmasi positif ini juga membantu klien degeneratif yang sering muncul di
dengan gagal jantung dalam merubah masyarakat perkotaan akibat adanya
perilaku seperti mematuhi regimen perubahan gaya hidup yang berisiko, seperti
pengobatan dan diet. seringnya mengkonsumsi makanan cepat
saji, kebiasaan merokok, kurangnya aktivitas
Penelitian lain terkait self-affirmation juga fisik, kebiasaan mengonsumsi alkohol.
dilakukan oleh Jessop et al (2013) Penderita penyakit kronis seperti gagal
didapatkan bahwa partisipan yang jantung kongestif sering mengalami masalah
mendapatkan intervensi self-affirmation psikososial, salah satunya adalah
menunjukkan sikap yang lebih positif dan ketidakberdayaan. Asuhan keperawatan pada
pengontrolan persepsi yang jauh lebih baik pasien dengan ketidakberdayaan harus
dibandingkan kelompok yang tidak diberikan secara komprehensif mencakup
diintervensi. Selanjutnya, penelitian yang pengkajian ketidakberdayaan dan latihan
spesifik menerapkan afirmasi positif pada berpikir positif, evaluasi ketidakberdayaan,
klien dengan gagal jantung adalah penelitian manfaat mengembangkan harapan positif
yang dilakukan oleh Ware (2011). Ia (afirmasi) dan latihan mengontrol perasaan
meneiliti 2818 pasien dengan penyakit ketidakberdayaan serta intervensi untuk
jantung mengenai hubungan harapan pasien keluarga yaitu penjelasan kondisi pasien dan
yang didapat dari afirmasi positif dalam cara merawat serta evaluasi peran keluarga
mempengaruhi pemulihan dan kemampuan merawat pasien, cara latihan mengontrol
beraktifitas. Hasil yang didapatkan cukup perasaan ketidakberdayaan dan follow up.
mengejutkan. Pasien yang dilakukan Intervensi keperawatan latihan berpikir
afirmasi positif menjadi lebih optimis dan positif dan latihan afirmasi positif yang
memiliki harapan yang positif pula, sehingga disertai dengan dukungan sosial terbukti
menurunkan sebesar 17% kemungkinan efektif dalam mengatasi rasa
meninggal dunia selama 15 tahun masa ketidakberdayaan pasien dengan gagal
penelitian. Secara detil dijelaskan bahwa jantung. Perawat memiliki peran penting
pasien dengan harapan positif memiliki dalam menentukan dan memberikan
Penerapan Teknik Berpikir Positif dan Afirmasi Positif pada Klien Ketidakberdayaan 121
dengan Gagal Jantung Kongestif
Nurul Jannah, Yossie Susanti Eka Putri
Haynes, R., & Winereals, C. (2010). Chronic NANDA (2012). Nursing disgnoses:
Kidney Disease Surgery. 28:11. Definition and classification 2012-
Heo, et al., (2009). Heart Failure Patients' 2014. Philadelphia- USA. Nanda
Perceptions on Nutrition and Dietary International
Adherence. European Journal of Naseem, Z. & Khalid, R. (2010). Positive
Cardiovascular Nursing, v. 8, no. 5, p. thinking incoping with stress and health
323–328. outcomes: Literature review. Journal of
Jeon et al. (2010). The Experience of Living research and reflection in education.
with Chronic Heart Failure: A Vol 4, No. 1, page 42-61.
Narrative Review of Qualitative Nurhayati, E & Nuraini, I. (2009).
Studies. BMC Health Services Gambaran Faktor Resiko Pada Pasien
Research, 10:77. Penyakit Gagal Jantung Kongestif Di
Jessop, et al. (2013). Combining Self- Ruang X.A Rsup Dr. Hasan Sadikin
Affirmation and Implementation Bandung. Jurnal Kesehatan Kartika: 40-
Intentions: Evidence of Detrimental 52.
Effects on Behavioral Outcomes. The Rebecca, et al. (2009). Living with
Society of Behavioral Medicine Depressive Symptoms: Patients with
47:137–147. Heart Failure. American Journal of
Kholida, N.E & Alsa.A. (2012) Berpikir Critical Care, Volume 18, No. 4.
positif untuk menurunkan stress Riegel, B., Moser, D. K., Anker, S. D.,
psikologis. Jurnal psikologi Volume 39, Appel, L. J., Dunbar, S. B., Grady, K.
170 : 67-75 L. et al. (2009). State of the science:
Komisi Nasional Lanjut Usia. (2010). Profil Promoting self-care in persons with
penduduk lanjut usia 2009. Jakarta, heart failure: A scientific statement
Indonesia: Pemerintah Indonesia. from the American Heart Association.
Lannin, D. G. (2012). The Effect of Self- Circulation, 120, 1141–1163.
Affirmation on Stigma Associated with Riskesdas. (2013). Laporan riset kesehatan
Seeking Psychological Help. Iowa: dasar 2013. Diunduh dari
Iowa State University. http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.
Lubkin, I.M & Larsen P.O., (2006). Chronic id
illness : impact and intervention. Jones Sagestrom, S. & Sephton, S. (2010).
and Barlett Publisher, Inc Sudbuy Optimistic expectancies and cell
Messachusetts. mediated immunity: The role of positive
Majid, Abdul. (2010). Analisis faktor yang affect. Psychological science, 21 (3),
faktor-faktor yang berhubungan dengan 448-55.
kejadian rawat inap ulang pasien gagal Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G.
jantung kongestif di RS Yogyakarta (2010). Brunner & Suddarth’s textbook
tahun 2010. of medical surgical nursing 12th ed.
Mansyur, M. C. (2008). Sosiologi Philadelphia: Lippincott.
Masyarakat Kota dan Desa. Surabaya: Stanley, M. & Beare, P.G. (2007).
Usaha Nasional. Gerontological nursing: a health
Mauk, K. L. (2010). Gerontological promotion or protection approach, 2nd
Nursing: Competencies fot Care. 2nd ed. ( Nety J. dan Sari K., Penerjemah).
Ed. Jones and Bartlett Publishers: USA. Philadelphia: F.A. Davis Company
McMichael, A.J., (2006). Population Health Suryadipraja. (2007). Asuhan Keperawatan
as The ‘Bottom Line’ of Sustainability: dengan Gagal Jantung.
A Contemporary Challenge for Public Stuart, G. W. (2013). Principles and
Health Researchers. European Journal Practice of Psychiatric Nursing. 10th
of Public Health 16 (6), 579–581. Ed. St. Louis, Mo: Elsevier.
Menzel, N. N. (2011). Urban sustainability Sykes, C & Simpsons, S. (2011). Managing
and nursing: A personal view. The Psychosocial Aspects of Heart
International Journal of Nursing Studies Failure: A Case Study. British Journal
48. 1457–1458. of Nursing, Vol 20, No 5.
Penerapan Teknik Berpikir Positif dan Afirmasi Positif pada Klien Ketidakberdayaan 123
dengan Gagal Jantung Kongestif
Nurul Jannah, Yossie Susanti Eka Putri