Anda di halaman 1dari 9

Makalah Audit Keuangan Negara

“Temuan Ikthisar Hasil Pemeriksaan Semester ( IHPS ) yang diterbitkan BPK pada
Semester II Tahun 2012”

Untuk memenuhi nilai UAS mata kuliah Audit Keuangan Negara


Dosen pembimbing : Firdaus, SE, M.Si, Ak

Disusun Oleh :
Muhammad Alikhvan Satyawardana
( 1510532025 )

Fakultas Ekonomi
Universitas Andalas
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas berkat rahmat Allah Yang Maha Esa sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Temuan Ikthisar Hasil Pemeriksaan
Semester ( IHPS ) yang diterbitkan BPK pada Semester II Tahun 2012”. Makalah ini
dibuat untuk memenuhi syarat nilau UAS mata kuliah Audit keuangan Negara.

Makalah ini membahas tentang temuan-temuan yang diterbitkan oleh BPK dalam
IHPS semester II pada tahun 2012. Penulis mengucapkan terima kasih yang mendalam
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan


makalah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan
makalah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis sendiri.

Padang, 4 juni 2018


BAB I
A. Latar Belakang
Iktisar Hasil Pemeriksaan Semester ( IHPS ) adalah dokumen yang disusun oleh
Badan Pemeriksa Keuangan ( BPK ) yang memuat ringkasan mengenai hasil
pemeriksaan yang signifikan, hasil pemantauan pelaksanaan tindak lanjut hasil
pemeriksaan, dan hasil pemantauan penyelesaian pengenaan ganti kerugian
negara/daerah dalam satu semester. Dalam makalah akan membahas tentang temuan-
temuan yang diterbitkan BPK dalam IHPS semester 2 tahun 2012 .
Dalam IHPS semester 2 tahun 2012, BPK telah memeriksa sebanyak 709 objek
pemeriksaan, dimana entitas pemeriksaanya di lingkungan pemerintah pusat,
pemerintah daerah, BUMN, BUMD, dan badan lainnya yg mengelola keuangan negara.
Pada periode ini, BPK memprioritaskan pemeriksaan kinerja dan pemeriksaan dengan
tujuan tertentu (PDTT).
Selama semester II Tahun 2012, BPK telah melakukan upaya-upaya dalam
mendorong transparansi dan akuntabilitas pengeloaan keuangan negara/ daerah. Melalui
pemeriksaan kinerja terhadap 154 objek pemeriksaan dan PDTT terhadap 450 objek
pemeriksaan. Dimana diprioritaskan pada bidang-bidang ketahanan pangan, kesehatan,
serta reformasi birokrasi dan tata laksana.
Hasil pemeriksaan BPK atas 105 laporan keuangan dilaporkan dalam IHPS II
tahun 2012 mengungkapkan bahwa sebagian besar entitas memperoleh opini tidak
memberikan pendapat (TMP). Namun, secara umum kualitas penyajian lap. Keu seluruh
entitas yang diperiksa selama periode 2007 s/d 2011 cenderung meningkat ditandai
dengan penungkatan jumlah entitas yang memperoleh opoini WTP.
Selain itu, BPK juga mengungkapkan hasil pemeriksaan signifikan dimana pada
semester II Tahun 2012 terdapat lima tema hasil pemeriksaan yang signifikan yakni
belanja modal untuk fasilitas umum , swasembada beras, pelayanan kesehatan rumah
sakit, serta pengelolaan jamkesmas, penetapan formasi dan pengadaan PNS, serta
swasembada daging sapi (pengendalian impor daging sapi) tahun 2010 s/d 2012.
Adapun makalah ini akan memaparkan secara garis besar temuan IHPS semester
II Tahun 2012. Dimana mencakup hal-hal terkait temuan, jenis temuan, sebab akibat
temuan, dan perkembangan opini audit yang menurut penulis cukup menarik untuk
dibahas.
B. Rumusan Masalah
1. Temuan-temuan IHPS Semester II Tahun 2012.
2. Fakta & Sebab-Akibat dari temuan.
3. Opini penulis terkait temuan.
C. Tujuan Penulis
Adapun tujuan penulis dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk menambah pemahaman dan pengetahuan penulis sebagai mahasiswa.
2. Untuk menganalisis temuan dari IHPS Semester 2 Tahun 2012 yang
diterbitkan BPK
3. Untuk memenuhi tugas nilai UAS mata kuliah Audit Keuangan Negara.

BAB II
A. Pembahasan :
1.Pokok-pokok temuan IHPS Semester II tahun 2012 :
A. Pemeriksaan untuk mendorong peningkatan kinerja dan kepatuhan
B. Penyelamatan uang/aset
C. Pemantauan tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan BPK
D. Pemantauan kerugian negara
E. Penegakan hukum

2. Adapun prioritas pemeriksaan tahun 2012 semester II :


A. Pemeriksaan kinerja, dimana menfokuskan pada penilaian aspek ekonomi,
efesiensi dan efektivitas pelaksanaan suatu program. Pemeriksaan kinerja
dilaksanakan terhadap 154 objek pemeriksaan.
B. PDTT, dimana memberikan simpulan atas suatu hal yang diperiksa. PDTT itu
sendiri dilaksanakan terhadap 450 objek pemeriksaan. Dimana bidang-bidang
pemeriksaan yang telah dilakukan antara lain bidang ketahanan pangan, bidang
kesehatan, dan bidang reformasi birokrasi dan tata laksana.
3. Objek Pemeriksaan BPK pada Semester II Tahun 2012
Dari hasil pemeriksaan semester II Tahun 2012, Didapatkan dalam IHPS II
Tahun 2012 dimana mengungkapkan sebanyak 12.947 kasus senilai Rp9,72
triliun. Kasus-kasus tersebut terdiri dari :

Ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan terungkap sebanyak


3.990 kasus dengan nilai Rp5.83 T. Yang dapat kita klasifikasikan
-kerugian tersebut terdiri dari 2.111 kasus senilai Rp1,206 M,
-Potensi kerugian sebanyak 605 kasus senilai Rp2,176 M, dan
-kekurangan penerimaan sebanyak 1.274 kasus dengan nilai yang
ditaksir Rp2,456 M.

Kemudian terdapat kasus seperti Kelemahan SPI sebanyak 4815 kasus ,


penyimpangan administrasi sebanyak 1901 kasus , serta ketidakhematan,
ketidakefesienana dan ketidakefektivan sebanyak 2241 kasus dima total nilai
dari kasus- kasus tersebut ditaksir senilai Rp3,88 T.

Adapun rekomendasi BPK untuk setiap kasus-kasus tersebut adalah


untuk kasus ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan, BPK
merekomendasikan penyerahan aset dan/atau penyetoran ke kas
negara/daerah/perusahaan. Sedangkan untuk kasus Kelemahan SPI,
Penyimpangan Administrasi, Ketidakhematan, ketidakefesienan dan
ketidakefektivan BPK merekomendasikan untuk perbaikan SPI dan/atau
tindakan administratif dan/atau tindakan korektif lainnya.

4. Hasil Pemeriksaan Yang Signifikan


Terapat 5 aspek hasil pemeriksaan yang perlu mendapatkan perhatian pemangku
kepentingan, dimana aspe-aspek tersebut:
1. Belanja modal untuk fasilitas umum.
2. Ketahanan pangan, yaitu upaya pemerintah dalam rangka pencapaian
swasembada beras berkelanjutan.
3. Kesehatan, yaitu: 1) pelayanan kesehatan rumah sakit; serta 2) pengelolaan
dan pertanggungjawaban Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)
dan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda).
4. Reformasi birokrasi dan tata laksana, yaitu penetapan formasi dan pengadaan
pegawai negeri sipil (PNS).
5. Swasembada daging sapi (pengendalian impor daging sapi) Tahun 2010 s.d.
2012
Hasil pemeriksaan diatas perlu mendapatkan perhatian pemangku kepentingan karena
temuan pemeriksaan terjadi secara berluang disetiap LHP, an temuan pemeriksaab
tersebut terjadi dibanyak entitas serta memilki implikasi luas dimasyarakat baik pada
saat ini maupun pada masa yang akan datang.
Belanja Modal untuk Fasilitas Umum
Belanja Modal yaitu pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan
modal yang sifatnya menambah asset tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih
dari satu periode akuntansi. Di dalam belanja modal juga termasuk pengeluaran untuk
biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat,
meningkatkan kapasitas dan kualitas aset. Belanja modal untuk fasilitas umum di
antaranya digunakan untuk pengadaan gedung dan bangunan, jalan, jembatan, irigasi,
dan jaringan. Pada IHPS Semester II Tahun 2012 ini BPK mengungkapkan kasus
belanja modal untuk fasilitas umum yang mengakibatkan kerugian negara/daerah,
potensi kerugian negara/daerah serta kekurangan penerimaan.
Hasil pemeriksaan BPK terhadap belanja modal untuk fasilitas umum
mengungkapkan adanya penyimpangan ketentuan perundang-undangan yang
berdampak finansial sebanyak 1.454 kauss senilai Rp818,76 miliar. Total temuan
tersebut meliputi kerugian Negara/Daerah sebanyak 840 kasus senilai Rp461.203,45
juta ; potensi kerugian sebanyak 292 kasus senilai Rp269.859,89 juta; dan kekurangan
penerimaan sebanyak 322 kasus senilai Rp87.703,65 juta. Kasus-kasus belanja modal
untuk fasilitas umum lebih banyak terjadi di pemerintah daerah dibanding pemerintah
pusat.
Selain kerugian negara/daerah, penyimpangan dalam pelaksanaan belanja modal
untuk fasilitas umum juga mengakibatkan potensi kerugian antara lain berupa
ketidaksesuaian pekerjaan dengan kontrak tetapi pembayaran pekerjaan belum
dilakukan sebagian atau seluruhnya serta pemberian jaminan pelaksanaan pekerjaan
tidak sesuai ketentuan. Adapun untuk kasus kekurangan penerimaan antara lain berupa
denda keterlambatan pekerjaan yang belum atau disetor ke kas negara/daerah.
Secara umum kasus penyimpangan ketentuan perundang-undangan belanja
modal untuk fasilitas umum antara lain terjadi karena kelalaian rekanan tidak
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan perjanjian dalam kontrak; ketidakcermatan
konsultan pengawas, Pejabat Pembuat Komitmen (PKK), dan panitia pengadaan dalam
melaksanakan tugas; serta kelemahan pengawasan dan pengendalian dari pejabat.
Upaya Pemerintah Dalam Rangka Pencapaian Swasembada Beras Berkelanjutan
dalam RPJMN I (Tahun 2005 s.d. 2009), pembangunan nasional antara lain
diprioritaskan pada program ketahanan pangan melalui upaya pencapaian dan
pemantapan swasembaga beras berkelanjutan (SBB). Kemudian dalam RPJMN II
(Tahun 2010 s.d. 2014), pemerintah menargetkan tercapainya produksi padi sebanyak
75,70 juta ton gabah kering (GKG) pada tahun 2014.
Hasil pemeriksaan menunjukan bahwa terdapat beberapa kelemah berupa Kelalaian,
kurangnya pembinaan, kemahnya pengawasan dalam pelaksanaan kegiatan yang
menimbulkan keridakefektifan pencapaian target (sasaran) dan ketidakhematan
penggunaan anggaran.
Adapun kelemahan yang ditemukan dalam program swasembada beras berkelanjutan :
 Upaya pemerintah dalam perluasan lahan sawah belum efektif. Pencetakan
sawah hanya 43,48% dari target 2010-2012.
 Penyediaan benih varietas unggul bersertifikat belum efektif. Pemerintah tidak
mempertimbangkan kemandirian petani dalam penyediaan benih unggul.
 Pengembangan usaha tani padi metode system of rice intensification ( SRI )
belum efektif dalam meningkatkan produktifitas padi. Kurangnya melakukan
penyuluhan terhadap para kelompok tani.
 Pembangunan lumbung pangan belum sepenuhnya meningkatkan pencapaian
surplus beras. Badan Ketahan Pangan (BKP) tidak memproritaskan
pembangunan lumbung pangan di daerah rawan pangan.
 Bendungan jalan irigasi di 3 kabupaten rusak berat dan pembangun rehabilitiasi
jalur irigasi tidak bermanfaat mengakibatkan produktivitas padi tidak efektif.
Kurangnya pemeliharaan bendungan.
Terhadap kelemahan-kelemahan tersebut, BPK merekomendasikan kepada menteri
pertania agar :
- Menghitung ulang berapa sebenarnya luasan sawah baru yang diperlukan
disetiap provinsi serta bagaimana pentahapan luasan pencetakan sawah yang
efektif sampai tahun 2014.
- Mengevaluasi kembali program usaha tani metode SRI
- Berkoordinasi dengan kementerian pekerjaan umum untuk. mengoptimalkan
sistem jaringan irigasi.
- Melakukan evaluaso dampak program BLBU dan CBN.
- Mengkaji ulang program P2KP dan mengembangkan program peningkatan
konsumsi makanan sumber protein dan lemak.
- Berkoordinasi dengan gubernur dan walikota/bupati untuk pembentukan
kelembagaan penyuluhan.

Bidang kesehatan : Pelayanan rumah sakit


Terdiri atas pemeriksaan kinerja terhadap 66 rumah sakit di 26 provinsi mengunkapkan
bahwa pelayanan rumah sakit pada umumnya belum efektif. Hal tersebut ditunjukan
dengan masih adanya kelemahan-kelemahan terhadap pelayanan rumah sakit. Terdiri
atas 757 kasus ketidakefektifan senilai 13,05 M, 1 kasus ketidakefesienan senilai 178
juta, 2 kasus ketidakhematan senilai 36,13 juta.
Kelemahan-kelemahan mempengaruhi efektivitas :
A. Pelayanan farmasi. Dimana Sarana prasaran yg belum lengkap, perbekalan farmasi
yg belum optimal, disebabkan lemahnya pengawasan dan pengendalian.
B. Pelayanan rawat inap. Dimana Standar pelayanan yg belum optimal, sarana prasana
yg kurang memadai, kurangnya monitoring dan juga upaya evaluasi untuk peningkatan.
C. Pelayanan rawat jalan. Dimana Standar pelayanan yg belum optimal, , kurangnya
monitoring dan juga upaya evaluasi utk peningkatan
D. Pelayanan rumah sakit lainnya. Dimana kebutuhan sumber daya manusia pada
pelayanan RSUD belum terpenuhi, SPM pelayanan kesehatan belum tercapai, sarana
pra sarana yang belum terpenuhi sepenuhnya.
Terhadap kelemahan-kelemahan tersebut BPK telah merekomendasikan kepada
pimpinan RSUD agar menyusun perencanaan pengelolaan tenaga medis, memahami
SPM rumah sakit yang menjadi indikator pelayanan rumah sakit, serta meningkatkan
pengawasan dan pengendalian perencanaan ketersediaab sarana dan prasarana.
Bidang kesehatan : pengelolaan program jaminan kesehatan masyarakat
Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan Kesehatan Daerah
(Jamkesda) merupakan upaya pemerintah dalam rangka memenuhi hak masyarakat miskin
yang tidak mampu.

Anda mungkin juga menyukai